BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KONTROL DENGAN TINGGI BADAN PADA PASIEN TALASEMIA MAYOR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah talasemia berasal dari kata Yunani yaitu Thalassa (laut) dan Haema (darah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah. kelenjar gondok, kekurangan yodium dapat mempengaruhi kecerdasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU / RSHAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

Gejala Klinis. Umum. Gejala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

Dr. HAKIMI, SpAK. Dr. MELDA DELIANA, SpAK. Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO BELA DWI NURDITIA

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK GENETIK TALASEMIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki struktur molekul α 2 γ 2 disebut Hb fetus atau Hb F, sedangkan yang memiliki struktur molekul α 2 δ 2 disebut Hb A 2. 2,4,18,19 Nilai rujukan untuk kadar hemoglobin menurut Dacie dinyatakan dalam tabel berikut ini : 18,20 Tabel 2. Nilai Rujukan Kadar Hemoglobin dewasa laki - laki 12,5 18,0 gr% dewasa wanita 11,4 16,5 gr% bayi < 3 bulan 13,5 19,5 gr% bayi > 3 bulan 9,5 13,5 gr%, usia 1 tahun 10,5 13,5 gr% usia 3 6 tahun 12,0 14,0 gr% 10 12 tahun 11,5 14,5 gr% 2.2 Talasemia 2.2.1 Penyakit talasemia Talasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan dan termasuk dalam golongan kelainan hemoglobin yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam ataupun di dekat gen globin. 1 3,6 Kelainan hemoglobin pada talasemia diakibatkan oleh karena menurunnya kecepatan sintesis (rate of synthesis) satu atau lebih rantai 6

7 globin α atau β. Terganggunya rantai globin α atau β ini yang nantinya digunakan untuk menentukan jenis dari talasemia. 18 Talasemia adalah penyakit yang diturunkan, dimana bila kedua orang tua penderita talasemia trait maka dalam setiap kehamilan ada kemungkinan sebesar 25% mereka akan mempunyai anak dengan darah yang normal, 50% kemungkinan penderita talasemia trait, dan 25% kemungkinan penderita talasemia mayor. Talasemia α ditemukan terbentak dari Afrika hingga Mediterania, sedangkan Talasemia β lebih sering ditemukan pada daerah Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan, Cina, dan jarang di Afrika. 1,2,6 2.2.2 Klasifikasi talasemia Talasemia α disebabkan oleh karena delesi gen yang menyebabkan berkurangnya rantai globin α (talasemia α + ) atau tidak diproduksinya sama sekali rantai globin α (talasemia α 0 ). Keparahan gejala klinisnya diklasifikasikan berdasarkan jumlah gen yang tidak ada atau tidak aktif yang pada keadaan normal terdapat 4 salinan gen globin α. Klasifikasi talasemia α adalah silent carrier talasemia α, talasemia α trait / minor, HbH diseases, dan talasemia α homozigot (hydrops fetalis). 1,4,18,19 Talasemia β disebabkan oleh tidak adanya rantai β (talasemia β 0 ) atau hanya sedikit rantai β yang disintesis (talasemia β + ). Talasemia β menurut sindrom klinisnya dibagi lagi menjadi talasemia β mayor /

8 homozigot, talasemia β minor (trait) / heterozigot, talasemia β intermedia, dan silent carrier talasemia β. 1,4,18 Talasemia β mayor ditemukan pada rata rata satu dari empat anak dari kedua orang tua pembawa talasemia β trait. Hal ini dapat menyebabkan tidak adanya rantai β (talasemia β 0 ) atau hanya sedikit rantai β yang disintesis (talasemia β + ). Semakin banyak kelebihan rantai α, maka akan semakin memperberat keadaan eritropoiesis inefektif dan hemolisis yang berat disebabkan rantai α yang lebih berpresipitasi dalam eritroblas dan eritrosit matang. 1,4,18 Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada penderita talasemia β mayor adalah anemia berat setelah 3 6 bulan dilahirkan, pembesaran hati dan limpa, pelebaran tulang yang disebabkan oleh hiperplasia sumsum tulang, penimbunan besi akibat transfusi berulang, osteoporosis pada pasien dengan transfuse baik, dan mudahnya terkena infeksi. 1,4,18 Talasemia β trait (minor) sering ditemukan tanpa gejala dan ditandai oleh gambaran darah yang mikrositik hipokromik (MCV dan MCH sangat rendah) tetapi hitung eritrosit sangat tinggi (> 5,5 x10 12 /L), dan anemia ringan (hemoglobin 10-12 g/dl). Diagnosis dipastikan dengan kadar Hb A 2 yang meningkat >3,5%. 1,4,18 Talasemia β intermedia adalah penderita talasemia yang bisa mempertahankan hemoglobin minimum ±7 g% atau lebih tinggi tanpa mendapatkan transfusi. Talasemia β intermedia memiliki keseimbangan

9 sintesis rantai α dan β diantara talasemia β minor dan mayor, sehingga gejala klinisnya menyerupai talasemia β mayor dan talasemia β. 1,4,18 Talasemia δβ terjadi akibat berkurangnya atau tidak diproduksinya kedua rantai δ dan rantai β. Hal yang sama juga terjadi pada talasemia γδβ, dan talasemia αβ. 1,4,18 2.3 Transfusi darah pada talasemia 2.3.1 Definisi transfusi darah Transfusi darah merupakan tindakan memasukan sejumlah darah ke dalam aliran darah pasien secara intravena. Biasanya komponen darah yang diberikan berupa sel darah merah, platelet, dan plasma. Sel darah merah berisi hemoglobin yang akan membawa oksigen ke jaringan dan organ tubuh diberikan dengan indikasi jika hemoglobin pasien berada dibawah 7 atau 8 g/dl, kecuali jika pasien memiliki penyakit kritis. 21 2.3.2 Tujuan transfusi darah pada talasemia Penderita talasemia β mayor memerlukan tranfusi darah regular untuk mempertahankan hemoglobin selalu diatas 10 g/dl. Ini biasanya memerlukan 2 3 unit untuk 4 6 minggu. Menghindari timbulnya antibodi eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan maka sebelum dilakukan transfusi, pasien harus diperiksa fenotipnya terlebih dahulu. 4 2.3.3 Efek samping transfusi darah berulang pada talasemia Pemberian transfusi terus-menerus dan dilakukan dalam jangka yang lama mempunyai dampak yang kurang baik bagi pasien, yaitu terjadinya penimbunan besi dalam tubuh yang berlebihan, peningkatan

10 absorpsi besi akibat eritropoesis yang tidak efektif dan akan memacu timbulnya reactive oxygen spesies (ROS) dan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel dan organ. 5,8 Penumpukan zat besi yang terjadi menimbulkan proses inflamasi dan pembentukan oxidant-stress yang merupakan prekusor dari kerusakan sel dan organ. 8 Kerusakan sel dan organ ini biasanya dinilai dengan biomarker plasma malondialdehyde (suatu petanda peroksidasi lipid) dan plasma protein carbonyl (petanda dari oksidasi protein sirkulasi), sedangkan untuk biomarker inflamasi biasanya digunakan cytokines dan high-sensitivity C-reactive protein (hscrp). 22 Manusia tidak memiliki mekanisme tubuh untuk mengekskresikan kelebihan besi sehingga biasanya digunakan terapi kelasi atau obat pengikat zat besi yang berfungsi untuk mengurangi toksisitas simpanan besi dalam jaringan, mencegah organ kelebihan besi, dan memindahkan besi dari membran eritrosit. 8,10 2.4 Hormon tiroid 2.4.1 Hormon tiroid fisiologis Tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh manusia yang terletak di bagian depan dari leher. Kelenjar ini menghasikan hormon tiroid berupa tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Pembentukan hormon tiroid dipengaruhi oleh mekaninsme sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. Thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus mencapai tirotrop di hipofisis anterior melalui

11 sistem portal hipotalamus-hipofisis dan merangsang sintesis dan pelepasan thyroid stimulating hormone (TSH). Baik di hipotalamus maupun hipofisis, T3 terutama menghambat sekresi TRH dan TSH., sedangkan T4 mengalami monodeiodinasi menjadi T3 di neural dan hipofisis sebagaimana di jaringan perifer. 23 Hormon tiroid mengandung 59-65% unsur iodin. Iodin memasuki tubuh melalui makanan dan air dalam bentuk ion iodide atau iodat, dan di dalam lambung diubah menjadi iodide. Anjuran asupan iodin ialah 150 µg/hari, bila asupan dibawah 50 µg/hari, maka kelenjar ini tidak mampu untuk mempertahankan sekresi hormon yang adekuat, dan akibatnya timbul hipertrofi tiroid (goiter) dan hipotiroidisme. 24 Gambar 1. Mekanisme Sumbu Hipotalamus Pituitari Tiroid Dikutip dari : Ruswana Anwar 24 Kadar hormon T4 dalam sirkulasi 100% berasal dari kelenjar tiroid, tapi hanya 20% dari hormon T3 dalam sirkulasi yang merupakan

12 derivat dari kelenjar. Hormon T3 yang 80% terbentuk dari konversi T4 menjadi T3 di perifer. 25 2.4.2 Metabolisme hormon tiroid Sintesis T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah yaitu : (1) trapping of iodide yaitu transpor aktif dari ion iodida melintasi membran basalis ke dalam sel tiroid; (2) organification of iodine yaitu oksidasi dari ion iodida dan penempelan ke residu tirosil dalam tiroglobulin (Tg) untuk menghasilkan iodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT); (3) coupling yaitu penggabungan molekul MIT dan DIT dalam tiroglobulin membentuk T4 (dua DIT) dan T3 (satu DIT dan satu MIT); (4) proteolysis dari tiroglobulin, dengan pelepasan dari MIT dan DIT bebas; (5) deiodinasi dari MIT di dalam sel tiroid, dengan konservasi dan penggunaan dari ion iodida yang dibebaskan, dan (6) di bawah lingkungan tertentu, deiodinisasi-5 dari T4 menjadi T3 intratiroidal. 24,26 Gambar 2. Metabolisme Hormon Tiroid Dikutip dari : Ruswana Anwar 24

13 2.5 Disfungsi tiroid akibat transfusi darah berulang pada talasemia Pengendapan besi pada organ endokrin terutama kelenjar tiroid perlu mendapat perhatian, karena apabila toksisitas besi terjadi pada kelenjar tiroid yang berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan maka pertumbuhan linier anak dapat terganggu. 3 Komplikasi yang sering terjadi akibat pengendapan besi adalah stunted growth, delayed puberty / hypogonadism, hypothyroidism, hypoparathyroidism, dan diabetes mellitus. 27 Jaringan yang mengalami hipoksia kronik dan iron overload memiliki efek toksik langsung ke kelenjar tiroid, dimana besi menginfiltrasi kelenjar sehingga timbul primary hypothyroidism. 5 Hipotiroidism menyebabkan penurunan laju metabolisme, fatique, peningkatan kadar kolesterol darah, nyeri sendi, masalah jantung, depresi, dan gangguan atensi seperti mudah lupa. 5 Frekuensi hipotiroid yang dialami pasien talasemia tergantung kualitas manajemen dan protokol pengobatan pada daerah masing masing. 10

14 2.6 Kerangka teori Talasemia Umur Jenis Kelamin Intake Iodin Hemoglobin Transfusi darah - Lama - frekuensi Kadar free T3 Kadar Zat Besi Keganasan Kadar Hormon TSH 2.7 Kerangka konsep Obat Pengikat Zat Besi Gambar 3. Kerangka Teori Transfusi darah - Lama - frekuensi Kadar free T3 Gambar 4. Kerangka Konsep

15 2.8 Hipotesis Ada hubungan antara lama dan frekuensi transfusi darah terhadap kadar free T3 pada penderita talasemia.