Medical Laboratory Technology Journal

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords : hygiene sanitation, eating utensils, the number of germ, Escherichia coli

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

HUBUNGAN SANITASI ALAT MAKAN PIRING DENGAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PECEL LELE DI TAMBAKBAYAN BABARSARI SLEMAN

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

PENGGUNAAN ALAT PENGATUR KONSENTRASI KAPORIT (Ca(ClO) 2) DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DESINFEKSI PERALATAN MAKAN

TEKNIK PENCUCIAN ALAT MAKAN, PERSONAL HYGIENE TERHADAP KONTAMINASI BAKTERI PADA ALAT MAKAN

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

HIGIENE SANITASI MAKANAN, MINUMAN DAN SARANA SANITASI TERHADAP ANGKA KUMAN PERALATAN MAKAN DAN MINUM PADA KANTIN

Efektivitas penurunan jumlah angka kuman alat makan dan efisiensi biaya yang digunakan pada metode pencucian alat makan di Rumah Sakit Kota Surakarta

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

EFEKTIVITAS STERILISASI METODE PANAS KERING PADA ALAT MEDIS RUANG PERAWATAN LUKA RUMAH SAKIT Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEBERADAAN E. coli PADA AIR CUCIAN PERALATAN MAKAN PEDAGANG MAKANAN DI TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

GAMBARAN KEBERADAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dengan inti yaitu pelayanan medis melalui pendekatan

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

The Condition of Food Handler s Higiene and Canteen Sanitation in Senior High School 15 Surabaya

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN SERBUK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix. DC) TERHADAP PARAMETER ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN

STUDI HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Hj. ANNA LASMANAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah melakukan pembangunan berwawasan kesehatan untuk

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

: Eschericia Coli, Total Plate Count, Hygiene Sanitation, Utensils PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

Eni Sinaga, Personal Hygiene, Washing eating utensils and Amount of Eating Utensils Bacteria at The Food Sellers Center in Kampung Solor, Kupang

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

ABSTRAK PENGARUH KUNYIT DALAM AIR RENDAMAN TAHU KUNING TERHADAP KEHADIRAN BAKTERI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

BAB IV METODE PENELITIAN

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

PENGARUH PENAMBAHAN UMBI GARUT

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA TOMOHON TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA MEJA MAKAN, MEJA PREPARASI, DAN ALAT MAKAN DI BEBERAPA RUMAH MAKAN SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Kata kunci: Infusa Siwak, Staphylococcus aureus, konsentrasi, waktu kontak.

KUSMIYATI, ENNI R. SINAGA, WANTI. Abstract

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Transkripsi:

3 (1), 2017, 82-86 Received 2017-06-30; Received in revised form 2017-06-30; Accepted 2017-06-30 Available online at : http://ejurnal-analiskesehatan.web.id ANGKA KUMAN PADA BEBERAPA METODE PENCUCIAN PERALATAN MAKAN Brilian Rizky Ananda, Laily Khairiyati Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia e-mail: brilianrizkyananda@gmail.com Abstract: One of the food hygiene and sanitation efforts that must be implemented by the Nutrition Installation is to maintain the hygiene quality of tableware consider the equipment as a source of food contaminants. The purpose of this research was to know the effectiveness of washing the tableware method to decrease the bacterial number. The research method uses true experimental design. The research design used was posttest only control group design and sampling technique was simple random. Instruments in the research is a set of tools for experiment, sampling, and examination. The independent variable in this research is washing method on the tableware using method A, B, and C while the dependent variable is the number of a bacteria of tableware. The results showed that the number of tableware bacteria in Sambang Lihum Psychiatric Hospital exceeded of the standard/not qualified, except on washing method A which fulfilled the requirement that is under 100 colony/cm2 of tool surface. The conclusion of this research is there is a significant difference to the three washing methods which is shown with the p-value of 0,027. Need to do further research on the washing process by adding sterilization process Keywords: number of bacteria; tableware Abstrak: Salah satu upaya higiene dan sanitasi makanan yang harus dilaksanakan oleh Instalasi Gizi yaitu menjaga kualitas kebersihan peralatan makanan mengingat peralatan sebagai sumber kontaminan makanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas metode pencucian peralatan makan terhadap penurunan angka kuman. Metode penelitian menggunakan desain true eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah posttest only control group desain dan teknik pengambilan sampel adalah acak sederhana. Instrumen dalam penelitian yaitu seperangkat alat untuk percobaan, pengambilan dan pemeriksaan sampel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalahmetode pencucian pada peralatan makan dengan menggunakan metode A, B dan C sedangkan variabel terikat adalah angka kuman peralatan makan. Hasil penelitian menunjukkan angka kuman peralatan makan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum melebihi standar/tidak memenuhi syarat (TMS) kecuali pada metode pencucian A semuanya memenuhi syarat yaitu dibawah 100 koloni/cm 2 permukaan alat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan terhadap ketiga metode pencucian tersebut yang ditunjukan dengan nilai p value sebesar 0,027. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada proses pencucian dengan menambahkan proses sterilisasi. Kata kunci: angka kuman; peralatan makan

PENDAHULUAN Salah satu upaya preventif untuk mewujudkan pembangunan kesehatan adalah melalui program penyehatan makanan dan pelaksana program tersebut di rumah sakit dilakukan oleh instalasi gizi rumah sakit (Depkes RI, 2009). Salah satu upaya higiene dan sanitasi makanan yang harus dilaksanakan oleh instalasi gizi yaitu menjaga kualitas kebersihan peralatan makanan (Djarismawiati dan Bambang S, 2014 ). Hal ini penting dilakukan mengingat peralatan sebagai sumber kontaminan makanan yang menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi. Hasil penelitian di Instalasi Gizi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya menunjukkan bahwa angka kuman yang terdapat pada seluruh alat makan yang diperiksa berkisar antara 800 sampai dengan 622.083 koloni/ cm 2 (Pranata, 2012). Pada pengambilan sampel usap alat pada Rumah Sakit X nilainya melebihi standar yaitu 504 sampai 1.952 koloni/cm 2 (Sumira, 2012). Hasil penelitian pada Rumah Makan di Agrowisata Bincau Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa angka kuman yang terdapat pada seluruh alat makan yang diperiksa berkisar antara 110 sampai dengan 6700 koloni/cm 2 (Istiqlaliah, 2009). Tingginya angka kuman dikarenakan tahapan proses pencucian yang tidak sempurna, tempat penyimpanan peralatan yang tidak terlindung/tertutup. Penggunaan bahan pencuci yang tidak sama dan perbedaan tahapan proses pencucian yang digunakan oleh petugas menyebabkan angka kuman yang dihasilkan berbeda-beda. Peranan peralatan makan dan masak dalam sanitasi makanan sangat penting, untuk itu peranan pembersihan atau pencucian peralatan perlu diketahui secara mendasar. Pembersihan peralatan secara baik akan menghasilkan alat pengolahan makanan yang bersih dan sehat (Depkes RI, 2004). Praktek pencucian alat pengolah terdiri dari bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencucian yaitu mengguyur, menyabun dan membilas. Air yang digunakan untuk mencuci peralatan, apabila sudah terlihat kotor harus segera diganti dengan air yang baru, karena jika airnya tidak diganti dapat menyebabkan peralatan terkontaminasi bakteri dari air pencucian yang kotor dan pembersihan peralatan yang kurang baik (Kepmen RI, 2003). Tahapan proses pencucian yang dilakukan petugas Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum dimulai dengan mengumpulkan sisa makanan di dalam baskom. Tiap peralatan yang kotor dicelupkan kedalam bak air sabun kemudian dibilas pada bak air pembilas (1 buah bak). Berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum menunjukkan bahwa pembersihan peralatan makan seperti rantang sekat menunjukkan angka kuman melebihi standar yaitu sebesar 3.175.000 koloni/cm 2 (Ananda, 2013). Jumlah tersebut diduga proses pencucian yang belum sesuai dengan standar Depkes RI 2004, sehingga angka kuman melebihi standar yang ditentukan oleh Permenkes RI No.1204/ Menkes/SK/X/2004 yaitu 100 koloni/cm 2. Umumnya ada beberapa cara pencucian yang sering digunakan yaitu detergen dan air pembilas menggunakan air mengalir, menggunakan detergen dan air pembilas yang ditampung dalam 2 buah bak dan ada pula yang menggunakan 3 buah bak. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melihat efektivitas metode pencucian terhadap penurunan angka kuman peralatan makan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pencucian peralatan makan terhadap penurunan angka kuman di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain true eksperimental untuk melihat efektivitas metode pencucian peralatan makan terhadap penurunan angka kuman. Rancangan penelitian yang digunakan adalah posttest only control group desain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pencucian pada peralatan makan dengan menggunakan metode A (pencucian dengan sabun dan air mengalir) B (pencucian dengan sabun dan air bak 2 buah) dan C (pencucian dengan sabun dan air bak 3 buah) sedangkan variabel terikat adalah angka kuman peralatan makan. Analisis data menggunakan uji Kruskal- Wallis dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat di uraikan hasil pemeriksaan laboratorium dengan parameter angka kuman (TPC) sebagai berikut:

Tabel 1. Angka Kuman Peralatan Makan TPC di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013 masih terasa sisa-sisa lemak atau detergen dan kemungkinan masih mengandung bau amis (anyir). Pada percobaan ini digunakan air mengalir dan tahapan proses pencucian sudah sesuai prosedur sehingga angka kuman yang dihasilkan memenuhi syarat (Sekarwati, 2013). B hasil pemeriksaan semuanya tidak memenuhi terganti. Tabel 3. Efektifivitas Metode Pencucian B terhadap Penurunan Angka Kuman Keterangan: S : Sampel P : Pengulangan K : Kontrol A : Metode Pencucian A B : Metode Pencucian B C : Metode Pencucian C Berdasarkan hasil pemeriksaan angka kuman peralatan makan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan melebihi standar/tidak memenuhi syarat (TMS) kecuali pada metode pencucian A semuanya memenuhi syarat yaitu dibawah 100 koloni/cm 2 permukaan alat. Hasil pemeriksaan angka kuman pada peralatan makan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan pada percobaan menggunakan metode A didapat hasil pemeriksaan semuanya memenuhi syarat, hal ini dikarenakan air yang digunakan yaitu air kran yang mengalir sehingga air tidak digunakan berulang-ulang. Tabel 2. Efektifivitas Metode Pencucian A terhadap Penurunan Angka Kuman Pada proses pencucian peralatan makan penggunaan air harus banyak, mengalir dan selalu diganti. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara menggosokgosok dengan tangan atau tempat bersih sampai terasa kesat (tidak licin), bilamana Berdasarkan penelitian pada peralatan makan Pecel Lele di Tambakbayan Babarsari Sleman menunjukan bahwa angka kuman yang dihasilkan yaitu 2.973 koloni/cm 2 permukaan alat, hal ini disebabkan pada teknik pencucian alat makan dibersihkan dahulu dari sisa makanan kemudian diguyur sehingga seluruh permukaan peralatan sempurna, setelah itu dilakukan pencucian dengan menggunakan sabun dan membilas dengan air sambil digosok dengan tangan sehingga tidak terasa sabun lagi. Pada pencucian ini tidak menggunakan air yang mengalir, hanya menggunakan dua bak kecil. Hal ini dikarenakan tidak tersedia sumber air secara langsung dan air diambil dari sumber air yang jauh dari tempat berjualan sehingga mereka lebih mengefisiensikan penggunaaan air bersih (Pohan, 2009). Dalam buku studi sanitasi makanan dan minuman, bahwa keberadaan bak pembilas adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan makan. Air yang digunakan berulang-ulang untuk proses pencucian peralatan makanan akan sangat mudah terkontaminasi bakteri yang menempel pada peralatan yang akan dicuci. Kondisi seperti ini tidak memenuhi syarat higiene sanitasi bahwa peralatan hendaknya langsung dicuci dibawah kran dengan air mengalir untuk menghindarkan adanya bakteri pada air yang digunakan tersebut (Melawati dkk, 2010).

Tabel 4. Efektifivitas Metode Pencucian C terhadap Penurunan Angka Kuman Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara peralatan dan bak pencucian yang tidak bersih. Bak pencuci setidaknya terdiri dari tiga bilik, yaitu bak ke-i dan II merupakan bak pembilas dan pada bak ke-iii disebut bak pembilas terakhir (final rance atau disebut desinfection). Di dalam bak ketiga ini piring dan gelas untuk terakhir kalinya dibilas terutama kemungkinan masih menempel lemak pada piring atau gelas dengan air panas dengan suhu 82 C. Pada metode pencucian ini, bak ke-iii tidak diberi air panas, hal ini dikarenakan peralatan yang ada di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum masih belum menyediakan untuk proses sanitizing/ disinfection sehingga menyebabkan angka kuman yang terdapat pada peralatan makan masih melebihi standar yang ditentukan. Tingginya angka kuman dapat mengkontaminasi makanan yang disajikan pada peralatan tersebut, mengingat peralatan sebagai sumber kontaminan makanan yang menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi. Angka kuman tertinggi terdapat pada peralatan yang dicuci menggunakan metode B, hal ini terjadi karena pada proses pencucian hanya dilakukan pembilasan sebanyak 2 kali sehingga peralatan masih terdapat sisa detergen dan berminyak. Sedangkan angka kuman terendah terdapat pada peralatan yang dicuci menggunakan metode A, hal ini dikarenakan proses pencucian yang dilakukan dengan menggunakan air mengalir. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, tingginya angka kuman peralatan disebabkan oleh faktor proses pencucian. Proses pencucian yang tidak sempurna menjadi salah satu penyebab tingginya angka kuman peralatan makan. Proses pencucian yang dilakukan dalam percobaan ini sudah mengikuti prosedur yang sebenarnya. Pada tahapan akhir dari proses pencucian adalah melaksanakan proses sanitizing/ disinfection, hal ini dikarenakan proses tersebut sangat penting dalam menentukan kualitas bakteriologis peralatan makan. Dalam penelitian ini tidak melakukan tahapan ini, sehingga menyebabkan angka kuman yang terdapat pada peralatan makan masih melebihi standar yang ditentukan. Hal ini dikarenakan peralatan yang ada di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum masih belum menyediakan untuk proses sanitizing /disinfection sehingga tidak dilakukan desinfeksi. Berdasarkan hasil uji kruskal-wallis dengan derajat kepercayaan 95% didapat Asymp. Sig sebesar 0,027 (Asymp. Sig < 0,05) yang berarti angka kuman ketiga metode pencucian berbeda signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kuman yang dihasilkan tiap-tiap metode berbeda, sehingga hal ini membuat ada perbedaan yang signifikan terhadap ketiga metode pencucian tersebut yang ditunjukan dengan nilai Asymp. Sig sebesar 0,027. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani bahwa ada hubungan antara metode pencucian terhadap angka kuman peralatan makan dengan nilai p = 0,037. Nilai Rasio Prevalensi (RP) = 1,651 yang menunjukkan bahwa pencucian alat makan yang tidak baik akan mempengaruhi jumlah angka kuman di peralatan makan sebesar 1,651 kali lebih besar dibanding dengan pencucian alat makan yang baik. Kontaminasi dalam makanan dapat langsung terjadi melalui 2 cara yaitu kontaminasi langsung dan kontaminasi silang. Terjadinya kontaminasi yang berasal dari peralatan makan disebabkan penanganan peralatan makan yang tidak saniter, baik melalui proses pencucian, pengeringan maupun pada penyimpanan (Suryani, 2014). Kegiatan pencucian akan lebih maksimal dalam penurunan angka kuman jika dilakukan dengan kegiatan sanitizing/ desinfection. Hal ini sejalan dengan penelitian Trisnawati yang menyatakan bahwa perendaman air panas terhadap peralatan penyajian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap angka kuman dengan p = 0,00 (Trisnawati, 2009). Andriyani juga menyatakan, berdasarkan hasil uji statistic dengan uji-t menunjukkan p = 0,0019 yang berarti signifikan bahwa ada pengaruh larutan detergent dan larutan klorin terhadap penurunan jumlah angka kuman alat makan. Hal ini berarti jumlah angka kuman yang ada pada alat makan akan turun setelah dilakukan pencucian dengan metode three compartement sink dengan menggunakan larutan detergen dan larutan klorin (Andriyani, 2009).

KESIMPULAN Angka kuman peralatan makan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan melebihi standar/tidak memenuhi syarat (TMS) kecuali pada metode pencucian A semuanya memenuhi syarat yaitu dibawah 100 koloni/cm 2 permukaan alat. Angka kuman pada peralatan makan pada percobaan menggunakan metode A didapat hasil pemeriksaan semuanya memenuhi syarat, hal ini dikarenakan air yang digunakan yaitu air kran yang mengalir sehingga air tidak digunakan berulang-ulang. B hasil pemeriksaan semuanya tidak memenuhi terganti. C hasil pemeriksaan semuanya tidak memenuhi terganti. Tetapi angka kuman yang dihasilkan masih rendah dibandingkan angka kuman yang menggunakan metode B. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kuman yang dihasilkan tiap-tiap metode berbeda, sehingga hal ini membuat ada perbedaan yang signifikan terhadap ketiga metode pencucian tersebut yang ditunjukan dengan nilai Asymp. Sig sebesar 0,027. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan pemeriksaan bakteriologis air agar mengetahui pengaruh kualitas air terhadap angka kuman peralatan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada proses pencucian dengan menambahkan proses sterilisasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengatur jumlah peralatan yang dicuci dengan metode pencucian menggunakan 3 buah bak, sehingga dapat diketahui pada jumlah peralatan keberapa angka kuman melebihi standar yang ditetapkan DAFTAR PUSTAKA Ananda, B. (2013). Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan. Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Andriyani, A. (2009). Pengaruh larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink terhadap penurunan jumlah angka kuman pada alat makan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurnal GASTER, 5(1), 379 387. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM & PL. Depkes RI. (2009). Undang-Undang RI. Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Djarismawati, & Bambang, S. (2004). Pengetahuan dan perilaku penjamah tentang sanitasi pengolahan makanan pada instalasi gizi rumah sakit di Jakarta. Media Litbang Kesehatan. Jakarta. Istiqlaliah, A. (2009). Kualitas Kebersihan Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Agrowisata Bincau Kabupaten Banjar. Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Kemenkes RI. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor- 1098/Menkes/SK/VII/ 2003 tentang Hygiene dan Sanitasi Jasaboga. Jakarta. Melawati. (2010). Survey Kontaminasi Bakteri Patogen Pada Makanan Dan Minuman Yang Dijual Di Sekitar Gedung Perkantoran di Jakarta. Jakarta. Pohan. (2009). Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan Yang Digunakan Oleh Pedagang Makanan Di Pasar Petisah Medan. Pranata, H. (2012). Penerapan Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Kalimantan Tengah. Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Sekarwati, N. (2013). Hubungan sanitasi alat makan piring dengan angka kuman pada peralatan makan pecel lele di Tambakbayan Babarsari Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2). Sumira, I. (2012). Gambaran Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Bakteriologis Pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi RS X. Universitas Riau. Suryani, D. (2014). Keberadaan angka kuman ikan bawal bakar dengan peralatan makan bakar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2). Trisnawati, I. (2010). Pengaruh Perlakuan Sanitizer Air Panas Pada Peralatan Penyajian Terhadap Penurunan Angka Total Bakteri dan coliform di Bangsal Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro.