BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PELAKSANAAN FESTIVAL KEBUDAYAAN JEMBER FASHION CARNAVAL DI KABUPATEN JEMBER

UNIVERSITAS INDONESIA JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC), IDENTITAS KOTA JEMBER DAN DISKURSUS MASYARAKAT JARINGAN TESIS

Event ini semakin mendekati popularitas di Brazil. Di Festival Rio De Janeiro, anda akan melihat ratusan orang berkostum menarik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH JEMBER FASHION CARNAVAL (JFC) TERHADAP IDENTITAS BUDAYA KOTA JEMBER SEBAGAI TRENDSETTER PARIWISATA BUDAYA BAGI KOTA-KOTA LAIN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah sebuah karnaval busana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Festival Seni dan Budaya Indonesia Yang Mendunia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. bereksplorasi dengan bunyi, namun didalamnya juga termasuk mendengarkannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Jember Fashion Carnival: Konstruksi Identitas dalam Masyarakat Jaringan

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

]BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai dan kebanggaan tersediri. Mereka tidak segan-segan merubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semua orang. Sering kali orang-orang bersedia melakukan apapun untuk meluangkan

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

BAB I PENDAHULUAN. Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis individu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. faktor penggerak gerakan sosial. Sebagai suatu bentuk tindakan kolektif yang

CYBERMEDIA Dr.Rulli Nasrullah, M.Si

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia


dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi.

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB III FESTIVAL KEBUDAYAAN JEMBER FASHION CARNAVAL DI KABUPATEN JEMBER. luas wilayah seluas 3.293,34 Km 2. dan memiliki ± 76 pulau-pulau kecil

BAB III STRATEGI PENINGKATAN BRAND IMAGE JEMBER SEBAGAI WORLD FASHION CARNAVAL CITY

BAB I PENDAHULUAN. mengenal ketoprak. Ketoprak berasal dari kata tok dan prak yaitu bunyi dari kentongan

BAB I PENDAHULUAN. Kesurupan itu kemasukan setan (K, 21 tahun)

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia. Pertumbuhan ekonomi ini tidak lepas dari peran industri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB V PENUTUP Pengantar

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 -

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi informasi, kini bahasa tidak saja dilihat sebagai alat komunikasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, persoalan gaya hdup menjadi sesuatu yang amat diperhatikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anita Indriana, 2014 Wacana Polemik Pemberitaan Rokok dalam Harian Umum Kompas

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB VI PENUTUP. penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat.

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012)

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian menjadi jawaban dari rumusan masalah, kemudian pada bab ini pula disampaikan mengenai signifikansi penelitian, limitasi, dan sistematika penulisan yang menjelaskan bab-bab dalam tulisan ini. Sebagai bab pembuka dalam bagian ini menjelaskan tiga hal, pertama latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian mengenai Jember Fashion Carnaval, Identitas Kota Jember, dan diskursus masyarakat jaringan. Kedua, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, meliputi tujuan khusus dan tujuan umum. Ketiga, sistematika penulisan tesis yang seluruhnya disampaikan dalam satu bab pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Branding maupun identitas kota bukanlah hal yang baru. Beberapa kota di Eropa bahkan sengaja mengirim para ahlinya mencari ide-ide baru untuk mengembangkan kota (Silk, 2000). Selain itu, dalam diskursus masyarakat jaringan dikatakan bahwa dengan jarak ruang dan waktu yang semakin kabur, tradisi dan budaya lokal berusaha mempertahankan identitas dari terpaan globalisasi (Castells, 1997). Hal ini seiring dengan kompetisi kota-kota di Indonesia untuk meningkatkan pariwisata di era otonomi daerah. Tak terkecuali dengan kota-kota di Jawa Timur, khususnya di Jember sebagai salah satu kota yang berada di daerah Tapal Kuda turut tertantang dan membaca kebutuhan mengembangkan identitas kota dalam kompetisi kota-kota ini.

Jember, sebagai sebuah kota di ujung Jawa Timur lebih sering dikenal sebagai kota tembakau, atau kota dengan budaya pendalungan 1, namun hampir tidak memiliki tradisi yang kuat 2, sehingga branding atau identitas Kota Jember menjadi kebutuhan sejak orang-orang Jember pergi ke luar Jember untuk merantau, bekerja, dan bersekolah. Orang di luar Jember mulai bertanya-tanya di manakah lokasi Jember, apa yang terkenal dari Jember, apa istimewanya Jember, apa menariknya Jember. Pertanyaannya ini mau tidak mau selalu muncul saat orang Jember memperkenalkan diri sebagai orang yang berasal dari Jember. Sementara itu, kenyataannya adalah Jember hanya sebagai sebuah wilayah tanpa akar tradisi yang kuat atau tanpa identitas yang khas (Adibah, 2006). Hal ini kemudian menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi orang Jember untuk menunjukkan identitasnya, terbukti Pemkab Jember menginisiasi pembuatan tari khas Jember (tari Labako yang menceritakan mengenai tembakau) namun tidak begitu populer (Adibah, 2006:85). Hingga akhirnya tercetus ide menciptakan sebuah karnaval fashion yang diikuti oleh pemuda dan pemudi Jember. Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah sebuah karnaval yang menghadirkan catwalk terpanjang di dunia yakni 3,6 km di jalan-jalan di kota Jember 3. Para peserta dengan kostum rancangannya sendiri menari-nari bersama alunan musik yang menghentak di sepanjang jalan hingga berakhir di Stadiun Utama Kota Jember untuk melakukan penutupan dan berakhir sore hari, sekitar pukul 17.00 wib. Karnaval ini mengambil tema yang berbeda setiap tahunnya. Dimulai dengan panitia yang mengaudisi peserta hingga didapatkan ratusan anak 1 Budaya pendalungan adalah sebutan bagi budaya Jember dan wilayah tapal kuda lainnya yang berarti budaya campuran dan perpaduan antara budaya Jawa, Madura, dan Using namun tidak ada budaya yang dominan. Percampuran ini demikian merata, sehingga tidak ada yang benar-benar Jawa, Madura, ataupun Using. Mereka sendiri menyebut diri mereka dengan sebutan orang Jember. 2 Dalam Adibah, (2006: 84) apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan membakukan simbol tembakau sebagai simbol kota nyatanya juga gagal populer. Ini terjadi karena tembakau tidak hanya bisa ditemui di Jember, tetapi juga di daerah sekitar Jember. Begitu pula baju khas daerah dengan filosofi yang khas dari daerah itu. Kekhasan tersebut ternyata juga gagal populer dan tidak mendapat respon positif dari masyarakat. 3 www.jemberfashioncarnival.com, 2009.

muda 4, yang akan ditraining selama 6 bulan agar peserta bisa merancang kostumnya sendiri sekaligus dapat memeragakannya di karnaval nanti. Ide Jember Fashion Carnaval muncul dari seorang Dynand Fariz, seorang Jember yang kesehariannya berkecimpung dengan fashion. Ditambah kemampuan Fariz membaca peluang dan mengembangkan karnaval sebagai karya yang tentu akan menyedot perhatian massa (orang-orang Jember) serta dipadukan dengan keahliannya membangun jaringan dengan media massa, baik lokal, nasional maupun internasional. Seiring dengan waktu dan pemberitaan media, Jember menjadi dikenal sebagai kota tempat diselenggarakannya JFC. Sementara itu, identitas adalah sebuah istilah yang sedikit banyak diketahui artinya, meskipun seringkali pendefinisian atas identitas cenderung terpeleset atau salah kaprah. Identitas adalah produk kultural. Identitas disadari melalui mekanisme tertentu dan dalam cara tertentu untuk mendapatkannya (Cerulo, 1997). Begitu penting identitas sehingga banyak kajian mengenai identitas dilakukan tidak hanya dalam kajian antropologi, komunikasi, cultural studies, psikologi, gender namun juga sosiologi. Identitas tidak pernah tunggal dan tidak juga terlepas dari konteks. Interaksi sebagai processes of doing identity pada kenyataannya adalah proses negosiasi antar aktor (Cerulo, 1997). Karena identitas dibangun atau diproduksi secara kultural dan merupakan socially constructed, maka identitas merupakan sesuatu yang cair dan terus menerus dibentuk dan dibentuk ulang dalam interaksi (Cerulo, 1997). Kenyataan ini bisa terjadi pada entitas apapun, baik individu secara personal, lembaga tertentu maupun benda. Pada prosesnya tidak mudah membangun identitas, apalagi identitas kolektif di mana banyak aktor yang memiliki keinginan dan kebutuhan identitas yang berbeda. Orang Jember yang tidak tertarik dengan fashion mungkin tidak akan setuju jika fashion menjadi identitas Kota Jember, demikian juga dengan beberapa pemuka agama 5, ide karnaval apalagi fashion tidak sesuai dengan orang Jember yang cenderung religius. Di sisi lain, Kota Jember adalah wilayah 4 JFC 2009 mencatat keterlibatan 550 orang. 5 Khususnya para kiai pesantren di Jember diketahui bahwa mayoritas penduduk Jember beragama Islam (Sudiar, 2008).

negosiasi yang bebas, sehingga sesungguhnya semua aktor berhak menghasilkan ide, menginisiasi event, karya, produk atau segala atribut yang mengkonstruksi identitas Kota Jember. Dengan sendirinya ini adalah proses negosiasi yang tidak mudah dalam konteks sosiokultural Jember. Dalam proses ini, satu hal yang cukup penting dalam pembentukan identitas Kota Jember adalah kenyataan bahwa event JFC memiliki news value yang tinggi, ini yang tidak bisa ditinggalkan dalam masyarakat jaringan. Tingginya nilai berita JFC dan Jember ini, salah satunya karena JFC yang hadir di Jember memiliki keunikan tersendiri, antara lain karena lahirnya karnaval fashion di sebuah kota santri seperti Jember. Sehingga dengan banyaknya pemberitaan mengenai JFC, Jember turut pula dikenal baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Disebutkan dalam sebuah pemberitaan menjelang 3 Agustus 2008, di mana JFC setiap tahun diadakan, hotel-hotel dan penginapan di Jember dan sekitarnya sudah penuh oleh media lokal, nasional, dan internasional yang ingin meliput, di mana dikabarkan bahwa sebanyak 300 media lokal, nasional, dan internasional yang meliput JFC. Hal ini seakan menjadi fakta tersendiri mengingat bagi pembaca di luar Jember pemberitaan yang dilansir oleh media membuat Jember mau tidak mau identik dengan JFC 6. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah pernyataan kultural semacam apa yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh JFC, manifestasi apa saja yang sengaja dimunculkan dalam proses ini, bagaimana kaitan antara JFC dengan identitas Kota Jember dan terakhir, dalam diskursus masyarakat jaringan, media memainkan peran yang sangat menentukan, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah peran media dalam mengkonstruksi identitas Kota Jember melalui pemberitaan mengenai JFC. 6 Dalam konteks masyarakat jaringan, media menjadi alat identifikasi yang sangat menentukan. Hal ini dicontohkan oleh Castells dalam pembentukan imej Gedung Putih oleh media massa Amerika. Bahkan media lah yang mampu membuat individu menjadi malaikat atau penjahat. Pentingnya peran media ini turut pula diperlihatkan dalam fenomena JFC di Jember.

1.2 Perumusan Masalah Kebutuhan akan identitas menjadi tantangan tersendiri bagi entitas apapun saat ini, tidak hanya pada individu tetapi juga pada kota, seperti disampaikan oleh Castells (1997) identitas dan akar tempatnya berasal merupakan wujud kebutuhan manusia era informasi. Dunia kita dan hidup kita telah terbagi ke dalam trend globalisasi dan identitas. Identitas adalah hasil konstruksi, dengan demikian ada unsur-unsur yang saling berdialektika pada waktu tertentu, sehingga menghasilkan sebuah realitas. Dengan adanya event JFC, maka identitas Kota Jember seakan menjadi dinegosiasi kembali. Dalam proses ini aktor-aktor berproses dan saling berdialektika. Masing-masing aktor ini memiliki latar belakang dan pengalamannya sendiri. Inilah yang membuat sebuah realitas pada akhirnya menjadi kaya. Negosiasi identitas oleh JFC terhadap identitas Kota Jember menjadi realitas yang masih penuh teka-teki. Sejak kapan JFC disadari oleh orang Jember, apakah JFC membuat orang Jember bangga. Bagaimana orang Jember berpendapat mengenai JFC dan wacana Identitas Kota Jember, bagaimana proses itu terjadi, dan bagaimana memahami pro dan kontra dari proses itu. Apakah lahirnya JFC di Jember dapat dibaca sebagai bentuk masyarakat jaringan yang dimaksudkan oleh Castells. Jika demikian, bagaimana peran media selama ini. Sepanjang pertanyaan tersebut belum terjawab dalam prosesnya, kemudian menjadi menarik untuk dikaji mengenai negosiasi identitas Kota Jember oleh JFC, dalam konteks masyarakat jaringan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah Bagaimana negosiasi identitas oleh Jember Fashion Carnaval (JFC) terhadap Identitas Kota Jember dalam konteks masyarakat jaringan? yang kemudian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Pernyataan kultural semacam apa yang ingin disampaikan oleh JFC?

2. Bagaimana masyarakat Jember melihat JFC dalam representasi identitas Kota Jember? 3. Bagaimana konstruksi media terhadap identitas Kota Jember? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terbagi ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapat pemahaman mengenai negosiasi identitas antara Jember Fashion Carnaval dengan identitas Kota Jember dalam diskursus masyarakat jaringan. Dalam hal ini, penulis melihat Jember sebagai wilayah sosiokultural yang terbuka serta belum mengalami pembentukan identitas yang khas, sehingga seiring dengan semakin populernya JFC sebagai ajang yang membawa nama Jember baik di wilayah Jawa Timur, nasional maupun internasional. Dengan demikian mampu menegosiasi identitas Kota Jember, karena hingga saat ini penulis yang berdomisili di Jember sekalipun belum menemukan identitas yang khas pada Jember. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendeskripsikan, menganalisa, dan menguraikan pernyataan kultural yang ingin disampaikan oleh JFC; pandangan masyarakat Jember terhadap JFC dan identitas Kota Jember; terakhir, konstruksi media terhadap identitas Kota Jember dalam setting network society. 1.5 Signifikansi Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk menjelaskan proses negosiasi identitas khususnya identitas teritori dalam setting masyarakat jaringan. Secara praktis, temuan riset ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai basis data atau pemikiran, sehingga menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya maupun berguna bagi pembaca untuk menambah wawasan mengenai pembentukan identitas teritori. 1.6 Limitasi

Penelitian ini dibatasi hanya pada pembahasan mengenai keterkaitan antara JFC, negosiasi identitas Kota Jember, dan diskursus masyarakat jaringan. Pertama, penelitian dibatasi pada interpretasi terhadap JFC selama ini, sebenarnya JFC hendak menyatakan pernyataan kultural semacam apa. Pernyataan kultural dapat berarti berbagai motif yang mendasari, dinamika yang terjadi, proses dan jaringan yang diciptakan. Kedua, bagaimana JFC merepresentasi identitas Kota Jember, dibatasi mengenai identitas Kota Jember apa saja yang selama ini terkonstruksi dalam wilayah sosiokultural Jember, bagaimana pandangan dan pendapat mereka terhadap JFC, apakah mereka setuju dengan JFC sebagai branding Jember, tentulah hal ini akan melahirkan pro dan kontra. Terakhir, dalam masyarakat jaringan, peran media jelas sangat penting, sehingga dalam penelitian ini sengaja akan dianalisis bagaimana konstruksi media dalam pemberitaan JFC dan wacana identitas Kota Jember. 1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini terbagi ke dalam 5 bab yang seluruhnya terdiri dari, bab I berisi latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema mengenai JFC, identitas Kota Jember, dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian menjadi jawaban dari rumusan masalah, kemudian pada bab ini juga disampaikan mengenai signifikansi penelitian, limitasi, dan sistematika penulisan yang menjelaskan bab-bab dalam tulisan ini. Bab II berisi dua bagian, bagian pertama tinjauan pustaka yang berisi penelitian terdahulu, baik mengenai konstruksi identitas, JFC dan terakhir terkait dengan penggunaan metode CDA dalam penelitian ini. Bagian kedua berisi konstruksi teori yang menjadi kerangka umum penelitian ini. Kerangka teori tersebut membahas mengenai JFC, proses identifikasi dan kerangka teori yang membingkai penelitian ini, terakhir asumsi-asumi penelitian dan kerangka operasional penelitian. Bab III berisi secara umum mengenai metode penelitian yang digunakan, peran peneliti dan etika penelitian, metode pengumpulan data, strategi validasi, kerangka kerja serta tahapan penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan yang terdiri dari sub bab 1) berisi khusus mengenai pernyataan kultural yang ingin disampaikan oleh JFC, terbagi atas asal mula ide JFC; jaringan JFC dengan pihak-pihak di luar JFC: media, perusahaan kosmetik, Pemkab Jember; JFC dan konstruksi baru identitas Kota Jember: Kota Karnaval. Sub bab 2) merupakan sub bab yang khusus menulis tentang representasi identitas Kota Jember. Sub bab ini menjelaskan asal mula pembentukan Kota Jember, konstruksi identitas Kota Jember: Jember Kota Tembakau; Jember Kota Santri, Jember World Fashion Carnival City; JFC di mata orang Jember; pro dan kontra terhadap JFC. Sub bab 3) berisi tentang konstruksi pemberitaan media mengenai JFC dan Jember. Terdiri dari konstruksi identitas media terhadap JFC dan identitas Kota Jember; relasi yang muncul dari setiap pemberitaan JFC; identifikasi kepentingan media dalam pemberitaan JFC. Sub bab 4) berisi sintesa dari semua temuan, diskusi antar temuan dengan teori dan implikasi teoritis yang dihasilkan. Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini telah dijelaskan bahwa yang menjadi latar belakang dari penulisan tesis ini adalah pertama, munculnya kebutuhan akan identitas di era globalisasi saat ini, sehingga kajian mengenai identitas menjadi kajian yang tidak hanya penting namun juga menarik untuk dilakukan. Kedua, setelah 9 tahun JFC digelar di Jember menghasilkan dua fakta tersendiri, pertama fakta bahwa JFC pada akhirnya menjadi event tahunan Pemkab Jember dan hal ini menunjukkan bahwa JFC semakin diakui di Jember. Kedua, fakta bahwa pemberitaan tentang JFC semakin massal, baik dilakukan oleh media massa lokal, nasional, maupun internasional. Ketiga, peran media dalam setting masyarakat jaringan menjadi sebuah fenomena yang menarik. Dalam bab selanjutnya akan dipaparkan mengenai penelusuran pustaka yang telah dilakukan.