KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK PERAIRAN SELATAN KEPULAUAN LETI MOA LAKOR (LEMOLA)-TANIMBAR

dokumen-dokumen yang mirip
Suhu dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin Muson Tenggara di Perairan Bagian Utara Laut Sawu

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

3. BAHAN DAN METODE. data oseanografi perairan Raja Ampat yang diperoleh dari program terpadu P2O-

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di :

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

MASSA AIR SUBTROPICAL DI PERAIRAN HAMAHERA SUBTROPICAL WATER MASSES IN HALMAHERA WATERS

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MASSA AIR PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN IDENTIFICATION OF WATER MASSES IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN CISADANE

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Lapisan Termoklin Di Perairan Utara Jayapura Herni Cahayani Sidabutar, Azis Rifai, Elis Indrayanti*)

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik di Perairan Utara Papua pada Bulan Desember 1991

KONDISI OSEANOGRAFI FISIKA PERAIRAN BARAT SUMATERA (PULAU SIMEULUE DAN SEKITARNYA) PADA BULAN AGUSTUS 2007 PASCA TSUNAMI DESEMBER 2004

Physics Communication

berada di sisi pantai dan massa air hangat berada di lepas pantai. Dari citra yang diperoleh terlihat bahwa rrpweliit7g dapat dengan jelas terlihat

Stratifikasi Massa Air di Teluk Lasolo, Sulawesi Tenggara. Stratification of Water Mass in Lasolo Bay, Southeast Sulawesi. Abstrak

DINAMIKA MASSA AIR DI PERAIRAN TROPIS PASIFIK BAGIAN BARAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN MUSIM DAN EL NINO SOUTHERN OSCILLATION

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

Identifikasi Massa Air Di Perairan Timur Laut Samudera Hindia

ARUS PANTAI JAWA PADA MUSON BARAT LAUT DAN TENGGARA DI BARAT DAYA SUMATRA JAVA COASTAL CURRENT AT NORTHWEST AND SOUTHEAST MONSOON IN SOUTHWEST SUMATRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEDALAMAN MIXED LAYER DAN TERMOKLIN KAITANNYA DENGAN MONSUN DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

DIRECTORY PERALATAN PENELITIAN LAUT DALAM PUSAT PENELITIAN LAUT DALAM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BIDANG SARANA PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SEBARAN HORIZONTAL SUHU, SALINITAS DAN KEKERUHAN DI PANTAI DUMOGA, SULAWESI UTARA

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

PENDUGAAM SEBARAN DAN KEPADATAN RELATIF GEROMBOLAN IKAN PELAGIK Dl PERAIRAN BARAT SUMATERA PADA MUSlM TlMUR. Oleh. YUDl WAHYUDI C 23.

Relationship between variability mixed layer depth T=0.5 o C criterion and distribution of tuna in the eastern Indian Ocean

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

KARAKTERISTIK MASSA AIR DI PERCABANGAN ARUS LINTAS INDONESIA PERAIRAN SANGIHE TALAUD MENGGUNAKAN DATA INDEX SATAL 2010

KARAKTER DAN PERGERAKAN MASSA AIR DI SELAT LOMBOK BULAN JANUARI 2004 DAN JUNI 2005

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan di Perairan Barat Sumatera pada Bulan Maret 2001

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

ANALISIS DIAGRAM T-S BERDASARKAN PARAMETER OSEANOGRAFIS DI PERAIRAN SELAT LOMBOK

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK ARUS, SUHU DAN SALINITAS DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

POLA SEBARAN SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN SELAT DOMPAK KELURAHAN DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI KEPULAUAN RIAU

KARAKTERISTIK MASSA AIR LAPISAN TERCAMPUR DAN LAPISAN TERMOKLIN DI SELAT LOMBOK PADA BULAN NOVEMBER 2015

Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETERKAITAN KONDISI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT SELAT MALAKA. Universitas Riau.

Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

WORKING PAPER PKSPL-IPB

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Resiko MODUL TRAINING

POLA ARUS DAN TRANSPOR SESAAT DI SELAT ALOR PADA MUSIM TIMUR (CURRENT PATTERN AND SNAPSHOT TRANSPORT WITHIN ALOR STRAIT IN THE EAST MONSOON)

Pola Sebaran Salinitas dan Suhu Pada Saat Pasang dan Surut di Perairan Selat Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Oleh

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

Measurement of Chlorophyll-a Distribution In Timor Sea By Using MODIS Data Year of 2010

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK, SIRKULASI DAN STRATIFIKASI MASSA AIR TELUK TOMINI KARTIKA RAHMAWATI

Abstract. SUHU PERMT]KAAI\{ LAUT I}I PERAIRAN RAJAAMPAT PROPINSI PAPUA BARAT (Hasil Citra )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Transkripsi:

KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK PERAIRAN SELATAN KEPULAUAN LETI MOA LAKOR (LEMOLA)-TANIMBAR Muhammad Ramdhan 1) dan Simn Tubalawny 2) 1) Peneliti pada Pusat Penelitiandan Pengembangan Sumber Daya Pesisir dan Laut KKP 2) Pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpati Abstrak Pelayaran ATSEA (Arafura and Timr Sea) pada 10-27 Mei 2010 memiliki misi untuk melakukan survei seangrafi di wilayah laut Arafura dan laut Timr. Paper ini akan menyajikan data-data seangrafi fisik di wilayah perairan selatan kepulauan Leti Ma Lakr (Lemla) Tanimbar yang dilakukan dengan peralatan yang ada pada wahana kapal riset Baruna Jaya VIII pada pelayaran tersebut. Perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar, memiliki pla sebaran suhu, salinitas dan densitas yang berbeda antara bagian barat perairan dan bagian timur perairan. Pada permukaan perairan (kedalaman 0, 25 dan 50 meter), perairan bagian barat memiliki salinitas dan densitas yang lebih rendah sedangkan pada kedalaman 100 m, massa air di bagian barat perairan dicirikan leh suhu yang rendah serta salinitas dan densitas yang tinggi. Karakteristik massa air di bagian barat perairan mencirikan terjadinya pengangkatan massa air dalam yang kemungkinan disebabkan leh defleksi. Lapisan termklin ratarata dijumpai pada kedalaman 70 m. Sirkulasi massa air terlihat bergerak ke arah selatan. Kata kunci: Suhu, Salinitas, Sigma-t, Arus, Perairan Selatan Lemla-Tanimbar Abstract ATSEA cruise (Arafura and Timr Sea) at May, 10 27 th 2010 has a missin t cnduct ceangraphic surveys in the Arafura and Timr Sea area. This paper will present data f physical ceangraphy in suth waters part f Leti Ma Lakr (Lemla) Tanimbar islands was mwasured byinstruments n the research vessel Baruna Jaya VIII in that cruise. Suth waters part f Lemla-Tanimbar Islands, has a distributin pattern f temperature, salinity and density that different frm the western and eastern waters. On the upper part (depths f 0, 25 and 50 m), western waters have lwer salinity and density, while at a depth f 100 m, the mass f water in the western waters characterized by lw temperatures and high salinity and density. Characteristics f water masses in the western waters characterize the mass remval f water which may be caused by the deflectin. On this waters area average thermcline layer encuntered at a depth f 70 m. Circulatin f water masses seen mving suthward. Keywrd: Temperature, Salinity, Density, Current, Suth waters part f Lemla - Tanimbar Krespndensi penulis: Jl. Pasir Putih I Ancl Timur, jakarta Utara 14430, Email: m.ramdhan@dkp.g.id

PENDAHULUAN Laut Timr dan Laut Arafura merupakan bagian dari perairan Indnesia yang letaknya secara langsung berbatasan dengan Lautan Hindia. Kedua perairan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Laut Timr merupakan perairan laut dalam dengan kedalaman perairan yang dapat mencapai lebih dari 2000 m sedangkan Laut Arafura merupakan perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 m. Dinamika Laut Timr dan Laut Arafura terutama pada lapisan permukaan sangat dipengaruhi leh pla tiupan angin musn yang bertiup. Perubahan arah dan kekuatan angin yang bertiup di atas perairan mengakibatkan terjadinya perubahan dinamika di dalam perairan tersebut. Menurut Clark et al. (1999), kuatnya angin musn mengakibatkan meningkatnya transpr Ekman, percampuran vertikal, dan tingginya bahang yang hilang akibat evaprasi sepanjang musim panas, sehingga mengakibatkan terjadinya pendinginan suhu permukaan perairan, dan sebaliknya bila angin menjadi lemah dimana percampuran vertikal massa air akan lemah dan bahang yang hilang melalui evaprasi menjadi berkurang. Keadaan ini berdampak terhadap tingginya suhu permukaan perairan. Pada bulan Mei, angin musn tenggara terlihat mulai bertiup di sebagian wilayah Indnesia termasuk di Laut Timr dan Laut Arafura. Tiupan angin tersebut mengakibatkan massa air permukaan cenderung bergerak ke arah barat. Keadaan tersebut akan mempengaruhi karakteristik massa air pada kedua perairan terutama pada perairan Laut Arafura dan perairan sekitar Kepulauan Tanimbar. Karena pergerakan massa air dapat menyebabkan terjadinya pengangkatan massa air dan pada akhirnya berdampak terhadap kesuburan suatu perairan. Perairan Laut Timr, merupakan salah satu lintasan utama Arlind yang membawa massa air Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Sumber air yang dibawa leh Arlind berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan (Tmascik et al., 1997; Wyrtki, 1961; Ilahude and Grdn, 1996; Grdn, 1986; Grdn et al.,1994; Mlcard et al., 1996; Fieux et al., 1996). Arus di perairan Laut Timr mengalir hampir sepanjang tahun ke arah barat daya dengan pusat aliran sejajar dengan pantai Timr. Dengan demikian dinamika dan karakteristik massa air Laut Timr sangat ditentukan leh perubahan pla kecepatan dan arah tiupan angin musn serta kuat tidak aliran Arlind yang melintasinya.

Pelayaran ATSEA pada 10-27 Mei 2010 bertujuan untuk mengkaji karakteristik massa air Laut di wilayah Laut Timr dan Arafura serta dinamika massa air di wilayah Laut Timr dan Arafura dalam kaitannya dengan ptensi perikanan di wilayah tersebut. Makalah ini merupakan cuplikan hasil penelitian pelayaran ATSEA, mengenai karakteristik seangrafi fisik di wilayah perairan selatan kepulauan Leti Ma Lakr (Lemla)-Tanimbar. Penelitian dilaksanakan di Laut Timr dan Laut Arafura yang terdiri atas 23 stasiun pengamatan yang berlansung dari tanggal 10-23 Mei 2010. Ke 23 stasiun pengamatan terdiri dari: 8 Stasiun di Laut Timr, 5 stasiun berlkasi di perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar dan 10 stasiun di Laut Arufura (Gambar 1). Krdinat psisi stasiun, kedalaman dan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. (5 stasiun di perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar berada pada area yang dilingkari). Gambar 1. Psisi Stasiun Pengamatan

Tabel 1. Psisi Stasiun, Kedalaman dan Waktu Pengamatan N. Nama Stasiun Tanggal Waktu (wib) Bujur Timur Psisi Lintang Kedalaman (m) 1 Stasiun - 1 10-Mei-10 18:24 123 43.968' -10 31.011' 272 2 Stasiun 2 10-Mei-10 23:10 123 58.055' -10 55.478' 2000 3 Stasiun 3 11-Mei-10 9:34 124 51.090' -10 25.102' 1939 4 Stasiun 4 11-Mei-10 15:05 124 37.184' -10 01.772' 746 5 Stasiun 5 12-Mei-10 7:06 125 50.940' -09 23.030' 1029 6 Stasiun 6 25-Mei-10 15:05 126 07.907' -09 43.893' 2584 7 Stasiun 7 13-Mei-10 10:00 126 51.623' -09 09.055' 1589 8 Stasiun 8 13-Mei-10 7:17 126 51.487' -08 50.899' 583 9 Stasiun 9 13-Mei-10 20:35 127 256.767' -08 29.229' 2016 10 Stasiun 10 14-Mei-10 9:40 129 14.310' -08 47.405' 1615 11 Stasiun 11 14-Mei-10 21:45 130 32.074' -09 05.925' 633 12 Stasiun 12 15-Mei-10 7:17 131 16.029' -08 25.007' 1506 13 Stasiun 13 15-Mei-10 15:38 131 43.331' -08 53.266' 339 14 Stasiun 14 18-Mei-10 13:43 137 50.722' -07 34.590' 19 15 Stasiun 15 19-Mei-10 1:09 137 00.500' -07 09.705' 35 16 Stasiun 16 19-Mei-10 11:23 137 50.610' -06 44.645' 29 17 Stasiun 17 19-Mei-10 22:34 137 05.383' -06 19.758' 35 18 Stasiun 18 20-Mei-10 8:38 137 50.616' -05 54.806' 37 19 Stasiun 19 20-Mei-10 23:40 136 30.347' -05 54.738' 48 20 Stasiun 20 21-Mei-10 14:46 135 10.184' -05 54.711' 57 21 Stasiun 21 22-Mei-10 1:49 136 00.283' -06 29.776' 35 22 Stasiun 22 22-Mei-10 13:36 135 10.350' -07 08.750' 38 23 Stasiun 23 23-Mei-10 1:23 134 22.470' -07 45.961' 59 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan KR. Baruna Jaya VIII. Data suhu, salinitas dan sigma-t setiap stasiun pengamatan pada setiap kedalaman diukur dengan menggunakan Cnductivity Temperature Depth (CTD) tipe SBE 911+, sedangkan data arus diukur dengan menggunakan Acustic Dppler Current Prfile (ADCP) Frekwensi 75 khz. Arus diukur pada setiap lapisan kedalaman dengan selang kedalaman 10 m hingga 200 m di Laut Timr sedangkan di Laut Arafura pada setiap selang kedalaman 5 m hingga dasar perairan. Data suhu, salinitas dan densitas selanjutnya ditampilkan dalam bentuk prfil sebaran vertikal, melintang dan hrisntal pada permukaan kedalaman 0, 25, 50, 75 dan

100 m dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Excell 2007, Surfer 9 dan Ocean Data View (ODV) versi 3.2.0-2006. Pla pergerakan arus pada lkasi penelitian dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Surfer 9. Data arus disajikan dalam bentuk pla pergerakan arus pada berbagai permukaan lapisan kedalaman. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Suhu Perairan Selama penelitian pla sebaran suhu perairan selatan Kepulauan Lemla- Tanimbar pada permukaan kedalaman 0, 25 dan 50 m cenderung hmgen. Suhu permukaan laut (0 m) berkisar antara 28,86 29,18 C dengan rata-rata 29,03 ± 0,13 C, permukaan kedalaman 25 m suhu berkisar antara 28,99 29,12 C dengan rata-rata 29,08 ± 0,05 C, sedangkan pada kedalaman 50 m suhu berkisar antara 28,50-29,07 C dengan rata-rata 28,86 ± 0,21 C. Pada permukaan kedalaman 75 dan 100 m, suhu perairan mengalami degradasi yang cukup besar dengan pla sebaran yang cukup bervariasi. Pada permukaan kedalaman 75 m, suhu perairan berkisar antara 25,52-26,75 C dengan rata-rata 26,40 +/- 0,50 C, sedangkan pada permukaan kedalaman 100 m suhu perairan berkisar antara 21,44-23,29 C dengan rata-rata 22,48 ± 0,70 C (Gambar 2).

Gambar 2. Sebaran hrisntal suhu pada permukaan kedalaman 0, 25, 50, 75, 100 m (Stasiun 1 13) Berdasarkan pla sebaran hrisntal suhu pada berbagai kedalaman tersebut terlihat bahwa lapisan permukaan tercampur perairan selatan Lemla-Tanimbar berada hingga kedalaman 50 m sedangkan permukaan kedalaman 75 dan 100 m merupakan bagian dari lapisan termklin. Stratifikasi klm perairan tersebut juga terlihat melalui sebaran vertikal dan melintang suhu dimana ketebalan lapisan permukaan tercampur sekitar 60 m (Gambar 3 dan 4). 0 Suhu ( C) 5 10 15 20 25 30 50 Kedalaman (m) 100 150 200 250 St9 St10 St11 St12 300 St13 350 400 Gambar 3. Sebaran menegak suhu pada perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr- Tanimbar Pla sebaran hrisntal suhu pada permukaan kedalaman 75 dan 100 juga menunjukkan adanya pusat knsentrasi massa air dingin bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Pada kedalaman 75, massa air sedikit lebih dingin berada di Stasiun 12 (25,52 C), sedangkan pada bagian perairan lainnya suhu berkisar antara 26,51-

26,74 C. Massa air dingin tersebut kemungkinan berasal dari perairan sekitarnya. Pada permukaan kedalaman 100 m, di perairan selatan Lemla-Tanimbar terlihat knsentrasi massa air dingin pada Stasiun 9. Massa air dingin tersebut kemungkinan merupakan massa air lapisan dalam dari Laut Banda yang mengalir ke Laut Timr dan mengalami defleksi akibat perubahan tpgrafi perairan. Gambar 4. Sebaran melintang suhu pada perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr- Tanimbar (Stasiun 9, 10, 11 dan 13 2) Salinitas Perairan Secara hrisntal, sebaran salinitas di permukaan perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr (Lemla) - Tanimbar selama pengamatan berkisar antara 33,46 33,97 psu dengan rata-rata 33,65 ± 0,21 psu. Stasiun 9 dan 12 miliki nilai salinitas lebih rendah bila dibandingkan dengan Stasiun 10, 11 dan 13 yang letaknya lebih ke selatan (Gambar 11). Sedikit lebih rendahnya salinitas kemungkinan karena pengaruh massa air permukaan perairan sekitar yang mengalami pengenceran akibat curah hujan. Pada waktu pengamatan perairan Indnesia Timur cenderung mengalami curah hujan. Kndisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat pada sebaran salinitas pada permukaan kedalaman 25 dan 50 m. Pada permukaan kedalaman 25 m, sebaran salinitas berada pada kisaran 33,47-33,97 psu dengan rata-rata 33,73 ± 0,19 psu dan pada permukaan kedalaman 50 m, salinitas berada pada kisaran 33,59-34,12 psu dengan rata-rata 33,91

± 0,19 psu. Di kedua permukaan kedalaman tersebut, salinitas terendah terdapat pada Stasiun 9. Sebaran salinitas pada permukaan kedalaman 75 dan 100 m umumnya bersifat hmgen, namun demikian pla sebaran salinitas di bagian barat perairan ini menunjukkan pla yang berbeda dengan lapisan permukaan. Pada kedalaman 75 dan 100 m, salinitas tertinggi dijumpai pada Stasiun 9. Tingginya salinitas perairan tersebut kemungkinan karena pengaruh massa air dalam Laut Banda yang bergerak ke arah selatan dan mengalami defleksi. Berdasarkan pla sebaran vertikal salinitas, perairan selatan Lemla-Tanimbar memiliki variasi nilai salinitas pada lapisan permukaan dengan ketebalan sekitar 60 m. Lapisan tersebut merupakan lapisan permukaan tercampur dimana secara vertikal salinitas hmgen. Dengan demikian lapisan halklin umumnya berada pada kedalaman sekitar 60 m. Sebaran nilai salinitas pada permukaan tercampur juga mengambarkan rendahnya salinitas massa air di Stasiun 9 dan lebih tinggi salinitas pada Stasiun 11 namun pada kedalaman 100 m, salinitas pada setiap satasiun pengamatan hampir sama (hmgen) dengan nilai lebih tinggi dijumpai pada Stasiun 9 (Gambar 5). 0 Salinitas (psu) 33.0 33.5 34.0 34.5 35.0 50 100 St9 Kedalaman (m) 150 200 250 300 St10 St11 St12 St13 350 400 Gambar 5. Sebaran vertikal salinitas pada perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar (Stasiun 9 13) Massa air perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr Tanimbar, secara umum memiliki salinitas yang hampir sama kecuali massa air di Stasiun 9. Keadaan ini terlihat

melalui sebaran melintang salinitas yang melintang dari bagian barat hingga timur perairan (Stasiun 9, 10, 11 dan 13). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa massa air perairan tersebut terutama pada kedalaman lebih dari 50 m berasal dari massa air yang sama (Gambar 6). Gambar 6. Sebaran melintang salinitas perairan selatan Kepulauan Lemla Tanimbar 3) Sigma-t Perairan Densitas massa air perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar secara hrisntal menunjukkan pla sebaran yang berbeda antara permukaan kedalaman 0, 25 dan 50 m dengan sebaran densitas massa air pada permukaan kedalaman 100 m. Di permukaan kedalaman 0, 25 dan 50 m massa air di bagian barat perairan memiliki densitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan massa air di bagian timur perairan namun sebaliknya dengan permukaan kedalaman 100 m dimana massa air di bagian barat perairan lebih tinggi dari massa air di bagian timur perairan. Rendahnya densitas massa air di bagian barat perairan (Stasiun 9) pada lapisan permukaan perairan hingga kedalaman 50 m disebabkan karena adanya masukan massa air dengan salinitas yang lebih rendah sedangkan tingginya densitas massa air pada permukaan kedalaman 100 m di Stasiun 9 disebabkan karena massa air tersebut lebih dingin bila dibandingkan dengan massa air dibagian timur perairan (Stasiun 12 dan 13). Dengan demikian secara

hrisntal, faktr yang mempengaruhi sebaran densitas di perairan ini berbeda antara lapisan permukaan (0-50 m) dengan permukaan kedalaman 100 m. Perbedaan densitas massa air pada berbagai permukaan kedalaman dapat dilihat pada gambar sebaran hrisntal sigma-t (Gambar 19). Pada permukaan perairan, sebaran sigma-t berkisar antara 20,88-21,27 kg/m 3 dengan rata-rata 21,04 ± 0,15 kg/m 3. Di permukaan kedalaman 25 m, sigma-t berada pada kisaran 20,88-21,27 kg/m 3 dengan rata-rata 21,09 ± 0,16 kg/m 3 dan di permukaan kedalaman 50 m, sigma-t massa air berkisar antara 21,03-21,57 kg/m 3 dengan rata-rata 21,30 ± 0,19 kg/m 3. Sebaran sigmat pada permukaan kedalaman 75 m berkisar antara 22,28-22,64 kg/m 3 dengan rata-rata 22,38 ± 0,15 kg/m 3 dan pada permukaan 100 m, sigma-t berada pada kisaran 23,36-24,04 kg/m 3 dengan rata-rata 23,67 ± 0,24 kg/m 3. Secara umum, sebaran vertikal sigma-t perairan selatan Kepulauan Lemla- Tanimbar pada setiap stasiun pengamatan memperlihatkan bahwa kedalaman lapisan permukaan tercampur sekitar 60 m atau dapat dikatakan bahwa lapisan pycncline umumnya ditemukan pada kedalaman 60 m (Gambar 7). Hmgennya sebaran sigma-t hingga kedalaman 60 juga terlihat melalui sebaran melintang salinitas yang menghubungkan Stasiun 9, 10, 11 dan 13 (Gambar 8). 0 Sigma-t (kg/m 3 ) 20 22 24 26 28 50 100 St9 Kedalaman (m) 150 200 250 300 St10 St11 St12 St13 350 400 Gambar 7. Sebaran vertikal sigma-t pada perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar (Stasiun 9 13)

Gambar 8. Sebaran melintang sigma-t di perairan selatan Kepulauan Lemla Tanimbar. 4) Arus Selama penelitian rata-rata kecepatan arus pada lapisan kedalaman 20 100 m di perairan selatan Kepulauan Lemla Tanimbar bergerak ke arah selatan (156,21 200,74 ) dengan kecepatan antara 758,96 956,14 mm/s. Secara umum terlihat bahwa kecepatan pergerakan massa air di bagian timur perairan (Stasiun 13) lebih kuat dari bagian barat perairan (Stasiun 9). Pada Stasiun 9, massa air bergerak dengan kecepatan antara 758,96-777,71 mm/s dengan arah gerakan 172,90-200,74, sedangkan pada Stasiun 13, massa air bergerak selatan (180,47-198,66 ) dengan kecepatan 931,84-946,14 mm/s. Kecepatan arus di perairan selatan Kepulauan Lemla- Tanimbar untuk setiap stasiun pengamatan tidak memperlihatkan perubahan kecepatan yang cukup berarti dengan bertambahnya kedalaman perairan (kedalaman 20-100 m). Rata-rata kecepatan dan arah pergerakan massa air di perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar untuk setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 9-13.

Tabel 2. Kecepatan rata-rata (mm/s) dan arah pergerakan arus ( ) untuk lapisan kedalaman (20-100 m) pada setiap stasiun pengamatan perairan selatan Kepulauan Lemla-Tanimbar Kedalaman (m) Stasiun 9 Sasiun t10 Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Kec Arah Kec Arah Kec Arah Kec Arah Kec Arah 20 777.71 176.48 859.91 195.15 931.20 178.57 818.83 168.81 931.36 188.19 30 776.73 172.90 866.81 192.05 926.86 180.30 912.45 162.73 946.14 188.96 40 765.61 182.64 868.91 196.22 919.60 182.30 819.01 162.18 946.12 198.66 50 766.33 182.41 868.09 199.30 918.53 177.72 816.60 162.37 938.41 188.25 60 777.67 181.72 853.87 199.49 924.43 179.73 860.40 164.89 942.02 180.78 70 758.96 193.63 850.93 190.35 935.17 184.49 856.02 157.96 944.05 180.47 80 771.60 197.37 861.17 196.35 933.14 178.62 845.77 162.13 935.13 188.21 90 768.10 200.74 847.94 192.11 938.01 193.59 852.98 163.49 933.34 187.96 100 768.35 200.17 832.65 183.79 928.16 198.70 860.99 156.21 931.84 181.26 20 Grafik Perubahan Arus di Stasiun-9 (14 Mei 2010) 08 29,229' LS; 127 56,967' BT 21:36:11 PM 22:59:41 PM 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecepatan Arus (mm/s) 1000 Gambar 9. Pla arus di berbagai lapisan kedalaman pada Stasiun 9 (Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar)

Grafik Perubahan Arus di Stasiun-10 (15 Mei 2010) 08 47,405' LS; 129 14,310' BT 09:40:36 AM 10:45:25 AM 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecepatan Arus (mm/s) 1000 Gambar 10. Pla arus di berbagai lapisan kedalaman pada Stasiun 10 (Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar) Grafik Perubahan Arus di Stasiun-11 (15 Mei 2010) 09 05,925' LS; 130 32,074' BT 21:43:06 PM 22:57:10 PM 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecepatan Arus (mm/s) 1000 Gambar 11. Pla arus di berbagai lapisan kedalaman pada Stasiun 11 (Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar)

Grafik Perubahan Arus di Stasiun-12 (16 Mei 2010) 08 25,007' LS; 131 16,029' BT 07:19:30 AM 09:40:00 AM 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecepatan Arus (mm/s) 1000 Gambar 12. Pla arus di berbagai lapisan kedalaman pada Stasiun 12 (Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar) Grafik Perubahan Arus di Stasiun-13 (16 Mei 2010) 08 53,266' LS; 131 43,331' BT 15:40:17 PM 17:00:03 PM 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kecepatan Arus (mm/s) 1000 Gambar 13. Pla arus di berbagai lapisan kedalaman pada Stasiun 13 (Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar)

KESIMPULAN Perairan selatan Kepulauan Leti Ma Lakr-Tanimbar, memiliki pla sebaran suhu, salinitas dan densitas yang berbeda antara bagian barat perairan dan bagian timur perairan. Pada permukaan perairan (kedalaman 0, 25 dan 50), perairan bagian barat memiliki salinitas dan densitas yang lebih rendah sedangkan pada kedalaman 100 m, massa air di bagian barat perairan dicirikan leh suhu yang rendah serta salinitas dan densitas yang tinggi. Karakteristik massa air di bagian barat perairan mencirikan terjadinya pengangkatan massa air dalam yang kemungkinan disebabkan leh defleksi. Lapisan termklin rata-rata dijumpai pada kedalaman 70 m. Sirkulasi massa air terlihat bergerak ke arah selatan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Gellwynn Daniel Hamzah Jusuf, M.Sc sebagai Kepala Balitbang-KP, Dr. Tnny Wagey - Ketua ATSEA Prject, Dr. Budi Sulisty Kepala Puslitbang Sumberdaya Pesisir dan Laut. Rekan-rekan tim peneliti ATSEA cruise, Kapten Daniel serta seluruh Kru kapal riset Baruna Jaya VIII. DAFTAR PUSTAKA Clark, C. O., J. E. Cle and P. J. Webster, 1999. Indian Ocean SST and Indian summer rainfall: predictive relatinships and their decadal variability. Fieux, M., C. Andrie, E. Charriaud, A. G. Ilahude, N. Metzl, R. Mlcard, and J. C. Swallw, 1996. Hydrlgical and Chlrflurmenthane Measurements f the Indnesian Thrughflw Entering the Indian Ocean. J. Gephys. Res., 101 (C5): 12,433 12,454. Grdn, A., 1986. Intercean Exchange f Thermcline Water. J. Gephys. Res., 91, 5037 5046. Grdn, A. L., A. Ffield, and A. G. Ilahude, 1994. Thermcline f the Flres and Banda Seas. J. Gephys. Res., 99, 18,235 18,242. Ilahude, A. G., and A. L. Grdn, 1996. Thermcline Stratificatin within the Indnesian Seas. J. Gephys. Res., 101 (C5): 12,401 12,420. Mlcard, R., M. Fiuex, and A. G. Ilahude, 1996. The Ind Pacific Thrughflw in the Timr Passage. J. Gephys. Res., 101 (C5): 12,411 12,420.

Tmascik, T., A. J. Mah, A. Nntji, and M. K. Msa, 1997 a. The Eclgy f the Indnesian Seas. Part One. The Eclgy f Indnesian Series. Vl. VII. Periplus Editins (HK) Ltd. Tubalawny, S., 2002. Karakteristik Fisik Kimia dan Klrfil-a Laut Timr. Tesis. Institut Pertanian Bgr. Wyrtki, K., 1961. Physical Oceangraphy f the Sutheast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps Inst. f Oceangraphy La jlla, Calif.