BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang

INTERPRETASI ATAS RUANG LINGKUP PSAK 13: PROPERTI INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41. Manado,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Sehingga muncul organisasi yang bernama International

BAB I. Akuntansi telah menjadi bagian dari kehidupan bisnis maupun. pemerintahan. Salah satu penyebab pesatnya perkembangan pengetahuan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

Kepada: PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai,

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)?

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi dikenal sebagai bahasa bisnis. Dalam hal bisnis, terdapat

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M )

BAB I PENDAHULUAN. modalnya pada perusahaan mereka. Akuntansi mengalami perkembangan yang

ASET TETAP PSAK AMANDEMEN. AGRIKULTUR: TANAMAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

ASET TETAP PSAK AMANDEMEN. Agrikultur: Tanaman Produktif

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, Oktober 2016

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) BERBASIS IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

PENDAHULUAN CRITICAL REVIEW JURNAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keuangan suatu entitas yang akan digunakan oleh stakeholder sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUBLIC HEARING DSAK IAI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah mulai dirasakan oleh banyak negara. Dalam konteks akuntansi maka

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN LABA-RUGI MENGGUNAKAN METODE PSAK DAN IFRS PADA PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA.Tbk

BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

Sulistyorini Rafika Putri Universitas Negeri Surabaya Abstract

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan satu hal penting, yaitu arus kas. Laba perusahaan memang hal yang

PRAKTIK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PERSERO) DI INDONESIA. Rani Dame Simanjorang

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi laporan keuangan merupakan unsur penting bagi investor, kreditor

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya. fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, informasi menjadi bagian penting untuk seluruh segi kehidupan (Ridwan, 2011). Ketersediaan informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan diambil atas berbagai pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh dari informasi. Oleh karena itu, kualitas dari sebuah keputusan sangatlah bergantung kepada seberapa banyak informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Salah satu bentuk informasi dalam bidang ekonomi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter (Kieso, 2015). Informasi dalam laporan keuangan disajikan dalam bentuk laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan. Adanya laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan akan informasi keuangan dari sebuah entitas. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan 1

2 terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti investor, kreditor, pemerintah, maupun para supplier. Dalam kaitannya untuk dapat menghasilkan informasi keuangan yang berguna, diperlukan pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajian melibatkan penentuan alternatif mana yang menyediakan informasi paling bermanfaat untuk tujuan pengambilan keputusan (Kieso, 2015). Sehubungan dengan upaya penyusunan laporan keuangan yang baik, pemilihan dan penggunaan metode akuntansi yang tepat menjadi hal yang harus diperhatikan. Metode akuntansi yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis industri yang dijalankan oleh entitas tersebut. Perbedaan jenis industri dan skala kegiatan entitas menyebabkan pemilihan dan penggunaan metode akuntansi yang berbeda pula (Esti, 2013). Perbedaan penggunaan metode untuk perlakuan akuntansi entitas sangat mungkin terjadi, khususnya pada beberapa jenis industri yang unik dan memiliki karakteristik khusus. Letak kekhususan karakteristik industri tersebut bisa terjadi pada sisi perlakuan aset, pengelolaan komoditas entitas, struktur permodalan, atau lainnya. Industri perkebunan dan peternakan memiliki karakteristik khusus yang dapat membedakan dengan industri lainnya. Hal ini terbukti karena adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman dan hewan ternak untuk menghasilkan suatu produk yang akan dikelola lebih lanjut. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak dibidang agriculture harus mampu menyajikan

3 informasi yang lebih andal dan relevan dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lainnya yang diutamakan adalah pada pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset tetapnya yang berupa aset biologis. Indonesia tidak hanya mempunyai kekayaan di industri perkebunan saja, tetapi juga memiliki hewan yang berkembang biak. Hewan merupakan aset biologis yang dimiliki industri peternakan, sasaran populasi yang semakin tahun semakin meningkat menandakan bahwa semakin tingginya populasi hewan di Indonesia (Departemen Peternakan, 2013). Kelompok hewan yang masuk dalam klasifikasi aset biologis pada masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami laktasi, sedangkan dalam kelompok tumbuhan aset biologis mengalami transformasi. Maka, diperlukannya pertimbangan di mana dalam kedua klasifikasi aset biologis tersebut mengalami masa berbeda (Rukmalasari, 2012). Aset biologis mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan output. Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama (Dandy, 2008). Perlakuan akuntansi mengenai aset biologis pada perusahaan agrikultur telah diatur dalam IAS 41 sesuai penyampaian dari Komite Standard Akuntansi

4 Internasional atau International Accounting Standard Committee (IASC). IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi untuk aset biologis selama periode pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi, serta untuk pengukuran awal hasil pertanian pada titik panen, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan terkait dengan kegiatan pertanian yang tidak tercakup dalam standar lainnya (Ike, 2013). International Accounting Standard Committee (IASC) telah mempublikasikan dalam International Financial Reporting Standards (IFRS), perlakuan akuntansi bagi aset biologis yang diatur dalam International Accounting Standard 41 (IAS 41) yang melingkupi tentang akuntansi bagi sektor usaha agrikultur. Berbeda dengan IFRS, dalam PSAK belum diatur tentang perlakuan akuntansi bagi aset biologis secara spesifik, sehingga belum ada standar yang mengatur tentang bagaimana informasi mengenai aset biologis dapat menjadi informasi yang andal dan relevan dalam pengambilan keputusan bisnis. Malaysia bersikeras bahwa revisi IAS 41 agriculture yang sedang digodok oleh IASB sangat sulit diaplikasikan di industri perkebunan. Pernyataan ini diajukan Malaysia dalam rapat AOSSG dengan IASB. AOSSG yang merupakan kumpulan asosiasi penyusun standar akuntansi di Asia Oceania membantu menyuarakan kepentingan kawasan kepada IASB (Ersa, 2013). IAS 41 merupakan salah satu standar yang menjadi ganjalan di Malaysia, Indonesia, dan India dalam adopsi penuh IFRS. IAS 41 mewajibkan semua aset biologis diukur dengan nilai wajar dan selisihnya masuk ke laporan laba rugi. AOSSG mengusulkan untuk BBA (Bearer Biological Asset) sebaiknya diizinkan

5 menggunakan metode biaya, serupa dengan mesin pabrik yang diatur dalam IAS 16. BBA ini contohnya adalah pohon kelapa sawit atau pohon karet. IASB kemudian mengeluarkan exposure draft (ED) untuk merevisi IAS 41 dan IAS 16 pada bulan Juni 2013. Di dalam ED tersebut IASB juga mewajibkan aset biologis yang belum dipanen dan masih menempel pada BBA diukur dengan metode nilai wajar. Menurut Malaysia untuk aset biologis yang belum dipanen akan sangat sulit untuk menerapkan metode nilai wajar. Dengan demikian, penerapan IAS 41 pada perusahaan agrikultur seharusnya sangat diperlukan untuk menyajikan informasi yang lebih relevan dan informatif. Pada faktanya banyak perusahaan agrikultur di Indonesia yang belum menerapkan IAS 41 sebagai dasar perlakuan akuntansi mengenai aset biologisnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perlakuan akuntansi, serta membandingkan perlakuan akuntansi perusahaan tersebut dengan standard akuntansi yang mengatur tentang aset biologis yaitu IAS 41. Berdasarkan uraian di atas, maka topik yang diangkat adalah Analisis Perlakuan Aset Biologis Pada Laporan Keuangan. 1.2 Identifikasi Masalah Informasi yang berguna bagi pemakainya adalah informasi yang memiliki empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Dengan memenuhi empat karakteristik tersebut, maka laporan keuangan yang dimiliki perusahaan dapat terbebas dari penyimpangan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

6 1. Bagaimana perlakuan aset biologis pada perusahaan peternakan dan perkebunan. 2. Bagaimana perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis pada perusahaan peternakan dan perkebunan sesudah maupun sebelum penerapan IAS 41. 3. Bagaimana kualitas informasi berkaitan dengan aset biologis berdasarkan perlakuan akuntansi yang diterapkan pada perusahaan peternakan dan perkebunan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Perlakuan akuntansi berupa aset biologis pada perusahaan peternakan dan perkebunan, 2. Perbandingan antara perlakuan akuntansi aset biologis pada perusahaan peternakan dan perkebunan sesudah maupun sebelum penerapan IAS 41. 3. Kualitas informasi berkaitan dengan aset biologis berdasarkan perlakuan akuntansi yang diterapkan pada perusahaan peternakan dan perkebunan 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1. Manfaat bagi penulis

7 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru di bidang akuntansi khususnya mengenai aset biologis dalam laporan keuangan. 2. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan baru kepada perusahaan sebagai bahan masukan mengenai pengakuan dan pengukuran dalam aset biologisnya. 3. Manfaat bagi dunia akademik Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi peneliti-peneliti di masa datang mengenai aset biologis dan menjadi sumber pengetahuan dalam bidang akuntansi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab penelitian yang dilakukan, penelitian dilakukan di perusahaan peternakan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan data yang diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Penelitian ini dilakukan pada September 2015 sampai dengan Desember 2015.