BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. tuno yang artinya rugi dalam bahasa jawa. Tunagrahita dapat diartikan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SDLB DI SLB TUNAS BAKTI PLERET BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

EXPERIENTIA. Jurnal Psikologi Indonesia. Oktober 2016 Volume 4, Nomor 2 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang menjadi tujuan utama Pendidikan di Sekolah Dasar yaitu membaca,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Oleh: Sugiyoto NIM. X

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evy Aryani Sadikin, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hitung penjumlahan siswa tunagrahita ringan. Peningkatan kemampuan operasi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kepribadian anak sebelum ia memasuki jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan di Indonesia sesungguhnya sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler (Wisc). Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai lebih 7 tahun. Anak tunagrahita sedang dapat di didik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung walaupun anak tunagrahita sedang masih dapat menulis secara sosialnya misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya dan lain-lain. Masih dapat di didik mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus menerus. Anak tunagrahita sedang juga masih dapat bekerja di tempat kerja terlindung (Sheltered Workshop) (Maria J. Wantah, 2007: 18). Berdasarkan batasan tersebut, maka dapat diambil pengertian bahwa anak tunagrahita sedang adalah anak yang masih dapat diberi respon dengan latihan aktivitas yang sederhana, dapat mengurus diri, dapat 7

8 melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap dalam pengawasan karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal. Endang Rochyadi (2005: 116) mengemukakan perhatian anak tunagrahita sedang dalam belajar tidak dapat bertahan lama mudah berpindah ke obyek lain yang terkadang sama sekali tidak menarik atau tidak bermakna. Sehingga mengganggu aktifitas belajarnya, bahkan anak sendiri tidak menyadari apa yang dilakukannya. Rendahnya perhatian anak dalam belajar akan menghambat daya ingat. Berdasarkan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita sedang mudah beralih perhatiannya ke hal yang dianggapnya lebih menarik dan keterbatasannya dalam kemampuan intelektualnya sehingga kemampuan dalam bidang akademik sangat bersifat sederhana. Demikian juga berkaitan dengan pembelajaran matematika yang mengalami hambatan atau kesulitan dan lambat beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Menurut Mumpuniarti (2007: 25) adapun karakteristik pada aspek - aspek individu anak tunagrahita sebagai berikut: a. Karakter fisik, pada tingkat hambatan mental sedang lebih menampakkan kecacatannya. Penampakan fisik jelas terlihat karena pada tingkat ini banyak dijumpai tipe down syndrome dan brain

9 damage. Koordinasi motorik lemah sekali dari penampilannya menampakkan sekali sebagai anak terbelakang. b. Karakteristik psikis, pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak - kanakan, sering melamun atau sebaliknya hiperaktif. c. Karakteristik sosial, banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan. Menurut Moh. Amin (1995: 39) mengatakan bahwa anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Anak tunagrahita sedang pada umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang hampir selalu tergantung dengan orang lain tetapi dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Anak tunagrahita sedang masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Jadi karakteristik anak tunagrahita secara umum dalam hal kecerdasan, social, fungsi mental, dorongan emosi dan kepribadian serta organism dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kecerdasan Tingkat kecerdasan anak tunagrahita sedang jelas dibawah rata-rata anak normal yang seusia, kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama

10 untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rite learning) bukan dengan pengertian dan sukar memahami masalah. b. Sosial Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin dirinya sendiri, untuk kepentingan dirinya sendiri sangat tergantung pada bantuan orang lain, selalu ditunjukkan terus apa yang akan dikerjakan, tanpa bimbingan dan pengawasan mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku terlarang terutama mencuri, merusak dan pelanggaran seksual. c. Fungsi Mental Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, cepat beralih. Kurang tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan mudah bosan. d. Dorongan dan Emosi Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya. Anak yang berat ketunagrahitaanya hampir - hampir tidak dapat memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri, kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan tanggungjawab dan hak sosialnya. Dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah dan benci.

11 e. Bidang Akademis Mereka sulit mencapai prestasi dalam bidang akademis membaca, menulis dan berhitung yang problematis, tetapi dapat dilatih dalam hal yang sederhana sekedar diperkenalkan membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka. f. Organisme dan Kepribadian Mereka tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya tergantung pengarahan orang lain. Dilihat dari struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang bila dibandingkan dengan anak normal, sikap dan gerak lagaknya kurang indah, badannya relatif kecil seperti kurang sehat dan kurang mempunyai daya tahan. Berdasarkan pendapat dan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan tentang karakteristik anak tunagrahita sedang di antaranya adalah anak tunagrahita sedang hampir tidak dapat mempelajari pelajaran akademis, pada umumnya belajar secara membeo, mereka masih dapat dilatih mengerjakan beberapa pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan latihan secara terus menerus. Secara fisik lebih menampakkan ketunaannya, koordinasi motoriknya lemah sekali dan penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, anak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak -kanakan atau sebaliknya hiperaktif, rasa sosialnya kurang baik, rasa etisnya juga kurang, tidak mempunyai rasa terima kasih dan rasa belas kasihan rendah, kurang mampu mengkoordinasikan gerak tubuhnya, tidak

12 dapat berkonsentrasi, cepat bosan dan juga perkembangan jiwanya dan fisiknya terlambat. B. Kajian tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran Matematika bagi Anak Tunagrahita Sedang Dalam Kurikulum Berbasis Kompentensi SDLB (Depdiknas, 2004: 2) dijelaskan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedang dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti. Menurut Betth dan Piaget (J. Tombokan Runtukahu, 1996: 15) pembelajaran matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Menurut Sujono (1988: 5) mengemukakan matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik dan merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.

13 2. Tujuan Pembelajaran Matematika bagi Anak Tunagrahita Sedang Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (Mumpuniarti, 2007: 121-122) sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat daam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 3. Materi Pembelajaran Matematika Bagi Anak Tunagrahita Sedang Materi dalam pembelajaran matematika untuk anak tunagrahita sedang kelas III SLB adalah melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai 10, membilang 1 10, mengenal simbol bilangan 1 0 dan menulis

14 bilangan 1 10. Melakukan penjumlahan sampai 10, melakukan pengurangan sampai 10 dan memecahkan masalah penjumlahan sampai 10. Membilang banyaknya benda, melakukan penjumlahan dengan gambar benda sampai 10 dan melakukan pengurangan dengan benda 1 sampai 10. 4. Media Pembelajaran Matematika bagi Anak Tunagrahita Sedang Pembelajaran matematika untuk anak tunagrahita sedang sangat diutamakan untuk keberhasilan dalam memahami materi. Materi matematika dapat terserap dengan baik jika ditunjang dengan alat peraga disesuaikan dengan kondisi dan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut Deny Nur Azizah (2004: 1) matematika adalah mata pelajaran yang bersifat abstrak, dalam proses pembelajaran diperlukan alat peraga untuk memudahkan peserta didik untuk memahami konsep bilangan. Menurut Amir Hamzah (1985: 16 ) alat visual yaitu alat-alat yang memperlihatkan rupa atau bentuk yang kita kenal dengan alat peraga. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran matematika perlu didukung dengan penggunaan alat peraga agar memudahkan peserta didik memahami konsep bilangan. Misalnya dengan benda- benda nyata, benda tiruan, gambar, menggunakan media komputer, kartu angka, puzzel dan sebagainya.

15 5. Strategi Pembelajaran Matematika bagi Anak Tunagrahita Sedang Dalam pembelajaran matematika, anak tunagrahita sedang banyak mengalami kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengikuti pelajaran matematika. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, diperlukan cara atau strategi khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan anak dalam mempelajari simbol bilangan matematika. Untuk melakukan strategi dan pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran remidial ini adalah bersifat kuratif. Strategi ini dilakukan setelah mengetahui kesulitankesulitan yang dialami oleh siswa setelah pelajaran selesai. Pendekatan kuratif dilakukan di lapangan dengan melihat penguasaan simbol bilangan yang sudah dikuasai oleh siswa. Teknik pendekatan yang dipakai adalah mengajarkan bagian -bagian simbol bilangan yang belum dikuasai anak tunagrahita sedang. Menurut Endang Supartini (2001: 57) strategi dan teknik pendekatan remidial yang bersifat kuratif digunakan setelah proses pembelajaran yang utama selesai. Pendekatan kuratif dipilih apabila anak belum mampu mencapai tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sri Rumini (2003: 72) dalam strategi ini anak yang mengalami kesulitan belajar dicegah jangan sampai mengalami kesulitan belajar kembali. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi dan teknik pendekatan bersifat kuratif atau koreksi yang digunakan setelah proses belajar selesai dan strategi ini dilakukan untuk mencegah kesulitan

16 belajar anak agar dapat berhasil dalam mengikuti pembelajaran di tingkat berikutnya. Contohnya anak disuruh membilang 1 10 tetapi anak tidak bisa melakukannya, maka diajarkan secara berulang-ulang sampai anak dapat melakukannya. 6. Kesulitan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Sedang Dalam pembelajaran matematika yang diberikan anak tunagrahita sedang tidak semua materi dapat diserap dengan baik, karena anak tunagrahita sedang banyak mengalami hambatan-hambatan seperti hambatan intelektual dan hambatan berpikir abstrak sehingga mempengaruhi dalam belajar simbol bilangan, mengalami ketidakmampuan menyelesaikan tugas dalam waktu yang sudah ditentukan, kalau diberi tugas tidak segera dikerjakan dan perhatian mudah terpecah. Hambatan seperti ini sering terjadi pada anak tunagrahita sedang, selain dari permasalahan utama yaitu dalam pembelajaran matematika mengenai konsep bilangan. Dalam memahami konsep bilangan, anak tunagrahita sedang harus mengutamakan contoh nyata. misalnya mempelajari angka 2, maka harus ada kartu angka 2 atau puzzle angka 2, mempelajari angka 6 maka harus ada kartu angka 6. Menurut Erman Amti dan Marjohan (1991: 67) yang dimaksud kesulitan belajar adalah Suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang murid dan menghambat kelancaran proses belajar. Kondisi tertentu itu

17 dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahankelemahan yang dimiliki dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Menurut Izhar Hasis (2001: 15) bahwa gejala kesulitan belajar dimanifestasikan secara langsung atau tidak langsung dalam berbagai bentuk dan tingkah laku. Tingkah laku dimanifestasikan dalam tingkah laku yang ditandai dengan hambatan tertentu nampak pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar yang dialami anak yang menghambat proses belajar yang disebabkan oleh tingkah laku. Tingkah laku ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu nampak aspek kognitif, afektif dan psikomotor serta kesulitan yang dialami anak yaitu membilang angka 1 10, mengenal angka 1 10 dan menulis angka 1 10. C. Kajian tentang Pengajaran Remidial 1. Pengertian Pengajaran Remidial Dilihat dari arti kata, remidial berarti bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat menjadi baik. Menurut Izhar Hasis (2001: 60) pengajaran remidial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran remidial adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan yang dialami peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada

18 pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing - masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik (Depdikbud, 1983: 59). Abin Syamsudin (Ischak S.W dan Warji R, 1987: 2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang objektif dan selengkap mungkin. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remidial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran matematika mengenai simbol bilangan sehingga penguasaan simbol bilangan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. 2. Ciri-ciri Pengajaran Remidial bagi Anak Tunagrahita Sedang Mohammad Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 104) mengemukakan ada beberapa ciri pengajaran remidial, yaitu: a. Dilakukan diketahui kegiatan belajar mengajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang.

19 b. Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dihadapi oleh siswa. Menurut Izhar Hasis (2001: 65) mengemukakan tentang ciri-ciri pengajaran remidial adalah: a. Pengajaran remidial dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakangnya. b. Dalam pengajaran remidial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi oleh anak tunagrahita sedang. c. Metode dalam pengajaran remidial bersifat diferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya. d. Pengajaran remidial dilaksanakan secara khusus oleh pembimbing. e. Alat - alat dalam pengajaran remidial lebih variasi. f. Pengajaran remidial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial artinya lebih disesuaikan dengan keadaan masing -masing. g. Evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi siswa. 3. Tujuan Pengajaran Remidial bagi Anak Tunagrahita Sedang Bagi anak tuna grahita sedang dengan kesulitan belajar, remidial merupakan salah satu bentuk penanganan. Tujuan yang diharapkan dari kegiatan remidial ini adalah mengurangi kesulitan belajar yang dialami dan sedapat mungkin mendekati pencapaian kurikulum sesuai dengan

20 standar normatif. Ischak SW. dan Warji R (1987: 34) menyebutkan remidial dengan kegiatan perbaikan dan menyatakan bahwa dilaksanakan kegiatan perbaikan itu mempunyai maksud dan tujuan dalam arti luas ataupun ideal dan dalam arti sempit ataupun operasional. Dalam arti luas atau ideal, kegiatan perbaikan bertujuan memberikan bantuan baik yang berupa perlakuan pengajaran maupun yang berupa bimbingan dalam mengatasi kasus-kasus yang dihadapi oleh siswa yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Dalam arti sempit atau operasional, kegiatan perbaikan bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lambat, sulit, gagal belajar, agar supaya mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan kepada mereka. Tujuan pengajaran remidial menurut Moh. Surya (1980: 8) tidak jauh berbeda dengan pengajaran secara umum yaitu untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pengajaran remidial adalah bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai belajar yang diharapkan melalui penyembuhan, perbaikan atau pembetulan dalam: a. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dalam belajarnya yang menyangkut segi kekuatan, kelemahan jenis dan sifat kesulitannya. b. Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitannya.

21 c. Memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai kesulitan yang dihadapi anak. d. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya. e. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baru yang menjadi latar belakang kesulitannya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan pengajaran remidial adalah untuk mengadakan perbaikanperbaikan dalam proses pembelajaran matematika, khususya simbol bilangan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika anak tunagrahita sedang kelas III SDLB di SLB Daya Ananda Kalasan Yogyakarta. 4. Materi Pengajaran Remidial Materi yang diberikan dalam pengajaran matematika adalah diambil dari buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang SDLB Tunagrahita Sedang di SLB Daya Ananda tahun 2006 dan buku pelajaran matematika kelas I SD terbitan Erlangga. Dari sumber tersebut dimodifikasi untuk pembelajaran matematika khususnya simbol bilangan 1 10. Materi yang dipelajari adalah: a. Membilang secara urut 1-10. Kesulitan anak membilang angka 8. b. Mengenal secara urut 1-10. Kesulitan anak menyebutkan angka 7, 8.

22 c. Menulis simbol bilangan. Kesulitan anak menulis angka 6, 7, 8. Langkah seperti ini sangat berguna untuk mengetahui keberhasilan usaha dalam membantu mereka yang menghadapi kesulitan dalam pembelajaran simbol bilangan 1-10. Kegiatan ini dilakukan selama kegiatan berlangsung dan menjadi pokok bahasan untuk materi pengajaran. 5. Prosedur Pengajaran Remidial Rohman Natawijaya (1980: 32) mengemukakan beberapa langkah yang biasa ditempuh dalam pengajaran remidial antara lain : a. Observasi, analisa data, wawancara dan cara yang paling mudah dengan berangkat dari nilai-nilai hasil belajar yang dicapai. b. Mencari latar belakangnya, baik dari dalam maupun luar anak. c. Menentukan sifat dan jenis kesulitan, dalam hal ini kita perlu mencari dimana letak kesulitannya sampai sejauh mana kesulitan yang dihadapi oleh anak. d. Menentukan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan atau tindakan - tindakan yang dapat dilakukan. Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran remidial untuk mengata si anak yang mengalami kesulitan. Sedangkan menurut Abin Syamsudin Makmun (1987) sebagai berikut: a. Penelaahan kasus.

23 b. Menentukan alternatif tindakan. c. Melakukan pengajaran remidial. d. Melakukan pengukuran hasil belajar. e. Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnosis dan akhirnya digunakan untuk membuat rekomendasi. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran remidial dalam penelitian ini adalah : a. Menyusun rencana pengamatan b. Menentukan strategi dan pendekatan pengajaran remidial. c. Menentukan waktu dan tempat untuk pelaksanaan pengajaran remidial d. Menentukan materi. e. Menentukan metode. f. Menentukan alat peraga. g. Menyiapkan evaluasi. D. Kerangka Berpikir Anak tunagrahita sedang mempunyai hambatan berpikir abstrak sehingga mempengaruhi kemampuan belajar matematika. Pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru belum tentu dapat dikuasai oleh anak tunagrahita sedang dengan baik. Materi pembelajaran matematika yang diberikan untuk anak tunagrahita sedang kadang ada materi yang belum dikuasai oleh siswa sudah berganti ke materi yang lain atau materi selanjutnya, hal ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.

24 Oleh karenanya agar kesulitan yang dialami oleh anak tunagrahita sedang mendapat penanganan yang lebih baik sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. Salah satu cara adalah dengan memberikan pengajaran remidial yaitu suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak. Pengajaran remidial ini diberikan untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh anak, sehingga dengan diberikannya pengajaran remidial ini, anak dapat mengalami peningkatan dalam penguasaan materi matematika. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis tindakan. Hipotesi dalam penelitian ini adalah penguasaan simbol bilangan pada anak tunagrahita sedang kelas III SDLB di SLB Daya Ananda Kalasan Yogyakarta, dapat ditingkatkan melalui pengajaran remidial.