SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Potensi Peternakan Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS a. Kompetensi Inti : Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) : Mengembangkan potensi peternakan unggas c. Materi Pembelajaran : I. Potensi Peternakan Unggas Di Indonesia ayam liar atau ayam hutan sudah dipelihara sejak dulu. Memasuki periode 1940 orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Orang mulai membedakan ayam, orang Belanda dan ayam liar asli Indonesia. Ayam liar ini kemudian disebut ayam kampung atau ayam lokal. Sedangkan ayam orang Belanda disebut ayam negeri. Pada tahun 1980 ayam negeri kemudian dikenal dengan ayam ras dan ayam kampung disebut ayam bukan ras. Pada tahun tersebut mulai berkembang ayam petelur white leghorn dan ayam pedaging yang kemudian disebut ayam broiler. Ayam asli Indonesia yang masih ada sampai sekarang adalah ayam kampung, ayam hutan, ayam kedu di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, ayam Nunukan di pulau Tarakan Kalimantan Timur dan ayam pelung di Kabupaten Cianjur-Jawa Barat. Di Pulau Madura ayam hutan jantan dikawinkan dengan ayam kampung betina yang menghasilkan keturunan yang dikenal sebagai ayam bekisar. Komoditas ternak unggas sangat berpotensi sebagai penghasil protein. Protein berperan penting dalam pembentukan sel-sel dan jaringan baru tubuh serta memelihara pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak. Protein sendiri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani yaitu daging, ikan, ayam, telur dan susu. Protein nabati dapat disebut sebagai protein tidak lengkap karena senantiasa mempunyai kekurangan satu atau lebih asam amino esensial. Sementara protein 1
hewani memiliki semua asam amino esensial, hingga disebut protein lengkap. Pemanfaatan (utilisasi) protein oleh tubuh sangat ditentukan oleh kelengkapan kandungan asam amino esensial yang terkandung dalam protein yang dikonsumsi.. Selain kandungan asam amino, faktor nilai cerna dari protein juga menjadi faktor penting dari manfaat protein yang dikonsumsi. Dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa nilai cerna protein hewani selalu lebih tinggi dari protein nabati. Sementara dari segi pemanfaatannya (utilisasi) protein hewani juga jauh lebih baik dari protein nabati. Selain itu, kaitannya dengan membangun kecerdasan bangsa, peran protein hewani sangat mutlak diperlukan. Tabel 1. Populasi ternak Indonesia tahun 2006 No Ternak Populasi (ekor) 1 Sapi perah 362.313 2 Sapi potong 2,201,111 3 Kambing 14,201,111 4 Domba 8,543,206 5 Babi 7,086,709 6 Kuda 398,655 7 Ayam buras 298,431,917 8 Ayam ras petelur 95,477,601 9 Ayam broiler 972,221,463 10 Itik 34,812,057 Sumber: Deptan, Statistik Pertanian 2006 2
GRAFIK POPULASI TERNAK UNGGAS TAHUN 1971 2009 (000 ekor) 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000-1971 1981 1991 2001 2009 Ayam Buras 73,841 132,878 208,966 268,039 261,396 Itik 10,416 18,689 25,369 32,068 42,090 Broiler 25,462 407,908 621,870 930,317 Layer 1,799 24,568 46,885 70,254 110,106 Ilustrasi 1. Populasi ternak Unggas Pemanfaatan Ternak Unggas A. Hewan Percobaan (Laboratory Animals) Ayam dan Puyuh : Percobaan pemberian pakan (feeeding exsperiment) Tumbuh baik dalam cages ; konsumsi pakan dan air minum mudah dikontrol Mudah ditangani, diamati dan ditimbang Dapat dipelihara dalam jumlah besar pada tempat terbatas Sangat sensitif terhadap perubahan dan defisiensi zat makanan Telur dan Embryo : media untuk virus dan vaksin (Virus and Vaccine Culture) B. Argumentasi Perkembangan Unggas Unggas, terutama ayam berkembang diseluruh dunia Murah dan ekonomis untuk diusahakan Siklus produksi singkat ; 5 minggu (broiler) dapat dipasarkan sebagai sumber daging; dan 5 bulan (layer) sudah menghasilkan telur Pangan sumber protein dan produknya variatif 3
PEMANFAATAN UNGGAS TELUR [EGGS] DAGING [MEAT] HASIL IKUTAN [BY PRODUCT] LIMBAH [WASTE] Telur Tetas [hatching Eggs] Non-food Purpose [therapeutic vaccines] Telur Konsumsi [Egg for Human Consumtion] Whole Carcasses Cut-Up Half Carcasses Breast,Thight, Drumsticks, Wings,Nect,etc Viscera Edible Viscera / Giblets : heart, liver and gizzard Inedible Viscera : intestine, pancreas, excretory organ Head Bloods Feathers Feet Feces P R O D U C T S Dried, dehydrated, liquid, and frozen eggs ; plain egg, white, whole eggs, eggs yolks, and salted or sugared whole eggs and egg yolks Debonen meat: roll, ham, hot dogs, bologna, loaves, chunks/nuggets Feed animal protein supplement Organic fertilezer Ilustrasi 2. Pemanfaatan Ternak Unggas 4
Ternak Unggas Sebagai Penghasil Produk Ternak unggas dipelihara untuk memberikan jasa bagi manusia. Jasa tersebut bisa berupa produk yang dimakan berupa produk utama dan produk sampingannya. Produk utama peternakan unggas meliputi daging, dan telur, sedangkan produk sampinganbisa berupa bulu, hasil ikutan dan limbah ternak. Daging Daging merupakan jaringan lunak skeleton dari ternak ayam, domba, sapi dan ternak lainnya. Keunggulan daging adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh dan sangat baik untuk pertumbuhan, dan salah satu komoditas perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kandungan nutrisi daging dijelaskan pada Tabel 2. Daging segar dapat diolah menjadi produk lainnya seperti sosis, nugget, abon, dendeng, dll Tingkat konsumsi daging di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 6,5 kg perkapita Tabel 2. Nutrient Daging pada Berbagai Komoditas Ternak Ayam Domba Itik Babi Kuda No Komponen Sapi (%) (%) Kambing (%) (%) (%) (%) 1 Protein 17,5 20,2 15,7 16,2 11,9 20,0 2 lemak 22,0 12,6 27,7 30,0 45,0 4,0 3 Mineral 0,9 1,0 0,8 1,0 0,6 1,0 4 Air 60,0 66,0 56,0 52,8 42,0 74,0 Sumber: Norman Potter, 1996, Food Science Telur Telur merupakan salah satu produk utama dari ternak unggas. Produksi telur adalah bagian integral dari siklus reproduksi unggas. Di Indonesia produksi telur di dominasi oleh telur ayam ras, ayam kampung, itik dan puyuh. Konsumsi di Indonesia secara nasional ratarata 5,2 kg per orang pertahun, atau setara dengan 72 butir telur. Mengingat populasi penduduk bangsa Indonesia yang sangat besar maka prospek usaha telur sangat 5
menjanjikan, apalagi jika konsumsi telur meningkat. Produksi telur Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 1.297.208 ton telur, dengan distribusi produksi setiap provinsi tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Telur Indonesia Tahun 2007 (Dalam Ton) No Propinsi Prod telur No Propinsi Prod telur 1. NAD 27.275 18 Kalteng 4.518 2. Sumatera Utara 84.219 19 Kalsel 40.812 3. Sumatera Barat 56.705 20 Kaltim 7.902 4. Riau 9.183 21 Sulut 7.243 5. Jambi 6.920 22 Sulteng 6.813 6. Sumatera Selatanl 57.286 23 Su;lsel 55.563 7. Bengkulu 2.807 24 Sultra 6.391 8. Lampung 28.943 25 Maluku 2.672 9. DKI jakarta 425 26 Papua 3.071 10. Jawa Barat 147.756 27 Babel 4.848 11. Jawa Tengah 226.875 28 Banten 46.679 12. DI Yogyakarta 36.945 29 Gorontalo 1.972 13. Jawa Timur 334.937 30 Malut 698 14. Bali 34.847 31 Kepri 4.001 15. NTB 6.988 32 Irjabar 835 16. NTT 5.928 33 Sulbar 13.478 17. Kalimantan Barat 21.672 Total 1.297.208 Sumber; Statistik Deptan 2008 Nlai gizi telur sangat baik, memiliki 8 asam amino esensial dan terdapat hampir semua vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. Proteinnya memiliki koefisien cerna yang hampir mendekati 100% dan harga relatif murah, mudah diolah, halal dan enak rasanya. Kandungan nutrisi telur yang utama adalah protein, lemak dan karbohirat. Adapun komposisi kandungan nutrisi telur tertera pada Tabel 4 di bawah ini. 6
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Telur No Komponen Ayam Ayam Ras Buras Itik Angsa Merpati Puyuh 1 Protein 12,7 13,4 13,3 13,9 13,8 13,1 2 lemak 11,3 10,3 13,3 13,3 12,0 11,1 3 Karbohidrat 0,9 0,9 1,5 1,5 0,8 1,0 4 Abu 1,0 1,0 1,1 0,9 0,9 1,1 Sumber : Norman Potter, 1996, Food Science Kontribusi Peternakan Unggas Jenis ternak yang sampai saat ini menjadi andalan sebagai sumber daging umumnya berasal dari ternak unggas dan sapi potong. Keduanya menyumbangkan kontribusi yang sangat dominan dalam penyediaan daging secara nasional karena kedua jenis ternak ini berskala industry. Guna lebih jelasnya sumbangsih produksi daging berbagai jenis ternak dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Kontribusi Unggas dalam Penyediaan Daging Nasional Dirjenak Deptan, 2006. Unggas 65,46% Ayam Ras Pedaging : kontribusi terbesar yaitu 70,5% Sapi 18,80% Dombin g Kerbau & Kuda 1,99% Babi 5,08% 8,67% Ilustrasi 2. Sumbangsih produksi daging berbagai jenis ternak 7
Tabel 5. Produksi Hasil Ternak Indonesia No Produk Ternak Produksi (kg) No Produk Ternak Produksi (kg) 1 Daging Sapi 389,290 8 Daging Ayam Ras Petelur 54,310 2 Daging Kerbau 39,500 9 Daging Ayam Broiler 955,760 3 Daging Kambing 53,280 10 Daging Itik 22,300 4 Daging Domba 51,890 11 Telur Ayam Buras 181,100 5 Daging Babi 179,440 12 Telur Ayam Ras 751,040 6 Daging Kuda 1,680 13 Telur Itik 201,700 7 Daging Ayam Buras 322,780 Sumber: Statistik Deptan 2008 Prospek Bisnis Ternak Unggas Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di perdesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal. Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri. Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan dayasaing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Upaya meningkatkan dayasaing produk perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas 8
departemen. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar. Saat ini, industri perunggasan bisa dikatakan memegang peranan sangat penting dalam mendorong perekonomian di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena industri perunggasan kini mampu menghasilkan swasembada daging unggas maupun telur. Tidak kalah pentingnya adalah usaha perunggasan ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat, melalui produk daging ayam dan telur konsumsi yang dihasilkannya. Berbicara mengenai industri perunggasan ayam ras, sering mengalami fluktuasi yang cukup tajam yang umumnya terjadi karena sarana input utama masih tergantung kepada bahan-bahan impor, seperti tepung ikan (50 %), jagung (50 60 %) dan bungkil kacang kedelai (100 %). Dengan demikian biaya pakan cukup tinggi dan sering tidak seimbang dengan harga jual hasil produksi. Selain ayam ras, ternyata ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, sekaligus sebagai basis ekonomi petani dipedesaan untuk mencapai pertanian maju. Dilihat dari pemasaran hasilnya ayam buras ini mempunyai potensi pasar yang cukup besar karena daging ayam buras mempunyai rasa dan tekstur yang khas yang disukai oleh sebagian besar masyarakat, bahkan mempunyai segmen pasar tersendiri. 9