BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan menguraikan diskusi dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari masalah penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti juga mengemukakan hasil penelitian yang terdiri atas hasil utama peneliti, hasil tambahan peneliti dan juga saran yang dipaparkan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara alexithymia dengan empati pada schizophrenia spectrum disorder. Hasil yang didapat menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara alexithymia dengan empati pada dimensi kognitif. Sedangkan pada dimensi afektif, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara alexithymia dengan empati pada dimensi afektif. Secara singkat, informasi mengenai kemampuan empati secara utuh tidak dapat ditentukan oleh kecenderungan skor alexithymia. 5.2 Diskusi Berdasarkan hasil peneltian yang tidak mampu mengungkapkan adanya hubungan antara alexithymia dengan empati pada skizofrenia, dipengaruhi oleh beberapa alasan. Pertama, dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda, yaitu di Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan, Unit 63
64 Informasi dan Layanan Sosial (UILS) Rumah Kita, dan Komunitas Pedulu Skizofrenia Indonesia (KPSI) dimana hampir seluruh pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki gejala yang relatif ringan dan stabil. Oleh karena itu, sampel ini tidak akan mewakili populasi umum pasien dengan skizofrenia. Kedua, waktu saat penyebaran skala dan kuesioner yang mayoritas dilakukan pada pagi hari didukung dengan kondisi responden yang stabil dan fit tanpa adanya kehadiran gejala-gejala positif, negatif, dan disorganisasi yang menjadi ciri utama gangguan pada skizofrenia. Umumnya responden merupakan pasien rawat jalan yang telah mendapatkan pengobatan dalam waktu lama, responden telah memiliki social skill yang baik, beberapa di antaranya juga telah memiliki pekerjaan dan menikah, sehingga faktor tersebut dapat menjadi indikator gejala umum gangguan skizofrenia telah berkurang pada responden dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini tidak mewakili kondisi emosi dan kemampuan empati pada pasien skizofrenia secara utuh. Ketiga, penggunaan skala dan kuesioner untuk mengukur kedua variabel mengalami bias atau tidak sesuai dengan harapan penelitian. Untuk mengukur alexithymia, TAS merupakan sebuah pengukuran selfreport yang mengindikasikan derajat insight responden terhadap respon sewajarnya, individu harus merefleksikan dirinya untuk dapat mengidentifikasi dan membedakan emosi mereka, seperti mengetahui perasaan sedih dan takut, dan membedakan jika mereka dapat mendeksripsikan perasaan mereka pada orang lain. Responden dengan insight yang baik akan dengan mudah memberikan respon jawaban yang sesuai, namun bagi responden dengan insight yang terbatas mungkin akan memiliki kesulitan dalam memberikan respon jawaban. Pada penelitian ini, meskipun mayoritas responden telah berada pada kondisi stabil, namun masih terdapat kemungkinan responden memiliki insight yang terbatas terhadap kondisi emosi dan gangguan yang dialami, responden
65 memiliki keterbatasan pemahaman kognitif terhadap pernyataan yang diberikan dalam skala yang diberikan, dan responden memiliki keterbatasan dalam melakukan evaluasi terhadap manifestasi emosi yang muncul, sehingga responden ditemukan mengalami kesulitan untuk dapat benar-benar memberikan respon sesuai dengan keadaan diri mereka sebenarnya. Keempat, informasi mengenai kemampuan empati secara keseluruhan baik komponen kogntif dan afektif tidak dapat diketahui melalui satu indikator variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu pengetahuan terhadap emosi diri (alexithymia). Seperti yang diungkapkan oleh Derntl dkk. (2009) dan Moriguchi dkk (2007), empati mengacu pada kemampuan multidimensional untuk mengidentifikasi dan berbagi perasaan dan pikiran dengan orang lain, serta kemampuan untuk memahami dan menanggapi pengalaman afektif yang unik dari orang lain, yang dimaksudkan tetap berdasarkan pada kemampuan memahami emosi orang lain. Individu dengan alexithymia seperti pada populasi skizofrenia mungkin memiliki kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang mereka rasakan secara verbal, namun mereka tetap mampu untuk merasakan kondisi emosi, bukan berasal dari diri sendiri, atau simulasi lainnya, emosi dalam hal ini adalah pengalaman sederhana mengenai keadaan psikologis diri terhadap penggunaan kosakata dan kalimat yang digunakan dan dampak yang mereka dapatkan atas situasi tersebut (Divilbiss, 2011). 5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam beberapa hal diantaranya, yaitu keterbatasan dalam proses pengumpulan responden, karena dilakukan di tiga tempat pelayanan kesehatan jiwa yang berbeda
66 dengan pemberian pengobatan dan terapi kesehatan jiwa yang berbeda, baik di rumah sakit jiwa, pusat rehabilitasi sosial, dan komunitas kesehatan jiwa, memungkinkan responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik perilaku yang berbeda. Kedua, keterbatasan variasi tipe skizofrenia dan skizoafektif yang memiliki karakteristik perilaku berbeda memungkinkan dapat mempengaruhi respon jawaban terhadap pernyataan dalam pengukuran skala, sehingga pada akhirnya mungkin dapat mempengaruhi hasil uji korelasi dalam penelitian ini. Ketiga, keterbatasan waktu penelitian dalam proses pengambilan data. Peneliti harus melakukan observasi dan mendapatkan perizinan dari lokasi penelitian yang memakan waktu. Dan saat memberikan intruksi atau petunjuk pengisian secara langsung terhadap masing-masing responden membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama saat responden berulang kali istirahat. Keempat, keterbatasan varian tipe skizofrenia responden yang tidak dapat mewakili populasi skizofrenia secara umum. Hal ini karena peneliti tidak mendapatkan informasi yang signifikan mengenai tipe skizofrenia ataupun subtipe skizoafektif yang dialami responden dengan lengkap. Untuk di lokasi peneltian rumah sakit jiwa, peneliti hanya mendapatkan informasi diagnosa umum berdasarkan rekam medik dokter, tanpa memberikan keterangan tipe skizofrenia maupun tipe komorbid skizoafektif yang dialami pasien, untuk di UILS peneliti hanya mendapatkan informasi diagnosa umum berdasarkan keterangan pekerja sosial yang didapatkan melalui informasi keluarga dan observasi awal pendaftaran program, dan untuk di KPSI informasi diagnosa didapatkan berdasarkan keterangan responden saat mengisi kuesioner yang diberikan. Kelima, penelitian ini tidak menggunakan alat ukur untuk mengetahui tingkat gejala skizofrenia yang dialami responden. Keterbatasan penelitian selanjutnya adalah alat ukur alexithymia dan empati berbasis teori barat, sehingga tidak mampu menggambarkan kedua
67 aspek yang diukur berdasarkan perspektif budaya di Indonesia. 5.4 Saran 5.4.1 Saran Metodologis Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa hal yang dapat peneliti kemukakan sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dalam pengambilan sampel disarankan dalam tempat pelayanan kesehatan jiwa yang setingkat, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang bisa diseragamkan namun kriteria responden dalam hal pelayanan yang diterima dapat dikontrol. 2. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dalam pengambilan sampel menggunakan kriteria gangguan skizofrenia dengan memperhatikan tipe-tipe simtom yang dialami responden, dengan menggunakan responden yang memiliki kriteria gangguan skizofrenia yang lebih spesifik, seperti membatasi pengambilan sampel yang hanya memiliki diagnosa skizofrenia atau skizoafektif, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang terukur dan kemungkinan dapat mengurangi bias penelitian. 3. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk menggunakan karakteristik responden dengan informasi tipe skizofrenia yang tepat berdasarkan diagnosa yang diberikan oleh psikiater, sehingga dapat memperkaya hasil penelitian dan dapat melihat kemungkinan adanya perbedaan tipe skizofrenia terhadap hasil penelitian yang spesifik. 4. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat ukur PANSS (Positive and Negative Symptom Scale) untuk dapat mengetahui tingkat keparahan gejala skizofrenia yang dialami responden.
68 5. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat ukur lain dengan semua dimensi pengukuran untuk dapat mengungkapkan kondisi alexithymia dan empati responden secara utuh. 6. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat menggunakan metode penelitian lain, seperti metode eksperimen maupun kualitatif. Sehingga dapat mengkaji lebih dalam mengenai kondisi alexithymia dan kemampuan empati berdasarkan simulasi yang ditampilkan responden saat pengambilan data dengan memperhatikan waktu pengambilan data, lokasi penelitian, dan kondisi responden. 5.4.2 Saran Praktis Adapun saran praktis yang bisa diberikan adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada setiap orang dengan gangguan skizofrenia untuk dapat meningkatkan kemampuan diri dalam memahami regulasi emosi dan meningkatkan emotion awareness sehingga dapat mengurangi tingkat gejala maupun simtom disorganisasi dan simtom negatif yang dialami secara bertahap. Alexithymia akan menghilang ketika stresor menghilang atau gejala gangguan mental mereda. Berkurangnya tingkat alexithymia merupakan indikator pemulihan dan berkurangnya sikap anhedonia (ketidakmampuan mengalami kesenangan) pada simtom negatif ganguan skizofrenia. 2. Kepada setiap orang dengan gangguan skizofrenia diharapkan untuk tetap melakukan pengobatan medis dan terapi kelompok seperti di rehabilitasi sosial maupun komunitas kesehatan jiwa sebagai upaya untuk meningkatkan hubungan sosial dengan sesama orang dengan gangguan skizofrenia lainnya tanpa takut mengalami penolakan. Sehingga akan meningkatkan kemampuan empati dalam kelompok, kemudian secara bertahap akan meningkatkan kemampuan empati
69 terhadap orang lain pada lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Meningkatnya kemampuan empati merupakan indikator pemulihan dari berkurangnya sikap apati dan asosialitas yang merupakan simtomsimtom negatif pada gangguan skizofrenia. 3. Kepada keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan skizofrenia diharapkan untuk dapat berpartisipasi secara aktif untuk mendukung perawatan kesehatan dan pemulihan mereka, dengan cara memberikan pemahaman kepada orang dengan gangguan skizofrenia tersebut untuk mengungkapkan, menceritakan, dan mengevaluasi emosi yang mereka rasakan. Sehingga keluarga dapat memahami kondisi mereka dengan baik, mendeteksi gejala kekambuhan, dan pada akhirnya dapat mengurangi gejala skizofrenia yang mereka alami secara bertahap.