RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA"

Transkripsi

1 RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai dasar perencanaan, tujuannya untuk menjaga kelestarian alam dan budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Konsep perencanaan yang dikembangkan pada koridor Sungai iliwung adalah kawasan ekowisata perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban ecotourism). Konsep tersebut, merupakan konsep rencana pengembangan kawasan yang mengakomodasikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan alami sungai, keikutsertaan dan peluang ekonomi masyarakat setempat. Penerapan konsep pada lanskap berupa model rencana pengembangan yang disesuaikan dengan karakter lanskap dan potensi wisata di kawasan tersebut. Dari hasil penilaian potensi, diketahui terdapat dua lokasi sebagai pusat pengembangan ekowisata, dengan tiga model rencana pengembangan. Model rencana pengembangan ini diterjemahkan dalam tiga unit lanskap, berikut ini:. 1. Zona pengembangan ekowisata alami, merupakan kawasan ekowisata dominan vegetasi endemik. Srengseng Sawah sebagai pusat pengembangan, zona mencakup lokasi Srengseng Sawah sampai Pejaten Timur Gedong. Pesan ekologis sangat ditekankan untuk menjaga, meningkatkan, keberlangsungan kualitas lingkungan sungai perkotaan yang alami. 2. Zona pengembangan ekowisata semi alami merupakan kawasan ekowisata kombinasi struktur alami dan man made. Balekambang sebagai pusat pengembangan. Zona mencakup lokasi Pejaten Timur Balekambang sampai Bukit Duri Kampung Melayu. Adapun pesan yang akan disampaikan pada kawasan ini adalah harmonisasi kehidupan masyarakat pinggiran sungai di perkotaan yang ekologis. Hal ini diungkapkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sungai perkotaan semi alami dan menjaga keberlangsungannya. 3. Zona pendukung pengembangan ekowisata, merupakan kawasan dominasi struktur man made. Mencakup lokasi ikini Kenari sampai Marina Ancol. Peningkatan kualitas digambarkan dengan perbaikan fisik di tepian sungai untuk keberlangsunngan lingkungan sungai.

2 66 Gambar 19 memperlihatkan ilustrasi model pengembangan ekowisata di koridor Sungai iliwung. 10 G Zona Pengembangan Ekowisata Semi Alami D Zona Pengembangan Ekowisata Alami Zona Pendukung Pengembangan Ekowisata E F 2 1 H 11 A B 7 Rencana Pengembangan Lanskap Kawasan Ekowisata Sungai iliwung, DKI Jakarta Legenda Lokasi 1. Srengseng Sawah 2. Lt. Agung Kalisari 3. Tj. Barat ijantung 4. Pj. Timur Gedong 5. Pj. Timur Balekambang 6. Rawajati ililitan 7. Kb. Baru B. ina 8. Bk. Duri Kp. Melayu 9. ikini Kenari 10. Pasar Baru 11. Marina, Ancol Obyek Wisata A. Wisata Air B. Lab. Tari & Karawitan. Kawasan ondet D. Agrowisata Rawajati E. Gd. Kesenian Jakarta F. Gereja Katedral G. Masjid Istiqlal H. Ancol Jakarta Bay UTARA Tidak Skala Gambar 19. Rencana Pengembangan Lanskap Kawasan Ekowisata Sungai iliwung di Jakarta

3 67 Konsep Ruang dan Sirkulasi Kawasan Ekowisata Konsep sirkulasi kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta berupa jaring sirkulasi yang disesuaikan dengan konsep rencana pengembangan lanskap dan potensi wisata yang merupakan elemen lokal kawasan pusat pengembangan. Menurut Gunn (1994), koridor yang menghubungkan pusat kawasan dengan kelompok kelompok atraksi merupakan elemen penting yang dapat meningkatkan potensi kawasan. Kawasan ekowisata koridor Sungai iliwung dapat dikunjungi melalui dua pintu masuk yang berada di lokasi pusat pengembangan ekowisata yaitu di Srengseng Sawah dan Balekambang. Pemilihan pintu masuk ke dalam kawasan ekowisata Sungai iliwung, berdasarkan potensi kawasan sebagai kawasan ekowisata yang ditunjang dengan banyaknya obyek dan atraksi wisata potensial yang terdapat di lokasi ini. Oleh sebab itu, diharapkan lokasi ini dapat menjadi gambaran atau etalase dari kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta. Keterangan: Pintu masuk Sungai iliwung sebagai jalur sirkulasi primer Ruang utama, pusat pengembangan ekowisata alami Ruang utama, pusat pengembangan ekowisata semi alami Obyek dan atraksi wisata diluar pusat pengembangan Ruang penunjang Jalur sirkulasi sekunder Gambar 20. Konsep Ruang dan Sirkulasi di Kawasan Ekowisata Koridor Sungai iliwung, Jakarta Konsep ruang dan sirkulasi pada kawasan ekowisata Sungai iliwung ini, membagi zona pengembangan ekowisata menjadi dua yaitu, ruang pusat pengembangan ekowisata dan ruang pendukung pusat pengembangan ekowisata

4 68 (ruang di luar pusat pengembangan yang masih dalam satu zona). Gambar 20 memperlihatkan perletakan ruang-ruang pada pusat pengembangan ekowisata, dimana terdapat ruang utama dan ruang penunjang yang dihubungkan dengan jalur sirkulasi. Ruang utama merupakan ruang yang mengakomodasi seluruh aktifitas wisata, dan untuk masuk ke dalam ruang utama tersebut harus melalui ruang penunjang. Ruang penunjang selain berfungsi sebagai ruang penerima, juga sebagai ruang transisi. Ruang ini menghubung antara ruang luar kawasan pengembangan dengan ruang wisata utama, serta sebagai penghubung antara wilayah sungai yang merupakan jalur primer wisata dengan ruang wisata utama yang berada di daratan (bantaran sungai). Jalur sirkulasi kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta terbagi menjadi tiga, yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Jalur sirkulasi primer di kawasan ekowisata ini, yaitu berupa sungai yang berfungsi menghubungkan ruang-ruang wisata utama, serta obyek wisata yang berada sepanjang bantaran sungai diluar ruang utama. Selanjutnya, jalur sirkulasi sekunder yang berfungsi menghubungkan kelompok-kelompok atraksi wisata di dalam satu ruang wisata utama. Jalur sirkulasi sekunder ini berupa jalan yang dapat digunakan mulai dari pejalan kaki sampai kendaraan roda empat. Terakhir, jalur sirkulasi tersier, yaitu berupa pedestrian yang menghubungkan setiap atraksi wisata dalam kelompok atraksi tersebut. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Perencanaan program pengembangan kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan budaya setempat. Harapannya, kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, sehingga kelestariannya lingkungan dan budayanya dapat terjaga. Hal ini sejalan dengan konsep yang diungkapkan Fandeli (2000a), bahwa kegiatan ekowisata tidak mengekploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan. Program pengembangan kawasan bertujuan menjadikan koridor Sungai iliwung sebagai identitas Kota Jakarta. Program direncanakan berdasarkan tiga

5 69 model rencana pengembangan kawasan ekowisata koridor Sungai iliwung di Jakarta, yang merupakan gambaran perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, mengangkat kehidupan dan budaya masyarakat setempat, serta keberadaan sejarah setempat. Program pengembangan kawasan ekowisata berupa panduan untuk rencana pengembangan kawasan yang diilustrasikan dalam bentuk arah pengembangan kawasan. Program pengembangan kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta mencakup perbaikan fisik, pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata, dan pengelolaannya, dimana bantaran sungai dan air sungai menjadi wadah untuk mengakomodasi kegiatan ekowisata di kawasan tersebut. Perbaikan fisik berupa menata ulang kawasan, bertujuan membuat semua elemen lanskap di lingkungan bantaran sungai menjadi satu kesatuan riverscape Sungai iliwung, dengan sungai sebagai orientasinya. Untuk pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata, mempunyai sifat rekreatif yang edukatif. Pengembangan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal, dan yang berasal dari aktifitas pengelolaan fisik (perbaikan dan penata ulang kawasan). Sedangkan untuk pengelolaan kawasan yang melibatkan masyarakat, bertujuan mengembangkan masyarakat, tujuannya menimbulkan kesadaran pada masyarakat mengenai potensi sungai, sehingga masyarakat menjadi peduli dan ikut mengelola serta menjaga kondisi lingkungan Sungai iliwung ini. Sesuai dengan prinsip pengembangan ekowisata dari The Ecotourism Society (Eplerwood 1999, diacu dalam Fandeli 2000b), dalam membuat program pengembangan koridor Sungai iliwung di Jakarta sebagai kawasan ekowisata perlu mempertimbangkan hal berikut ini: 1. Penerapan konsep pengembangan kawasan ekowisata mempertimbangkan kondisi fisik Sungai iliwung yang retan dan daya dukungnya yang terbatas. 2. Pembangunan fasilitas wisata hendaknya tidak berada pada zona sempadan sungai, dengan gaya arsitektur tradisional setempat yang sesuai dengan kondisi iklim dan menggunakan bahan bangunan lokal, dengan sumber energi yang ramah lingkungan. 3. Upaya pembangunan fasilitas dan pengembangan aktifitas wisata di kawasan Sungai iliwung, diutamakan yang mendukung konservasi flora dan fauna

6 70 endemik, serta menjaga keaslian budaya Betawi setempat. Pertimbangan diperlukan untuk meminimalisasi dampak terhadap alam dan budaya tersebut. Pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter dari alam dan budaya masyarakat di kawasan Sungai iliwung ini. 4. Sistem utilitas kawasan yang ramah lingkungan dan berkonsep zero waste (minimal pembuangan limbah). 5. Alat transpotasi yang digunakan di kawasan berupa kendaraan ramah lingkungan yang menghindari penggunaan bahan bakar minyak 6. Pengembangan aktifitas wisata diutamakan yang berunsur edukasi. Proses edukasi diterapkan pada wisatawan dan masyarakat setempat, serta dilakukan langsung di alam. 7. Pengembangan (penataan ulang dan pembangunan) pemukiman masyarakat setempat sesuai konsep pengembangan ekowisata. 8. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, dan pengelolaan mendukung meningkatnya kesejahteraannya. Hal ini juga, mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan budaya kawasan Sungai iliwung. 9. Retribusi dan conservation tax, yang berupa pendapatan langsung kawasan dikelola oleh pengelola kawasan ekowisata. Hal ini berguna untuk membina, melestarikan, dan meningkatkan kualitas pelestarian alam dan budaya masyarakat kawasan tersebut. Adapun penerapan program pengembangan kawasan ekowisata koridor Sungai iliwung di Jakarta, diperlihatkan Tabel 26, 27 dan 28.

7 Tabel 26. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Alami Absolut Value Program Pengembangan Kondisi Eksisting Arah Pengembangan a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas sumber daya alam eksisting. b. Kawasan bernuansa alami dengan dominasi vegetasi endemik. c. Orientasi kawasan ke arah sungai. I. Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah Biofisik. a. Retainning wall kombinasi struktur dan vegetasi pada sepanjang bibir bantaran sungai. b. Membuat dam yang berfungsi sebagai penyaring dan pengatur debit air yang masuk ke wilayah Jakarta. c. Penataan kawasan lebih alami dengan menampilkan keunikan vegetasi endemik asli setempat, seperti bambu dan tanaman perkebunan khas kawasan ini. Wisata a. Memanfaat sumber daya lokal sebagai obyek dan atraksi wisata yang berunsur ekologis dan memberi edukasi, seperti out bond, berkebun, memancing, foto hunting, bersampan, dan sebagainya. b. Menata kawasan dengan membuat area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu masuk utama ke kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta. Pemandangan ke sungai dibuka sebagai penarik. c. Penyediaan infrastruktur yang ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata. II. Pendukung Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Biofisik a. Retainning wall kombinasi struktur dan vegetasi pada sepanjang bibir bantaran sungai. b. Penataan bantaran sungai agar keunikan dan keaslian vegetasi endemik lebih dominan ditampilkan, contohnya dengan tananaman bambu sebagai kombinasi dari retainning wall dan tanaman perkebunan yang menjadi ciri khas kawasan ini. c. Penataan bangunan sepanjang kawasan ini agar lebih ekologis dan berorientasi menghadap ke sungai. Wisata a. Penyediaan fasilitas yang berunsur ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata di kawasan ini. b. Penggunaan elemen lanskap yang ekologis dan berunsur edukasi. c. Melibatkan masyarakat setempat dalam menciptakan obyek dan atraksi wisata, serta mengelola kegiatan ekowisata tersebut.

8 Tabel 27. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Semi Alami Absolut Value Program Pengembangan Kondisi Eksisting Arah Pengembangan a. itra kawasan cagar budaya Betawi dan buahbuahan. b. Arsitektur Tradisional dan seni budaya Betawi. c. Lingkungan pemukiman yang berkualitas. d. Sarana pendidikan mengenai tanaman e. Kawasan percontohan masyarakat mandiri. I. Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang Biofisik a. Penataan bantaran sungai untuk mencegah bahaya longsor dengan retaining wall yang mengkombinasikan struktur dan vegetasi. b. Penataan garis sempadan sungai (GSS) dengan: Merelokasi pemukiman, dan mengubah orientasi ke arah sungai. Menghijaukan GSS. c. Pemukiman yang berkonsep zero waste dengan membuat fasilitas: Pengolahan limbah cair (sewage water treatment) untuk skala lingkungan. Pengolahan sampah (skala lingkungan) Wisata a. Perbaikan aksessibilitas dari sungai dan jalan utama ke kawasan, dengan membuat pintu masuk (entrance) dan menyediakan ruang penerimaan, alat transportasi yang memadai dan ramah lingkungan. b. Peningkatan citra kawasan dengan upaya penegakan peraturan kawasan sebagai kawasan cagar budaya Betawi dan buah-buahan. c. Rehabilitasi bangunan cagar budaya. d. Penyediaan fasilitas bernuansa budaya Betawi yang ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata, seperti pusat informasi pengunjung, papan interpretasi, dermaga, pedestrian, dan sebagainya. e. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ekowisata.

9 Lanjutan Tabel 27. Program Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Semi Alami Absolut Value Program Pengembangan Kondisi Eksisting Arah Pengembangan II. Pendukung Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Biofisik a. Penataan wilayah garis sempadan sungai (GSS), mengembalikan kawasan menjadi hijau dengan merelokasi pemukiman yang berada pada wilayah GSS. b. Penataan pemukiman sepanjang bantaran agar lebih sehat dan ekologis, serta berorientasi ke Sungai. c. Membangun fasilitas pengolahan limbah padat dan cair, agar tidak dibuang ke sungai. d. Sosialisasi dan penegakan peraturan kepada masyarakat mengenai kebersihan lingkungan. Wisata b. Penyediaan fasilitas dan sarana bernuansa ekologis untuk mendukung kegiatan ekowisata. c. Membuat atraksi wisata yang berunsur edukasi. d. Perlibatan masyarakat sebagai pengelola wisata.

10 Tabel 28. Program Pengembangan Pendukung Kawasan Ekowisata Absolut Value Program Pengembangan Kondisi Eksisting Arah Pengembangan a. Kawasan waterfront city yang ekologis b. Festival sebagai gambaran budaya kota Jakarta c. Kawasan dengan arsitektur bersejarah dan arsitektur cagar budaya d. Open space area Biofisik a. Perbaikan retainning wall sepanjang bantaran sungai menjadi ekologis, yaitu dengan menambah mengkombinasikan struktur dan vegetasi. b. Penataan kawasan bertujuan menyatukan bangunan-bangunan yang merupakan obyek wisata kawasan menjadi satu kesatuan wilayah kawasan pendukung ekowisata. Penataan kawasan dengan merubah orientasi ke arah sungai. c. Membuat ruang penerima yang juga berfungsi sebagai pemersatu kawasan. mempersatukan bangunan-bangunan yang mempunyai gaya arsitektur beragam tetapi bernilai sejarah. Wisata d. Menambah fasilitas wisata, seperti pusat informasi, dan papan interpretasi. e. Perbaikan infrastruktur, moda intersection antara busway, kereta api, kendaraan umum, & kendaraan pribadi.

11 75 Infrastruktur Pendukung Wisata Pelayanan adalah faktor yang utama dalam pengembangan kawasan wisata. Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan adalah kesiapan infrastruktur wisata. Pengembangan infrastruktur di kawasan wisata dibutuhkan untuk memberi kenyamanan dan keamanan kepada wisatawan saat berkunjung ke daerah kunjungan wisata. Menurut Karyono (1997), infrastruktur atau prasarana wisata meliputi tempat penginapan, tempat dan kantor informasi, serta fasilitas rekreasi. Pengembangan infrastruktur kawasan ekowisata Sungai iliwung di Jakarta, disesuaikan dengan konsep ruang dan sirkulasi wisata, serta rencana pengembangan kawasan. Tabel 29 menunjukan rencana pengembangan infrastruktur di kawasan ekowisata koridor Sungai iliwung, Jakarta. Tabel 29. Rencana Pengembangan Infrastruktur Kawasan Ekowisata Ruang dan Jalur Sirkulasi 1. Ruang wisata utama a. Pusat pengembangan ekowisata alami b. Pusat pengembangan ekowisata semi alami 2. Ruang penunjang a. Ruang penerima b. Ruang transisi Infrastruktur 1. Menara pandang 2. Papan interpretasi 3. Penginapan 4. Tempat beristirahat dan berkumpul 5. Panggung festival 6. Outdoor classroom 7. Shelter 8. Warung 1. Pusat informasi 2. Restoran 3. Toko souvenir 4. Tempat parkir 5. Toilet 6. Musholla 7. Wartel 3. Jalur sirkulasi primer 1. Dermaga 2. Jalan lebar 3-5 m 3. Pedestrian 4. Sampan bambu 5. Perahu dayung 6. Boat 4. Jalur sirkulasi sekunder 1. Jalan setapak (trecking) 2. Sepeda 3. Beca 4. Delman Gambar 21 dan 22 memperlihatkan rencana pengembangan infrastruktur pada site plan pusat pengembangan ekowisata alami Srengseng Sawah, dan semi alami Balekambang.

12 76 I A B F A D II B E E I D G I F Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah Judul Gambar: Rencana pengembangan Infrastruktur Legenda: I : Ruang Penerima II : Ruang Transisi A : Area berkemah B : Menara Pandang : Restaurat, toilet, musholla D : Pusat Informasi E : Trecking F : Outdoor classroom G : Tempar Parkir H : Dermaga I : Dam Utara Tidak skala Gambar 21. Rencana Pengembangan Infrastruktur di Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah

13 77 I A B B D I A F E B I G D E F Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang Judul Gambar: Rencana pengembangan Infrastruktur Legenda: I : Ruang Penerima II : Ruang Transisi A : Menara Pandang B : Pusat Informasi : Restaurat, toilet, musholla D : Dermaga E : Pedestrian & shelter F : Outdoor classroom G : Tempar Parkir Utara Tidak skala Gambar 22. Rencana Pengembangan Infrastruktur di Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat

Lebih terperinci

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Loretta Ernadia, Hermin Werdiningsih, Bambang Suyono Waduk Jatibarang merupakan waduk yang terletak di

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan merupakan pulau yang sangat kaya ankan flora dan fauna, namun, flora dan fauna endemik yang sangat beragam dan unik yang terancam punah karena

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL Konsep Lanskap Total Konsep total dari perancanaan ini adalah menata apa yang ada saat ini dan mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. ZONING. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga Letaknya harus dekat dengan perairan. Restaurant terapung ini akan Restaurant Terapung Club bahari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

Gambar 27. Ilustrasi Pengembangan Konsep Ruang Pada Tapak

Gambar 27. Ilustrasi Pengembangan Konsep Ruang Pada Tapak 81 Aktivitas yang diakomodasikan pada zona ini adalah jenis aktivitas pasif seperti pemeliharaan sungai, penelitian, pengenalan nama-nama tanaman dan dudukduduk serta belajar. Zona rehabilitasi semi intensif,

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Konsep Design Mikro (Bangsal) Panggung tempat acara adat Konsep Design Mikro (Bangsal) Pintu masuk utama Ruang Tunggu / lobby dibuat mengelilingi bangunan, hal ini sesuai dengan kebuadayaan masyarakat yang menggunakan ruang ruang teras

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias PERENCANAAN LANSKAP Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

Maharani Isabella_

Maharani Isabella_ 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang baik, yaitu berupa keanekaragaman budaya dan keindahan alam yang cukup besar dan tersebar diberbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Bentuk Implementasi Fisik Program Pengembangan Wisata Ziarah di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Untuk itu, pihak. pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik.

BAB I PENDAHULUAN. terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Untuk itu, pihak. pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebun binatang adalah salah satu sarana rekreasi bagi masyarakat umum yang menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman agar masyarakat dapat terus

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KORIDOR SUNGAI CILIWUNG DI JAKARTA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA PERKOTAAN DINI ROSMALIA

RENCANA PENGEMBANGAN KORIDOR SUNGAI CILIWUNG DI JAKARTA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA PERKOTAAN DINI ROSMALIA RENCANA PENGEMBANGAN KORIDOR SUNGAI CILIWUNG DI JAKARTA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA PERKOTAAN DINI ROSMALIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA Volume 6 / No.2, Desember 2011 Jurnal Perspektif Arsitektur RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA Herwin Sutrisno, ST., MT 1 Abstrak Semakin padatnya

Lebih terperinci

5. BAB V Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

5. BAB V Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5. BAB V Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Perencanaan Arsitektur 5.1.1. Kelompok Pelaku Pelaku Desa Wisata Keseneng terdiri dari: 1. Kelompok pengunjung, meliputi anak-anak,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci