BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi lain berdampak negatif berupa pencemaran lingkungan yang sekarang telah mendapat perhatian oleh masyarakat Indonesia. Salah satu pencemar yang bisa menyebabkan ancaman yang besar bagi lingkungan adalah logam berat. Analisis logam berat di lingkungan menjadi urgensi yang perlu diteliti dan dikembangkan mengingat sifat dan dampak logam berat yang berbahaya dan merugikan. Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 g cm -3, terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 3 sampai 7 pada tabel periodik (Saeni, 1997). Pada kenyataannya, dalam pengertian logam berat ini dimasukkan pula unsur-unsur metaloid yang memiliki sifat berbahaya seperti logam berat sehingga jumlahnya mencapai kurang lebih 40 jenis. Beberapa logam berat yang beracun tersebut adalah Cu, Cd, Zn, Pb, As, Cr, Hg dan Ni (Wild, 1995). Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran, dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain (Darmono, 1995). Kandungan logam berat, seperti merkuri dalam tubuh biota di suatu perairan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup tersebut, seperti sungai. Banyaknya merkuri yang terserap dan terdistribusi dalam tubuh biota bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta biota yang hidup di lingkungan
2 tersebut (Supriyanto dkk., 2007). Konsentrasi logam berat di dalam air adalah berbanding lurus dengan konsentrasi logam berat di dalam biota air tersebut. Oleh karena itu konsentrasi logam berat di dalam biota air dapat memperkirakan besarnya konsentrasi logam berat di perairan dalam periode tertentu (Hutagalung, 1997). Sifat dan perilaku merkuri tergantung pada spesies kimianya, yang meliputi Hg, Hg +, Hg 2+. Merkuri yang ditemukan di atmosfer berada dalam bentuk uap Hg, sedangkan yang banyak ditemukan pada tanah, perairan, biota maupun yang sering digunakan dalam berbagai bidang merupakan garam merkuri serta kompleks merkuri organik yang berasal dari spesies Hg + dan Hg 2+. Untuk menentukan jumlah kadar merkuri dalam biota air harus diperlukan data yang valid. Untuk memperoleh data yang valid salah satunya berasal dari metode yang valid, sehingga diperlukan adanya validasi metode. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap metode tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: peka (sensitif), teliti (precise), tepat (accurate), dan linear (Mursyidi dan Rohman, 2006). Dalam penelitian kali ini akan digunakan metode Japanese Industrial Standard (JIS) K 0102. Metode Japanese Industrial Standard (JIS) adalah metode yang digunakan untuk analisis atau pengujian limbah baik untuk matriks padat, air, atau udara. Untuk memastikan pengujian dan/atau kalibrasi dilakukan dengan benar serta memberikan hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya, laboratorium harus menggunakan metode standar internasional, regional, atau nasional (Hadi, 2010). Oleh karena itu metode Japanese Industrial Standard (JIS) dapat digunakan dalam analisis total merkuri dalam ikan secara spektrofotometri serapan atom karena telah memenuhi persyaratan pemilihan metode untuk laboratorium pengujian. Analisis merkuri dalam suatu material tidak hanya bergantung pada prosedur yang telah ada namun diperlukan modifikasi untuk pengembangan, supaya dapat diketahui dan dipilih analisis yang paling cocok untuk pengujian merkuri dalam suatu sampel. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan
3 modifikasi terhadap metode Japanese Industrial Standard (JIS) K 0102. Modifikasi dilakukan terhadap sistem pemanasan, pada metode standar digunakan sistem pemanasan sampel secara terbuka dengan kompor pemanas (hotplate) sedangkan modifikasi dilakukan dengan sistem pemanasan sampel secara tertutup dengan pencernaan mikrogelombang. Berbagai penelitian mengenai penentuan kadar merkuri dalam ikan telah dilakukan sebelumnya. Umumnya penentuan kadar merkuri dalam ikan menggunakan sistem pemanasan terbuka dengan labu destruksi yang dipanaskan dalam kompor pemanas, steam bath, dan penangas air. Voegborlo dan Akagi (2007) telah melakukan penentuan kadar merkuri dalam ikan menggunakan sistem pemanasan terbuka dengan pelarut 1 ml H 2 O, 2 ml campuran HNO 3 :HClO 4 1:1, dan 5 ml H 2 SO 4 dalam labu destruksi 50 ml yang di letakkan di atas kompor pemanas pada suhu 150 C sampai dengan 250 C. Boadi dkk. (2011) juga telah melakukan penentuan kadar merkuri dalam ikan menggunakan sistem pemanasan terbuka dengan pelarut 10 ml campuran HNO 3 :HClO 4 1:1, dan 5 ml H 2 SO 4 dalam tabung destruksi diatas penangas uap hingga jernih kemudian dipindahkan dalam labu ukur 50 ml. Sistem pemanasan secara terbuka memiliki kekurangan yaitu analisis yang membutuhkan waktu lama, mudah terjadi kontaminasi, memiliki faktor kehilangan tinggi terutama untuk senyawa mudah menguap, serta faktor keamanan yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis merkuri dalam ikan yang lebih aman, cepat, dan mudah diaplikasikan. Olmedo dkk. (2013) melakukan penentuan kadar merkuri dalam ikan menggunakan sistem pemanasan tertutup dengan pelarut 2 ml H 2 O, 4 ml campuran HNO 3, dan 0,5 ml HCl dalam pencernaan mikrogelombang. Sistem pemanasan secara tertutup memiliki kelebihan yaitu proses pemanasan yang lebih cepat, meminimalkan kontaminasi, meninimalkan terjadinya kehilangan pelarut dan senyawa mudah menguap, serta memiliki faktor keamanan yang baik. Kelebihan lain adalah sistem pemanasan tertutup secara efektif akan memberikan presisi, akurasi, dan efisiensi yang lebih baik untuk analisis di laboratorium (Kingston dan Jassie, 1988).
4 Adanya modifikasi ini yang mengharuskan dilakukannya validasi terhadap metode. Validasi terhadap metode standar yang dimodifikasi perlu dilakukan oleh laboratorium untuk menegaskan bahwa metode tersebut sesuai dengan penggunaannya. I.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari pengaruh pemanasan sampel ikan secara sistem tertutup dan sistem terbuka menggunakan spektrofotometri serapan atom uap dingin. 2. Melakukan validasi pengujian total merkuri dalam daging ikan menggunakan pencernaan mikrogelombang secara spektrofotometri serapan atom uap dingin. 3. Membandingkan hasil analisis pemanasan sampel ikan sistem tertutup dengan hasil analisis pemanasan sampel ikan sistem terbuka menggunakan spektrofotometri serapan atom uap dingin untuk mengetahui tingkat kedekatan kedua metode. I.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu alternatif metode analisis total merkuri yang aman, cepat, dan mudah diaplikasikan serta telah tervalidasi sehingga akan menghasilkan data analisis yang valid dan akurat.
5