BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
48

35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku dan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

54 Pelayanan Medis RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 58 A. Kesimpulan. 58 B. Saran 59 DAFTAR PUSTAKA..

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN:

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai hasil yang telah didapatkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Ruang Hemodialisa RSUD Dr. M.M. Dunda

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan menguraikan diskusi dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari masalah penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti juga mengemukakan hasil penelitian yang terdiri atas hasil utama peneliti, hasil tambahan peneliti dan juga saran yang dipaparkan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara alexithymia dengan empati pada schizophrenia spectrum disorder. Hasil yang didapat menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara alexithymia dengan empati pada dimensi kognitif. Sedangkan pada dimensi afektif, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara alexithymia dengan empati pada dimensi afektif. Secara singkat, informasi mengenai kemampuan empati secara utuh tidak dapat ditentukan oleh kecenderungan skor alexithymia. 5.2 Diskusi Berdasarkan hasil peneltian yang tidak mampu mengungkapkan adanya hubungan antara alexithymia dengan empati pada skizofrenia, dipengaruhi oleh beberapa alasan. Pertama, dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda, yaitu di Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan, Unit 63

64 Informasi dan Layanan Sosial (UILS) Rumah Kita, dan Komunitas Pedulu Skizofrenia Indonesia (KPSI) dimana hampir seluruh pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki gejala yang relatif ringan dan stabil. Oleh karena itu, sampel ini tidak akan mewakili populasi umum pasien dengan skizofrenia. Kedua, waktu saat penyebaran skala dan kuesioner yang mayoritas dilakukan pada pagi hari didukung dengan kondisi responden yang stabil dan fit tanpa adanya kehadiran gejala-gejala positif, negatif, dan disorganisasi yang menjadi ciri utama gangguan pada skizofrenia. Umumnya responden merupakan pasien rawat jalan yang telah mendapatkan pengobatan dalam waktu lama, responden telah memiliki social skill yang baik, beberapa di antaranya juga telah memiliki pekerjaan dan menikah, sehingga faktor tersebut dapat menjadi indikator gejala umum gangguan skizofrenia telah berkurang pada responden dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini tidak mewakili kondisi emosi dan kemampuan empati pada pasien skizofrenia secara utuh. Ketiga, penggunaan skala dan kuesioner untuk mengukur kedua variabel mengalami bias atau tidak sesuai dengan harapan penelitian. Untuk mengukur alexithymia, TAS merupakan sebuah pengukuran selfreport yang mengindikasikan derajat insight responden terhadap respon sewajarnya, individu harus merefleksikan dirinya untuk dapat mengidentifikasi dan membedakan emosi mereka, seperti mengetahui perasaan sedih dan takut, dan membedakan jika mereka dapat mendeksripsikan perasaan mereka pada orang lain. Responden dengan insight yang baik akan dengan mudah memberikan respon jawaban yang sesuai, namun bagi responden dengan insight yang terbatas mungkin akan memiliki kesulitan dalam memberikan respon jawaban. Pada penelitian ini, meskipun mayoritas responden telah berada pada kondisi stabil, namun masih terdapat kemungkinan responden memiliki insight yang terbatas terhadap kondisi emosi dan gangguan yang dialami, responden

65 memiliki keterbatasan pemahaman kognitif terhadap pernyataan yang diberikan dalam skala yang diberikan, dan responden memiliki keterbatasan dalam melakukan evaluasi terhadap manifestasi emosi yang muncul, sehingga responden ditemukan mengalami kesulitan untuk dapat benar-benar memberikan respon sesuai dengan keadaan diri mereka sebenarnya. Keempat, informasi mengenai kemampuan empati secara keseluruhan baik komponen kogntif dan afektif tidak dapat diketahui melalui satu indikator variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu pengetahuan terhadap emosi diri (alexithymia). Seperti yang diungkapkan oleh Derntl dkk. (2009) dan Moriguchi dkk (2007), empati mengacu pada kemampuan multidimensional untuk mengidentifikasi dan berbagi perasaan dan pikiran dengan orang lain, serta kemampuan untuk memahami dan menanggapi pengalaman afektif yang unik dari orang lain, yang dimaksudkan tetap berdasarkan pada kemampuan memahami emosi orang lain. Individu dengan alexithymia seperti pada populasi skizofrenia mungkin memiliki kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang mereka rasakan secara verbal, namun mereka tetap mampu untuk merasakan kondisi emosi, bukan berasal dari diri sendiri, atau simulasi lainnya, emosi dalam hal ini adalah pengalaman sederhana mengenai keadaan psikologis diri terhadap penggunaan kosakata dan kalimat yang digunakan dan dampak yang mereka dapatkan atas situasi tersebut (Divilbiss, 2011). 5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam beberapa hal diantaranya, yaitu keterbatasan dalam proses pengumpulan responden, karena dilakukan di tiga tempat pelayanan kesehatan jiwa yang berbeda

66 dengan pemberian pengobatan dan terapi kesehatan jiwa yang berbeda, baik di rumah sakit jiwa, pusat rehabilitasi sosial, dan komunitas kesehatan jiwa, memungkinkan responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik perilaku yang berbeda. Kedua, keterbatasan variasi tipe skizofrenia dan skizoafektif yang memiliki karakteristik perilaku berbeda memungkinkan dapat mempengaruhi respon jawaban terhadap pernyataan dalam pengukuran skala, sehingga pada akhirnya mungkin dapat mempengaruhi hasil uji korelasi dalam penelitian ini. Ketiga, keterbatasan waktu penelitian dalam proses pengambilan data. Peneliti harus melakukan observasi dan mendapatkan perizinan dari lokasi penelitian yang memakan waktu. Dan saat memberikan intruksi atau petunjuk pengisian secara langsung terhadap masing-masing responden membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama saat responden berulang kali istirahat. Keempat, keterbatasan varian tipe skizofrenia responden yang tidak dapat mewakili populasi skizofrenia secara umum. Hal ini karena peneliti tidak mendapatkan informasi yang signifikan mengenai tipe skizofrenia ataupun subtipe skizoafektif yang dialami responden dengan lengkap. Untuk di lokasi peneltian rumah sakit jiwa, peneliti hanya mendapatkan informasi diagnosa umum berdasarkan rekam medik dokter, tanpa memberikan keterangan tipe skizofrenia maupun tipe komorbid skizoafektif yang dialami pasien, untuk di UILS peneliti hanya mendapatkan informasi diagnosa umum berdasarkan keterangan pekerja sosial yang didapatkan melalui informasi keluarga dan observasi awal pendaftaran program, dan untuk di KPSI informasi diagnosa didapatkan berdasarkan keterangan responden saat mengisi kuesioner yang diberikan. Kelima, penelitian ini tidak menggunakan alat ukur untuk mengetahui tingkat gejala skizofrenia yang dialami responden. Keterbatasan penelitian selanjutnya adalah alat ukur alexithymia dan empati berbasis teori barat, sehingga tidak mampu menggambarkan kedua

67 aspek yang diukur berdasarkan perspektif budaya di Indonesia. 5.4 Saran 5.4.1 Saran Metodologis Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa hal yang dapat peneliti kemukakan sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dalam pengambilan sampel disarankan dalam tempat pelayanan kesehatan jiwa yang setingkat, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang bisa diseragamkan namun kriteria responden dalam hal pelayanan yang diterima dapat dikontrol. 2. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dalam pengambilan sampel menggunakan kriteria gangguan skizofrenia dengan memperhatikan tipe-tipe simtom yang dialami responden, dengan menggunakan responden yang memiliki kriteria gangguan skizofrenia yang lebih spesifik, seperti membatasi pengambilan sampel yang hanya memiliki diagnosa skizofrenia atau skizoafektif, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang terukur dan kemungkinan dapat mengurangi bias penelitian. 3. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk menggunakan karakteristik responden dengan informasi tipe skizofrenia yang tepat berdasarkan diagnosa yang diberikan oleh psikiater, sehingga dapat memperkaya hasil penelitian dan dapat melihat kemungkinan adanya perbedaan tipe skizofrenia terhadap hasil penelitian yang spesifik. 4. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat ukur PANSS (Positive and Negative Symptom Scale) untuk dapat mengetahui tingkat keparahan gejala skizofrenia yang dialami responden.

68 5. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat ukur lain dengan semua dimensi pengukuran untuk dapat mengungkapkan kondisi alexithymia dan empati responden secara utuh. 6. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat menggunakan metode penelitian lain, seperti metode eksperimen maupun kualitatif. Sehingga dapat mengkaji lebih dalam mengenai kondisi alexithymia dan kemampuan empati berdasarkan simulasi yang ditampilkan responden saat pengambilan data dengan memperhatikan waktu pengambilan data, lokasi penelitian, dan kondisi responden. 5.4.2 Saran Praktis Adapun saran praktis yang bisa diberikan adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada setiap orang dengan gangguan skizofrenia untuk dapat meningkatkan kemampuan diri dalam memahami regulasi emosi dan meningkatkan emotion awareness sehingga dapat mengurangi tingkat gejala maupun simtom disorganisasi dan simtom negatif yang dialami secara bertahap. Alexithymia akan menghilang ketika stresor menghilang atau gejala gangguan mental mereda. Berkurangnya tingkat alexithymia merupakan indikator pemulihan dan berkurangnya sikap anhedonia (ketidakmampuan mengalami kesenangan) pada simtom negatif ganguan skizofrenia. 2. Kepada setiap orang dengan gangguan skizofrenia diharapkan untuk tetap melakukan pengobatan medis dan terapi kelompok seperti di rehabilitasi sosial maupun komunitas kesehatan jiwa sebagai upaya untuk meningkatkan hubungan sosial dengan sesama orang dengan gangguan skizofrenia lainnya tanpa takut mengalami penolakan. Sehingga akan meningkatkan kemampuan empati dalam kelompok, kemudian secara bertahap akan meningkatkan kemampuan empati

69 terhadap orang lain pada lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Meningkatnya kemampuan empati merupakan indikator pemulihan dari berkurangnya sikap apati dan asosialitas yang merupakan simtomsimtom negatif pada gangguan skizofrenia. 3. Kepada keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan skizofrenia diharapkan untuk dapat berpartisipasi secara aktif untuk mendukung perawatan kesehatan dan pemulihan mereka, dengan cara memberikan pemahaman kepada orang dengan gangguan skizofrenia tersebut untuk mengungkapkan, menceritakan, dan mengevaluasi emosi yang mereka rasakan. Sehingga keluarga dapat memahami kondisi mereka dengan baik, mendeteksi gejala kekambuhan, dan pada akhirnya dapat mengurangi gejala skizofrenia yang mereka alami secara bertahap.