BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang
|
|
- Yulia Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan sesuai kemampuan yang dimilikinya dengan latihan secara rutin. Kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita sedang adalah kemampuan keterampilan yang sifatnya sederhana. Anak tugrahita sedang memiliki IQ antara 20/25-50/55 (Sri Rumini 1987:42). Sementara itu, dari ahli lain juga mempunyai pendapat yang hampir sama, menurut Astati (1995: 17) anak tunagrahita sedang pada umumnya dapat mengurus diri, mengerjakan sesuatu yang sederhana dan sifatnya rutin, bergaul dan berkomunikasi dengan lingkungan terbatas. Ada diantara anak tunagrahita sedang yang memperlihatkan ciri fisik yang berbeda dengan anak normal. Perbedaan-perbedaan itu adalah koordinasi motorik yang tidak baik, kurang keseimbangan, tidak dapat mengucapkan kata dengan jelas sehingga kesulitan dalam berkomunikasi. Selanjutnya, ditegaskan kembali menurut Lumban Tobing (2001: 8), anak tunagrahita sedang lambat perkembangan komprehensi dan penggunaan bahasanya, dan pencapaian bidang ini terbatas. Pencapaian dalam mengurus diri dan kecakapan motorik juga terlambat dan beberapa diantara anak tunagrahita sedang yang membutuhkan supervisi seumur hidup.
2 Mengutip dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menegaskan bahwa yang dimaksud dengan anak tunagrahita sedang adalah anak yang mempunyai hambatan dalam berpikir, mengalami kelambatan dalam perkembangan dan bahasanya, dan keterbatasan dalam kecakapan motoriknya, sehingga kemampuan yang bersifat akademik sangat kurang, namun masih dapat diberikan keterampilan sederhana yang bersifat rutinitas. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Karakteristik merupakan ciri khusus yang dimiliki anak tunagrahita sedang yang menunjukkan kondisinya. Kondisi yang ada tersebut berbedabeda sesuai dengan keadaan awal anak dan pengaruh di sekeliling anak. Berawal dari pengetahuan tentang karakteristik ini maka dapat diketahui dan dipahami kondisinya sehingga akan dapat memberikan penanganan yang sesuai yang diperlukan oleh anak terutama yang berkaitan dengan akademik. Moh. Amin (Mumpuniarti, 2000: 42) berpendapat bahwa anak tunagrahita sedang hampir tidak dapat mempelajari pelajaran akademik, anak tunagrahita sedang pada umumnya belajar secara membeo, perkembangan bahasanya sangat terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang masih mempunyai potensi untuk dilatih memelihara diri dan beberapa pekerjaan yang memerlukan latihan secara mekanis. Mengutip dari Mumpuniarti (2007: 25) karakteristik secara rinci adalah sebagai berikut:
3 a. Karakteristik fisik, anak tunagrahita sedang lebih menampakkan kecacatannya, penampilannya nyata sekali sebagai anak terbelakang dan koordinasi motoriknya lemah. b. Karakteristik psikis, pada umur dewasa anak tunagrahita sedang baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan, sering melamun, atau sebaliknya hiperaktif. c. Karakteristik sosial, banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang, dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan. Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari karakteristik di atas, menurut Muhammad Efendi (2006: 98) karakteristik anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut: a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir abstrak. b. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. c. Kemampuan sosialisasinya terbatas. d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. e. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang diamati. f. Kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara. Perkembangan motorik tidak dapat digunakan sebagai ukuran khusus bagi perkembangan kognitif. Keterlambatan dalam kecakapan motorik merupakan presentasi yang umum dijumpai pada gangguan perkembangan. Anak dengan hendaya (impairment) motorik mungkin mempunyai intelegensi yang normal, namun keterlambatan di bidang motorik merupakan gejala yang umum dijumpai pada retardasi mental dan sering pula merupakan gejala pendahulu daripada gangguan belajar (learning disabilities) (Lumban Tobing, 2001: 8). Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai karakteristik yang unik yang lebih mudah dikenali yakni mempunyai kecakapan yang rendah baik kecakapan fisik, sosial
4 maupun psikis. Karakteristik tunagrahita sedang secara fisik menampakkan sekali sebagai anak terbelakang dengan koordinasi motorik lemah. Karakteristik sosial yang memerlukan arahan dan bimbingan khusus serta bekal kehidupan yang harus diberikan untuk masa depannya. Anak tunagrahita sedang hanya mampu berpikir konkrit sehingga kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu diberikan sedikit pelajaran menghitung, menulis, dan membaca yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal mengenal lingkungannya serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa keterampilan sederhana. Anak tunagrahita sedang dalam melakukan kecakapan hidup sehari-hari masih membutuhkan bantuan yang intensif dari luar, memerlukan banyak latihan termasuk latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik halusnya. B. Tinjauan Tentang Motorik Halus 1. Pengertian Motorik Halus Berdasarkan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) pada mata pelajaran sensomotorik, olah raga dan kesehatan, salah satu ruang lingkup latihannya adalah latihan motorik berupa latihan motorik kasar dan motorik halus. Supaya memperjelas permasalahan ini, maka akan diuraikan pengertian motorik halus. Menurut Astati (1995: 21) pengertian motorik halus adalah gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
5 Ahli lain berpendapat yang juga tidak jauh berbeda dan dilengkapi dengan contoh aktivitas yang menggunakan motorik halus. Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 118), menjelaskan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Pendapat tersebut lebih dilengkapi oleh ahli lain dengan melibatkan tujuan yang ingin dicapai yang sesuai dengan pandangan ahli. Motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai keberhasilan pelaksanaannya (Sumantri, MS, 2005: 271) Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan gerakan-gerakan yang halus, yang dilakukan dengan jari-jari tangan seperti ketepatan gerak tangan, kelembutan gerak tangan, koordinasi gerakan mata dan tangan serta kelenturan gerak tangan. 2. Fungsi Motorik Halus Setiap anak mengalami fase perkembangan motorik. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan motorik halus. Keduanya mempunyai fungsi yang penting. Motorik halus mempunyai fungsi yang sangat diperlukan oleh anak tunagrahita sedang dalam melaksanakan aktivitas kesehariaannya. Aktivitas yang dilakukan oleh anak guna mendukung kemampuan motorik halusnya harus dilatih dengan berbagai latihan dan dikemas dalam
6 sebuah permainan, dimulai dengan aktivitas yang berhubungan dengan motorik. Fungsi aktivitas motorik dalam permainan (Ratih Zimmer Gandasetiawan, 2009: 87) adalah sebagai berikut: a. Menambah spontanitas anak. b. Menambah kepercayaan diri anak. c. Menjadikan kognisi anak berkembang dengan cemerlang. d. Anak cepat belajar dalam memutuskan hal yang penting bagi dirinya, dan dapat mengatur tutur bahasanya. e. Mempunyai kemampuan membaca perasaan orang lain, kritis dan mampu menuangkan ide-ide cemerlang. Definisi selanjutnya dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1978: 162) bahwa fungsi keterampilan motorik adalah membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial. Penjelasan mengenai fungsi motorik di atas masih cukup sempit, secara lebih spesifiknya berkaitan dengan fungsi perkembangan motorik halus akan ada pendapat dari ahli lain. Menurut Yudha M. Saputra (2005: 11) fungsi pengembangan motorik halus adalah: a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata. c. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi motorik halus adalah membantu anak dalam berbagai keterampilan hidup yakni bantu diri, sosial, bermain dan sekolah. Salah satu keterampilan sekolah
7 yaitu dalam proses belajar seperti kecepatan menulis, koordinasi gerak dalam bidang pendidikan jasmani. 3. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Aktivitas motorik halus mempengaruhi aktivitas yang lain. Potensi yang dimiliki anak tunagrahita sedang akan dapat digali dan dimaksimalkan dengan baik jika motorik halusnya juga baik. Hal ini menjadi salah satu yang penting untuk ditingkatkan mengingat fungsinya bagi kehidupan anak. Motorik halus yang dimiliki anak tunagrahita sedang harus selalu dilatih dengan terlebih dahulu mengetahui perkembangan dan kemampuannya. Suyanto (Mumpuniarti, 2006: 6) berpendapat bahwa perkembangan motorik normal pada umumnya melalui 4 tahap: a. Tahap pertama gerakan yang tidak disadari, tidak disengaja dan tanpa arah. b. Gerakan yang tidak sesuai perangsangnya. c. Gerakan yang hampir seluruh tubuhnya ikut bergerak untuk mereaksi perangsang dari luar. d. Gerakan yang menggunakan bagian tubuh tertentu. Gerakan tersebut semakin bertambah usianya gerakannya semakin dikuasai, terutama gerakan motorik halus. Gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan dari jari-jari atau keterampilan jari sulit dikuasai oleh anak tunagrahita sedang, demikian juga tahapan perkembangan motoriknya juga sangat lambat. Tahapan gerakan menggunakan bagian tubuh tertentu
8 dan gerakan terarah sulit dicapai dan untuk mencapainya memerlukan latihan berulang-ulang dengan waktu yang lama. Anak tunagrahita golongan embisil yang disebut sebagai anak tunagrahita sedang memiliki kecerdasan rendah, anak tidak mampu melakukan gerakan motorik dengan lancar, untuk itu anak tersebut memerlukan latihan yang menyangkut gerakan jari-jari tangan dengan maksud untuk latihan melemaskan urat-urat jari tangan. Bukti dari masih belum maksimalnya kemampuan motorik halus anak misalnya: a. Mewarnai Kemampuan tangan dalam menggerakkan pensil warna membuat hasil gambar yang diwarnai tidak rata dan tidak beraturan. b. Menggunting Kemampuan tangan yang lemah sehingga anak mengalami kesulitan dalam menggunting, biasanya hasil yang dilakukan tidak sesuai pola. c. Latihan meronce manik-manik Biasanya dalam meronce anak kurang berhati-hati dan memerlukan waktu yang sangat lama sehingga untuk melakukan kegiatan ini agak mengalami kesulitan. d. Membongkar pasang puzzle Anak kurang dapat memasang puzzle dengan sempurna dan tidak beraturan karena kemampuan jari-jari tangannya yang lemah. Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus yang miliki anak tunagrahita sedang adalah lemah,
9 memerlukan stimulus dan kegiatan khusus untuk melatih motorik halusnya. salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang adalah dengan origami atau kegiatan melipat kertas. Kemampuan motorik halus yang dimiliki anak tunagrahita sedang mengalami keterbatasan. Hal ini tampak pada beberapa kegiatan yang anak juga mengalami kesulitan dalam melakukannya, seperti aktivitas menulis, menggambar dan ketika melakukan pekerjaan mengancingkan baju, menalikan tali sepatu, memegang alat makan dan sebagainya. Kondisi tersebut mencerminkan suatu kondisi yang harus segera ditangani dan dengan penanganan yang semaksimal mungkin bertujuan untuk kemajuan anak. Karakteristik anak tunagrahita yang khas terutama anak tunagrahita sedang berdampak pada penanganannya. Penanganan pembelajaran memerlukan berbagai perangkat khusus, seperti materi, metode, dan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang sebaiknya diberikan kepada anak adalah materi yang substantif dan fungsional. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan metode yang aplikatif dan menekankan keaktifan anak dalam melaksanakan kegiatan. Pemilihan media yang digunakan adalah media yang menarik untuk anak,dan tidak membosankan serta tidak rumit atau fleksibel.
10 C. Tinjauan tentang Origami 1. Pengertian Origami Sebagian anak tunagrahita sedang menyukai bermain dan menggunakan bahan disekitarnya untuk bermain. Anak akan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya untuk dipegang walaupun tidak mengetahui fungsi dari benda tersebut. Salah satu benda yang ada di sekolah yang dijumpai oleh anak adalah kertas. J. Sentot Sunarwo (2009: 4) menyatakan bahwa origami adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang berarti melipat kertas. Pendapat lain mengatakan bahwa Origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari negeri Jepang dan dikembangkan ke berbagai negara lain sebagai pelengkap kegiatan ketrampilan atau sekedar mengisi waktu luang. Bagi anak-anak, origami merupakan bagian dari pengembangan motorik halus sebagai media pengukur kerja otak yang disalurkan pada gerakan jari tangan secara terkoordinasi untuk mencapai tingkat keterampilan yang diharapkan (Cindy Salsabilla, 2011: 2). Penjelasan lain yang juga menyatakan pengertian origami yang dilengkapi dengan bahan dasarnya, origami adalah sebuah seni melipat kertas. Bahan dasar yang digunakan adalah kertas, kreativitas seni ini dilakukan dan dikembangkan. Bila kemudian ada yang menggunakan bahan plastik, alumunium foil, kain, dan bahan-bahan selain kertas, hal tersebut merupakan perkembangan selanjutnya yang banyak dilakukan oleh para seniman. Akan tetapi, secara prinsip yang menjadi media dasar seni origami adalah kertas (Moshimoshi, 2011: 1). Ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa origami merupakan istilah yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti melipat
11 kertas. Perkembangan zaman membuat aktivitas ini berkembang menjadi seni yang semakin lama semakin variatif dalam bentuknya. 2. Manfaat Origami Origami, seni melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud dapat berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu. Origami yang mula-mula hanya merupakan pelengkap dari hiasan-hiasan pesta dan merupakan cara membungkus yang indah, berkembang menjadi suatu seni yang mengasyikkan, menjadi hobi dari kalangan intelektual di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Perkembangan tersebut semakin pesat seiring dengan semakin dirasakan kebermanfaatannya. Manfaat origami bagi anak, menurut (Moshimoshi, 2011: 2) adalah sebagai berikut: a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat. b. Melalui origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan. c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan ini akan mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. d. Melalui origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas imajinasi mereka dengan origami yang dihasilkan sesuai kemampuan anak. e. Anak akan merasakan kebanggaan dan kepuasan jika berhasil menciptakan sesuatu dengan tangan anak sendiri. Terlebih lagi anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami. f. Bermain origami juga melatih anak berkomunikasi, mengungkapkan apa yang dipikirannya serta memberikan waktu bermain yang menyenangkan, misalkan dalam mengkomunikasikan bentuk apa yang tercipta dari selembar kertas yang dilipat atau anak akan berlatih bertanya bila terganjal kesulitan di tengah jalan.
12 Pendapat lain yang tidak jauh berbeda juga disampaikan terkait manfaat yang dapat didapat oleh seorang anak jika melakukan kegiatan origami, menurut (Koranjitu, 2008) diantaranya: a. Melatih motorik halus, melalui jari-nya saat melipat kertas. b. Melatih konsentrasi. c. Melatih berpikir sistematis. d. Melatih kesabaran dan mengikuti arahan dari yang mengajarkan. e. Mengenal lebih dini bentuk-bentuk dan istilah matematika Geometri, karena dalam membuat model origami arahanarahan yang digunakan kerapkali berkaitan dengan istilah matematik geometri seperti lipat kertas menjadi segitiga, lipat setiap sudut kertas ke titik potong garisgaris diagonal kertas dan lain-lain. f. Menimbulkan rasa senang, bahagia, bangga dan kepercayaan diri yang tinggi saat anak atau kita dapat menyelesaikan sebuah model origami. hal ini yang menjadikan di Jepang dan amerika menjadikan origami sebagai salah satu metode yang dipakai untuk terapi bagi pasien penderita depresi dan pasien yang mengalami trauma akibat operasi otak. Pendapat lain untuk melengkapi pendapat di atas, menurut (Yudhistira, 2008) yang juga mengemukakan beberapa alasan dan sekaligus manfaat berorigami untuk anak adalah sebagai berikut: a. Anak belajar meniru/mengikuti arahan. b. Anak belajar berkreatifitas. c. Anak belajar berkarya (seni). d. Anak belajar menghargai/mengapresiasi. e. Anak belajar membuat model. f. Anak belajar membuat mainannya sendiri. g. Anak belajar membaca diagram/gambar. h. Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berfikir matematis.
13 Berdasarkan beberapa pendapat yang disampaikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan origami mempunyai banyak manfaat untuk perkembangan anak, yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih konsentrasi, melatih kesabaran dan mengikuti arahan dalam mengerjakan dan sebagainya. 3. Pelaksanaan Kegiatan Melipat Kertas atau Origami Pelaksanaan kegiatan origami menggunakan waktu 4 jam setiap minggu sesuai jadwal. Kegiatan melipat kertas ini adalah membuat berbagai bentuk lipatan mulai dari yang sederhana seperti membuat lipatan segitiga, kotak, dan sebagainya. Materi origami antara lain: a. Mengenal bentuk lipatan b. Menyebutkan bentuk lipatan c. Memposisikan kertas di atas meja d. Menunjuk garis pola e. Membentuk lipatan f. Menekan lipatan g. Merapikan lipatan yang telah dibuat 4. Komponen Origami Pelaksanaan pembelajaran di sekolah merupakan suatu sistem yang berhubungan antara guru dan murid yang menggunakan beberapa komponen. Komponon pembelajaran dalam kegiatan melipat kertas meliputi:
14 a. Tujuan kegiatan melipat kertas atau origami Kegiatan melipat kertas atau origami bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Hal ini dilakukan karena kemampuan motorik halus anak belum menunjukkan kemampuan yang maksimal. b. Alat/Sarana Alat atau sarana yang digunakan dalam kegiatan origami ini adalah: 1) Peralatan Kertas warna berbentuk persegi berukuran 20 cm x 20 cm. 2) Sarana tempat Tempat yang digunakan untuk kegiatan origami adalah di dalam ruang kelas yakni dapat dilakukan di atas meja. 3) Waktu Alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 6 jam pelajaran tiap pekan. c. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian. Maksudnya adalah menilai seberapa besar tingkat keberhasilan dari program yang dilakukan. Sasaran evaluasi ini adalah menemukan bukti-bukti dari peningkatan kemampuan motorik halus yang terjadi setelah semua program dilaksanakan. Evaluasi dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengevaluasi kegiatan origami untuk mengetahui kemajuan atau peningkatan motorik halus yang dicapai anak.
15 5. Latihan Motorik Halus melalui Origami Kegiatan origami sudah mencakup tentang latihan motorik halus antara lain: a. Mengambil kertas b. Meletakkan kertas di atas meja c. Melipat bagian kertas d. Menekan lipatan e. Menggeser atau memindahkan posisi kertas 6. Kelebihan Kegiatan Melipat Kertas atau Origami untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang a. Terdapat unsur mengambil dan memegang kertas yang dapat digunakan untuk melatih motorik halus anak. b. Terdapat aktivitas memindahkan kertas ke meja yang memerlukan kehati-hatian dan ketepatan agar kertas yang diletakkan tidak jatuh. c. Melipat kertas membutuhkan konsentrasi sehingga dapat melatih pemusatan perhatian dan melatih gerakan-gerakan halus yang terkendali. d. Aktivitas melipat terdapat unsur menekan yang dapat digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tangan. e. Melipat kertas memerlukan ketelitian, terutama saat mempertemukan bagian ujung kertas sehingga dapat melatih koordinasi mata dan tangan.
16 f. Aktivitas melipat dilakukan dengan kelembutan karena melipat tidak akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan dengan gerakan kasar. g. Teknik pengerjaannya mudah, sehingga mudah dilatihkan pada anak. 7. Langkah-langkah Origami bagi Anak Tunagrahita Sedang a. Pembimbingan dalam pemanasan otot-otot tangan b. Pembimbingan dalam meletakkan kertas di atas meja c. Pengarahan dalam melipat kertas menjadi setengah dari ukuran sebelumnya d. Pengarahan dalam melipat kembali sudut kertas e. Pengarahan dalam melipat kertas ke arah bentuk segitiga untuk lipatan butir 4 f. Pengarahan dalam melipat ujung-ujung kertas hasil lipatan butir 5 g. Pengarahan dalam membuka segitiga yang terbentuk dalam butir 6 h. Pembimbingan dalam pelemasan otot-otot tangan D. Kerangka Berpikir Peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang melalui origami. Anak tunagrahita sedang banyak dijumpai mengalami kerusakan otak, keadaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya sehingga sangat lambat dan berpengaruh juga pada keadaan fisiknya. Anak tunagrahita mempunyai koordinasi (gerakan fisik) dan motorik lemah. Anak kurang dapat mengkoordinasikan gerakan-gerakan terutama
17 gerakan motorik seperti memperkirakan gerakan agar tidak terlalu cepat atau terlalu lamban. Kemampuan fisik dan motorik yang lemah tersebut berpengaruh dalam kehidupan anak, kurangnya kemampuan motorik menyulitkan anak dalam melakukan kegiatan yang memerlukan kerapian dan ketelitian khusus. Hal ini merupakan dasar perlu ditingkatkannya kemampuan motorik anak tunagrahita sedang. Origami memiliki keunggulan guna meningkatkan kemampuan motorik karena dalam kegiatan origami terdapat gerakan-gerakan mengambil kertas, meletakkan kertas di atas meja, melipat bagian kertas, menekan lipatan dan menggeser atau memindahkan posisi kertas sehingga selain menghasilkan benda yang menarik dalam pembuatannya ada kegiatan inti yang dimanfaatkan untuk melatih gerakan. Berdasarkan penjelasan di atas, dengan dilakukannya pembuatan origami maka dapat dilakukan latihan kemampuan motorik halus. Latihan kemampuan motorik halus yang dilakukan tentunya dengan prosedur dan cara yang sesuai dengan program sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah melalui origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Negeri 1 Sleman.
BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki
Lebih terperinciPengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *
Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1
1 PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU Ari Okta Pratiwi 1 ABSTRAK Masalah pokok dalam tulisan ini adalah kemampuan
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik, motorik,
Lebih terperinciBUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN
BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan
Lebih terperinciPengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd)
PENGARUH MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA TERHADAP MOTORIK HALUS Arif Rohman Hakim, S.Or, M.Pd Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting
Lebih terperinciUKDW BAB Latar Belakang
BAB 1 1.1.Latar Belakang Bermain adalah hal yang sangat dibutuhkan, baik bagi user-user yang baru lahir sampai user-user yang sudah sekolah. Dengan bermain, user-user juga sedang melakukan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin
Lebih terperinciBAB I1 LANDASAN TEORI
BAB I1 LANDASAN TEORI 2.1 KETERAMPILAN MOTORIK HALUS 2.1.1 Pengertian Motorik Halus Sumantri (2005), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi
Lebih terperinciTulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF
Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT KALUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciCREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE
CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE Proposal Kertas Warna Bergelombang KOKORU M J Pro Creative 1 DASAR PEMIKIRAN Dalam kegiatan melipat kertas, banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi para pendidik di sekolah.
Lebih terperinciBAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk
BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI Menjahit secara umum digunakan untuk menyatukan dua atau lebih bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih bahan tersebut.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang
A. Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Lebih terperinciSKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek
Lebih terperinciAKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS
AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS (Disampaikan Pada Pelatihan Kader PAUD Se-Kelurahan Sidoagung Godean Sleman) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki persepsi terhadap stimulus-stimulus yang ada di sekitarnya. Persepsi tersebut terdiri dari persepsi visual, persepsi auditif, persepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kemampuan motorik seseorang. Berjalan, berlari, melompat, menulis, menggambar, menggunting merupakan
Lebih terperinciPengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd) PENGARUH MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA
PENGARUH MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA TERHADAP MOTORIK HALUS Arif Rohman Hakim, S.Or, M.Pd Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, keterampilan serta pengembangan diri secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah, sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik,maupun
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN
Lebih terperinciperkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan satu bentuk pendidikan formal pada pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak yang disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu
9 A. Perkembangan Motorik BAB II LANDASAN TEORI Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik/motorik, anak Taman Kanak-Kanak dalam perkembangan fisiknya sangat berkaitan erat dengan perkembangan motoriknya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Anneahira,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak terlahir sebagai manusia yang unik dengan berbagai anugrah, sifat dan bakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Walaupun terlahir dari orang tuanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan untuk rentang usia nol sampai dengan enam tahun, yang memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering
Lebih terperinciPERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU
PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik halus Menurut Bambang Sujiono dkk, 2005: 1.11) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinci2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di TK. Kemampuan kognitif ini berisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya karena diberikan akal dan pikiran. Manusia sebagai makhluk hidup tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan periode perkembangan yang sangat cepat seiring dengan terjadinya perubahan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti
BAB II KAJIAN TEORITIS A. KONSEP DASAR ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti kekurangan atau ketidakmampuan dan rungu berarti
Lebih terperinciMEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI
MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI Banyak hal penting yang harus diperhatikan semua orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anaknya. Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinci2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia dan untuk itu setiap warga Negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang bermutu
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SRI MULYATI ARIFAH NIM.
Lebih terperinciTinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga
Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai kelainan khusus dan tingkat perkembangannya menyimpang dari tingkat perkembangan anak sebayanya baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan activities otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata,tangan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak memerlukan aktivitas melalui bermain sambil belajar, bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana anak dapat memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai sarana yang paling ideal bagi bangsa Indonesia.
Lebih terperinci