BAB VI PENUTUP. penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat.
|
|
- Adi Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Hadirnya desa wisata di Dukuh Grogol menjadi sebuah mesin baru penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat. Keberadaan Desa Wisata Budaya di Dukuh Grogol sebenarnya sudah dimulai sejak dari tahun 2001, tetapi dalam pada perjalanannya sempat vakum selama sepuluh tahun. Hal ini dikarenakan proses difusi inovasi budaya khususnya dalam hal pariwisata tidak dapat berjalan bahkan menerima penolakan (rejection) dari beberapa aktor masyarakat, bahkan melahirkan beragam friksi yang menyertai perkembangannya. Jadi selama sepuluh tahun ( ), desa wisata ini masih minim kegiatan wisata seperti menerima wisatawan. Tetapi masih ada satu kegiatan rutin tiap tahunnya yang tidak terlewatkan yaitu adalah Upacara Adat tuk Si Bedhuk. Setelah sepuluh tahun vakum desa wisata ini kemudian kembali dibangkitkan kembali di tahun 2010, yang diinisiasi oleh kaum muda Dukuh Grogol. Meskipun dalam proses komunikasi difusi atau dalam bahasa Rogers disebut Innovation- Discision Process kembali menerima penolakan, tetapi dengan potensi dan inovasi konsep desa wisata dapat berjalan dan berkembang di Dukuh Grogol seperti sekarang (2015). Desa Wisata Budaya Grogol oleh serorang informan disebut sebagai bayi yang dilahirkan kembali dan masih dalam tahap merangkak cukup cepat perkembangannya. Karena dalam proses dilahirkannya kembali di tahun 2010 sampai sekarang (2015) sudah menampakan perkembangan yang signifikan, terbukti dapat dilihat sebagai berikut: Pertama, kuantitas personalia pengelola
2 desa wisata yang dahulunya hanya lima orang, tapi sekarang sudah lebih dari lima puluh lebih. Kedua, jumlah wisatawan yang semakin terus meningkat pada tiap bulanya. Ketiga, aktivitas wisata yang ditawarkan di desa wisata ini sudah mulai banyak dan beragam, mulai dari budaya, pertanian, perikanan, dan wisata alam. Keempat, Desa Wisata Grogol di tahun 2014 dan 2015 berhasil meraih Juara Harapan 1 di tahun 2013 dan dua dalam lomba desa wisata se-kabupaten Sleman pada tahun 2014, ditambah Juara Harapan Tiga se-provinsi DI. Yogyakarta, dan Keempat, aktivitas ekonomi pariwisata yang berdampak pada ekonomi masyarakat sudah banyak nampak, dengan kemunculan model ekonomi baru sebagai sebuah proses akulturasi ekonomi (ekonomi hibrida). Seperti halnya proses pariwisata di pedesaan lainnya, pranata sosial yang banyak mengalami perubahan di Dukuh Grogol adalah pranata ekonomi atau sistem mata pencaharian masyarakat. Hal ini dikarenakan proses pariwisata yang ada di Dukuh grogol ini dikelola secra partisipatif masyarakat, dengan keterlibatan masyarakat sebagai faktor utamanya. Sehingga banyak kemudian aktivitas ekonomi yang dahulunya mengarah pada produksi seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri gerbaha kemudian mengarah ke sektor jasa pariwisata, begitu juga dalam sektor-sektor lainnya.banyak sektor ekonomi yang kemudian terlibat dan bersentuhan langsung dengan pariwisata seperti: pertanian, perikanan industri kecil, UMKM, perdagangan dan kesenian. Dari beberapa sektor ekonomi yang bersentuhan langsung dengan proses pariwisata ini kemudian mengalami perubahan dan berakulturasi yang melahirkan sebuah model ekonomi baru yang di sebut sebagai ekonomi hibrida.
3 Ekonomi hibrida dalam konteks pariwisata pedesaan (di Desa Wisata Grogol), pada dasarnya merupakan sebuah model ekonomi baru yang berkembang di pedesaan akibat adanya proses akulturasi. Pada penelitian ini ekonomi hibrida pada kasus Desa Wisata Grogol terbentuk dari proses akulturasi antara ekonmi tradisional masyrakat dalam hal ini mata pencaharian masyarakat baik itu sektor produksi (pertanian, perikanan, industri, dan industri kreatif) atau jasa (transportasi dan jasa hiburan) dengan ekonomi rasional yang dibawa pariwisata, sehingga mengasilkan model-model mata pencaharian atau pranata ekonomi baru bagi masyarakat. Meskipun tidak kesemua mata pencaharian (pranata ekonomi) di Grogol mengalami akulturasi, tetapi setidaknya hadirnya pariwisata atau desa wisata sedikit banyak mengubah tatanan sosial di masyarakat khusunya dalam bidang ekonomi. Motif ekonomi rasional inilah yang melatar belakangi proses perubahan ekonomi masyrakat pasca ditetapkanya Grogol sebagai Desa wisata. Motif ekonomi rasional yang dimaksud dalam kasus Desa Wisata Grogol ini adalah aktivitas ekonomi yang dilatar belakangi oleh keinginan untuk memperoleh penghasilan tambahan dari aktivitas wisata yanga ada di desa wisata. Dengan adanya desa wisata membuka peluang bagi warga untuk menambah penghasilan mereka selain dari penghasilan pokok dari mata pencaharian yang sudah mereka lakukan selama ini. Misalnya seorang buruh tani atau buruh derep di Grogol, kesehariannya bekerja menanam padi atau dalam bahasa lokal tandur, mendapatkan upah antara Rp ,- sampai Rp ,- untuk seharian penuh. Sedangakan ketika mereka dimintai tolong untuk memandu wisatawan bercocok
4 tanam atau tandur, mereka mendapatkan upah yang sama tetapi dengan waktu yang relatif singkat yaitu paling lama 2 jam. Maka alasan atau motif ekonomi rasional yang menjadikan proses akulturasi antara mata pencaharian warga dengan ekonomi rasional yang dibawa pariwisata dapat berjalan dan menghasilkan sebuah model baru ekonomi yang disebut ekonomi hibrida di Dukuh Grogol. Proses akulturasi mata pencaharian (pranata ekonomi) masyarakat di Dukuh Grogol merupakan suatu bagian saja dari suatu gerak akulturasi budaya yang lebih umum. Proses ini membentuk suatu pola-pola baru yang menyeluruh dari kehidupan masyarakat. Akulturasi mata pencaharian merupakan bagian dari perubahan kehidupan masyarakat yang menyeluruh dan terintegrasi. Perubahan berupa proses akulturasi kebudayaan di Grogol ini merupakan akibat adanya proses wisata pedesaan, yang di kembangkan masyarakat sejak Perubahan mata pencaharian masyarat di dukuh Grogol sebagai suatu proses akulturasi dalam bidang ekonomi melahirkan beberapa model ekonomi baru yang disebut dengan ekonomi hibrida. Perjalanan akulturasi mata pencaharian masyarakat di desa wisata tidak berhenti begitu saja. Proses akulturasi baik yang sudah berhasil maupun yang masih dalam proses masih terus berlangsung. Bisa saja pada saat kondisi tertentu mata pencaharian yang masih dalam proses dan belum menghasilkan ekonomi hibrida ini berubah masuk ke dalam kategori mata pencaharian yang berhasil mengalami akulturasi. Bahkan sebaliknya bisa jadi mata pencaharian yang sudah berhasil berakulturasi kembali mengalami proses dan masuk kedalam kategori
5 akulturasi dalam proses. Misalnya jika kedepan wisatawan yang menginap di Desa Wisata Grogol meningkat, dan home stay sudah aktif menerima tamu, maka tidak menutup kemungkinan ada beberapa unsur yang berubah baik dari aspek material atau fisik, perilaku pemilik atau pengelola, kebahasaan atau ide dari home stay itu sendiri. Ekonomi hibrida yang ada di Dukuh Grogol masih belum manyeluruh pada aspek ekonomi masyarakat. Sayangnya ekonomi hibrida ini hanya terjadi pada aktor-aktor masyarakat yang merespon kegiatan wisata di desanya. Beberapa diantaranya masih belum mau terlibat dalam kegitan wisata karena dianggapnya pariwisata menjadi sebuah ancaman keberlangungan mata pencaharian mereka, Selain itu warga Grogol masih belum banyak membuka usaha penginapan, untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal sementara bagi wisatawan. Terlepas dari permasalahan yang menghambat proses akulturasi pada mata pencaharian masyarakat, perkembangan pariwisata di Dukuh Grogol berdampak positif bagi pengambangan ekonomi masyarakat, sehingga ekonomi hibrida dapat tumbuh dan perkembang juga tentunya guna meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat di Dukuh Grogol. Berdasarkan temuan dari penelitian lapangan di Dukuh Grogol atau Desa Wisata Budaya Grogol ada beberapa mata pencaharian yang bersentuhan langsung dengan proses pariwisata pedesaan, mengalami akulturasi dan membentuk model ekonomi baru (ekonomi hibrida). Akulturasi pada mata pencaharian yang mengasilkan model ekonomi baru (ekonomi hibrida) di Dukuh Grogol antara lain: sawah wisata, perikanan wisata, pekerja seni dan sanggar seni,
6 jasa transportasi wisata: kereta wisata, dan industri gerabah dan juga melahirkan satu jenis mata pencaharian baru yang disebut sebagai pemandu desa wisata. Di sisi lain juga ada beberapa mata pencaharian yang bersentuhan langsung dengan proses pariwisata pedesaan, tetapi masih belum menghasilkan model ekonomi baru (ekonomi hibrida), atau dalam bahasa lain dikatakan lamban dalam berakulturasi. Hal ini dikarenakan belum bertemunya unsur-unsur dalam mata pencaharian tersebut dengan unsur-unsur ekonomi rasional pariwisata pada sebuah titik dan masih dalam proses. Mata pencaharian yang masih dalam proses akulturasi antara lain: peternakan, perdagangan: warung kampung dan pedegang keliling, dan home stay (penginapan). B. Implikasi Penelitian ini tentunya diharapkan dapat membawa implikasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan implikasi praktis bagi pelaksanaan pariwista pedesaan. 1. Implikasi Teoritis Proses inovasi unsur kebudyaan baru dalam proses akulturasi pada konteks mata pencaharian di Desa Wisata Grogol tidak hadir taken fo granted begitu saja, melainkan juga melalui proses perubahan yang secara evolutif. Proses akulturasi dalam konteks pariwisata pedesaan ini terus berlangsung tanpa henti, terkecuali aktivitas wisata di Grogol dihentikan total. Proses akulturasi dalam kasus Dukuh Grogol ini menghasilkan dua kategori yaitu : akulturasi yang sudah berhasil mengasilkan wujud baru dari unsur kebudayaan, dan yang kedua akulturasi yang masih dalam proses karena masih belum diterimanya unsur-unsur budaya antar dua atau lebih kebudayaan yang mengalami akulturasi. Proses akulturasi disini
7 tidak dapat dikatakan gagal karena akulturasi pada dasarnya adalah sebuah proses yang tidak ada henti-hentinya, seperti pada pernyataan sebelumnya. Akulturasi yang dapat dikatakan berhasil dalam konteks penelitian ini jika: a) adanya harmoniasi antar aktor, b) adanya kontak kebudayaan yang relative lama, c) proses dari pengetahuan, persuasi, diskusi, sampai konfirmasi unsurunsur kebudyaan baru berjalan lancar, dan d) muncul unsur-unsur baru yang dapat dilihat dari simbol-simbol yang ada, dari keempat aspek kebudaayan (ide, kebahasaan, perilaku dan material). Sedangkan untuk kategori akulturasi dalam proses menurut bahasa Rogers (1983) disebut dengan lamban, seperti pada pembahasan sebelumnya. Pada konsep ekonomi hibrida, peneliti sedikit berbeda dengan apa yang dikembangkan Alteman (2001) menganai model ekonomi baru sebagai akibat pertemuan dua budaya atau akulturasi antara ekonomi konvensional (pasar, negara, swasta) dengan ekonomi adat. Sedangkan dalam konteks penelitian ini (paraiwisata pedesaan) ekonomi hibrida ini lahir dari sebuah proses panjang yang disebut dengan akulturasi dari ekonomi konvensional masyarakat lokal (host community) dengan unsur ekonomi pada proses wisata juga kontak dengan budaya dari wisatawan (guest community). 2. Implikasi Praktis Keberadaan desa wisata di pedesaan pada beberapa dekade terakhir ini seakan menjadi sebuah paspor dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Disatu sisi dengan adanya desa wisata diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, tetapi di sisi lain pariwista
8 pedesaan ini meninggalkansuatu masalah perubahan sosial budaya di tengah masyrakat. Perubahan budaya sebagai sebuah dampak dari hadirnya pariwisata ini banyak menimbulakan friksi dalam masyarakat. Keberadaan friksi sebagai sebuah kegagalan dalam proses difusi atau akulturasi meninggalkan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Dalam kasus Dukuh Grogol friksi sebagai akibat dari belum berhasilnya proses akulturasi ini dikarenakan oleh kepentingan antar aktor masyarakat yang didasari atas kepentingan, baik relasi kekuasaan juga masalah motif ekonomi. Dengan adanya tesis ini dapat membuka sebuah wacana baru tentang proses akulturasi dan pariwisata yang melahirkan sebuah model ekonomi baru ditengah-tengah masyarakat atau biasa disebut dengan ekonomi hibrida. Dengan membaca tesis ini diharapkan bahwa para pembaca sadar bahwa realita ini ada di tengah-tengah masyarakat dan mungkin subjek dari kajian ini tidak menyadari hal ini. Sehingga tesis ini sangat tepat jika dibaca langsung oleh para pelaku pariwisata pedesaan. C. Saran atau Rekomendasi Penelitian terkait Desa Wisata dan Ekonomi Hibrida ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang tepat bagi kelangsungan desa wisata di Dukuh Grogol.. 1. Bagi Warga Dukuh Grogol Ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh warga Dukuh Grogol, sebagai sebuah akibat adanya desa wisata di dukuhnya. Pertama, terkait dengan masalah sistem kelembagaan dalam hal ini adalah
9 Forum Desa Wisata Budaya Grogol, harus diperkuat dengan mekanisme oraganisasi yang benar baik secara aspek legalitas maupun aspek ekonomi. Karena jika suatu hari nanti desa wisata ini mengalami perkembangan yang begitu luar biasa, maka Desa Wisata Grogol akan menerima income (penpatan) yang begitu banyak. Hal ini menjadi riskan karena disana akan terjadi banyak kepentingan, seperti ada selogan ada gula ada semut. Kasus ini juga dialami beberapa desa wisata di Yogyakarta yang dahulunya satu kepengurusan kemudian terpecah-pecah akibat belum siap menerima pendapatan yang banyak. Jika hal ini sebelumnya dapat diantisipasi dengan pembenahan kelembagaan dengan cara memperhitungkan aspek legalitas hukum, juga aspek ekonomi. Dengan mulai menata admistrasi kelembagaan dan menjadikan lembaga atau organisasi forum desa wisata ini menjadi sebuah koprasi yang memiliki tujuan untuk mesejahterakan anggotanya. Jadi dengan pembuatan koprasi ini akan jauh lebih sistematis dan keuangan yang ada dapat lebih terkontrol, juga merupakan bagian dari adanya proses akulturasi ekonomi antara masyarakat lokal dengan model ekonomi konvensional negara. Kedua, pada proses akulturasi ekonomi yang terjadi. Model ekonomi hibrida yang sudah berjalan seperti sawah wisata, perikanan wisata, transportasi, UMKM, dan sebagai-nya perlu di evaluasi, apakah dengan model ekonomi seperti ini sesuai dengan struktur masyrakat Grogol, dan jika ini sudah sesuai maka sistem atau model ini perlu diproteksi. Sedangkan untuk sistem ekonomi yang belum dapat berjalan seiringan, dengan pariwisata pedesaan seperti home stay dan peternakan, maka diperlukan mencari akar permasalahan yang ada.
10 Misalnya adanya masalah kepentingan ekonomi dari salah satu anggota masyarakat, maka diperlukan proses dialogis dalam menyelesaikan masalah tersebut. 2. Bagi Pemerintah Pada dasarnya proses pariwisata di Dukuh Grogol atau Desa Wisata Budaya Grogol sudah berjalan. Setiap bulanya jumlah wisatawan yang mengabil paketan wisata yang disediakan oleh pengelola desa wisata terus meningkat kuantitasnya. Kegiatan wisata yang ada di Dukuh Grogol sudah mulai beragam, mulai aktivitas wisata budaya, wisata pertanian, wisata religi, dan juga wisata alam. Tetapi dalam penerapanya keberadaan keberlangsungan wisata di Dukuh Grogol masih belum sepenuhnya diterima masyarakat, Masih ada beberapa anggota masyarakat yang belum menerima 100% keberadaan desa wisata. Sehingga diperlukan peran untuk mencairkan suasana sehingga keberadaan desa wisata dapat diterima sepenuhnya. Selain itu dalam proses managemen pengelolaan desa wisata, masih belum sesuai dengan prinsip manageman khususnya dalam bidang administrasi. Maka diperlukan pelatihan dalam bidang manejemen dan adminstrasi dari pemerintah. 3. Bagi Para Peneliti Lain Kajian pada penelitian ini berfokus pada proses akulturasi yang mengasilkan sebuah model ekonomi baru yang disebut dengan model ekonomi hibrida, dan sedikit menyinggung mengani friksi dalam proses akulturasi dalam pranata ekonomi. Bagi peneliti proses friksi dalam sebuah perubahan ini menarik, karena pada proses adobsi kebudayaan pastinya ada yang menerima dan menolak,
11 yang menolak ini kemudian melihirkan benih-benih friksi dalam proses perubahan tersebut. Maka diperlukan penelitian lebih mendalam mengenai dinamika sosial dan friksi dalam proses akulturasi ekonomi. Karena friksi bahkan berujung pada konflik dalam masalah pengelolaan pariwisata, terlebih pada pariwisata pedesaan yang berbasis pada partisipasi masyarakat. Dari sinilah diperlukan sebuah kajian yang mendalam dan serius, terkait friksi dalam proses akulturasi ekonomi dalam merespon proses pariwisata. Sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat bagi permasalahan friksi atau konflik yang terjadi pada proses pariwisata, khususnya dalam konteks pariwisata pedesaan.
BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh
Lebih terperinciADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PROFIL INFORMAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil dari masing-masing informan
BAB IV PROFIL INFORMAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil dari masing-masing informan yang menjadi objek penelitian. Sesuai yang telah diuraikan pada sub bab metodologi, informan dalam penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dari penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Manding maka dapat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)
Lebih terperinciDalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai
Bab VII Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari penyusunan tesis terkait dengan apa yang penulis temukan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di
149 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di desa Brayut Pandowoharjo Sleman melalui tiga tahap yaitu sosialisasi, transformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciDiharapkan. Perubahan. Tidak diharapkan. Vertikal. Mobilitas Sosial. Horisontal. Mobilitas Geografik
Perubahan Diharapkan Tidak diharapkan Direncanakan Tidak direncanakan Mobilitas Sosial Vertikal Horisontal Mobilitas Geografik Perencanaan Wilayah Potensi wilayah Sumberdaya Alam Sumberdaya manusia Perubahan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tetang Modal Sosial
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tetang Modal Sosial Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dan Sambi Kabupaten
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan temuan penelitian dan analisis yang telah diterapkan dalam bab sebelumnya, maka dalam Bab V ini peneliti akan menarik kesimpulan terkait penelitian
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Desa Ledok Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, atraksi utama yang ada di desa ini adalah kegiatan outbound dengan konsep XP Learning
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dalam konteks perusahaan dan konsumen/pelanggan diterjemahkan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hospitality dari makna bahasanya diartikan keramahtamahan. Kata ini dalam konteks perusahaan dan konsumen/pelanggan diterjemahkan sebagai bentuk pelayanan.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA Tugas Akhir Penelitian Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Magister Manajemen
Lebih terperinciBab VI Analisa Pendahuluan
Bab VI Analisa Pendahuluan Dalam konteks Atauro, kata kunci yang menjadi isu utama adalah hadirnya perubahan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Atauro dan mengingat penulis juga
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta
BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata pada saat ini menjadi harapan bagi negara berkembang seperti Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Indonesia yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,
Lebih terperinciPERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep
PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep Penulis: Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 KESIMPULAN Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Kulit Manding merupakan beberapa kawasan industri kreatif yang berpotensi dikembangkan
Lebih terperincitersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup potensial, yang mampu mendatangkan devisa yang cukup besar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepariwisataan merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang cukup potensial, yang mampu mendatangkan devisa yang cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin. mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan melalui program CSR untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BEDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BEDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada Bab ini, akan dijelaskan isu-isu strategis berdasarkan permasalahan yang ada pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan orang lain dalam bertahan hidup. Manusia selalu hidup berkelompok dalam suatu masyarakat, dan itu artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sistem CBT (Community Based Tourism) terhadap kondisi berdaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini membahas tentang dampak atau pengaruh pengelolaan destinasi wisata Gunung Api Purba Nglanggeran yang dalam hal ini dikelola dengan sistem CBT (Community
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian
Lebih terperinciBesarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era otonomi daerah saat ini, setiap daerah dituntut kemandiriannya dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan kata lain, setiap daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khususnya pemerintah daerah dimana daya tarik wisata
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT. Pelaksanaan Survai Pelaksanaan survai dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan. Dalam hal penyebaran
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis
Lebih terperinci2013 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TARI DI SANGGAR FAMILY SUKAJADI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam makna yang umum mengandung pengertian sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan, yang disusun untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR
PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: M. LUTHFI EKO NUGROHO NIM L2D 001 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI
341 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan kajian penelitian ini, maka ditarik beberapa kesimpulan bagi penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, khususnya program pendidikan
Lebih terperinciAgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII
Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat seyogianya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Upaya-upaya peningkatan daya tarik yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat pada tahun 2008-2010 menunjukkan hasil yang positif bagi pengembangan pariwisata
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di
Lebih terperinciPERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen
INDUSTRI PARIWISATA PERTEMUAN 9 PENDAHULUAN Pariwisata sebagai industri semakin berkembang pembangunan hotel berbagai tipe dan kelas, peningkatan sarana-prasarana pariwisata, dan peningkatan keahlian SDM
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Ringkasan Temuan Proses Kota Bandung menuju kota kreatif tidak berdasarkan grand design atau tidak direncanakan dari awal oleh Pemerintah, seperti halnya yang terjadi di
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo)
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan standar ketetapan USO (Universal Service Obligation) tentang Kewajiban pelayanan Universal terdapat sub bagian yang meliputi pembangunan, pengembangan, pemberdayaan,
Lebih terperinciANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2
ANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2 Poin-poin penting yang disampaikan dalam panel forum dengan Optimalisasi Komunikasi Pembangunan Partisipatif menuju Aceh yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan bentang
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,
BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks perkembangan industri kepariwisataan dewasa ini ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Baik dari segi ekonomi, teknologi dan juga hukum. Untuk sektor ekonomi, pariwisata menjadi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata,
Lebih terperinciBAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS
BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang penting bagi bangsa Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang penting bagi bangsa Indonesia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan nasional. Keberlangsungan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program
Lebih terperinciBAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak ada masyarakat yang tidak berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Tidak jarang dalam perubahan tersebut terdapat nilai yang ditransformasikan. Bahkan, seiring
Lebih terperinciPENYULUHAN DAN PELATIHAN SADAR WISATA BAGI MASYARAKAT SEKITAR OBYEK WISATA SEJARAH DI KOTA SAWAHLUNTO
Program PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Witrianto, Yenny Narny, Israr Iskandar dan Yudhi Andoni Fakultas Sastra Lokasi Kota Sawahlunto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perkembangan pariwisata menurut teori Miossec terjadi di Kabupaten Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata
BAB V PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis yang menghasilkan nilai serta tingkat kesiapan masing-masing komponen wisata kreatif di JKP. Pada bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Lebih terperinciKRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR
KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang dilakukan, antara lain: latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
113 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan, kita bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan, kita bisa mempelajari berbagai hal serta mengembangkan diri. Buku yang menuntun kita menjelajah berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata Gunung Api Purba yang menjadi obyek wisata utama, wisata embung, kebun buah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Nglanggeran merupakan desa wisata yang terletak di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Pada saat ini Nglanggeran memiliki empat destinasi wisata yaitu wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rawabogo mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisaya maka dapat di tarik kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir
Lebih terperinciPengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur
Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur TUGAS AKHIR Oleh: Rudiansyah L2D 004 348 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan di sektor ekonomi yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana didalamnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 70 dari 140 negara di dunia (sumber : Tribunenews.com 13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keindahan alam dan daya tarik pariwisata. Daya tarik serta daya saing pariwisata Indonesia sendiri kini menduduki peringkat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN WILAYAH (OVOP) Dr.Mila Karmilah, ST.,MT Disampaikan Pada Penyuluhan Fak Teknik PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Kec Bancak- Kab Semarang 3 Maret 2016 DESA WISATA Suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Bakas adalah salah satu dari 13 (tiga belas) Desa di kecamatan Banjarangkan. Desa sebagai subsistem kabupaten/kota merupakan pelaksana pemerintahan, pembangunan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemajuan jaman, dan globalisasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tira Nur Indah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan tentang bagaimana kondisi pendidikan, dalam hal ini ialah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di jenjang sekolah menengah
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap keberlanjutan komunitas Kampung Adat Cireundeu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhir kajian : Kelembagaan adat sebagai salah
Lebih terperinci01 Berkomunikasi di Tempat Kerja
Kode Unit : PAR.AJ.01.001.01 Judul Unit : BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PENGUNJUNG Deskripsi Unit : Unit ini membahas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan oleh seorang pemandu wisata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap
Lebih terperinci