BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGANN TEMPAT TINGGAL FISIK DENGAN ANGKA KESAKITAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BONANG I. Karya Tulis Ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut,

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

PERSYARATAN LINGKUNGAN HUNIAN SEHAT

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur, yaitu infeksi dan saluran pernapasan bagian atas. Pengertian infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

GASTER, Vol. 4, No. 1 Februari 2008 ( ) INVASIVE PNEUMOCOCCAL DISEASE (IPD) Sri Kustiyati Dosen Kebidanan STIKES Aiyiyah Surakarta

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pneumonia 1. Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia. 10 Gejala penyakit pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih (usia 2 bulan - kurang dari 1 tahun), dan 40 kali per menit atau lebih (usia 1 tahun - kurang dari 5 tahun). 11 2. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam istilah Inggris adalah Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. ISPA mencakup saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Infeksi Saluran Pernapasan Akut menurut anatomi digolongkan ke dalam dua golongan yaitu Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) dan Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA). ISPaA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan atas yaitu http://digilib.unimus.ac.id 6

diet. 15 Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju sinusitis (infeksi pada sinus), otitis media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan). ISPbA adalah infeksi yang menyerang saluran pernafasan bawah antara lain : pneumonia, bronkopenumonia dan bronkiolitis. 12 3. Etiologi Penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri), hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan aspirasi. 2 Penyebab pneumonia dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering penyebab pneumonia adalah virus, terutama Respiratory syncial virus (RSV) yang mencapai 40 %. Golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib). 13 Mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet). Penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil penyebaran melalui aliran darah. Kondisi penyebab pneumonia dari sudut pandang sosial menurut Depkes RI (2004) antara lain : 14 a. Status gizi bayi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat Sehat (KMS) adalah : 1. Gizi lebih 2. Gizi baik 3. Gizi kurang http://digilib.unimus.ac.id 7

4. Gizi buruk b. Riwayat persalinan Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm. 1 c. Kondisi sosial ekonomi orang tua Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada bayi. Klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah : 1. Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. 2. Keluarga sejahtera satu yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. 3. Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern. 16 d. Lingkungan tumbuh bayi Lingkungan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat. http://digilib.unimus.ac.id 8

e. Konsumsi ASI Jumlah konsumsi ASI bayi mempengaruhi imunitas bayi. Bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif. 15 4. Epidemiologi Pneumonia penyebab kematian lebih dari 4 juta orang pertahun, sebagian besar adalah anak yang berumur 5 tahun. Angka kematian pada Balita akibat pneumonia (1994-1999) diperkirakan 6 per 1.000 Balita. 5 Pada pedesaan dengan lingkungan yang tidak sehat, pneumonia merupakan penyebab tersering rawat inap dan kematian pada anak maupun dewasa. 16 Pneumonia dapat menyerang semua orang, semua umur, jenis kelamin serta tingkat sosial ekonomi. Kejadian kematian pneumonia pada anak balita berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 yaitu 22,5 %. 17 5. Manifestasi Klinik Tanda-tanda pneumonia tergantung oleh golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya penyakit. Gejala pneumonia diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri tenggorokan. Pada pemeriksaaan auskultasi dada terdengar ronki, krepitasi suara meningkat atau menurun. Pada kondisi kronis panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan (sianosis). 11 Tanda lain pada pneumonia yaitu nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun). Pada bayi usia 1 6 bulan gejala pneumonia adalah demam > 38,5 0 C, batuk, takipneu, sianosis. Pada bayi uisa 7 11 bulan tanda-tanda pnemonia adalah takipneu, retraksi, grunting, iritabel. 14 http://digilib.unimus.ac.id 9

6. Klasifikasi Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi dan etiologi : a. Berdasarkan anatomi antara lain : pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). b. Berdasarkan etiologi antara lain : bakteria (Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Bacillus friedlander, dan Mycobacterium tuberculosis), virus (Respiratory syncitial virus, Virus Influenza, Adenovirus, Virus Sitomegalik), Mycoplasma pneumoniae, jamur, aspirasi, pneumonia hipostatik dan sindrom loeffler. 17 7. Faktor resiko Faktor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pneumonia adalah : 18 a. Faktor risiko yang meningkatkan insidens pneumonia : - Umur < 2 bulan. - Laki-laki. - Gizi kurang. - Berat badan lahir rendah. - Tidak mendapat ASI memadai. - Polusi udara. - Menempatkan kandang ternak dalam rumah. - Kepadatan tempat tinggal. - Imunisasi yang tidak memadai. - Membedung anak (menyelimuti berlebihan). - Defisiensi vitamin A. b. Faktor yang meningkatkan angka kematian pneumonia : - Umur < 2 tahun. - Tingkat sosio ekonomi rendah. - Gizi kurang. - Berat badan lahir rendah. http://digilib.unimus.ac.id 10

- Tingkat pendidikan ibu yang rendah. - Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah. - Kepadatan tempat tinggal. - Imunisasi yang tidak memadai. - Menderita penyakit. 8. Diagnosis Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan laboratorium. 19 Klasifikasi pnemonia menurut WHO (1999) adalah penderita dengan gejala batuk atau sukar bernafas dengan tanda-tanda nafas cepat. Pada anak umur 1-5 tahun, dikatakan mempunyai nafas cepat apabila frekuensi nafas lebih dari 40 kali per menit. Gejala umum pnemonia adalah batuk atau sukar bernafas. Tanda bahaya umum adalah tarikan dinding dada kedalam atau stridor pada anak dalam keadaan tenang. 20 9. Penatalaksanaan Pengelolaan pneumonia pada anak didasarkan pada usia anak, manifestasi klinis dan faktor epidemiologis mikroorganisme penyebab pneumonia. Diagnosis pneumonia sulit dilakukan, sehingga pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering. 14 Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Pada anak usia di bawah 3 tahun diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Anak usia di atas 3 tahun diberikan ampisilin dan klorampenikol. Kondisi pasien memburuk atau ada empiema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam panas turun, dilanjutkan dengan oral 7-10 hari. Secara umum pengobatan antibiotik untuk pneumonia diberikan selama 10-14 hari. Perawatan pneumonia di rumah dapat dilakukan pada bayi atau anak antara lain : a. Mengatasi demam http://digilib.unimus.ac.id 11

Pada anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres. Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. b. Mengatasi batuk Berikan obat batuk yang aman bagi anak. c. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. d. Pemberian minuman Pemberian cairan lebih banyak dari biasanya, untuk membantu mengencerkan dahak dan dehidrasi. e. Lain-lain Menjaga lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu berventilasi cukup, tidak lembab dan tidak berasap. 21 10. Pencegahan a. Pencegahan primer : Menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain : 22 1) Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT sebanyak 5 kali yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan,18/24 bulan, dan 5 tahun. 2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan memberikan ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada Balita. 3) Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan. 4) Mengurangi kepadatan hunian rumah. http://digilib.unimus.ac.id 12

b. Pencegahan sekuder : Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain : 1) Perawatan dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan penambahan oksigen. 2) Berikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin. 3) Perawatan di rumah. Tidak diberikan terapi antibiotik. Berikan paracetamol bila demam tinggi. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Berikan penisilin jika anak mengalami nyeri tenggorokan, dipantau selama 10 hari ke depan. c. Pencegahan tersier : Mencegah agar tidak muncul penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi Balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Upaya yang dilakukan berupa : 22 1) Melakukan perawatan yang ekstra pada Balita di rumah. Beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk. 2) Kondisi anak bertambah parah segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian. B. Tempat Tinggal Fisik (rumah) 1. Penegertian Rumah Menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. 13 Definisi rumah (housing) menurut WHO adalah struktur fisik atau bangunan http://digilib.unimus.ac.id 13

untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. 24 Menurut penulisan Aswar, dalam buku Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman oleh Djasio Sanropie, rumah bagi manusia mempunyai arti : 25 a. Tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari. b. Tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada. c. Tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam. d. Lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan sampai saat ini. e. Tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang yang dimiliki, terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan. 2. Persyaratan Rumah Sehat Rumah merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat tinggal. Rumah dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Menurut angka statistik, kematian dan kesakitan paling tinggi terjadi pada orang- orang yang menempati rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat. Bila kondisi lingkungan buruk, derajat kesehatan akan rendah. Kondisi lingkungan pemukiman harus mampu mendukung tingkat kesehatan penghuninya. 26 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut: 27 a. Bahan bangunan 1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut : - Debu Total tidak lebih dari 150 µg m 3. http://digilib.unimus.ac.id 14

- Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m 3 /4jam. - Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg. 2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. b. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut: 1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan. 2) Dinding. - Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara dengan ukuran minimal 10 % - 20 % dari luas lantai. - Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan. 3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan 4) Jarak ujung tinggi atap dengan lantai minimal 5 m 2 dari dasar lantai. Jarak atap yang landai dengan dasar lantai minimal 3 m 2. 5) Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir. 6) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak. 7) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. c. Pencahayaan Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. http://digilib.unimus.ac.id 15

d. Kualitas Udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : 1) Suhu udara nyaman berkisar antara l8 C sampai 30 C. 2) Kelembaban udara berkisar antara 40 % sampai 70 %. 3) Konsentrasi gas CO 2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam. 4) Pertukaran udara. 5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam. 6) Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m 3. e. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 % - 20 % dari luas lantai. f. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus bersarang di rumah. g. Air 1) Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang. 2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene. i. Limbah 1) Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. 2) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah. j. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8m 2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, http://digilib.unimus.ac.id 16

kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Kepadatan hunian ditentukan dengan jumlah kamar tidur dibagi jumlah penghuni (sleeping density), yaitu : - Baik, bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7 - Cukup, bila kepadatan antara 0,5-0,7 - Kurang, bila kepadatan kurang dari 0,5. 25 Menurut Dinas Cipta Karya syarat-syarat rumah sehat antara lain : a. Mempunyai segi kesehatan Bagian-bagian rumah yang mempengaruhi kesehatan hendaknya dipersiapkan dengan baik, yaitu : 1) Penerangan dan peranginan dalam setiap ruangan harus cukup. 2) Penyediaan air bersih. 3) Pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan pencemaran. 4) Bagian-bagian ruangan seperti lantai dan dinding tidak lembab. 5) Tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor dan udara kotor. 6) Memiliki ruang dapur tersendiri. Luas dapur yang baik minimal 4m 2 dengan lebar 1,5m. b. Memenuhi segi kekuatan bangunan Bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai kontruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin keamanannya, seperti : 1) Kontruksi bangunan cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin hujan, gempa dan lainnya. 2) Pemakaian bahan bangunan yang dapat di jamin keawetannya dan kemudahan dalam pemeliharaannya. 3) Menggunakan bahan yang tahan api untuk bagian-bagian yang mudah terbakar dan bahan-bahan air untuk bagian yang selalu basah. http://digilib.unimus.ac.id 17

c. Memperhatikan segi kenyamanan Keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, yaitu : 1) Penyediaan ruangan yang mencukupi. 2) Ukuran ruangan yang sesuai dengan kegiatan penghuni didalamnya. 3) Penataan ruangan yang cukup baik. 4) Dekorasi dan warna yang serasi. 5) Penghijauan halaman diatur sesuai dengan kebutuhan. 28 http://digilib.unimus.ac.id 18

C. Kerangka teori Sosial ekonomi dan pendidikan Gaya hidup sehat Jenis lantai rumah Kondisi atap rumah Luas ventilasi kamar Kepadatan hunian Tingkat kelembaban Mikroorganisme(Re spiratory syncial virus,streptococcus pneumonie dan Hemophylus influenza) Kondisi dinding rumah - Status gizi anak - Status imunisasi - Umur - Riwayat penyakit sebelumnya - Jenis kelamin Daya tahan tubuh Infeksi pada tubuh manusia Angka kesakitan Pneumonia Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori http://digilib.unimus.ac.id 19

D. Kerangka Konsep Tempat tinggal fisik : - Jenis lantai rumah - Kondisi atap rumah - Luas ventilasi kamar - Kepadatan hunian - Tingkat kelembaban - Kondisi dinding rumah Angka kesakitan pneumonia Faktor instrinsik : Umur Riwayat penyakit sebelumnya Status imunisasi Status gizi anak Jenis kelamin Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep E. Hipotesis 1. Hipotesis Mayor Ada hubungan tempat tiggal fisik dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. 2. Hipotesis Minor - Ada hubungan jenis lantai rumah dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. - Ada hubungan kondisi atap rumah dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. - Ada hubungan luas ventilasi kamar dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. http://digilib.unimus.ac.id 20

- Ada hubungan kepadatan hunian dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. - Ada hubungan tingkat kelembaban dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di puskesmas Bonang I. - Ada hubungan kondisi dinding rumah dengan angka kesakitan pneumonia pada Balita di Puskesmas Bonang I. http://digilib.unimus.ac.id 21