Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

PERTANIAN.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan struktur perekonomian yang bercorak agraris. Tersedianya sumberdaya alam yang melimpah dengan sistem pengelolaan yang masih bersifat tradisional merupakan salah satu karakteristik yang dimilki negara agraris. Selain itu 56,5 % penduduk Indonesia berada di pedesaan dengan mata pencarian sebagai petani gurem baik dalam bidang perikanan, peternakan, pertanian, maupun pertambangan (www.kompas.com). Daya dukung yang dimilki Indonesia tersebut baik dari segi SDM maupun SDA merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang bekerja di sektor pertanian. Salah satu kegiatan pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakat pedesaan adalah budidaya padi sawah. Pada tahun 90-an produktivitas padi sawah dan ladang mengalami kenaikan sebesar 4,3 ton/hektar, sehingga mampu menompang kebutuhan pangan nasional. Pada perkembangan selanjutnya produktivitas lahan sawah mulai menurun. Penurunan ini terjadi karena adanya penyusutan lahan hingga rata-rata kepemilikan menjadi 0,3 ha per Kepala Keluarga. Penyusutan lahan disebabkan dari berbagai penggunaan lahan sawah produktif menjadi non sawah. Pada tahun 2004 sebanyak 6. 344 ha lahan sawah beralih fungsi menjadi non sawah dan sekitar 2. 711 ha beralih menjadi sarana dan prasarana umum, kolam dan tambak perikanan (www.kompas.com).

Bagi penduduk yang tinggal di pedesaan, lapangan kerja bidang pertanian merupakan andalan utama untuk menopang kebutuhan hidupnya. Akan tetapi pada kenyataannya sektor pekerjaan pertanian selalu dihadapkan dengan berbagai 2 masalah. Permasalahan tersebut, selain yang bersifat alami seperti : kekeringan, banjir dan lain lainnya, juga disebabkan kepemilikan tanah yang semakin berkurang luasnya. Selain itu, kesuburan lahan sawah juga mulai menurun seiring dengan pemanfaatannya. Revolusi hijau yang dilakukan dengan mengandalkan pupuk dan pestisida memiliki dampak negatif pada kesuburan tanah yang berkelanjutan. Penggunaan pupuk urea (Nitrogen) cenderung menampakkan respon kesuburan tanah untuk sementara waktu dan hilangnya bahan organik tanah karena memacu 1 berkembangnya dekomposer. Secara umum penurunan produktivitas lahan sawah karena beberapa hal tersebut yang sangat berpengaruh terhadap hasil dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat kesejahteraannya. Permasalahan tersebut yang menjadikan sebagian besar petani merupakan golongan yang berpenghasilan rendah, sedangkan di sisi lain sumberdaya perairan mempunyai potensi yang sangat besar sebagai modal dalam pembangunan nasional dan menjadi salah satu alternatif petani untuk dapat memperbaiki kesejahteraannya. Kontribusi sub sektor perikanan telah nyata terhadap penerimaan devisa negara sehingga pada masa yang akan datang mempunyai peluang untuk ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan ikan di Indonesia dan peluang ekspornya. Dilihat dari perkembangannya perikanan laut Indonesia jauh masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain hal ini disebabkan oleh berbagai faktor penghambat antara lain berupa kurangnya; pengetahuan, permodalan, law enforcement yang akhirnya para nelayan melakukan aktifitasnya dengan cara yang sangat tradisional. Jika hal ini dapat diatasi secara nasional sektor perikanan dapat dijadikan sabagai andalan untuk membangun perekonomian Indonesia, karena sektor kelautan dan perikanan memliki potensi besar menjadi penggerak ekonomi nasional bila potensi tersebut dimanfaatkan secara maksimal. Sebagai gambaran nyata dari produksi perikanan Indonesia dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 1 (www.coraltrianglecenter.com).

Tabel 1. Produksi Perikanan Indonesia (Dalam Ton) Tahun Perikanan Perikanan Perikanan Laut Darat Budidaya 1994 3.080.168 336.141 597.522 1995 3.292.930 329.710 640.947 1996 3.383.457 335.706 733.095 1997 3.612.961 304.258 662.547 1998 3.723.748 288.666 629.797 Sumber : Statistik Perikanan Indonesia No. 28 (1998) Total 4.013.831 4.263.587 4.452.258 4.579.766 4.642.209 Dari tabel di atas secara jelas terlihat bahwa produksi perikanan Indonesia masih dibawah potensi tangkapan yang diperbolehkan pemerintah (potensi tangkap yang diperboleh adalah sebesar 5,12 juta ton) (www.coraltrianglecenter.com). Dengan kata lain bahwa secara nasional usaha perikanan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan catatan perlu melakukan stimulan baik yang datangnya dari pemerintah maupun masyarakat perikanan itu sendiri. Jika dikaitkan dengan potensi ekspor perikanan Indonesia sudah dapat dipastikan usaha dibidang perikanan sangat menjanjikan hal ini karena ekspor Indonesia dibidang perikanan masih rendah seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Ekspor Beberapa Jenis Ikan 1996 (Dalam US $) Jenis Ikan Nilai Ekspor Nilai Ekspor Round Jumlah Nilai Segar Beku Ekspor Tuna 47.960.891 7.704.920 55.665.811 Cakalang 300.600 14.890.373 15.665.811 Ikan Tuna Lain 27.887.252 13.987.259 41.874.511 Ikan Dasar Lain 105.798.077 130.341.468 236.139.545 Jumlah 181.946.820 166.924.020 348.870.840 Sumber : BI Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa nilai ekspor ikan di Indonesia masih rendah apalagi sekarang ini produksi ikan laut Indonesia semakin turun karena terjadi penangkapan yang berlebihan (Overfising), sehingga dengan melihat

permasalahan tersebut, banyak penduduk Indonesia berusaha untuk memanfaatkan perairan umum yang ada dengan memanfaatkanya untuk budidaya ikan. Jawa Tengah memiliki sumberdaya hayati laut yang besar di pantai selatan dan terutama di pantai utara. Dengan luas wilayah 32.284.268 km 2, Propinsi Jawa Tengah mempunyai garis pantai sepanjang 502,69 km di pantai utara dan 289,07 km di pantai selatan serta pulau-pulau kecil lainnya. Daerah ini memiliki potensi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar, air payau maupun budidaya laut yang keseluruhannya mencapai 293.000 ha. Hasil perikanan Jawa Tengah tahun 2000 sampai 2004 dapat dilihat pada tabel berikut (www.lkts.org/laporan): Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2004 No Produksi Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Produksi (ton) 280.049,7 294.345,5 301.838,5 250.569,2 244.389,5 1 Perikanan Tangkap Nilai (Rp juta) 1.182.863,8 1.145.643,5 1.252.749,6 841.852,3 836.661,6 Produksi (ton) 704.34,4,4 819.96,2 786.89,8 88.749,9 90.699,3 2 Perikanan Budidaya Nilai (Rp juta) 927836,8 974260,7 874818,4 8756484,4 982443,8 Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Tengah Tahun 2004 Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi dan nilai jual perikanan budidaya di Jawa Tengah mengalami peningkatan, sedangkan produksi dan nilai jual perikanan tangkap mengalami penurunan sehingga masih potensial untuk dikembangkan di masa mendatang, terutama usaha budidaya ikan di perairan umum diantaranya dengan sistem jaring apung. Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang di beberapa wilayah terdapat kegiatan usaha budidaya ikan, terutama usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung. Walaupun sumbangan sektor perikanan di tahun 2002 tergolong kecil (0,35 persen) di bandingkan dengan yang lain, namun sebenarnya potensi pengembangan perikanan khususnya perikana budidaya menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil produksi pada tahun 1998 sebesar 1.284.730 kg sedangkan pada tahun 2002 sebesar 3.132.123 kg (http://eprints.ums.ac.id). Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu adalah salah satu Desa yang ada di Kabupaten Boyolali yang sebagian penduduknya bermata pencaharian pokok dari usaha

budidaya ikan terutama budidaya ikan dengan metode karamba jaring apung. Desa Wonoharjo terletak di bagian utara Kabupaten Boyolali, yang merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Boyolali dengan Kabupaten Grobogan. Desa Wonoharjo terdiri dari 11 dukuh, yaitu : Bulu, Blawong, Tarub, Ngubalan, Sendangnongko, Kedokan, Rejosari, Wonoharjo, Sumurwatu, Sumberan, dan Ngeboran. Desa Wonoharjo sebagian besar wilayahnya adalah hutan dan lahan yang digunakan untuk pertanian hanya relatif sempit yang tidak sejajar dengan pertumbuhan jumlah penduduknya, selain itu di tempat tersebut terdapat sumberdaya perairan yang berupa waduk, yaitu Waduk Kedungombo. Dengan adanya potensi yang ada di daerah tersebut yaitu perairan waduk yang berfungsi sebagai irigasi, wisata dan pembangkit listrik, juga dimanfaatkan sebagian besara penduduk Desa Wonoharjo terutama penduduk yang tinggal di sekitar waduk untuk usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung. Di daerah tersebut hanya terdapat usaha budidaya ikan jaring apung, hal ini karena kondisi daerahnya tidak memungkinkan untuk usaha budidaya lain kecuali budidaya ikan dengan metode keramba atau hampang, karena daerah tersebut berbukit, sehingga untuk usaha tambak tidak memungkinkan karena airnya tidak bisa ke darat, walaupun bisa membutuhkan modal banyak. Tidak semua penduduk bisa usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung, selain karena faktor modal, faktor-faktor lain juga mempengaruhi terutama pendidikan, pengalaman, dan skill. Faktor-faktor tersebut merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam berkembangnya dan bertahanya usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung. Usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung ini diusahakan baik dalam sekala kecil yang dikelola oleh masyarakat setempat secara individu maupun dalam bentuk sekala industri yang dikelola oleh perusahaan tertentu. Walaupun membutuhkan modal yang banyak, dan faktor skil dan lainya tetapi perkembangan karamba yang ada di Waduk Kedungombo mengalami perubahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif dapat dilihat dari jumlah petakan karamba baru yang didirikan antara tahun 2005-2007 yang mengalami peningkatan. Jumlah petakan karamba jaring apung pada tahun 2005 sebanyak 234 petak dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 425 petak dengan ukuran rata-rata petakan karamba adalah 6 x 6 meter (Daftar petani KJP Dobro,

2007), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan secara kualitatif tampak dari eksistensi usaha karamba apung tersebut, maksudnya adalah bahwa hanya usaha karamba yang berkualitas yang masih bertahan dan berkembang hingga kini. Sedang usaha karamba yang kurang modal dan perawatan kurang intensif mulai ditinggalkan. Menurut para petani ikan tersebut dalam setiap panen per kolamnya dapat menghasilkan rata-rata 1,5 ton ikan. Pemasarannya atau penjualan dari hasil budidaya ikan ini sudah sampai ke beberapa wilayah antara lain: seluruh Jawa Tengah, Surabaya, Jakarta dan sampai kewilayah Bali, selain itu ada juga dari hasil perikanannya langsung dijual di tempat, dan bisanya ada perusahaan tertentu yang datang dan langsung membeli semua ikan yang dipanen. Perkembangan usaha budidaya ikan ini tidak akan lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti yang dijelaskan di atas yaitu salah satunya adalah modal, skill dan sebagainya. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Petani Ikan Dan Jumlah petakan karamba Pada Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Apung. No Tahun Jumlah petani pemilik karamba (orang) Jumlah karamba (petak) 1 2003 20 154 2 2004 31 212 3 2005 36 234 4 2006 43 254 5 2007 49 425 Sumber : Analisis Data Primer tahun 2007 Dari uraian di atas, keberadaan usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo semakin berkembang jumlahnya sehingga dapat meningkatkan gerak laju perekonomian masyarakat secara berkelanjutan yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak ikutan yang luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat, terutama berpengaruh pada tingkat kondisi sosial ekonomi penduduk setempat. Pengaruh dari usaha budidaya ikan ini antara lain dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal, kesehatan dan pendapatan yang diperoleh petani ikan tersebut.

Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali B. Perumusan Masalah Dengan berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengambil permasalahan yang akan diteliti adalah sebagi berikut : 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana sumbangan pendapatan dari usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung terhadap kondisi sosial ekonomi petani ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. 2. Mengetahui sumbangan pendapatan dari usaha budidaya ikan sistem karamba jaring apung terhadap kondisi sosial ekonomi petani ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan referensi bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan Geografi Sosial, khususnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ikan sistem karamba di Waduk Kedungombo dan mengetahui sumbangan pendapatan dari usaha budidaya ikan sistem karamba di Waduk Kedungombo terhadap kondisi sosial ekonomi petani ikan sistem karamba di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai Informasi Dasar Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar untuk penelitian lebih lanjut. b. Sebagai Bahan Pertimbangan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah.