Kriptografi Kuantum dengan gagasan Bennet dan Bassard

dokumen-dokumen yang mirip
Antisipasi Telekomunikasi Kuantum B Suprapto Brotosiswojo

Quantum Cryptography

jadi olahragawan, jadi wartawan, jadi pengusaha, jadi anggota DPR, jadi menteri, atau mungkin juga jadi presiden. Bagi mereka itu pemahaman ilmu

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

ANALISIS KEMUNGKINAN PENGGUNAAN PERSAMAAN LINEAR MATEMATIKA SEBAGAI KUNCI PADA MONOALPHABETIC CIPHER

Studi dan Implementasi Algoritma kunci publik McEliece

Penerapan Operasi Matriks dalam Kriptografi

PENERAPAN METODA FILE COMPRESSION PADA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Analisis Kelemahan Fungsi Hash, Pemanfaatan, dan Penanggulangannya

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

Penggunaan Transformasi Matriks dalam Enkripsi dan Dekripsi

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

Aljabar Linear Elementer

RC4 Stream Cipher. Endang, Vantonny, dan Reza. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132

Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penerapan Teori Chaos di Dalam Kriptografi

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

PENERAPAN KRIPTOGRAFI DAN GRAF DALAM APLIKASI KONFIRMASI JARKOM

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Kriptografi Visual Pada Berkas Video

STUDI DAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA SIMETRI VIGENERE CHIPPER BINNER DAN HILL CHIPPER BINNER Ivan Nugraha NIM :

Pengantar Matematika. Diskrit. Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diksrit RINALDI MUNIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Algoritma Kriptografi Kunci Publik. Dengan Menggunakan Prinsip Binary tree. Dan Implementasinya

A-2 Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map dengan Pertukaran Kunci Stickel

Pemampatan Data Sebagai Bagian Dari Kriptografi

Pemanfaatan Steganografi dalam Kriptografi Visual

tidak boleh bocor ke publik atau segelintir orang yang tidak berkepentingan Pengirim informasi harus merahasiakan pesannya agar tidak mudah diketahui

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

Teknik Konversi Berbagai Jenis Arsip ke Dalam bentuk Teks Terenkripsi

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

Tipe dan Mode Algoritma Simetri (Bagian 2)

Pengembangan Fungsi Random pada Kriptografi Visual untuk Tanda Tangan Digital

MODIFIKASI VIGÈNERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN MEKANISME CBC PADA PEMBANGKITAN KUNCI

Hill Cipher & Vigenere Cipher

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1

Aplikasi Operasi Baris Elementer Matriks dalam Kriptografi

Rasa ingin tahu adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta

STUDI MENGENAI CUBE ATTACK

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature

STUDI & IMPLEMENTASI ALGORITMA TRIPLE DES

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Graf dalam Pemodelan Matematis Permainan Delapan Jari

Analisis dan Implementasi Penerapan Enkripsi Algoritma Kunci Publik RSA Dalam Pengiriman Data Web-form

Pengkajian Metode dan Implementasi AES

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV OSILATOR HARMONIS

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract

Penggunaan Teori Bilangan dan Kriptografi dalam Peningkatan Keamanan Aplikasi Personal and Group Messaging

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah

PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )

Perbandingan Public Key Cryptography dengan Quantum Cryptograpy

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

MODIFIKASI VIGENERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SUBSTITUSI BERULANG PADA KUNCINYA

Security Sistem Informasi.

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme

Implementasi Algoritma Vigenere Subtitusi dengan Shift Indeks Prima

PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC

Nama : RHEINHARD NIM : MATEMATIKA DISKRIT

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI

Analisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PERANCANGAN APLIKASI KEAMANAN DATA MENGGUNAKAN ALGORITMA ENKRIPSI RC6 BERBASIS ANDROID

I. PENDAHULUAN. Key Words Tanda Tangan Digital, , Steganografi, SHA1, RSA

Matematika Diskrit. Rudi Susanto

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM:

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

Program Studi Teknik Mesin S1

Analisis Performansi Algoritma AES dan Blowfish Pada Aplikasi Kriptografi

KRIPTOGRAFI PADA FILE AUDIO MP3 MENGGUNAKAN METODE PENGEMBANGAN TRANSPOSISI

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

METODE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ELGAMAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

PERANCANGAN PEMBANGKIT TANDA TANGAN DIGITAL MENGGUNAKAN DIGITAL SIGNATURE STANDARD (DSS) Sudimanto

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI- DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA

MODUL E LEARNING SEKSI -1 MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE MATA KULIAH : ESA 151 : 5099 : DRA ENDANG SUMARTINAH,MA

Sistem Kriptografi Kunci Publik Multivariat

Transkripsi:

Kriptografi Kuantum dengan gagasan Bennet dan Bassard Anwari Ilman (13506030) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40132. Email: if16030@students.if.itb.ac.id Abstract Makalah ini membahas tentang penggunaan mekanika kuantum untuk membangun sebuah sistem kriptografi yang aman. Jika kita perhatikan lebih jauh lagi, mekanika kuantum yang digunakan pada benda-benda sub-atomik sifatnya sangat berbeda jika kita bandingkan dengan aturan mekanika fisika yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kelainan tersebut didapatkan dari prinsip ketidak-pastian Heisenberg yang menyatakan bahwa setiap pengukuran sesungguhnya melakukan perlawanan terhadap obyek yang kita ukur. Dengan menggunakan gagasan Bennett dan Brassard yang dikemukakan pada tahun 1984, kelainan pada mekanika kuantum ini dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem sandi kriptografi yang aman dari sadapan pihak lain. Kata Kunci: Mekanika kuantum, kriptografi, Heisenberg, Bennett dan Brassard. 1. PENDAHULUAN Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya secret (rahasia), sedangkan gráphein artinya writing (tulisan). Jadi, secara singkat kriptografi berarti secret writing (tulisan rahasia). Berdasarkan definisi kriptografi yang dikemukakan dalam [SCH96]: Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan (Cryptography is the art and science of keeping messages secure), terlihat bahwa kriptografi bukan hanya sekedar proses sains untuk menyandikan pesan, tetapi didalamnya terdapat juga seni untuk membuat metode-metode untuk menyandikan pesan. Tentunya hal ini membutuhkan daya kreatifitas manusia untuk membuat sebuah sandi yang sulit dipecahkan. Disinilah letak keunikan kriptografi. Dibutuhkan sebuah kerjasama antara kreatifitas dan akal cerdas untuk mengenkripsi dan mendekripsikan pesan. Ilmu kriptografi sudah lama digunakan dan sekarang sudah ada mesin canggih yang khusus dibuat untuk maksud tersebut. Meskipun demikian, ada satu kekurangan yang belum terselesaikan. Misalnya si Ana ingin mengirim informasi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain kecuali si Joe. Keduanya dapat membeli mesin pengacak untuk dipakai. Si Ana harus memilih kunci (sandi) yang digunakannya untuk mengacak informasi dengan alat tersebut. Informasi yang sudah diacak tadi dikirim ke si Joe. Tidak perlu khawatir karena orang lain tak akan dapat membaca isinya secara tepat. Agar si Joe dapat membaca informasi yang dikirimkan oleh si Ana tadi, meskipun dia punya mesin pengacak yang sama dengan milik si Ana tetapi dia harus tahu kunci sandinya. Persoalannya, bagaimana cara si Ana memberitahu si Joe tentang kunci sandinya itu. Jika diberitahukan lewat telepon, jangan-jangan ada yang menyadapnya. Kalau dikirim dengan kurir, apakah orangnya dapat dipercaya. Intinya, si Ana harus menggunakan saluran komunikasi tertentu, yang sukar disadap atau dibocorkan kepada orang lain, untuk memberi tahukan kunci sandinya tadi kepada si Joe. Kriptografi Kuantum ini diperkirakan dapat digunakan untuk mengirim kunci sandi tadi dengan cara yang tidak mungkin diketahui orang lain kecuali si Joe. 2. MEKANIKA KUANTUM Mekanika Kuantum menggunakan bahasa yang sangat abstrak. Ungkapan-ungkapan gejala alam dilukiskan secara matematika dalam sebuah Ruang Vektor R, yang dimensinya kadang-kadang sangat besar, tak berhingga. Artinya, ruang tersebut dibangun oleh sebuah kumpulan vektor yang ortonormal, ukuran satuannya sama dan saling tegak-lurus satu sama lain. Keadaan obyek kita dilukiskan oleh sebuah state vector ϕ>. dalam Ruang Vektor R tadi. Setiap vektor dalam R selalu dapat dituliskan sebagai kombinasi linier dari vektor-vektor ortonormal pembangun R, dengan koefisien yang nilainya bilangan kompleks. Jadi, kalau kumpulan vektor ortonormal pembangun R tadi kita tuliskan sebagai 0>, 1>, 2>, dst, maka kita boleh menuliskan ϕ> sebagai ϕ = i c i i c1, c2, bilangan kompleks. Observable, yaitu besaran fisika yang biasa kita amati atau kita ukur, dalam bahasa ini dilukiskan oleh sebuah operator A dalam R dengan sifat self-

adjoint. Artinya kalau diungkapkan dalam representasi matriks, transpos dari complex-conjugate-nya mempunyai nilai sama dengan matriksnya sendiri. A ji * = A ij Kenyataan yang aneh itulah yang akan dimanfaatkan dalam teknik kriptografi kuantum. Bahkan diperkirakan kriptografi cara kuantum ini justru manjadi sistem sandi yang bisa dijamin tak dapat disadap orang lain yang tidak berhak mengetahuinya. Sifat ini menjamin bahwa nilai eigen dari operator tersebut selalu berupa bilangan riil, meskipun elemen matriksnya sendiri boleh berupa bilangan kompleks. Fungsi-fungsi eigen dari sebuah operator yang melukiskan observable tadi, jika di normalisasikan besarnya, dapat berfungsi sebagai basis ortonormal dari Ruang Vektor R. Karena itu setiap status vektor seperti ϕ> juga dapat dituliskan sebagai kombinasi linier dari basis ortonormalnya operator A. Berbeda dengan aturan mekanika klasik, bila kita melakukan pengukuran besaran yang dilukiskan oleh operator A tadi, maka nilai yang muncul sebagai hasil pengukuran tersebut hanyalah nilai eigen dari operator A tadi. Jadi seandainya 0>, 1>, 2>, dst itu kebetulan set ortonormal dari vektor eigen operator A, maka tentunya kita dapat menuliskan : Aij = i A j = δ ij a j dengan a 1, a 2,.adalah nilai eigen dari operator A. Pada kebanyakan kasus nilai a 1, a 2,.. untuk besaran momentum sudut misalnya, berupa bilangan diskrit. Itulah sebabnya penyajian seperti ini dinamakan kuantum, tidak seperti yang lazim kita temukan sehari-hari bahwa momentum sudut sebuah benda yang bergerak nilainya boleh berapa saja. Jika obyek yang kita garap itu ada pada state ϕ> yang boleh ditulis sebagai ϕ = c i i i maka pengukuran kita akan menghasilkan nilai a 1 dengan peluang c 1 c 1 *, atau menghasilkan nilai a 2 dengan peluang c 2 c 2 *, dst. Kelainan yang lebih jauh lagi dalam Mekanika Kuantum adalah bahwa bila pengukuran besaran A tadi ternyata menghasilkan nilai a 2 misalnya, maka state obyek kita langsung berubah menjadi 2>. Jadi kita kehilangan informasi tentang kondisi obyek kita sebelum pengukuran. Tentu saja aturan atau teori semacam ini tidak mudah diterima orang banyak. Tetapi rupanya perangai alam ini memang begitu, dan kita tidak bisa merubahnya. Kalau itu memang yang benar ya harus diterima, bahkan barangkali justru kita berupaya mencari cara bagaimana dapat memanfaatkannya. 2.1 Proses Komputasi Secara Mekanika Kuantum Ilmu dan teknologi komputer telah berkembang dengan pesat. Semua aturan yang dipakai adalah aturan yang lazim dikenal dalam ilmu fisika klasik. Salah satu basis dasar yang membangun komputasi saat ini adalah penggunaan bahasa yang hanya punya dua kemungkinan, nyala atau padam karena beroperasi dengan listrik. Yang lebih sering digunakan adalah istilah bahasa aljabar Boolean : benar (true) dan salah (false). Atau juga kalau dikaitkan dengan perwujudan bilangan dipakai sistim bilangan biner, hanya mengenal angka 0 dan angka 1 saja. Peralatan mesin komputer yang ada saat ini menggunakan basis rangkaian listrik dalam bentuk yang sangat kecil yang berfungsi sebagai satuan nyala-padam yang dinamakan bit. Agar memungkinkan bekerja dalam jumlah yang sangat banyak, ukuran wujudnya diperkecil. Proses memperkecil atau sering disebut miniaturisasi semacam itu tentu ada batasnya. Jika sudah dekat dengan orde 10 nanometer, yaitu kira-kira ukuran molekul atau atom, maka harus berhenti. Dalam wilayah ini perangai alamnya dikendalikan oleh mekanika kuantum yang berbeda dengan mekanika klasik. Karena itu diselidikilah cara-cara baru melakukan komputasi berdasar pada mekanika kuantum. Agar upaya pemanfaatan mekanika kuantum ini dapat berkembang cepat perlu dimanfaatkan bahasa yang sudah lazim dipakai selama ini, yaitu dipilih Ruang Vektor R yang dimensinya-2, sebagai langkah awalnya. Vektor basisnya boleh dinamakan 0> dan 1>. Kalau dalam ilmu komputer pasangan bilangan 0 dan 1 itu disebut bit, dalam mekanika kuantum akan disebut qubit, singkatan dari quantum bit. Wujud fisik yang diperkirakan mirip dengan itu adalah spin elektron atau nukleon, yang hanya memiliki dua status kuantum. Mekanika kuantum untuk spin elektron atau nukleon pembahasannya lebih sulit karena harus menggunakan cara yang sesuai dengan cirinya, yaitu spinor. Pilihan lain yang matematikanya lebih sederhana adalah status polarisasi dari foton. Seperti kita kenal gelombang elektromagnetik (foton), pada bidang yang tegaklurus arah penjalarannya boleh mempunyai status polarisasi dalam ruang dimensi dua. Sebagai vektor basisnya bisa dipilih status polarisasi datar (horisontal), dan status polarisasi tegak (vertikal).

Tentunya itu dapat kita nyatakan sebagai status 0> dan status 1>. Status pada umumnya ϕ> selalu dapat kita nyatakan sebagai kombinasi linier dari 0> dan 1>. Jadi sebuah foton umumnya dalam kondisi ϕ > = a 0 > + b 1 > BS1 3. HASIL DAN PEMBAHASAN BS2 dengan a, b adalah konstanta. Pada keadaan seperti itu, jika kita melakukan pengukuran polarisasinya, yang akan kita peroleh adalah : datar dengan peluang a 2 atau tegak dengan peluang b 2. Aturan mekanika kuantum juga menyatakan bahwa jika hasil pengukuran adalah datar maka foton tadi berubah status dari ϕ> menjadi 0>. Begitu pula halnya, jika pengukurannya menghasilkan nilai tegak, maka foton akan berubah dari status ϕ> menjadi 1>. Untuk maksud pembahasan selanjutnya, kita akan memilih dua vektor khusus, yaitu + = (1/ 2 )( 0 + 1 ) dan - = (1/ 2 )( 0-1 ) Keduanya, jika diukur memberi peluang (1/2) untuk menghasilkan 0> dan peluang (1/2) untuk menghasilkan 1>. Vektor basis BS1 = { 0>, 1>} tentunya bukan satu satunya basis yang boleh digunakan. Kita boleh memilih basis lain misalnya BS2 = { 0 >, 1 >} yang dapat disusun dari { 0>, 1>} melalui sebuah transformasi Unitary. Basis BS2 tetap ortonormal seperti halnya dengan basis BS1, dan dapat digunakan sebagai acuan pengukuran. Akan kita pilih basis BS2 = { + >, - >}. Dalam bentuk diagram, kalau kita artikan 0> sebagai polarisasi horisontal dan 1> sebagai polarisasi vertikal, kita dapat melukiskannya sebagai berikut : 0 > 1 > + > - > Jika pengukuran kita lakukan dengan basis BS2, maka ungkapan +> menjadi status polarisasi horisontal, jadi ungkapannya menjadi 0>. Begitu pula dengan -> dalam pengukuran acuan BS2 nilainya menjadi 1>. Kriptografi Kuantum Sederhana Misalkan si Ana dan si Joe (yang tidak berada di tempat yang sama) ingin berkomunikasi dengan cara yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Keduanya memiliki alat pengacak canggih yang sama. Pada suatu saat si Ana ingin mengirimkan informasi rahasia itu kepada Joe. Persolannya, bagaimana cara mengirim kunci sandinya agar hanya Joe yang mengetahuinya. Berikut adalah gagasan Bennett dan Brassard di tahun 1984. Langkah 1 : si Ana mengirimkan sejumlah foton satu persatu dengan status polarisasi acak antara 0>, 1>, +>, dan -> kepada si Joe. Langkah 2 : si Joe mengatur pengamatan terhadap foton-foton kiriman si Ana, dengan menggunakan detektor lewat basis BS1 dan BS2 secara acak juga. Tentunya sebanyak foton yang dikirimkan oleh si Ana. Langkah 3: Hasil pengukuran si Joe dicatat tetapi dirahasiakannya. Sedangkan urutan pilihan acak cara pengukuran, BS1 dan BS2 dikomunikasikan kepada si Ana (boleh lewat telepon kalau mau). Langkah 4: si Ana yang memiliki data tentang kiriman status-status polarisasi foton yang tadi di lepaskan, memberitahukan kepada si Joe, mana diantara deretan pengukuran yang benar. Maksud kata benar adalah : jika yang dikirim itu 0> atau 1> maka pengukuran dilakukan lewat BS1; kalau yang dikirim itu +> atau -> pengukuran dilakukan lewat BS2. Langkah 5 : si Joe yang menyimpan hasil pengukurannya itu kemudian membuang data-data pengukuran yang menurut informasi dari si Ana dinyatakan salah. Nilai biner sisanya (yang benar) 01100101 itulah yang menjadi kesepakatan kunci sandi antara Ana dengan Joe. Dalam bentuk diagram (hanya enam foton berturutturut yang diungkapkan dalam gambar) skema komunikasi itu dilukiskan sebagai berikut: Untuk memudahkan ilustrasi berikutnya, kita akan menggunakan diagram acuan BS1 dan BS2 dalam bentuk berikut ini :

Diagram Model Sederhana Kriptografi Kuantum (BB84) diagram 1 Hasil ini dengan sendirinya diketahui oleh Ana dan diketahui oleh Joe. Ana membuat kiriman informasi dengan menggunakan sandi ini yang diperintahkan kepada Alat Pengacak yang dimilikinya. Joe membaca dengan menggunakan sandi yang sama pada Alat Pengacak yang dimilikinya. Mestinya isinya jelas. Bagaimana jika seandainya ada orang lain yang menyadap informasi tadi. Artinya, kiriman foton-foton oleh Ana ditangkap orang lain, namakanlah si Erwin. Tentunya si Erwin tidak dapat menyampaikan informasi kepada Ana tentang urutan cara mengamatinya, sebab sebagai penyadap Erwin tak ingin diketahui kegiatannya. Kalau ada si Erwin yang menyadap: Agar sadapannya tidak disadari oleh yang berhak, tentunya dia harus tetap mengirimkan foton-foton untuk ditangkap oleh si Joe. Tetapi yang seperti apa status polarisasinya? Kemungkinannya dia dapat mengirimkan foton-foton dalam status seperti yang ditangkapnya. Pada diagram berikut dibawah ini Anda dapat menyimak apa yang terjadi seandainya si Erwin melakukan hal seperti itu. Diagram 2

Ketika dipakai untuk kunci sandi : jelas hasilnya salah ( isinya kacau ). Kalau si Erwin kemudian membaca ungkapan si Joe dan menerapkan pada hasilnya sendiri, akan mendapatkan 0>, 0>, 0>, 1>. Jadi juga tidak sesuai dengan kunci sandi yang dipakai oleh si Ana untuk memerintah Alat Pengacak. Tentu saja jumlah foton yang dikirimkan jumlahnya cukup besar, bukan hanya 6 seperti yang dilukiskan oleh skema ini. 4. KESIMPULAN Jika saja pengamanan kriptografi itu ternyata sangat sederhana seperti contoh ini, mengapa tidak dilakukan sekarang juga? Bukankah kita punya sinar laser sebagai sumber foton, serat optik sebagai penyalur, serta polarisator sebagai penangkapnya? Kita harus ingat bahwa aturan Mekanika Kuantum seperti itu hanya berlaku buat foton tunggal. Berkas sinar laser yang kita pakai itu adalah kumpulan (sering disebut ensemble ) foton. Sifat ensemble foton tidak sama dengan perangai foton tunggal. Ensemble foton ada dalam keadaan yang dalam mekanika kuantum disebut mixed state, sedangkan sebuah foton tunggal ada dalam keadaan yang disebut pure state. Hanya pure state boleh memiliki status seperti ϕ> = a. 0> + b. 1> ini. Mixed state dalam mekanika kuantum diungkapkan dengan bentuk density matrix. Jadi, salah satu tantangan untuk mewujudkan kriptografi kuantum ini adalah membuat generator yang memunculkan foton satu demi satu. DAFTAR REFERENSI [1] Anton, Howard. (1991). Aljabar Linear Elementer, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. [2] Munir, Rinaldi. (2003). Diktat Kuliah IF2153 Matematika Diskrit, Edisi Keempat. Bandung: Penerbit Informatika. [3] Quantum Mechanics - Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/ Quantum_mechanics. Diakses pada 30 Desember 2007 [4] Quantum Cryptography Quantum Information Technology Group, http://www.quantumlah.org/ tutorial/quantumcrypto. Diakses pada 30 Desember 2007 [5] INTEGRAL, Vol. 6 No. 1, April 2001, Memanfaatkan Mekanika Kuantum Untuk Kriptografi. oleh Benny S.S.