BAB III BAHAN DAN METODE
|
|
- Sucianty Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 BAB BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Studi mengenai perencanaan lanskap pasca bencana ini dilakukan di kawasan Situ Gintung dengan luas areal 305,7 ha, yang terletak di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten (Gambar 3). Penelitian ini berlangsung kurang lebih selama empat bulan. Dimulai pada awal bulan Juni 2010 s.d. akhir September Tol Jakarta - Merak Provinsi Banten Kawasan Tangerang Selatan Kawasan Studi Gambar 3 Lokasi Studi (Sumber : wikimapia.org)
2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, alat tulis, meteran (alat ukur), kamera digital, kalkulator, dan pengolahan data menggunakan software Auto CAD, Photoshop, GS (Geographic nformation System) dalam hal ini software Arcview, serta menggunakan Hardware berupa Personel Computer (PC). 3.3 Batasan Studi Batasan studi dari penelitian ini sampai pada tahap perencanaan tata ruang di kawasan Situ Gintung. Perencanaan ini akan membagi kawasan menjadi tiga satuan lahan yang memiliki tujuan utama mengembalikan fungsi awal Situ Gintung sebagai penyedia air bersih dan sebagai daerah resapan air. Lokasi penelitian atau tapak yang akan direncanakan merupakan daerah resapan Situ Gintung, yaitu mencakup daerah-daerah yang memiliki potensi mengalirkan air ke situ gintung dan mempengaruhi ekosistem situ itu sendiri. Secara administratif batas perencanaan ini mencakup wilayah kelurahan Cirendeu dan sebagian kecil wilayah kelurahan Pisangan Barat. Pertimbangan batas perencanaan didasarkan pada sejauh area di sekitar situ berpengaruh pada ekosistem situ. Berdasarkan data daerah tangkapan air Situ Gintung yang didapat dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan dan cek lapang ke lokasi serta wawancara dengan warga, maka didapatkan area perencanaan kawasan Situ Gintung (Gambar 5).
3 13 Gambar 4 Peta Banten (Sumber : Gambar melalui Google.com) Gambar 5 Area Perencanaan Kawasan Situ Gintung (Sumber : Wikimapia.org) Batas perencanaan dari penelitian ini mencakup wilayah hulu dan hilir Situ Gintung. Untuk wilayah hulu situ meliputi badan air (cekungan situ) dan kawasan sekitar situ. Sedangkan untuk wilayah hilir meliputi daerah aliran Situ Gintung yang menuju Sungai Pesanggrahan beserta area di sekitar kawasan hilir yang merupakan area terdampak dari bencana longsor situ gintung. Berikut merupakan peta dasar rencana lanskap pasca bencana kawasan Situ Gintung yang sudah diregistrasi (Gambar 6). Tanpa Skala
4 14 Gambar 6 Peta Dasar Perencanaan Lanskap Kawasan Situ Gintung (Sumber : Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk merencanakan lanskap kawasan pasca bencana ini merupakan metode survei dengan mengikuti proses tahapan
5 15 perencanaan seperti pada umumnya, dimulai dari inventarisasi (pengambilan data), analisis, sintesis, kemudian perencanaan. 3.5 Proses Perencanaan Perencanaan disusun melalui beberapa tahapan sebagaimana disajikan pada Gambar 7. N E N T A R S A S Hidrologi Topografi Peta Kemiringa n Lahan LANSKAP STU GNTUNG Jenis Tanah Peta Jenis Tanah klim Peta ntensitas Rata-rata Harian Curah Hujan Penutupan Lahan Analisis Spasial dan Deskriptif Flora & Fauna Analisis Deskriptif A N A L S S Badan Air Titik Pasang Perda No 12 Tahun 2006 tentang Kawasan Penyangga Skoring SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/1980 tentang Penetapan Kawasan Lindung Metode Rasional Analisis Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air Masy. S N T E S S Penyangga2 Situ Kawasan Lindung, Kawasan Penyangga1, Kawasan Budidaya Luas Kebutuhan RTH Satuan Lahan Pengelolaan Air Satuan Lahan Penyangga (1&2) Satuan Lahan Pengembangan P E R E N C A N A A N Rencana Lanskap Kawasan Situ Gintung Pasca Bencana Gambar 7 Tahapan Penelitian
6 Persiapan dan nventarisasi Persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan awal berupa penetapan tujuan perencanaan, penentuan rincian kegiatan apa saja yang dilakukan untuk target waktu tertentu, pengumpulan data sekunder yang diperlukan untuk menyusun perencanaan tapak. Data sekunder ini berupa data spasial, deskriptif, maupun tabular. Berikut merupakan data yang akan diambil untuk kelengkapan bahan penelitian (Tabel 1). Tabel 1. Jenis, nterpretasi dan Sumber Data No Aspek nterpretasi Data Sumber Jenis Spasial Tekstual 1 Umum Letak dan batas wilayah Batas lokasi studi Peta Wilayah dan Peta batas Administratif (BAPPEDA) Luas wilayah Luas wilayah studi nformasi Situ Gintung (BAPPEDA) Tata guna lahan Perumahan Perdagangan Pertanian Rekreasi Peruntukan lainnya Peta Penggunaan Lahan (BAPPEDA) Penutupan Lahan Penutupan lahan nterpretasi Citra Satelit Aksesibilitas 2 Biofisik Tanah Sirkulasi Jenis Tanah Tekstur Tanah Citra Satelit, BAPPEDA Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS) Topografi Kemiringan, Elevasi dan relief Peta Rupa Bumi ndonesia (Bakosurtanal) dan BBWS klim Curah hujan ( ) Angin Suhu Kelembaban Data klim (BMG) Hidrologi Ketinggian muka air tanah, Ketinggian muka air situ, Debit air, Kualitas air, Amblesan karena turunnya air bawah tanah nformasi Data Hidrologi (Pekerjaan Umum Pengairan, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane), Cek Lapang.
7 17 Lanjutan Tabel 1. egetasi dan Satwa nventarisasi Jenis egetasi, Satwa Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS) 3 Aspek Sosial Demografi BPS 4 Aspek Legal Peraturan terkait Dokumen Peraturan Pada tahapan inventarisasi ini dilakukan studi pustaka untuk menyusun informasi pendahuluan berupa peta dasar dan informasi pendukung lainnya, seperti batas tapak, peta batas daerah aliran sungai (DAS), peta kemiringan lahan, peta penggunaan lahan, dan peta penutupan lahan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran pada tapak dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah Kota Tangerang Selatan, khususnya di kawasan Situ Gintung, masyarakat sekitar Situ Gintung, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane, Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan, dan pihak terkait lainnya. Adapun pengambilan data ini meliputi aspek biofisik dan sosial. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui studi dari berbagai sumber pustaka. Pada tahap ini dilakukan pengecekkan terhadap data yang dihasilkan mengenai penggunaan dan penutupan lahan. Pengumpulan data sekunder seperti iklim, hidrologi, topografi, tanah, dan aspek legal yang akan disusun ke dalam peta tematik yang meliputi peta kemiringan lahan, tanah, intensitas curah hujan harian, dan penutupan lahan. Berikut ini merupakan penjelasan beberapa peta yang akan dikumpulkan. a. Topografi nformasi mengenai peta kontur di lokasi penelitian yang digunakan untuk membuat peta kemiringan lahan. b. Jenis Tanah Pengumpulan informasi mengenai jenis tanah di lokasi penelitian yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dan Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan. nformasi jenis tanah ini digunakan sebagai bahan pembuatan peta jenis tanah.
8 18 c. klim nformasi mengenai iklim di lokasi penelitian, dalam hal ini diperlukan data tentang intensitas curah hujan harian rata-rata di lokasi penelitian untuk pembuatan peta tematik curah hujan. d. Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan disusun berdasarkan interpretasi visual Citra Satelit dari peta citra Google Earth yang telah melalui proses georektifikasi. Klasifikasi penutupan lahan dibedakan ke dalam : badan air, area terbangun, vegetasi (pepohonan), lahan kosong dan hamparan rumput. e. Hidrologi nformasi hidrologi yang dikumpulkan berupa inlet dan outlet Situ Gintung serta titik pasang tertinggi situ. f. Flora dan Fauna Pengumpulan data vegetasi dan satwa yang ada di lokasi penelitian di dapat dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dan pengamatan lapang penulis di tapak. g. Aksesibilitas Melalui peta citra yang kawasan Situ Gintung yang telah didapatkan dapat diketahui aksesibilitas yang ada pada kawasan Situ Gintung yang direncanakan, hal ini dapat menjelaskan sistem sirkulasi kawasan situ gintung Analisis Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis data dan informasi yang telah dikumpulkan, hal ini dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi tapak. Analisis ini menghasilkan beberapa peta tematik yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan tiga satuan. Berikut merupakan peta tematik dalam tahap analisis : a. Peta Kemiringan Lahan Kelas kemiringan lahan dibuat melalui peta topografi yang memuat informasi garis kontur pada tapak. Kemudian dari informasi garis kontur yang didapatkan dilakukan pengolahan menggunakan program Arciew
9 19 untuk mendapatkan peta kemiringan lahan. Peta kemiringan lahan yang telah didapatkan akan diklasifikasikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian 1980 mengenai penentuan kawasan lindung, kelas kemiringan lahan dibagi menjadi lima kelas yaitu : 1. Kelas dengan kelerengan 0 8% 2. Kelas dengan kelerengan 8 15% 3. Kelas dengan kelerengan 15 25% 4. Kelas dengan kelerengan 25 40% 5. Kelas dengan kelerengan > 40% b. Peta Tanah Berdasarkan informasi tentang jenis tanah disusun informasi mengenai jenis tanah dan kerentanan tanah terhadap erosi. Pada pembuatan peta tanah ini akan dibuat klasifikasi jenis-jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi. c. Peta Curah Hujan Dari data curah hujan yang telah didapatkan, akan dibuat klasifikasi intensitas curah hujan harian rata-rata. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian 1980 tentang kriteria-kriteria kawasan lindung, klasifikasi ini dibagi menjadi lima kelas yaitu : 1. Kelas dengan intensitas hujan 0 13,6 mm/ hari 2. Kelas dengan intensitas hujan 13,6 20,7 mm/ hari 3. Kelas dengan intensitas hujan 20,7 27,7 mm/ hari 4. Kelas dengan intensitas hujan 27,7 34,8 mm/ hari 5. Kelas dengan intensitas hujan > 34,8 mm/ hari d. Peta Hidrologi Berdasarkan informasi hidrologi yang diperoleh, akan disusun peta hidrologi yang menggambarkan batas pasang tertinggi dan surut terendah dari situ. Pada informasi hidrologi juga digambarkan aliran inlet dan outlet Situ Gintung serta ditunjukan secara spasial badan air Situ Gintung yang merupakan satuan lahan pengelolaan air.
10 20 e. Analisis Penutupan Lahan Berdasarkan interpretasi citra satelit didapatkan luas untuk masing-masing klasifikasi penutupan lahan, dari informasi tersebut akan dapat dianalisis. f. Analisis Flora dan Fauna Dengan mengetahui flora dan fauna yang ada di lokasi penelitian maka dapat dianalisis keberlanjutan situ secara ekologis. Setelah didapatkan beberapa peta tematik, maka dilakukan analisis dengan metode skoring terhadap peta kemiringan lahan, peta jenis tanah dan peta intensitas curah hujan harian rata-rata yang mengacu pada kriteria penentuan kawasan lindung menurut SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980. Kriteria klasifikasi untuk kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan secara berturut-turut disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4. Tabel 2. Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kelerengan (SK Menteri Pertanian, 1980) Kelas Kelerengan (%) Klasifikasi Nilai Skor >40 Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Tabel 3. Klasifikasi dan Nilai Skor Jenis Tanah Menurut Kepekaaannya Terhadap Erosi (SK Menteri Pertanian, 1980) Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Nilai Skor Aluvial, Glel, Planosol, Hidromerf, Laterit air tanah. Latosol Brown forest soil, non calcic brown mediteran. Andosol, Laterit, Grumusol, Podsol, Podsolic. Regosol, Litosol, Organosol, Rensina. Tidak peka Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka
11 21 Tabel 4. Klasifikasi dan Nilai Skor ntensitas Hujan Harian Rata-Rata (SK Menteri Pertanian, 1980) Kelas ntensitas Hujan (mm/ hari) Klasifikasi Nilai Skor 0 13,6 13,6 20,7 20,7 27,7 27,7 34,8 >34,8 Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Dari hasil overlay tiga peta tematik, kemudian dilakukan penjumlahan dari skoring yang telah dihasilkan. Untuk area dengan nilai skor sama dengan atau lebih dari 175 termasuk pada kawasan lindung. Untuk area dengan jumlah nilai termasuk pada kawasan penyangga. Sedangkan area dengan jumlah nilai kurang dari 124 termasuk dalam kawasan budi daya Sintesis Merupakan tahapan dimana data dan informasi yang telah dianalisis akan dibagi menjadi tiga satuan lahan yaitu satuan lahan pengelolaan air, satuan lahan penyangga, dan satuan lahan pengembangan berdasarkan kesesuaian serta kriteria yang ada. a) Satuan Lahan Pengelolaan Air Merupakan satuan lahan inti dari tapak yang akan dijaga kelestarian dan keberlanjutannya dimana satuan lahan ini merupakan badan air situ. b) Satuan Lahan Penyangga Satuan lahan penyangga situ ditentukan berdasarkan dua pendekatan yaitu pendekatan dengan peraturan pemerintah dan pendekatan kebutuhan air masyarakat. Untuk pendekatan dengan peraturan pemerintah, dilakukan analisis terhadap kemiringan lahan, jenis tanah, dan curah hujan yang didasarkan pada SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980. Selain itu penentuan satuan penyangga juga berdasarkan pada kriteria dalam Keputusan Presiden Republik ndonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Kawasan Lindung bagian kedua mengenai Kawasan Perlindungan setempat. Kriteria tersebut
12 22 menentukan perlindungan terhadap kawasan sekitar situ yang dilakukan untuk melindungi situ dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau atau situ (Pasal 17). Disebutkan pula bahwa kriteria kawasan sekitar danau atau situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau situ antara meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat (Pasal 18). Sedangkan pendekatan dengan kebutuhan air menggunakan analisis penutupan lahan dalam kaitannya dengan jumlah aliran permukaan, kemudian membandingkan dengan kebutuhan air masyarakat sekitar kawasan. Dari kedua analisis tersebut, didapatkan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk kawasan Situ Gintung. Dalam studi ini, RTH yang ada termasuk pada satuan lahan penyangga yang berfungsi melindungi ekosistem situ dan sebagai kawasan yang meresapkan air. c) Satuan Lahan Pengembangan Merupakan satuan lahan selain dari satuan lahan pengelolaan air dan satuan lahan penyangga, yang dimanfaatkan sebagai area pengembangan lainnya, misalnya digunakan untuk zona permukiman ataupun konservasi satwa (burung). Untuk menentukan wilayah yang dapat dikembangkan sebagai permukiman digunakan kriteria secara umum berdasarkan PP No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan permukiman sebagai berikut: a. Tidak berada pada daerah yang rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); b. Topografi datar (kelerengan lahan 0 8%); c. Tidak berada pada kawasan lindung; d. Didukung oleh ketersediaan prasarana dan sarana penunjang seperti rumah sakit, sekolah, pasar, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan lain sebagainya; e. Memiliki aksesibilitas cukup baik terhadap wilayah sekitarnya (adanya jalan raya, jalan kereta api, angkutan umum, angkutan sungai);
13 23 Adapun beberapa kriteria dan batasan teknis untuk zona permukiman PP No. 47/1997 : a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan; b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai; c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup; d. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah, sistem pembuangan air hujan, prasarana air bersih yang memenuhi syarat, dan sistem pembuangan sampah. e. Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan, kesehatan, perdagangan, ruang terbuka, taman, ataupun lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai, luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci Perencanaan Tahap ini merupakan hasil akhir dari tahap-tahap sebelumnya, pada tahap perencanaan dihasilkan suatu konsep untuk kawasan Situ Gintung sebagai suatu kawasan yang dapat berfungsi secara baik dari segi ekologis dan hidroliknya. Kemudian diturunkan menjadi konsep-konsep pengembangan yang meliputi pengembangan tata ruang, tata hijau, sirkulasi, dan utilitas. a. Konsep Rencana
14 24 Berdasarkan analisis terhadap kondisi biofisik tapak maka dapat disusun konsep perencanaan lanskap pasca bencana situ gintung yang berfungsi untuk memperbaiki keadaan fisik dan fungsi ekologis-hidrolik Situ Gintung itu sendiri. b. Pengembangan Rencana 1) Rencana Lanskap Membagi kawasan Situ Gintung menjadi tiga satuan lahan antara lain satuan lahan pengelolaan air, satuan lahan penyangga dan satuan lahan pengembangan. Masing-masing satuan lahan dapat dibagi lagi menjadi beberapa zona yang mendukung perencanaan Situ Gintung sebagai kawasan yang memiliki fungsi ekologis dan hidrolik. 2) Rencana Tata Hijau Menetapkan area hijau sebagai penyangga di sekeliling situ. Dengan keberadaan vegetasi di sekitar situ, hal ini juga akan memberikan energi bagi organisme perairan, selain itu vegetasi ini berfungsi sebagai koridor alami pada suatu kawasan yang memberikan proteksi alami. Kemudian, untuk menjaga keanekaragaman di sekitar situ, dapat ditambahkan fungsi dari area tersebut menjadi fungsi konservasi satwa yakni dengan menggunakan kriteria pohon yang menjadi habitat burung. Selain fungsi utama pohon sebagai vegetasi penyangga untuk keberlanjutan ekologi air yang ada di situ, pohon juga memiliki fungsi lain, dalam kaitannya dengan konservasi satwa. Bagi burung, pohon mempunyai fungsi bermacam-macam, yaitu : tempat berlindung, bertengger, dan beristirahat. Dalam menanam berbagai pohon untuk habitat burung, pengetahuan tentang hal-hal di bawah ini akan sangat membantu (Pakpahan, 1998) : a) Jenis pohon yang disukai burung, dalam artian bahwa pohon tersebut dapat berfungsi sebagai tempat tinggal dan atau tempat untuk mencari makan. Karekteristik jenis pohon yang berkaitan dengan kecocokan habitat burung adalah tinggi pohon,
15 25 diameter tajuk, struktur dedaunan (ukuran daun, tekstur daun, dan lain-lain), kelebatan tajuk, tinggi bebas cabang, bunga/buah yang dihasilkan, arsitektur pohon (terutama yang berkaitan dengan sistem percabangan) b) Pengaturan tata letak penanaman pohon : mengumpul, memanjang, atau menyebar. Keberadaan lubang, benalu, epiphyit, atau liana. Faktor-faktor lain yang mendukung : keberadaan koridor, keberadaan semak belukar, letak tempat berlindung yang aman, keamanan terhadap gangguan dan perburuan. Jenis pohon penghijauan yang ditanam untuk habitat burung hendaknya merupakan jenis asli, bahkan dapat dengan pohon-pohon yang telah atau mulai langka. Selain itu, pemilihan jenis ini juga disesuaikan dengan : a. Tempat tumbuhnya, misalnya dengan pendekatan strata. b. Jenis burung yang diharapkan terdapat pada suatu wilayah tertentu, contoh : untuk tempat bersarang burung-burung air yang tubuhnya relatif besar, diperlukan pohon dengan cabang dan ranting yang cukup kuat. 3) Rencana Struktur dan Bangunan Bangunan berupa permukiman penduduk dan bangunan fasilitas untuk mendukung masyarakat sekitar Situ Gintung, seperti bangunan masjid, puskesmas, kantor kelurahan, sekolah, dan bangunan fasilitas lainnya yang diperlukan. Bangunan-bangunan ini diletakkan pada satuan lahan pengembangan dengan kriteriakriteria lahan yang sudah disebutkan di atas (Sub Bab Analisis). 4) Rencana Sirkulasi Sirkulasi akan menghubungkan antara zona satu dengan zona yang lainnya, jalur sirkulasi ini akan didukung dengan jaringan pedestrian yang nyaman. Selain itu, akan dibuat sirkulasi sebagai jalur evakuasi yang memudahkan penduduk mencapai area yang lebih tinggi jika terjadi bencana.
3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciPERENCANAAN LANSKAP KAWASAN SITU GINTUNG PASCA BENCANA, KECAMATAN CIPUTAT TIMUR, KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN NURIKA NAULIE FAIZAH
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN SITU GINTUNG PASCA BENCANA, KECAMATAN CIPUTAT TIMUR, KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN NURIKA NAULIE FAIZAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciGambar 7. Peta Lokasi Penelitian
19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis
Lebih terperinciPeta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung
50 BAB VI SINTESIS Untuk menetapkan zonasi perencanaan tapak diterapkan teori Marsh (2005) tentang penataan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membagi tapak menjadi tiga satuan lahan, yaitu Satuan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA
KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah
25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu
15 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Situ Gintung, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten (Gambar 1). Penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian
16 III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Ruang lingkup dan batasan-batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wilayah kajian adalah wilayah administratif Kabupaten b.
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciTema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan
Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat
Lebih terperinciGambar 2 Peta lokasi studi
15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,
Lebih terperinciIII METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciEVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak
12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan
27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya
Lebih terperinciBAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA
14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang
62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera
Lebih terperinciGeo Image (Spatial-Ecological-Regional)
Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi Studi
17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).
Lebih terperinci19 Oktober Ema Umilia
19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara
METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.
Lebih terperinciGambar 1 Lokasi penelitian.
7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar
Lebih terperinciTabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSyarat Penentuan Lokasi TPA Sampah
Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan
Lebih terperinciGambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)
BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian
20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas
42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciPengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur
Lebih terperinciTAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR
1 PENDEKATAN & JENIS PENELITIAN 2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3 METODA (pengumpulan data/analisis) 4 5 6 METODA SAMPLING METODA PENELITIAN TERKAIT KONSEP PENGEMBANGAN TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG
Sidang Ujian PW 09-1333 ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG IKA RACHMAWATI SURATNO 3606100051 DOSEN PEMBIMBING Ir. SARDJITO, MT 1 Latar belakang Luasnya lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG
ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH
40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan, sumber dan cara mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG
SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mantap dan tertibnya tata cara penetapan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad
Lebih terperinciMETODOLOGI Waktu dan Tempat
41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan
Lebih terperinciGambar 3 Peta lokasi penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian mengenai kajian penentuan rute kereta api yang berwawasan lingkungan sebagai alat transportasi batubara di Propinsi Kalimantan Selatan ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:
13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciMETODOLOGI. Tempat dan Waktu
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE JAKARTA, MEI 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciAIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan
AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.
PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013
ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Lebih terperinciSTUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ALDILA DEA AYU PERMATA - 3509 100 022 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciTahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam
Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)
Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Lebih terperinciPERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya memertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi
10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi
Lebih terperinci4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI
83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas
Lebih terperinciPERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciAnalisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS
Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS 1) Moh Arif Bakhtiar E 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas MerdekaMadiun Abstract Watershed management becomes an important effort for development
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan
IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tapak secara geografis terletak di 3 o 16 32-3 o 22 43 Lintang Selatan dan 114 o 3 02 114 o 35 24 Bujur Timur administratif termasuk ke dalam Kelurahan Kertak
Lebih terperinci