METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PENGEMBANGAN KORIDOR SUNGAI CILIWUNG DI JAKARTA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA PERKOTAAN DINI ROSMALIA

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Gambar 2. Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Ekologi Sungai. Gambar 2. Tipe Umum Sungai dan Penentuan Lebar Daerah Sempadan Sungai

Gambar 2 Peta lokasi studi

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

Gambar 4. Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

III. METODE PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada sepanjang koridor sungai Ciliwung di DKI Jakarta, dimulai dari daerah hulu DKI Jakarta, yaitu Srengseng Sawah, Jakarta Selatan sampai daerah hilir, di Marina, Ancol, Jakarta Utara. Batas wilayah penelitian selebar ± 50 m sisi kiri dan kanan sungai dihitung dari garis sumbu sungai berdasarkan PROKASIH 005, sepanjang ± 55 km. Secara geografis terletak pada 06 0 0-06 56 5 Bujur Timur dan 06 00 06 0 Lintang Selatan (Gambar 5). Waktu pengumpulan data lapangan dimulai bulan Januari sampai Februari 007. Sumber: Bakosurltanal (005) Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

6 Alat dan Bahan Penelitian ini penggunaan alat dan bahan berupa perangkat keras dan perangkat lunak, peta Rupa Rupa Bumi Prov. DKI Jakarta (Bakosurtanal 005) dan kuesioner. Adapun perangkat keras dan perangkat lunak (soft ware) yang digunakan tertera pada Tabel. Tabel. Perangkat Keras, Perangkat Lunak dan Kegunaannya Perangkat Keras Perangkat Lunak (Software) Perangkat Arcview ver. Komputer Excel 00 SPSS.0 GPS Kamera Digital Tape Recorder Metode Penelitian Kegunaan Analisis spasial Analisis tabular Analisis tabular Pencatatan titik lokasi pengamatan Dokumentasi kondisi lapangan Dokumentasi hasil wawancara Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu () tahap pengumpulan dan pengklasifikasian data, () tahap analisis dan sintesis, serta () tahap perencanaan kawasan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.. Pengumpulan dan Pengklasifikasian Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder (Tabel ). Data primer terbagi dalam dua cara yaitu data hasil wawancara dan data hasil pengamatan di lokasi penelitian. Pengumpulan data pada lokasi pengamatan dilakukan dengan cara sistematik, yaitu berjarak sekitar lima kilometer, sehingga berjumlah lokasi (Gambar 5). Penentuan jarak pengamatan ini, berdasarkan tingginya keragaman pemanfaatan lahan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung, meandering sungai yang berkelok-kelok, dan sinousitasnya. Data primer ini selain diperoleh melalui pengamatan di lapangan, juga melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur terhadap stake holder terkait. Tabel memperlihatkan daftar Stake holder yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari 00 orang masyarakat setempat, 0 orang dari delapan institusi terkait, empat orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan empat orang dari agen perjalanan wisata yang ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

7 Koridor Sungai Ciliwung Peta Digital Survey Lapangan Studi Pustaka Data Spatial: Tata Kota Prov. DKI Jakarta Bakosurtanal PPLH Dep. Kimpraswil. Kondisi Biofisik Data Non Spatial: Masyarakat setempat Obyek & atraksi wisata yang tersedia Fasilitas & Aksesibilitas Kualitas lingkungan Identifikasi Kondisi Obyek & Atraksi Wisata Data Sekunder Instansi Pemda LSM Internet Pustaka Universitas, Perguruan Tinggi, dll Kondisi Masyarakat Tahap Pengumpulan & Pengklasifikasian Data Kriteria Kriteria Kriteria Karakter Sungai Bantaran Sungai Kualitas Air Obyek & Atraksi Wisata Kelayakan Obyek & Atraksi Ekowisata Akseptibilitas Masyarakat Peluang Ekonomi Masyarakat Skoring & Pembobotan Skoring & Pembobotan Skoring & Pembobotan Tahap Analisis & Sintesisi Zona Kondisi Biofisik Potesial Zona Wisata Potensial Zona Kondisi Masyarakat Potensial Zona Ekowisata Potensial Koridor Sungai Ciliwung Program Rencana Pengembangan Kawasan Konsep Rencana Ekowisata di Koridor Sungai Ciliwung RENCANA PENGEMBANGAN RIVERSCAPE EKOWISATA PERKOTAAN (Perencanaan, Program & Infrastruktur Pendukung Ekowisata) Tahap Konsep & Perencanaan Gambar 6. Tahap Penelitian

8 Tabel. Sumber dan Jenis Data Peta & Citra Data & Informasi Sumber Data Jenis Data Peta rupa bumi DKI Bakosurtanal Jakarta, skala : 5.000 Peta administrasi DKI Bakosurtanal Jakarta (soft copy) Peta land use DKI Jakarta, Dinas Tata Kota DKI Jakarta skala : 5.000 Peta RTRW DKI Jakarta, Dinas Tata Kota DKI Jakarta skala : 700.000 Peta Jalan DKI Jakarta, Umum skala :.500 Peta wisata DKI Jakarta Dinas Pariwisata DKI Jakarta (tidak skala) Peta Sungai Ciliwung Dep PU, PPLH-IPB (soft copy) Citra Landsat PPLH Kondisi fisik Sungai Ciliwung di DKI Jakarta & sekitarnya Data iklim DKI Jakarta Kualitas ekologis Kualitas air Sungai Ciiwung Hidrogeologi DKI Jakarta Bahaya banjir Bahaya longsor BMG BPLHD Prov. DKI Jakarta BPLHD Prov. DKI Jakarta, lapangan Dep. Kimpraswil Dep Kimpraswil, masyarakat, lapangan Dep Kimpraswil, masyarakat, lapangan Obyek dan atraksi Ekowisata Keragaman hayati Kondisi ekosistem Kondisi obyek dan atraksi wisata eksisting. Aksesibilitas Infrastruktur Fasilitas wisata Internet, lapangan Lapangan Internet, Dinas pariwisata DKI Jakarta, Dinas PB DKI Jakarta, lapangan Survey Survey Survey Aspek Masyarakat a. Demografi b. Persepsi dan preferensi masyarakat BPS Prov DKI Jakarta Masyarakat Masyarakat Program dan kajian yang pernah dilakukan Pengelolaan kawasan dan Program perbaikan kawasan Dep Kimpraswil, Dep. PU. BPLHD Prov. DKI Jakarta Dinas kebersihan Prov DKI Jakarta Dinas PB Prov DKI Jakarta BP DAS Ciliwung Citarum Dinas PU Prov. DKI Jakarta BBSWS Ciliwung Cisadane Dinas Perhub. Prov. DKI Jakarta Dinas Pertamanan Prov. DKI Jakarta BAPPEDA Prov. DKI Jakarta (WALHI) Jakarta LPP Mangrove Action contre la Faim (ACF) Aspac Mitra Consultindo

9 Tabel. Daftar Stake Holder Sungai Ciliwung yang menjadi Responden Stake Holder Masyarakat setempat Jumlah (orang) 00. Masyarakat pada titik pengamatan. Tokoh Masyarakat Institusi 0. Direktorat Penataan Ruang Wilayah II Departemen PU. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi DKI Jakarta. Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi DKI Jakarta. Badan, Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta 5. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta 6. Balai Besar Satuan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBSWSCC), 7. Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta 8. Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Agen Perjalanan. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jakarta. LPP Mangrove. Action contre la Faim (ACF). Aspac Mitra Consultindo. Panorama Tour dan Travel. Himpunan Pemandu Wisata Indonesia (HPI). Makara Tour dan Travel. Pesona Ceria. Analisis dan Sintesis Analisis dilakukan untuk melihat kondisi biofisik sungai, obyek dan atraksi wisata eksisting, serta dukungan masyarakat di sepanjang kawasan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menentukan zona potensial, yaitu zona yang sesuai dengan standar penilaian untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata perkotaan... Penilaian Kondisi Biofisik Sungai Penilaian terhadap kondisi biofisik Sungai Ciliwung dilakukan guna melihat kesesuaian kawasan tersebut sebagai lokasi, dan obyek dan atraksi ekowisata di perkotaan. Penilaian ini meliputi kawasan sungai yang terdiri dari bantaran sungai dan kualitas air.... Kualitas Bantaran Sungai Bantaran sungai yang dinilai mulai dari batas air tertinggi sampai daerah batas penataan sungai (DBPS) Ciliwung yaitu 50 m dari as sungai sesuai rencana kerja Prokasih (005). Peubah meliputi topografi, bahaya banjir, dan penggunaan lahan (Tabel ). Penilaian dilakukan pada lokasi pengamatan di sepanjang koridor Sungai.

0 Tabel. Penilaian Kualitas Bantaran Sungai Peubah Bahaya longsor Bobot (%) Kategori Nilai Skor 5 0 8%, tidak berpotensi longsor S 8 5%, sedikit berpotensi longsor 5 0%, cukup berpotensi longsor > 0%, sangat berpotensi longsor S Bahaya banjir 5 Tidak Pernah Banjir x dalam 5 th Banjir >x/5th - <x/th Banjir >x/th S S Penggunaan Lahan (Land Use) 5 Sesuai peruntukan lahan, tertata baik, dominan hijau Sesuai peruntukan, kurang tertata, > hijau Tidak sesuai peruntukan, kurang tertata, luasan lahan hijau sama besarnya dengan lahan terbangun Tidak sesuai peruntukan, tidak tertata, dominan lahan terbangun Keterangan: Skor (S=sangat sesuai, S=sesuai, =kurang sesuai, S=tidak sesuai) Sumber : USDA (968); modifikasi. S S Penghitungan klasifikasi kondisi bantaran sungai = ( Fbl x 5) + ( Fbb x 5) + ( Flu x 5) Keterangan: Fbl = faktor bahaya longsor Fbb = faktor bahaya banjir Flu = faktor penggunaan lahan (land use) = lokasi ke sampai Tingkat kualitas bantaran sungai terbagi dalam T = tinggi, nilai 6 00 S = sedang, nilai 5 5 R = rendah, nilai 75-50... Kualitas Air Penilaian kualitas air terdiri dari kualitas fisik meliputi warna air, debit air, sedimentasi (TDS,TSS), dan kualitas kimia air yaitu COD, BOD, dan DO. Penilaian dilakukan pada lokasi disepanjang koridor Sungai. Penilaian kualitas badan air ditunjukkan oleh Tabel 5.

Peubah Bobot (%) Warna Air 0 Coklat jernih Coklat Coklat hitam Hitam Tabel 5. Penilaian Kualitas Air Kategori Nilai Skor Debit Air 0 Tidak ada perbedaan pada musim penghujan & kemarau Sedikit perbedaan pada musim penghujan & kemarau Fluktuasi musim penghujan dan kemarau agak tinggi Fluktuasi musim penghujan dan kemarau tinggi Sedimentasi (TDS, TSS) Kualitas Kimia air (COD, BOD, DO) 0 Baku mutu Kelas I Baku mutu Kelas II Baku mutu Kelas III Baku mutu Kelas IV 0 Baku mutu Kelas I Baku mutu Kelas II Baku mutu Kelas III Baku mutu Kelas IV Keterangan: Skor (S=sangat sesuai, S=sesuai, =kurang sesuai, S=tidak sesuai) Sumber : BPLHD dan ASDEP urusan SARPEDAL KLH (005); USDA (968); modifikasi. Penghitungan klasifikasi kondisi badan air = ( Fwa x 0) + ( Fda x 0) + ( Fsed x 0) + ( Fka x 0) Keterangan: Ftwa = faktor warna air Fda = faktor debit air Fsed = faktor sedimentasi Fka = faktor kualitas air = lokasi ke sampai Tingkat kualitas bantaran sungai terbagi dalam T = tinggi, nilai 00 00 S = sedang, nilai 00 99 R = rendah, nilai 00-99 Dari hasil penilaian kondisi bantaran sungai dan kualitas air digabungkan untuk mendapatkan tingkatan potensial biofisik dari setiap lokasi pengamatan. Hasil penggabungan tersebut di klasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan potensi kawasan sebagai berikut: S S S S S S S S

SP : Sangat Potensial, dengan nilai 56-700 Kualitas lingkungan pada lokasi ini sangat baik, sangat potensial untuk pengembangan kawasan ekowisata. Tidak perlu ada perbaikan pada lokasi ini. Perlakuan hanya untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap baik. P : Potensial, dengan nilai 5-55 Kualitas lingkungan pada lokasi ini pada tingkat sedang diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. TP : Tidak Potensial, dengan nilai 75-50 Kualitas lingkungan pada lokasi ini sangat rendah, diperlukan perlakuan perbaikan kualitas lingkungan sungai yang cukup serius... Penilaian Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Penilaian Obyek dan atraksi yang tersedia untuk pengembangan wisata pada kawasan ekowisata dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, penilaian potensi obyek dan atraksi wisata yang tersedia, tahap ini dilakukan untuk melihat tingkat potensi obyek dan atraksi wisata yang tersedia di sepanjang koridor Sungai Ciliwung. Penilaian ini diklasifikasikan menggunakan enam kriteria dari Inskeep (99) dan Umar (005) yang telah dimodifikasi (Tabel 6). Penilaian dilakukan oleh orang ahli yang berasal dari Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta (empat orang), BAPPEDA Provinsi DKI Jakarta (tiga orang), dan Agen Perjalanan (empat orang). Perhitungan nilai dari masing-masing ahli dijumlahkan untuk diklasifikasikan dalam tingkatan tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Penentuan klasifikasi tingkat potensi obyek dan atraksi wisata sebagai berikut: skor maksimal - skor minimal Klasifikasi tingkat potensi = ----------------------------------------------- tingkat klasifikasi Setelah diklasifikasikan, dilakukan penilaian tahap kedua, yaitu menilai kelayakan potensi obyek dan atraksi wisata disetiap lokasi pengamatan. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat ekologis dimana obyek dan atraksi tersebut berada, transportasi dan aksesibilitas yang tersedia untuk mencapai lokasi obyek dan atraksi wisata tersebut, letak obyek dan atraksi wisata dari jalan utama, dan fasilitas wisata yang tersedia (Tabel 7).

Tabel 6. Penilaian Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Peubah Kategori Nilai Kesejarahan Bersejarah, dijaga kelestariannya oleh Pemda setempat. Bersejarah, kurang dilestarikan. Bersejarah, tidak dilestarikan. Tidak bersejarah. Keunikan Fungsi sosial Keselarasan dengan Lingkungan Attractiveness Mempunyai kekhususan, istimewa dan menjadi ke-khasan lokasi tersebut. Bersifat khusus, cukup istimewa, tapi tidak menjadi khas lokasi tersebut. Kurang bersifat khusus dan kurang istimewa. Tidak khusus dan istimewa. Berfungsi sosial sangat baik Cukup baik memberi berfungsi sosial Sedikit berfungsi sosial Tidak berfungsi sosial Keberadaan obyek dan atraksi sangat selaras dengan lingkungan Keberadaan obyek dan atraksi cukup selaras dengan lingkungan Keberadaan obyek dan atraksi kurang selaras dengan lingkungan Keberadaan obyek dan atraksi tidak selaras dengan lingkungan Sangat menarik untuk dinikmati. Cukup menarik untuk dinikmati. Kurang menarik untuk dinikmati. Tidak menarik untuk dinikmati. Kelangkaan Hanya ada di lokasi tersebut dan sangat terawat. Hanya ada di lokasi tersebut dan kurang terawat. Hanya ada di lokasi tersebut dan tidak terawat. Tidak ada obyek dan atraksi yang langka. Sumber : Inskeep (99); Umar (005); modifikasi. Penghitungan tahap kedua obyek dan atraksi wisata sebagai berikut: Klasifikasi kondisi kelayakan obyek dan atraksi wisata = ( Foa x 0) + ( Fek x 0) + ( Faks x 0) + ( Fjl x 0) + ( Ffas x 0) Keterangan: Ffoa = faktor obyek dan atraksi wisata Fek = faktor ekologis Faks = faktor aksesibilitas Fjl = faktor letak dari jalan utama Ffas = faktor fasilitas wisata yang tersedia = lokasi ke sampai

Tabel 7. Penilaian Kelayakan Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Peubah Obyek dan atraksi wisata Bobot (%) Kategori Nilai Skor 0 Semua atraksi wisata bernilai tinggi (T). S Atraksi wisata yang ada bernilai sedang (S) S sampai tinggi (T). Atraksi wisata yang ada bernilai rendah (R) sampai sedang (S). Tidak terdapat obyek dan atraksi. S Ekologis 0 Endemik, unit ekologi terjaga Semi endemik, unit ekologi terjaga Unit ekologis terganggu-rusak Tidak terdapat unit ekologi Aksesibilitas 0 Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik; kendaraan umum beragam, kondisi baik. Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas. Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum. Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum. Letak dari jalan utama Fasilitas wisata yang tersedia 0 Dekat (< km) Sedang ( km) Cukup jauh ( - 5 km) Sangat jauh (>5 km) 0 Tersedia, lengkap, kualitas baik & terawat Ada beberapa, cukup terawat Ada bebrapa, kurang terawat Tidak tersedia Keterangan: Skor (S=sangat sesuai, S=sesuai, =kurang sesuai, S=tidak sesuai) Sumber: Inkeep (99); Yusiana (007); Badan Perencana Kabupaten Malang (006) dalam Prasasti (008); modifikasi. Hasil penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata diklasifikasikan dalam tingkatan sebagai berikut: SP : Sangat Potensial, dengan nilai 00-00 Obyek dan atraksi wisata sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya ekowisata. P : Potensial, dengan nilai 00-99 Obyek dan atraksi wisata cukup potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya wisata. Perlu perlakuan untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial. S S S S S S S S S S S S

5 TP : Tidak Potensial, dengan nilai 00 99 Obyek dan atraksi wisata yang tersedia tidak potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya wisata. Perlu perlakuan yang khusus dan mahal untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial... Dukungan Masyarakat Lokal Penilaian aspek masyarakat dilakukan untuk mengetahui dukungan masyarakat setempat untuk mewujudkan rencana pengembangan ekowisata di sungai Ciliwung. Penilaian ini terbagi dalam dua tahap, pertama menilai akseptabilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di koridor Sungai Ciliwung, dan tahap kedua, berupa menilai preferensi masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi yang dipilihnya.... Akseptabilitas Masyarakat Parameter penilaian akseptabilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di koridor Sungai Ciliwung terlihat pada Tabel 8. Setelah dilakukan penilaian, selanjutnya perhitungan tingkat akseptabilitas masyarakat sebagai berikut: Perhitungan tingkat akseptabilitas masyarakat = Fpe + Fku + Fke + Ffas + Fpar Keterangan: Fpe = faktor penerimaan masyarakat untuk pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata. Fku = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Fke = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ffas = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan fasilitas dan infrastruktur kawasan. Fpar = faktor keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas dan pengelolaan ekowisata. = lokasi ke sampai

6 Tabel 8. Penilaian Akseptabilitas Masyarakat terhadap Ekowisata Peubah Kategori Nilai Skor Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata Setuju Cukup kurang setuju Tidak setuju Tidak tahu S S S Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kualitas lingkungan Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kesejateraan Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan fasilitas dan infrastruktur kawasan Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi Sumber : Yusiana (007), modifikasi. Sangat yakin Cukup yakin Sedikit yakin Tidak yakin Sangat yakin Cukup yakin Sedikit yakin Tidak yakin Sangat yakin Cukup yakin Sedikit yakin Tidak yakin Tinggi Sedang Rendah Tidak ada Hasil penghitungan nilai skor dijumlahkan untuk mendapatkan tingkat akseptabilitas masyarakat yang terbagi dalam tiga kategori sebagai berikut: T : Tinggi, dengan nilai 50 00 Tingkat akseptabilitas masyarakat tinggi tidak ada hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata. S : Sedang, dengan nilai 00-9 Tingkat akseptabilitas masyarakat sedang, terdapat hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata. Perlu perlakuan untuk meningkatkan akseptabilitas masyarakat. R : Rendah, dengan nilai 50-99 Tingkat akseptabilitas masyarakat rendah, terdapat banyak hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata. Perlu perlakuan yang cukup khusus dan mahal untuk meningkatkan akseptabilitas masyarakat. S S S S S S S S S S S S

7... Preferensi Masyarakat terhadap Peluang Ekonomi Analisis preferensi masyarakat terhadap peluang ekonomi berfungsi untuk menilai tingkat keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas kepariwisataan di kawasannya. Penilaian didasarkan peluang ekonomi yang terkait langsung wisata, dan peluang ekonomi sebagai penunjang wisata. Cara penilaian adalah dengan melihat jenis peluang ekonomi terbanyak yang dipilih masyarakat (Tabel 9). Tabel 9. Jenis Peluang Ekonomi Masyarakat Peluang Ekonomi Terkait Langsung Wisata Peluang Ekonomi sebagai Penunjang Wisata a. Menjadi karyawan/pemandu wisata e. Penyedia produk wisata b. Membuka toko/ Restaurant/penginapan f. Lain-lain c. Mengembangkan obyek dan atraksi wisata d. Bertani/berternak Sumber: Yusiana (007), modifikasi. Hasil preferensi masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi diklasifikasikan seperti yang tertera pada Tabel 0. Pilihan masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi yang terkait langsung wisata mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan peluang ekonomi sebagai penunjang wisata. Tabel 0. Klasifikasi Tingkat Peluang Ekonomi Masyarakat Peluang Ekonomi Terkait Wisata Peluang Ekonomi sebagai Klasifikasi Penunjang Wisata 00 0 Tinggi (T) 90 0 Tinggi (T) 80 0 Tinggi (T) 70 0 Sedang (S) 60 0 Sedang (S) 50 50 Sedang (S) 0 60 Sedang (S) 0 70 Rendah (R) 0 80 Rendah (R) 0 90 Rendah (R) 0 00 Rendah (R) Keterangan: Tabel klasifikasi berdasarkan hasil diskusi bimbingan (007). Berdasarkan hasil penggabungan antara akseptibilitas masyarakat dan peluang ekonomi masyarakat dibagi dalam zona sangat potensial (SP), potensial (P), dan tidak potensial (TP).

8.. Zona Pengembangan Kawasan Ekowisata Tahap ini merupakan tahap sintesis, lanjutan dari tahap analisis, dimana peta-peta komposit hasil analisis kondisi biofisik, potensi obyek dan atraksi wisata, dan kondisi masyarakat diintegrasikan dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografi (SIG). Setelah peta-peta tematik tersebut digabungkan dengan cara tumpang susun (overlay), hasilnya berupa zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata. Proses sintesis ditunjukan pada Gambar 7. Kualitas Air Bantaran Sungai Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Kelayakan Obyek & Atraksi Peta Tematik Peluang Ekonomi Masyarakat Akseptabilitas Masyarakat Biofisik Sungai Obyek dan Atraksi Wisata Dukungan Masyarakat Peta Komposit Zonasi Potensial Rencana Pengembangan Ekowisata Gambar 7. Teknik Tumpang Susun (Overlay) Peta-peta Tematik Proses tumpang susun (overlay) peta komposit kondisi biofisik potensial, zona obyek dan atraksi wisata potensial, dan zona kondisi masyarakat potensial menghasilkan tiga zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata perkotaan, yaitu: T : Zona berpotensi tinggi, sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata. Seluruh aspek bernilai sangat potensial (SP) atau paling tidak minimal terdapat satu aspek yang termasuk dalam klasifikasi potensial (P), tidak terdapat aspek yang termasuk tidak potensial (TP). S : Zona berpotensi sedang, cukup potensial untuk pengembangan ekowisata. Minimal terdapat satu aspek yang termasuk dalam kategori tidak potensial (TP). R : Zona berpotensi rendah, tidak potensial untuk pengembangan ekowisata. Seluruh aspek termasuk dalam klasifikasi tidak potensial (TP).

9. Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Perkotaan Rencana pengembangan kawasan ekowisata berdasarkan zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata perkotaan. Rencana pengembangan ini dalam bentuk konsep pengembangan kawasan ekowisata, program pengembangan, dan rencana pengembangan infrastruktur pendukung wisata... Konsep Rencana Pengembangan Kawasan Konsep pengembangan kawasan yaitu rencana pengembangan kawasan ekowisata perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban ecotourism). Konsep rencana pengembangan diilustrasikan dalam bentuk model pengembangan ruang wisata yang mempertimbangkan karakter lanskap dan potensi wisata... Konsep Ruang dan Sirkulasi Kawasan Ekowisata Konsep ruang diwujudkan dengan ilustrasi peletakan ruang wisata utama, ruang penunjang, ruang penerima, dan ruang transisi pada kawasan ekowisata Sungai Ciliwung. Konsep peletakan ruang berdasarkan konsep rencana pengembangan. Untuk konsep perencanaan sirkulasi digambarkan dengan membuat hubungan antar kelompok kegiatan wisata, dan antara kegiatan wisata dengan kegiatan wisata lainnya di dalam kawasan... Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Program pengembangan kawasan berupa rencana perbaikan dan penataan kawasan sesuai konsep pengembangan kawasan. Perencanaan program pengembangan tersebut, yaitu dengan mengkomunikasikan nilai-nilai potensi wisata kawasan (absolut value), yang hasilnya berupa arahan pengembangan kawasan. Arahan pengembangan diilustrasikan secara grafis sebagai panduan penataan kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung di Jakarta... Rencana Pengembangan Infrastruktur Pendukung Ekowisata Infrastruktur pendukung ekowisata dibuat berdasarkan kebutuhan pada setiap kawasan yang dikembangkan. Hal ini untuk memberikan kepuasan yang memberi rasa nyaman dan aman kepada pengunjungnya (tourist satisfactory). Konsep perencanaan infrastruktur kawasan ini berdasarkan pertimbangan ekologis.

0 Batasan Istilah Atraksi Wisata adalah daya tarik di daerah tujuan wisata berupa kejadian-kejadian tradisional seni-budaya, hiburan, jasa, dan kejadian-kejadian tidak tetap (Karyono 997). Bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenang air saat banjir (flood plan) (Maryono 00, diacu dalam Aini 005). Ekowisata adalah Suatu model pengembangan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah- daerah yang dikelola secara kaidah alam dimana tujuannya selain menikmati keindahannya, juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat (Direktorat Sumber Daya Daerah 000). Ekowisata perkotaan adalah model penyelenggaraan ekowisata yang mengekplorasi di dalam dan sekitar kota, dimana kegiatannya selain menghargai, mengapresiasikan, dan mengkonservasi sumber daya alam dan budaya kota, juga berfungsi meningkatkan kualitas ekologis kota, serta mendorong ekonomi lokal. Keterlibatan masyarakat dan pengunjung dalam aktifitas wisatanya memberi inspirasi untuk pengalaman fisik, menstimulasi intelektual, dan interaksi sosial. Dalam penyelenggaraan kegiatannya berbasis pada sektor ekonomi dan jasa, dengan fasilitas standar perkotaan. (Green Tourism Association 007; Inskeep 99). Koridor sungai adalah daerah terkendali yang merupakan bagian dari daerah batas penataan sungai (DBPS) proram kerja Prokasih (005), yaitu selebar 50 m dari as ke kiri dan kanan sungai (BPLHD Prov. DKI Jakarta 005). Obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Nurisjah et al. 00; Karyono 997). Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisata (Karyono 997).