BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan. Keuangan Fiskal (Book Tax Differences)

BAB II TELAAH PUSTAKA. dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences

BAB 2 KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut IAI (2007) dalam PSAK 23, penghasilan (income) berarti

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat tiga tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. pemakai laporan keuangan lainnya, Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015)

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. pajak ini dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan melakukan suatu pelaporan keuangan mempunyai tujuan. untuk menyediakan informasi yang berguna dalam proses pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal perusahaan. Mereka selalu menggunakan laba sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya tersebut. Timbulnya teori ini dikarenakan adanya pemisahan kepentingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA. Jendral Pajak dalam perhitungan laba fiskal. lebih lanjut oleh PSAK 46 (2002:4), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

BAB II LANDASAN TEORI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN Agar tercapainya tujuan tersebut tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II URAIAN TEORITIS. dilakukannya proses rekonsiliasi fiskal ini, maka Wajib Pajak tidak perlu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang. baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

BAB II LANDASAN TEORI

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki kewajiban dalam melaporkan pertanggungjawaban

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. yang mendasari penelitian dibidang pertumbuhan laba, yaitu Teori Stakeholder dan

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung di dalam laba ( earnings) mempunyai peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Book Tax Differences) Perbedaan antara standar akuntansi dengan ketentuan pajak mengharuskan manajemen untuk menyusun dua macam laporan laba rugi pada setiap akhir periode, laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba rugi komersial merupakan pelaporan laba yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak (laba akuntansi), sedangkan laporan laba rugi fiskal dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. Poernomo (Jurnal Akuntansi Pajak, 2008) mengungkapkan bahwa terdapat hal-hal yang membedakan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 (Lampiran I). B. Pengertian Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan terjadi perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena pajak yang merupakan dasar pengenaan pajak. Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income) dapat digambarkan sebagai berikut: 6

Gambar 2.1 Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (Pretax Income) dengan penghasilan kena pajak (Taxable Income) Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax Income) Perbedaan Permanen Koreksi Fiskal Positif dan Negatif Undang-undang, umumnya bersumber dari: Pasal 4 ayat (3) Pasal 9 ayat (1) dan (2) Pasal 18 Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan Keputusan/ Surat EdaranDirektur Jenderal Pajak Perbedaan Temporer Koreksi Fiskal Positif dan Negatif Undang-undang, umumnya bersumber dari: Pasal 6 ayat (3) Pasal 9 ayat (1) dan (2) Pasal 18 Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan Keputusan/ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008, hal 223. B.1 Perbedaan Permanen (Permanent Differences) Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan 7

dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, 2008:224). Perbedaan permanen terjadi karena transaksi transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Pada umumnya perbedaan permanen yang terjadi akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya yang terdapat pada: a) Pasal 4 ayat (3) Undang - Undang No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Sehingga setiap penghasilan yang termasuk dalam pasal ini harus dikeluarkan dari laporan laba rugi komersial untuk memperoleh laba fiskal. Berikut ini beberapa contoh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak: 1. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat dibentuk secara sah; 2. Warisan; 3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah; 4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa; 5. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 8

6. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma dan kongsi. b) Pasal 9 ayat (1) dan (2) Undang - Undang No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Seperti hal nya dengan perlakuan terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dalam sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial maka harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya: 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; 2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; 3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan; 5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 9

6. Pajak penghasilan; 7. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi. c) Pasal 18 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan kewenangan Menteri Keuangan / Direktur Jenderal Pajak untuk mengatur keperluan penghitungan pajak. Beberapa contoh kewenangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kewenangan untuk mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak; 2. Kewenangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak luar negeri, atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri; 3. Kewenangan untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya. Perbedaan permanen terdiri dari : a. Penghasilan yang telah dipotong PPh final Sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 Undang - Undang PPh atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan 10

pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. b. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tercantum dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak penghasilan. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. c. Pengeluaran yang termasuk dalam non deductible expense dan tidak termasuk dalam deductible expense. Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang pengurang penghasilan bruto yang termasuk dalam kelompok pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya (non deductible expense), sedangkan Undang-Undang yang mengatur mengenai biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto (deductible expense) dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak terdapat dalam Pasal 6 ayat (1). B.2 Perbedaan Temporer (Temporary Differences) Menurut Muhammad Zain (2008:231) Perbedaan temporer atau perbedaan waktu disebabkan karena perbedaan waktu pengakuan penghasilan, biaya dan beban yang bersifat sementara yang mengakibatkan adanya penundaan atau antisipasi penghasilan atau beban. Perbedaan temporer akan menjadi nihil (counter balance) dengan sendirinya pada saat lampaunya waktu tersebut. 11

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (Undang - Undang Pajak No. 36 Tahun 2008) yang terkait dengan perbedaan temporer adalah sebagai berikut: 1. Pasal 6 ayat (1) huruf (h) Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berkaitan dengan penghapusan piutang tidak tertagih fiskal. Secara lengkap pasal tersebut berbunyi sebagai berikut: Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi piutang yang nyatanyata tidak dapat ditagih, dengan syarat: 1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; 3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan 4. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak. Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. 2. Pasal 10 ayat (6) Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode penilaian persediaan. Secara lengkap, pasal tersebut berbunyi sebagai berikut: 12

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama. 3. Pasal 11 dan pasal 11 A Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode penyusutan dan amortisasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan kedua pasal tersebut misalnya mengenai penetapan masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud serta penetapan masa manfaat dan amortisasi harta tak berwujud. Lebih lanjut penyebab perbedaan temporer dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Metode Penyusutan dan Amortisasi Perbedaan metode penyusutan atau amortisasi antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilihat pada tabel 2.2 (lampiran II) b. Metode Penilaian persediaan Dalam akuntansi, banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan persediaan dan harga pokok penjualan, seperti metode identifikasi spesifik (spesific identification), mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (First In First Out), mendahulukan persediaan yang diperoleh terakhir (Last In Fist Out), serta harga perolehan yang diperoleh secara rata-rata (weighted average). Dalam perpajakan, metode penilaian persediaan yang diperkenankan digunakan untuk kepentingan perhitungan pajak terutang terbatas kepada metode yang mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (First In First Out) dan harga 13

perolehan yang dilakukan secara rata-rata (weighted average) seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 10 ayat (6). c. Penghapusan piutang Dalam akuntansi, piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Dalam akuntansi dikenal dua metode penghapusan piutang, yaitu: 1. Metode langsung 2. Metode cadangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46 (2010; 14-24) perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau kewajiban dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa: a) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled); atau b) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled). 14

C. Kualitas Laba Laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor dan kreditor sehingga laba tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi keputusan akhir pihak - pihak tersebut. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak di luar perusahaan. Pihak internal perusahaan secara umum mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi nyata perusahaan saat ini dan prospeknya dimasa depan dibanding pihak eksternal. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba dimasa depan (Djamaluddin, 2008: 55). Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Chandrarin, 2003 : 103). Dalam rangka mengukur kualitas laba, kriteria yang digunakan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu basis pasar (market-based) dan basis akuntansi (accounting-based). Basis pasar meliputi nilai relevan, konservatisme, dan periode waktu (timelines). Sedangkan basis akuntansi terdiri dari kualitas akrual, daya prediksi, perataan (smoothness) dan persistensi atribut tersebut yang diukur dengan kegunaan informasi akuntansi seperti kas, akrual dan laba. 15

D. Return Saham Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko yang harus dihadapi. Menurut Samsul (2006 : 291) return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam presentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Menurut Jogiyanto (2003 : 109), return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis : 1). Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. 2). Return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. E. Pengaruh Book Tax Difference terhadap Kualitas Laba dan Return Saham Laba merupakan salah satu informasi yang penting karena laba banyak digunakan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, maka informasi mengenai laba yang berkualitas sangat dibutuhkan. 16

Salah satu cara untuk menilai kualitas laba yang dilaporkan manajemen adalah dengan melihat perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Hal ini didasari dengan lebih ketatnya peraturan perpajakan dalam mengukur laba fiskal dibandingkan dengan Standar Akuntansi Keuangan dalam mengukur laba akuntansi, yang lebih memberikan kesempatan bagi manajemen dalam mengintervensi angka laba akuntansi yang dilaporkan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (revisi 2011:16) terdapat kebebasan bagi manajemen dalam menaksir masa manfaat aktiva tetap, dan memilih metode penyusutan seperti metode garis lurus, saldo menurun, jumlah unit produksi, dan lain-lain. Untuk nilai residu jika terdapat perubahan estimasi akuntansi di atur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (revisi 2009: 13-18) dan IAS 18. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 14 (revisi 2008: 3-4) persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi netto mana yang lebih rendah, dengan metode penilaian persediaan yang diizinkan terdiri dari FIFO (First In First Out) dan metode rata-rata tertimbang (Average). Manajemen juga dapat menetapkan aturan mengenai imbalan kerja untuk karyawan ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.24, revisi 2010 : 18). Dalam peraturan perpajakan, manajemen lebih dibatasi geraknya dalam menentukan besarnya laba fiskal. Hal ini dapat dilihat dari telah ditentukannya masa manfaat aktiva tetap maupun aktiva tak berwujud oleh peraturan perpajakan yang ditentukan berdasarkan pengelompokkan aktiva tersebut. Metode 17

penyusutannya yang diperkenankan hanya dua, yaitu metode garis lurus dan saldo menurun. Dalam mengukur persediaan, dalam peraturan perpajakan hanya berdasarkan historical cost. Sedangkan metode penilaian persediaan yang diperkenankan hanya dua yaitu First In First Out dan Average. Peraturan perpajakan tidak mengakui penyisihan piutang tak tertagih. Dari penjelasan diatas sangat jelas perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dalam menentukan laba akuntansi dan Peraturan Perpajakan dalam menentukan laba fiskal. Sehingga banyak peneliti yang menggunakan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal untuk mengukur kualitas laba. Lawrence Resvine, et. al (2005) dan Leonardo (2007) mengungkapkan salah satu cara menilai laba adalah dengan menggunakan rasio laba konservatif (earnings conservatism ratio). Earnings conservatism ratio dihitung dengan membagi antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Apabila hasilnya mendekati angka 1, dapat dikatakan manajemen memiliki laba yang tinggi. Kormendi dan Lipe (1987) menguji hubungan antara inovasi earnings dan persistensi laba dengan return saham. Data terdiri dari return saham tahunan dan earnings untuk setiap 145 perusahaan selama periode 1947-1980 menggunakan 32 tahun dari annual data. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa koefisien respon laba berkorelasi positif dengan persistensi laba dan tidak menunjukkan sensitivitas yang berlebihan, sehingga besarnya reaksi return saham perusahaan pada earnings harus dihubungkan dengan pengaruh inovasi earnings pada ekspektasi manfaat masa yang akan datang yang didapat pemegang saham. Jadi, 18

dapat disimpulkan bahwa besarnya hubungan antara return saham dan earnings tergantung pada persistensi laba. Berdasarkan penjelasan diatas, maka sementara dapat disimpulkan book tax difference berpengaruh terhadap kualitas laba yang dilaporkan manajemen, dan kualitas laba yang baik atau persisten akan mempengaruhi reaksi return saham perusahaan yang menarik minat investor di pasar saham. F. Hasil Penelitian Terdahulu Ringkasan penelitian terdahulu dari jurnal riset akuntansi, sebagai berikut : 1. Philips, et al (2003), Judul penelitian : Earning management : New evidence based on deffered tax expense. Variabel penelitian adalah Earning management, deffered tax expense, accrual, cash flow operation, characteristic industry. Dan hasil penelitiannya adalah beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba. 2. Lev and Nissim (2004), Judul penelitian : Taxable Income, Future Earnings, and Equity Values. Variabel penelitian adalah : taxable income, deffered taxes, earnings management, market efficiency. Dan hasil penelitiannya adalah rasio laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat memprediksi pertumbuhan laba lima tahun ke depan, dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan. 3. Hanlon, (2005), Judul penelitian : The Persistence and Pricing of Earnings, Accrual and Cash Flow when Firm have Large Book Tax Differences. Variabel penelitian adalah Earning persistence, accrual, cash flow, deffered tax. Dan hasil penelitiannya adalah large positive book tax difference mempunyai laba yang 19

kurang persisten dibandingkan perusahaan yang mempunyai book tax differences dalam jumlah kecil (small book tax differences). 4. Tang dan Firth, (2008), Judul penelitian : Market Perception of the Information in Book-Tax Differences An Empirical Study in China s Capital Markets. Variabel penelitian adalah Normal book tax differences, abnormal book tax differences, earning per share, return on a share. Dan hasil penelitiannya adalah : a) Normal dan abnormal book tax differences yang besar menandakan bahwa laba perusahaan lebih transitory dan kurang persisten. b) Book tax differences yang besar menyebabkan harga saham menjadi lebih rendah. 5. Wiryandari dan Yulianti, (2008), Judul penelitian : Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba. Variabel penelitian : Laba akuntansi sebelum pajak, pajak tangguhan, large positive book tax differences, aliran kas operasi, laba akrual. Dan hasil penelitiannya adalah : (a) Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari penurunan laba. (b) Large positive book tax differences mempunyai persistensi laba yang lebih rendah. 5. Jackson, (2009), Judul penelitian : Book Tax Differences and Earnings Growth. Variabel penelitian : Pretax income, income tax expense, permanent differences, temporer differences. Dan hasil penelitiannya adalah : Terdapat hubungan negatif antara komponen perbedaaan permanen dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara book tax differences (pajak tangguhan) 20

berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa mendatang. 6. Comprix et al. (2011), Judul penelitian : Empirical evidence on the impact of book tax differences on divergence of opinion among investor (The journal of the American Tax Association), vol 33. Variabel penelitian : turnover, dispersion and varian in return. Hasil penelitiannya adalah : book tax difference ditanggapi berbeda oleh investor yang diukur dengan turnover saham, dispersi dan varian dalam return. G. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, variabel independen adalah book-tax differences besar positif (Large positive book-tax difference) dan book-tax differences besar negatif (Large negative book-tax difference) sebagai proksi dari book tax differences yang mempengaruhi kualitas laba dan return saham. Sedangkan variabel dependen adalah kualitas laba dan return saham. Beberapa penelitian mengenai kualitas laba telah menganalisa selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal (Mills et al, 2002 dalam Lev and Nissim et al, 2004) yang berpendapat bahwa laba fiskal (taxable income) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Dalam Hanlon (2005) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan red flag bagi pengguna laporan keuangan. Oleh karena book-tax differences dapat mewakili keleluasaan manajemen dalam proses akrual, maka terdapat beberapa penelitian yang menggunakannya sebagai indikator manajemen laba dalam menilai kualitas laba (Phillips et al, 21

2003; Lev and Nissim, 2004). Phillips et al. (2003) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan biaya pajak tangguhan sebagai proksi discretionary accrual. Lev and Nissim, (2004) menemukan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat memprediksi pertumbuhan laba lima tahun ke depan, dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan. Selanjutnya penelitian ini memperluas peranan book tax differences sebagai penentu kualitas laba terhadap reaksi pasar dengan menguji penilaian investor terhadap nilai return saham, dalam penelitian sebelumnya seperti Joos et al. (2000) hasilnya adalah return saham mempunyai hubungan yang rendah dengan laba ketika perusahaan mempunyai large book tax differences. Comprix et al. (2011) berhasil membuktikan bahwa perbedaan opini investor meningkat disebabkan oleh perbedaan permanen dalam BTD. Namun, untuk perbedaan temporer dalam BTD tidak menunjukkan bukti kuat bahwa perbedaan temporer tersebut meningkatkan perbedaan opini investor. Atas dasar beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai kajian teoritis untuk memperkaya literatur mengenai kualitas laba dan return saham, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai hasil perhitungan dari book tax differences yaitu large positive book tax differences dan large negative book tax differences dapat menjelaskan kualitas laba dan manfaatnya bagi investor. 22

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah : Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Kualitas Laba dan Return Saham (Large positive Book Tax Difference- (X 1 ) (Large negative Book Tax Difference) (X 2 ) Laba sebelum pajak tahun berjalan (X3) Laba sebelum pajak tahun depan (Y1) Return Saham (Y2) 23