HUBUNGAN ANTARA SENSATION SEEKING DENGAN INTENSI MELAKUKAN CYBERBULLYING PADA REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA SENSATION SEEKING DENGAN INTENSI MELAKUKAN CYBERBULLYING PADA REMAJA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA SENSATION SEEKING DENGAN INTENSI MELAKUKAN CYBERBULLYING PADA REMAJA Rio Agusto Bintang Nugroho Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sensation seeking dengan intensi melakukan cyberbullying. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengaan pendekatan kuantitatif korelasional. Sampel dari penelitian ini adalah 223 siswa SMA yang terdapat di Kota Malang yang terdiri 108 siswa laki-laki dan 115 siswa perempuan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data pada penelitian ini adalah skala sensation seeking yang disusun berdasarkan pengertian sensation seeking yang dikemukakan oleh Zuckerman, dan skala intensi melakukan cyberbullying yang disusun berdasarkan aspek intensi yang dikemukakan oleh Ajzen. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis korelasi Product-Moment Pearson. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sensation seeking dengan intensi melakukan cyberbullying. Hasil temuan tambahan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dimensi disinhibition dengan intensi melakukan cyberbullying dan hubungan negatif antara dimensi boredom susceptibility dengan intensi melakukan cyberbullying. Kata Kunci: Sensation Seeking, Intensi Cyberbullying, Remaja The purpose of this study is to find about the relationship between sensation seeking and cyberbullying intention. This study is non-experimental study with quantitative-correlational approach. The sample from this study were 223 high school student from Malang City that consist of 108 male students and 115 female students. Sampling technique that used in this study is simple random sampling technique. The instrument that used in this study is sensation seeking scale that based on Zuckerman s definition of sensation seeking, and cyberbullying intention that based on Ajzen s Theory of Planned behavior. Data analysis that used in this study is Pearson s Product-Moment Correlations. The results of this study shows that there is no relationship between sensation seeking and cyberbullying intention. Additional findings show that there is a positive relationship between disinhibition and cyberbullying intention and there is a negative relationship between boredom susceptibility and cyberbullying intention. Keywords: Sensation Seeking, Cyberbullying Intention, Adolescence PENDAHULUAN Pada masa kini, kehidupan remaja tidak dapat dipisahkan dengan dunia maya yang biasa disebut dengan internet. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) yang menemukan bahwa 98% anak-anak dan remaja di Indonesia mengetahui tentang internet, dan 79,5% diantaranya adalah pengguna internet (KEMKOMINFO, 2014).

2 Hasil penelitian KEMKOMINFO juga menemukan tiga motivasi seorang remaja mengakses dunia maya yaitu: (1) mencari informasi perihal tugas sekolah sehari-hari, (2) untuk terhubung dengan teman lama, dan (3) untuk mencari hiburan (KEMKOMINFO, 2014). Salah satu cara yang sering digunakan untuk terhubung dengan teman lama adalah dengan menggunakan akun media sosial atau yang dapat disebut dengan Social Networking Site (SNS) seperti: facebook, twitter, path, youtube, dan lain-lain. Cara seseorang dalam menghubungi teman lamanya dapat dengan cara mengunggah foto atau video, membuat status profile dengan me-mention temannya, membuat tulisan atau cerpen, dan lain-lain pada akun SNS yang ia miliki. Dampak yang dihasilkan dari maraknya penggunaan SNS ini, dapat bersifat positif ataupun negatif. Salah satu dampak negatif yang saat ini sedang berkembang di Indonesia, adalah perilaku cyberbullying (Rahayu, 2012). Maraknya perilaku cyberbullying di kalangan remaja dapat memunculkan intensi untuk melakukan perilaku cyberbullying. Hal ini dikarenakan oleh tekanan (konformitas) yang didapat dari pergaulan dengan teman sebaya. Perilaku cyberbullying merupakan salah salah satu bentuk perilaku agresi yang dilakukan oleh seorang remaja (Patchin & Hinduja, 2012). Perilaku agresi yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah sensation seeking (Arnett, 1996; Heydari, Mohammadi & Rustami, 2013). Arnett (1996) menyatakan bahwa sensation seeking adalah variabel yang menjadi dasar dari segala bentuk perilaku yang ceroboh (reckless behavior). Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara sensation seeking dengan intensi melakukan cyberbullying pada remaja. Intensi Melakukan Cyberbullying Ajzen (2005) menyatakan bahwa intensi adalah sebuah indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku. Intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut. Ajzen (2005) menyatakan bahwa intensi yang telah dibentuk akan tetap menjadi disposisi tingkah laku sampai pada waktu dan kesempatan yang tepat, dimana sebuah usaha dilakukan untuk merealisasikan intensi tertentu menjadi tingkah laku tertentu. Terdapat tiga buah aspek intensi menurut Fishbein & Ajzen (1975), yaitu: a. Attitude toward behavior. Sikap adalah sebuah disposisi atau kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang bersifat evaluatif, disenangi atau tidak disenangi terhadap objek, orang, institusi atau peristiwa. Sikap terhadap sebuah perilaku ditentukan oleh keyakinan (belief) akan akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Keyakinan ini disebut dengan behavioral belief. Selain ditentukan oleh behavioral belief, sikap terhadap tingkah laku juga ditentukan oleh evaluasi akibat tingkah laku dan seberapa kuat konsekuensi tersebut diasosiasikan dengan tingkah laku. b. Subjective norm. norma subjektif adalah persepsi seseorang akan tekanan sosial untuk menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku dengan pertimbangan tertentu. Dengan kata lain, norma subjektif adalah persepsi individu terhadap norma sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu.

3 c. Perceived behavioral control. Perceived Behavioral Control (PBC) adalah perasaan self efficacy atau kesanggupan seseorang untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan. PBC dapat pula diartikan sebagai penilaian terhadap kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk menampilkan perilaku, atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk menampilkan perilaku. Cyberbullying (Gradinger, Strohmeier & Spiel, 2010) adalah perilaku yang bermaksud merugikan ataupun menyakiti orang lain yang dilakukan melalui media elektronik ataupun media internet. Tujuan dari cyberbullying adalah untuk mengganggu, mengancam, mempermalukan, menghina, mengucilkan secara sosial, ataupun merusak reputasi orang lain (Rudi, 2010). Bentuk dari perilaku cyberbullying menurut Rudi (2010) yaitu: (1) Flame War atau debat yang tidak jelas arahnya, (2) Harrassment atau mengirimkan banyak yang tidak berguna, (3) Pencelaan di media sosial, (4) Impersonation atau seolah-olah menjadi orang lain untuk menjatuhkan reputasinya, (5) Penipuan, dan (6) Pengucilan secara sosial di media sosial. Dari landasan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa intensi melakukan cyberbullying pada penelitian ini adalah indikasi atau tanda dari seseorang untuk menunjukkan perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain secara psikis melalui medium internet, khususnya instant messenger, blog, ataupun SNS (Social Networking Site). Sensation Seeking Pengertian sensation seeking menurut Zuckerman sebagaimana dikutip dalam Roberti (2003) adalah sebuah sifat yang ditandai oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman-pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan untuk mengambil resiko, baik secara fisik, sosial, hukum, maupun finansial. Menurut Roberti (2003), seorang individu yang melakukan sensation seeking sering bertujuan untuk mendapatkan kegairahan dan meningkatkan rangsangan yang optimal dan akan cenderung mencari stimulus baru dan luar biasa, dan mungkin saja berbahaya bagi orang lain karena akan menimbulkan kecemasan dan perasaan yang tidak menyenangkan. Terdapat empat dimensi sensation seeking menurut Zuckerman (1971), yaitu: a. Thrill and adventure seeking, yaitu mencari sensasi melalui aktivitas fisik, beresiko tinggi dan mengandung unsur petualangan, yang mengandung aspek kecepatan (speed), bahaya (danger) serta sesuatu yang baru dan luar biasa (novelty). b. Experience seeking, yaitu mencari sensasi melalui aktivitas tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru melalui pikiran dan sensasi, dengan cara berpergian melalui aktivitas seni, musik atau aktivitas yang menolak kebiasaan umum, kejutan (surprise). c. Disinhibition, yaitu mencari sensasi melalui perilaku yang sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan norma yang berlaku (perilaku tersebut menyimpang dari kebiasaan umum atau tidak disetujui oleh teman dan lingkungan). d. Boredom susceptibility, yaitu mencari sensasi dengan menolak terhadap hal-hal yang bersifat rutin, berulang, mudah ditebak atau penolakan terhadap orang-orang yang dianggap membosankan.

4 Hipotesis Semakin tinggi sensation seeking yang dimiliki oleh remaja, maka intensi melakukan cyberbullying pada remaja akan meningkat Subyek Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar SMA yang terdapat di Kota Malang. Pada penelitian ini, peneliti membagi golongan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdapat di Kota Malang menjadi dua, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri dan Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta. Untuk tiap golongan, peneliti memilih satu sekolah yang merepresentasikan golongannya. Setelah terpilih SMA yang merepresentasikan golongannya, peneliti melakukan teknik simple random sampling, yang digunakan untuk memilih kelas yang akan digunakan sebagai tempat menyebarkan skala. Karakteristik dari sampel yang digunakan adalah siswa SMA di Kota Malang yang memiliki dan menggunakan media sosial. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 223 orang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan adalah skala sensation seeking dan skala intensi melakukan cyberbullying. Skala sensation seeking disusun berdasarkan dimensi sensation seeking menurut Zuckerman (1971), yaitu: (1) thrill and adventure seeking, (2) experience seeking, (3) disinhibition, dan (4) boredom susceptibility. Skala intensi melakukan cyberbullying disusun berdasarkan aspek intensi menurut Ajzen (2005), yaitu: (1) attitude toward behavior, (2) subjective norm, dan (3) perceived behavioral control. yang dikaitkandengan perilaku cyberbullying. Skala yang digunakan dalam penelitian ini dirancang menggunakan metode skala dari Likert dengan empat kategori pilihan, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Jenis aitem yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua macam, yaitu favourable dan unfavourable. Untuk aitem favourable, pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S mendapat skor 3, dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya, untuk aitem unfavourable, pilihan STS mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3, pilihan S mendapat skor 2, dan pilihan SS mendapat skor 1. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi Product- Moment Pearson. Hasil dari analisa ini digunakan untuk membuktikan hipotesis dari penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai kesimpulan akhir dari penelitian. Perhitungan korelasi Product-Moment Pearson dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

5 HASIL PENELITIAN Untuk mendeskripsikan data yang telah diperoleh, peneliti membagi kategori subjek menjadi tiga kategori, yaitu: kategori tinggi, kategori sedang, kategori rendah. Hasil kategorisasi subjek pada variabel sensation seeking (x) didapati hasil sebagai berikut: Tabel.1 Kategorisasi subjek berdasarkan variabel sensation seeking Daerah Keputusan Kategori Jumlah Subjek Persentase X < 24 Rendah 1 0,45 % 24 X < 36 Sedang ,17 % 36 X Tinggi 41 18,38 % Dari tabel di atas, dapat diketahui, bahwa dari 223 responden, sebagian besar sensation seeking pelajar SMA di Kota Malang adalah sedang yakni sebanyak 181 orang atau 81,17 %. Sebanyak 41 orang atau 18,38 % memiliki sensation seeking yang tinggi, dan 1 orang atau 0,45 % memiliki sensation seeking yang rendah. Hasil kategorisasi subjek pada variabel intensi melakukan cyberbullying adalah sebagai berikut: Tabel.2 Kategorisasi subjek berdasarkan variabel intensi melakukan cyberbullying Daerah Keputusan Kategori Jumlah Subjek Persentase X < 30 Rendah ,05 % 30 X < 45 Sedang 96 43,05 % 45 X Tinggi 2 0,90 % Dari tabel di atas, dapat diketahui, bahwa dari 223 responden, sebagian besar intensi melakukan cyberbullying pelajar SMA di Kota Malang adalah rendah yakni sebanyak 125 orang atau 56,05 %. Sebanyak 96 orang atau 43,05 % memiliki intensi melakukan cyberbullying yang sedang, dan 2 orang atau 0,90 % memiliki intensi melakukan cyberbullying yang tinggi. Tabel.3 Hasil uji korelasi Jumlah Subjek Pearson Correlation Signifikansi Keterangan Kesimpulan 223 0,054 0,420 Signifikan < 0,05 Tidak Signifikan Berdasarkan hasil uji diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi korelasi adalah sebesar 0,420, nilai ini lebih besar dari nilai standar korelasi yang signifikan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sensation seeking tidak memiliki korelasi dengan intensi melakukan cyberbullying. Sebagai data tembahan peneliti melakukan uji korelasi antara dimensi sensation seeking dengan variabel intensi melakukan cyberbullying, uji beda jenis kelamin pada variabel sensation seeking, uji beda jenis kelamin pada variabel intensi melakukan

6 cyberbullying, dan kategorisasi dimensi SS subjek. Berikut ini adalah hasil dari uji hipotesis dari tiap dimensi SS: Tabel.4 Hasil uji korelasi berdasarkan dimensi SS Thrill and Adventure Seeking Experience Seeking Disinhibition Boredom Susceptibility Pearson Correlation 0,084-0,099 0,196 ** -0,164 * Sig. (2-tailed) 0,210 0,141 0,003 0,014 R Squared 0,038 0,027 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dimensi thrill and adventure seeking memiliki nilai signifikansi korelasi sebesar 0,210. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara dimensi thrill and adventure seeking dengan intensi melakukan cyberbullying. Untuk dimensi experience seeking memiliki nilai signifikansi korelasi sebesar 0,141. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara dimensi experience seeking dengan intensi melakukan cyberbullying. Untuk dimensi disinhibition, terlihat bahwa memiliki nilai signifikansi korelasi sebesar 0,003 dengan koefisien korelasi sebesar 0,196. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi disinhibition memiliki korelasi positif yang signifikan dengan intensi melakukan cyberbullying. Sehingga dapat diartikan semakin tinggi tingkat disinhibition, maka intensi melakukan cyberbullying juga akan meningkat. Diketahui bahwa nilai R Squared untuk korelasi ini adalah sebesar 0,038. Hal ini berarti disinhibition memiliki sumbangan efektif terhadap intensi melakukan cyberbullying sebesar 3,8 %, sedangkan 96,2 % sumbangan efektif lainnya berasal dari variabel lain. Untuk dimensi boredom susceptibility, didapati nilai signifikansi korelasi sebesar 0,014 dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,164. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi boredom susceptibility memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan intensi melakukan cyberbullying. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi boredom susceptibility, maka intensi melakukan cyberbullying akan semakin rendah. nilai R Squared untuk korelasi ini adalah sebesar 0,027. Hal ini berarti boredom susceptibility memiliki sumbangan efektif terhadap intensi melakukan cyberbullying sebesar 2,7 %, sedangkan 97,3 % sumbangan efektif lainnya berasal dari variabel lain. Hasil uji beda jenis kelamin pada variabel sensation seeking adalah sebagai berikut: Tabel.5 Hasil uji beda sensation seeking berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin N Mean t T-Test Sig. (2-tailed) Laki Laki ,944 4,083 0,000 Perempuan ,565 4,066 0,000 Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari t-test adalah sebesar 0,000 ( < 0,05 ). Hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan sensation seeking

7 yang signifikan jika ditinjau melalui jenis kelamin. Dikarenakan nilai mean laki laki lebih besar dari nilai mean perempuan (32,94 > 30,95) maka dapat disimpulkan bahwa sensation seeking yang dimiliki oleh laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hasil uji beda jenis kelamin pada variabel intensi melakukan cyberbullying adalah sebagai berikut : Tabel.6 Hasil uji beda intensi melakukan cyberbullying berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin N Mean t T-Test Sig. (2-tailed) Laki Laki ,240 1,513 0,132 Perempuan ,078 1,508 0,133 Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari t-test adalah sebesar 0,132. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan intensi melakukan cyberbullying antara laki-laki dan perempuan dikarenakan nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Hasil dari kategorisasi subjek berdasarkan dimensi sensation seeking adalah sebagai berikut : Tabel.7 Kategorisasi subjek berdasarkan dimensi sensation seeking Variabel Thrill and Adventure Seeking Experience Seeking Disinhibition Boredom Suceptibilty Daerah Keputusan Kategori Jumlah Subjek Persentase X < 8 Rendah 19 8,52 % 8 X < 12 Sedang ,02 % 12 X Tinggi 59 26,46 % X < 6 Rendah 6 2,69 % 6 X < 9 Sedang ,47 % 9 X Tinggi 71 31,84 % X < 6 Rendah 46 20,63 % 6 X < 9 Sedang ,68 % 9 X Tinggi 35 15,69 % X < 4 Rendah 1 0,45 % 4 X < 6 Sedang 26 11,66 % 6 X Tinggi ,89 %

8 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tingkat Thrill and Adventure Seeking (TAS), Experience Seeking (ES), dan Disinhibition (Dis) yang sedang, yaitu sebanyak 145 orang untuk aspek TAS, 146 orang untuk aspek ES dan 142 orang untuk aspek Dis. Pada Aspek Boredom Suceptibility (BS), mayoritas subjek memiliki tingkat yang tinggi, yaitu terdapat sebanyak 196 orang. DISKUSI Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang dilakukan, didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi antara sensation seeking dengan intensi melakukan cyberbullying. Hal ini dapat terjadi dikarenakan karakteristik pelaku cyberbullying berbeda dengan karakteristik seseorang yang memiliki sensation seeking tinggi. Cyberbullying adalah salah satu bentuk bullying nonverbal secara tidak langsung dikarenakan perilakunya yang bertujuan untuk menjatuhkan, memanipulasi, mengasingkan, menyindir, ataupun mencemarkan nama baik seseorang melalui media sosial. Menurut Sullivan (Amalia, 2010) bullying non-verbal secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dengan cara memanipulasi pertemanan, mengasingkan, curang dan sembunyi-sembunyi. Pernyataan ini menegaskan pernyataan Belsey (2004) yang menyatakan bahwa perilaku cyberbullying adalah sebuah perilaku bullying yang biasanya dilakukan oleh seorang penakut, dikarenakan sang pelaku dapat bersembunyi dibalik sebuah anonimitas sehingga tidak dapat dilacak dengan mudah. Sebaliknya, karakteristik individu yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi adalah memiliki kepribadian yang terbuka, memiliki keberanian untuk mengambil resiko dan mengabaikan peraturan (Roberti, 2003). Dimensi disinhibiton yang terdapat pada variabel sensation seeking memiliki korelasi positif dengan intensi melakukan cyberbullying. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat disinhibition seorang remaja, maka intensi melakukan cyberbullyingnya pun akan meningkat. Temuan ini sejalan dengan pengertian disinhibition menurut Zuckerman (1991) yang menyatakan bahwa disinhibition adalah salah satu cara pemenuhan sensasi dengan cara yang melawan atau bertentangan dengan nilai dan norma yang terdapat di masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa memang seorang yang suka melakukan pemenuhan sensasi dengan cara yang tidak sesuai dengan norma cenderung berpotensi lebih besar untuk memiliki intensi untuk melakukan cyberbullying, mengingat cyberbullying sendiri adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma. Dimensi boredom susceptibility yang terdapat pada variabel sensation seeking memiliki korelasi negatif dengan intensi melakukan cyberbullying. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi boredom susceptibility yang dimiliki oleh seorang remaja, maka intensi melakukan cyberbullying-nya akan menurun. Boredom susceptibilty menurut Zuckerman (1971) adalah penolakan terhadap hal-hal yang bersifat rutin, berulang, mudah ditebak atau penolakan terhadap orang-orang yang dianggap membosankan, sehingga ketika seorang individu merasa bosan, maka ia akan mencari cara untuk membuat mereka merasa tertarik atau segera mencari aktivitas-aktivitas baru. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang remaja melakukan cyberbullying bukan karena kebosanan namun dikarenakan hal lain. Tujuan seseorang melakukan cyberbullying menurut Belsey (2004)

9 adalah untuk menyakiti orang lain. Hal ini didukung oleh Görzig dan Frumkin (2013), yang menyatakan bahwa pelaku cyberbullying biasanya pernah menjadi korban. Dengan demikian jelas, bahwa seorang melakukan cyberbullying dikarenakan ia memiliki tujuan untuk balas dendam ataupun menyakiti, bukan karena ia merasakan bosan dan ingin mendapatkan reaksi. Hasil uji beda sensation seeking yang ditinjau berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Heydari, Mohammadi, dan Rotami (2013) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada sensation seeking yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan remaja laki-laki lebih berani mengambil resiko dibandingkan dengan perempuan (Alberts, Elkind, & Ginsberg, 2007). KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, didapati tiga buah kesimpulan, yaitu: (1) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sensation seeking dengan intensi melakukan cyberbullying pada pelajar SMA yang terdapat di Kota Malang. (2) Terdapat hubungan yang positif antara dimensi disinhibition dengan intensi melakukan cyberbullying pada pelajar SMA yang terdapat di Kota Malang. Hasil ini memiliki arti bahwa semakin tinggi disinhibition seorang remaja, maka intensi melakukan cyberbullying juga akan meningkat. (3) Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi boredom susceptibility dengan intensi melakukan cyberbullying pada pelajar SMA yang terdapat di Kota Malang. Hasil ini memiliki arti bahwa semakin tinggi boredom susceptibility seorang remaja, maka intensi melakukan cyberbullying akan menurun. SARAN Penelitian ini hanya terbatas pada intensi remaja untuk melakukan cyberbullying melalui media sosial. Bagi penelitian selanjutnya lebih baik jika untuk melihat intensi cyberbullying yang dilakukan melalui pesan singkat (short message service) ataupun telepon, dikarenakan pengertian cyberbullying sendiri tidak hanya melalui media sosial. Hasil temuan diatas menyatakan bahwa sebagian besar dimensi sensation seeking yang dimiliki oleh siswa SMA di Kota Malang adalah boredom susceptibility, bagi penelitian selanjutnya mungkin dapat mencari tahu bagaimana siswa SMA di Kota Malang menyalurkan kebosanannya, mengingat hubungan antara dimensi ini dengan intensi melakukan cyberbullying adalah hubungan yang negatif. REFERENSI Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior, 2 nd Ed. England: Open University Press. Alberts, A., Elkind, D., & Ginsberg, S. (2007). The Personal Fable and Risk-Taking in Early Adolescence. Journal of Youth and Adolescence Vol. 36, (71-76)

10 Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta (Skripsi tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Arnett, J. J. (1996). Sensation Seeking, Aggressiveness, and Adolescent Reckless Behavior. Personal Individual Differences Vol. 20, No. 6, ( ). Belsey, B. (2004). What is Cyberbullying. Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to theory and research. Reading, MA: Addison-Wesley. Görzig, A., & Frumkin, L. (2013). Cyberbullying on-the-go: When Social Media Can Become Distressing. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 7(1), article 1 Gradiger, P., Strohmeier, D., & Spiel, Ch. (2010). Definition and Measurement of Bullying. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 4(2), article 1. Heydari, H., Mohammadi, F., & Rostami, M. (2013). Analyzing the Relationship Between Sensation Seeking and Preference of Type of Music in College Students. Procedia Social and Behavioral Sciences 84, ( ). KEMKOMINFO. (2014). 98 Persen Anak dan Remaja Tahu Bullying. Diakses 16 April 2014 pukul WIB. hu+internet/0/berita_satker#.u05mhajecpa Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2012). Cyberbullying Prevention and Response, Expert Perspectives. New York: Routledge. Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi. Journals of Information Systems Vol.8, Issue 1, (22-31). Roberti, J. W. (2003). A Review of Behavioral and Biological Correlates of Sensation Seeking. Journal of Research in Personality 38, ( ). Rudi, T. (2010). Informasi Perihal Bullying. 0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fbigloveadagio.files.wordpress.com%2F2010%2F 03%2Finformasi_perihal_bullying.pdf&ei=D_M5VLHyNNeTuAST_4LABA&usg=A FQjCNFP4jDb50Bz0hekghWzMULNn9m-wQ&bvm=bv ,d.c2E. Zuckerman, M. (1971). Dimensions of Sensation Seeking. Journal of Counseling and Clinical Psychology Vol.36, No.1, (45-52).

PERBEDAAN SENSATION SEEKING ANTAR REMAJA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DI SMAN MALANG

PERBEDAAN SENSATION SEEKING ANTAR REMAJA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DI SMAN MALANG PERBEDAAN SENSATION SEEKING ANTAR REMAJA LAKI LAKI DAN PEREMPUAN DI SMAN MALANG Nadia Windi Nadia.windi.90@gmail.com Dian Putri Permatasari Afia Fitriani Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, sebuah penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif menghasilkan data berupa angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat 33 BAB lll METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat bantu statistik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Raras Haryuningrum, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi oleh : RIZQA

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN NURUL HAMIDAH Dr. Rismiyati E. Koesma 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini.

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini. BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian ilmiah memerlukan aya metode untuk memperlancar penelitian dalam rangka pencarian data petunjuk mengenai cara atau langkah serta teknik penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekitar beberapa sekolah di Bandung, yakni: 1) SMA Negeri X1, Jln. Kbr Bandung 2)

Lebih terperinci

Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja. Skripsi

Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja. Skripsi Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta ANALISIS INTENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH UNIVERSITAS DARMA PERSADA (UNSADA) JAKARTA Nani Dewi Sunengsih Widiastuti Ardi Winata ABSTRACT The purpose of this study was to determine the intentions of the

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karateristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI VERONICA

PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI VERONICA PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh VERONICA 101301026 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota Bandung. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Studi Deskriptif mengenai Intensi Mahasiswa Politeknik Negeri Bali yang Tinggal di Wilayah Sarbagita dalam Penggunaan Bus Trans Sarbagita ke Tempat Kuliah Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Culture Shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri

Lebih terperinci

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut : BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang pemilih pemula dalam pemilu presiden 2014. Berikut akan dijelaskan perihal profil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberikan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. hasil penelitian. Sehingga ketepatan dala memilih metode penelitian yang akan

BAB III METODOLOGI. hasil penelitian. Sehingga ketepatan dala memilih metode penelitian yang akan BAB III METODOLOGI Suatu penelitian harus menggunakan metode penelitian yang tepat untuk menghasilkan penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Suatu penelitian harus menggunakan metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI PEMILIHAN JURUSAN KULIAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 MALANG

HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI PEMILIHAN JURUSAN KULIAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 MALANG HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI PEMILIHAN JURUSAN KULIAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 MALANG Dwi Pratiwi Priastuti dwi.pratiwi.priastuti@gmail.com Ari Pratiwi Yoyon Supriyono Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasional

Lebih terperinci

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK Abstraksi Kampanye anti-rokok dengan menggunakan peringatan kesehatan bergambar terbukti memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung : Perilaku mengemudi berisiko 2. Variabel Bebas : Kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo merupakan sekolah menengah kejuruan yang berdiri atas naungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma arif.

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas. BAB III PENYAJIAN DATA A. Hasil Uji Coba Angket Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan try out ( uji coba ) kepada 30 responden di SMP Negeri 2 Klaten. Try Out

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS

HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS PSIKOLOGI USU SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian menurut data yang diperoleh di lapangan. Pembahasan diawali dengan menjelaskan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP BETWEEN ADVERSITY INTELLIGENCE AND SENSATION SEEKING AMONG NATURE LOVERS COLLEGE STUDENTS IN SEMARANG

THE RELATIONSHIP BETWEEN ADVERSITY INTELLIGENCE AND SENSATION SEEKING AMONG NATURE LOVERS COLLEGE STUDENTS IN SEMARANG THE RELATIONSHIP BETWEEN ADVERSITY INTELLIGENCE AND SENSATION SEEKING AMONG NATURE LOVERS COLLEGE STUDENTS IN SEMARANG Ari Wahyuni, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitiankuantitatif. Penelitian dengan menggunakan metode pengukuran kuantitatif menekankan aspek objektif, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang mencangkup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017

FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017 Volume 2, Nomor 2: Mei 2017 Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh Ulia Zuhra, Kartika Sari Program Studi Sosiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada pendekatan ini adalah kuantitatif yaitu penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak mengunakan angka-angka

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

Okky Putri Widarani Ika Adita Silviandari Ika Rahma Susilawati Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

Okky Putri Widarani Ika Adita Silviandari Ika Rahma Susilawati Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya 1 GAMBARAN PERAN PERSEPSI KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA PEGAWAI DINAS X YANG BERSTATUS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KOTA MALANG Okky Putri Widarani okkyputriwidarani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MINAT BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA BELLA PRAWILIA

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MINAT BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA BELLA PRAWILIA HUBUNGAN TERPAAN PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MINAT BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA BELLA PRAWILIA NIM: 14030110130108 ABSTRAKSI Jumlah perokok remaja di Indonesia

Lebih terperinci

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 1 INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 Randi Gunola 1, Tri Umari 2, Raja Arlizon 3 E-mail:

Lebih terperinci