BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB 3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data pengaruh variasi suhu sinter terhadap struktur mikro, struktur kristral, ketangguhan, kekerasan, dan sifat inert terhadap air yang baik dari keramik MgAl 2 O 4 untuk aplikasi bahan bakar matriks inert. 3.2 Desain Penelitian Penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi suhu sinter terhadap struktur mikro, struktur kristal, ketangguhan, kekerasan, dan sifat inert terhadap air yang baik, dari keramik MgAl 2 O 4 untuk aplikasi bahan bakar nuklir matriks inert dilakukan dilaboratorium. Semua kegiatan untuk pembentukan keramik MgAl 2 O 4 dan Study X- Ray Diffraction (XRD) dilakukan di laboratorium Fisika Bahan, Pusat Teknologi Nukir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Atom Nasional (PTNBR-BATAN). Namun untuk uji keramik MgAl 2 O 4 seperti uji kekerasan dan ketangguhan dilakukan di Laboratorium Metalurgi Serbuk dan Fisika Teknik Metalurgi dan Laboratorium Logam Teknik Mesin ITB. Begitu pula dengan karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Listrik (PPPGL). 37

38 3.3 Objek Penelitian Keramik MgAl 2 O 4 dengan tiga variasi suhu sinter yang dibuat dengan metode sol gel. 3.4 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1 Alat yang digunakan: 1. Gelas kimia untuk tempat pencampuran bahan dan menyimpan bahan dalam bentuk larutan. 2. Timbangan analitik, untuk menimbang berat serbuk yang harganya telah ditentukan sebelumnya. 3. Pengaduk untuk mengaduk, sebagai katalis dalam proses pencampuran bahan dalam bentuk larutan. 4. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan. 5. Spatula untuk mengambil serbuk. 6. Heater 600 o C untuk pemanas untuk menguapkan air dari bahan dalam bentuk larutan agar terbentuk xerogel. 7. Penjepit untuk mengambil sample dari heater. 8. Termokopel sebagai sensor suhu pada heater. 9. Cawan keramik sebagai tempat kalsinasi xerogel. 10. Alat gerus manual dan digital Karl Kolb Scientific Technical Supplies D- 6074. Untuk menghaluskan xerogel yang masih menggumpal hasil dari solgel.

39 11. Alat kompaksi adalah untuk proses pemadatan serbuk, dengan tekanan untuk masing masing sample 60 Mpa dengan waktu penahanan 20 detik. 12. Jangka sorong untuk mengukur diameter dan tebal sampel. 13. Tungku Carbolite atau tungku sinter adalah tungku pemanas untuk proses sintering dengan suhu 1400 o C, 1500 o C, dan 1600 o C selama 2 jam. 14. Mesin uji Vickers untuk mengetahui harga kekerasan dan ketangguhan dari sampel yang diuji. 15. Mesin uji air adalah tungku pemanas untuk uji ketahanan air dengan Suhu 100 o C selama 4 Jam. 16. Mesin grinding untuk meratakan permukaan sampel dengan menggunakan ampelas yang memiliki tingkat kekasaran (280, 400, 500, 800, 1000, 1200, 1500 mesh) dan mesin poles dengan menggunakan serbuk alumina sebagai proses akhir dari proses poles. 17. Pemeriksaan dengan mikroskop elektron (scanning electron microscope (SEM) tipe JEOL seri JSM 35C). Untuk mengetahui struktur mikro keramik yang dibuat pada penelitan ini. 18. Mesin difraksi sinar-x digunakan untuk memperoleh data puncak-puncak intensitas difraksi dan sudut difraksi untuk mengetahui struktur kristal sampel. 3.4.2 Bahan yang digunakan: 1. AlCl 3. 2. MgCl 2. 6H 2 O

40 3. C 6 H 8 O 7. 4. Aquades. 5. Etanol. a.cara Kerja Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu persiapan serbuk yang akan digunakan, penimbangan, pencampuran bahan, pemanasan (penguapan), kalsinasi, pressing, sintering, dan karakterisasi bahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur kerja pembuatan keramik matriks inert MgAl 2 O 4 pada Gambar 3.1.

41 3.5.1 Skema Proses PREPARASI SERBUK Serbuk AlCl 3, MgCl 2 dan C 6 H 8 O 7 dilarutkan dalam aqudes dengan perhitungan stoikiometri menghasilkan komposisi MgO-Al 2 O 3 50:50 dalam % mol PENGADUKAN DAN PENGERINGAN Suhu 150 o C hingga terbentuk xerogel KALSINASI Suhu 600 o C dalam waktu 2 jam PENGGERUSAN Digerus dengan penggerus digital selama 2 x 10 menit PENIMBANGAN Serbuk ditimbang 0.5 gram untuk tiap pelet KOMPAKSI Tekanan 60Mpa waktu penahanan 20 detik PENIMBANGAN DAN PENGUKURAN DIMENSI PELET MENTAH SINTERING Suhu sinter 1400 o C dengan waktu penahanan 2 jam SINTERING Suhu sinter 1500 o C dengan waktu penahanan 2 jam SINTERING Suhu sinter 1600 o C dengan waktu penahanan 2 jam PENIMBANGAN DAN PENGUKURAN DIMENSI PELET SINTER KARAKTERISASI Struktur kristal menggunakan XRD dan struktur mikro (SEM) PENGUJIAN MATERIAL Pengujian kekerasan dan ketangguhan retak, uji inert air, uji visual DATA DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 3.1 Alur kerja pembuatan keramik matriks inert MgAl 2 O 4.

42 3.5.2 Tahapan tahapan cara kerja Agar lebih jelasnya disini akan dipaparkan tahapan tahapan pembuatan keramik matriks inert MgAl 2 O 4 dengan metode sol gel. 3.5.2.1 Proses Pembuatan Pelet 1) Persiapan bahan baku sampel Bahan penelitian ini adalah oksida logam berbentuk serbuk aluminium oksida (Al 2 O 3 ) dan magnesium oksida (MgO) yang dibuat dengan metode sol gel. Dengan persamaan reaksinya sebagai berikut: 4AlCl + 3O 2Al O + 6Cl (Persamaan 3.1) 3 2 2 3 2 2 MgCl.6H O + O 2MgO + 2Cl + 12H O (Persamaan 3.2) 2 2 2 2 2 MgO + Al O MgAl O (Persamaan 3.3) ( s) 2 3( s) 2 4 Massa relatif MgO Massa relatif Al2O 3 Massa relatif MgAl2O 4 : 40,310 gram : 101,969 gram : 14,390 gram Mol MgAl2O 4 : g Mr = 20 gram 142.39 gram/mol = 0,1405 Untuk membentuk 20 gram MgAl 2 O 4 maka diperoleh mol MgAl 2 O 4 0,1405. Karena pada persamaan (3.3) koefisien MgO dan Al 2 O 3 adalah 1, maka diperoleh mol MgO dan Al 2 O 3 yang disajikan pada Tabel 3.1.

43 Tabel 3.1. Komposisi campuran keramik MgAl 2 O 4 dalam mol. No Mol MgO Mol Al 2 O 3 1 0,1405 0,1405 Komposisi bahan campuran Al 2 O 3 -MgO dibuat dalam satuan % mol dikonversikan ke persen berat kemudian dari persen berat dikonversikan ke berat. Hasil konversi disajikan pada Tabel 3.2, perhitungan konversi menggunakan persamaan persamaan sebagai berikut: 1. Perhitungan konversi % mol ke % berat. 50% xmral2o3 Persen berat Al 2 O 3 = x100% (50% xmral O ) + (50% xmrmgo) 2 3 Persen berat MgO 50% xmrmgo = x100% (50% xmral O ) + (50% xmrmgo) 2 3 2. Perhitungan konversi % berat ke berat (gram). % beratal2o3 Berat Al 2 O 3 = x berat seluruh sample uji 100 Berat MgO % beratmgo = x berat seluruh sample uji. 100 Tabel 3.2 Komposisi campuran keramik MgO-Al 2 O 3 dalam % mol, % berat dan gram. % mol % berat Massa dalam gram (20 gram) Al 2 O 3 MgO Al 2 O 3 MgO Al 2 O 3 MgO 50 50 71,6769 28,3204 14,3353 5,6640

44 Untuk menentukan massa MgCl 2 dan AlCl 3 yang harus ditimbang, sehingga menghasilkan MgO dan Al 2 O 3 dengan perbandingan 50:50 dalam % mol, digunakan persamaan stoikiometri (3.1) dan (3.2). Karena MgCl 2 yang digunakan MgCl 2 terhidrat yang berarti bahwa dalam setiap satu mol MgCl 2 mengandung satu 6 mol H 2 O air, maka digunakan massa relatif MgCl 2.6H 2 O. Massa relatif MgCl 2.6H 2 O:203,21 gram/mol. Karena koefisien MgO dan MgCl 2. 6H 2 O sama maka dilakukan perkalian antara mol MgO yang diketahui dari persamaan (3.3) dengan massa relatif MgCl 2.6H 2 O maka diperoleh massa MgCl 2.6H 2 O yang harus ditimbang yang disajikan pada tabel 3.3. Massa relatif AlCl 3 : 133,4 gram/mol. Karena kofisien AlCl 3 dua kali koefisien Al 2 O 3 maka dilakukan perkalian antara 2 mol Al 2 O 3 yang diketahui dari persamaan (3.3) dengan massa relatif AlCl 3 maka diperoleh massa AlCl 3 yang harus ditimbang yang disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Berat MgCl 2 dan AlCl 3 yang harus ditimbang No MgCl 2. 6H 2 O (g) AlCl 3 (g) 1 28,5408 37,4814 Sebagai bahan nano katalis dalam proses sol gel ini digunakan asam sitrat (C 6 H 8 O 7 ) dengan perbandingan mol asam sitrat sepertiga mol MgCl 2 ditambah mol AlCl 3, seperti ditunjukkan pada persamaan dibawah ini : molc6h8o7 1 = mol( MgCl + AlCl ) 3 2 3 Setelah didapat mol asam sitrat, untuk mendapatkan berat asam sitrat asam yang harus ditimbang mol asam sitrat yang telah diperoleh dikalikan dengan massa

45 relatifnya. Data komposisi asam sitrat dalam mol dan berat ditunjukkan oleh Tabel 3.4. Tabel 3.4 Komposisi berat C 6 H 8 O 7 yang harus ditimbang untuk perbandingan MgO-Al 2 O 3, 50-50 dalam % mol. Mol Berat (g) C 6 H 8 O 7 C 6 H 8 O 7 0,168 32,402 Kemudian lakukan penimbangan untuk MgCl 2, AlCl 3 dan C 6 H 8 O 7 seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Proses penimbangan bahan 2) Pencampuran Serbuk Sampel Lakukan pencampuran pada ketiga bahan tersebut dengan melarutkannya menggunakan aquades. Pencampuran dilakukan dengan menambahkan aquades pada campuran ketiga bahan secara pelan-pelan didalam ruang asap karena AlCl 3 sangat reaktif ketika bercampur dengan aquades. Hal ini terlihat ketika aquades dituangkan kedalam campuran bahan menimbulkan asap yang banyak (Gambar 3.3). Jika proses pencampuran terbalik, artinya jika yang dilakukan adalah menuangkan campuran bahan ke aquades dalam gelas kimia, maka akan menimbulkan ledakan. Walaupun

46 ledakan yang terjadi tidak terlalu berbahaya, namun akan menyebabkan campuran tumpah sehingga mengurangi berat bahan yang dilarutkan. Gambar 3.3 Proses pelarutan campuran bahan. 3) Proses Sol gel Setelah ketiga serbuk tersebut telah benar-benar larut kemudian lakukan proses sol gel dengan memanaskan sampel menggunakan heater (Gambar 3.4a), dengan suhu 150 o C hingga terbentuk xerogel (Gambar 3.4b). (a) (b) Gambar 3.4 : (a) Pemanasan sampel larutan dengan menggunakan heater. (b) Xerogel yang terbentuk setelah pemanasan 150 o C.

47 4) Kalsinasi Kemudian xerogel yang telah terbentuk dipanaskan selama 2 jam dengan suhu 600 o C pada tungku Carbolite. Tujuan kalsinasi ini adalah untuk menghasilkan serbuk osksidasi dari xerogel. 5) Penggerusan Setelah xerogel dipanaskan maka diperoleh serbuk MgAl 2 O 4 yang masih menggumpal, lakukan penggerusan agar terbentuk MgAl 2 O 4 serbuk yang sudah tidak menggumpal. Penggurusan awal dengan menggunakan alat gerus manual yaitu, mortar agate selanjutnya menggunakan mesin penggerus listrik untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus selama 20 menit (2x10 menit) (Gambar 3.5). Gambar 3.5 Penggerusan dengan menggunakan alat gerus listrik. 6) Kompaksi Setelah serbuk MgAl 2 O 4 terbentuk dan ditimbang sesuai dengan berat serbuk yang diinginkan untuk dibentuk menjadi pelet yaitu 0,5 gram. Kemudian lakukan kompaksi dengan diameter punch 8mm dan tekanan 60 MPa agar terbentuk pelet.

48 Dalam proses ini membutuhkan sebuah cetakan untuk mencetak sampel agar didapatkan bentuk silindris. Bentuk cetakan terdiri dari 3 bagian : 1. Upper punch, berupa silinder pejal yang berfungsi sebagai penekan. 2. Die, berupa silinder berongga yang berfungsi sebagi pembuntuk sampel berbenruk silindris. 3. Lower punch, berupa silinder pejal yang berfungsi sebagai penahan tekanan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Cetakan yang akan digunakan harus dibersihkan dari produk korosi dengan mengamplas permukaan rongga cetakan alas, dan penekanannya setelah itu diberi pelumas pada permukaanya. 2. Timbang serbuk MgAl 2 O 4 sebanyak 0,5 gram. 3. Setelah ditimbang, dilanjutkan dengan proses penuangan pada cetakan. 4. Cetakan yang terisi dengan bahan serbuk dipasang pada mesin press, dengan die yang dipakai memiliki diameter 8mm. 5. Mesin kompaksi dinyalakan untuk melakukan kompaksi dengan tekanan 60MPa dan ditahan selama 20 detik. 6. Setelah kompaksi selesai, sampel dilepaskan dari cetakan. Sebelum sampel disinter lakukan pengukuran pada ketinggian dan berat sampel.

49 Gambar 3.6 Alat Kompaksi. 7) Sintering Sebelum pelet mentah disinter, pelet diurutkan dan disimpan diatas keramik alumina yang telah dilapisi serbuk alumina. Setelah itu lakukan sintering pada sampel dengan variasi suhu sinternya 1400 o C, 1500 o C dan 1600 o C selama 2 jam pada tungku carbolite tujuan dari sintering ini adalah untuk mengeleminasi porositas, pertumbuhan butir, untuk memperkuat ikatan dan agar bahannya menjadi homogen. Selain itu hal yang paling penting dari proses sintering ini agar terjadi solid state reaction untuk membentuk keramik MgAl 2 O 4. Dengan persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: MgO + Al O MgAl O ( s) 2 3( s) 2 4 Tahap pembentukan Kristal

50 Langkah langkah yang dilakukan selama proses sinter adalah sebagai beikut: 1. Menghidupkan saklar panel listrik 220 volt dari VCB ke jala listrik PLN, maka akan terlihat sinyal berwarna hijau. 2. Menghidupkan tungku dengan cara membuka pintu tungku ke atas dan menekan tombol on/off dari 0 ke arah 1, maka layer program akan menunjukkan sinyal berwarna merah. 3. Memasukkan sampel yang akan dipanaskan yang telah diberi alas yang sesuai dengan bahan yang akan dipanaskan dalam penelitian ini digunakan serbuk alumina sebagai alasnya, kemudian program dijalankan. 4. Menge-set program manual dengan cara: a) Menekan tombol untuk kenaikan suhu dan tombol untuk penurunan suhu, suhu yang diinginkan tertera pada display program. b) Menekan tombol maka akan keluar Pr1 = program kenaikan suhu derajat/menit, diisi dengan menggunakan tombol penurunan dan kenikan suhu. c) Menekan lagi tombol maka akan keluar Pl-1 = program suhu pemanasan yang ingin dicapai, diisi dengan menekan tombol kenikan dan penurunan suhu. d) Menekan lagi tombol maka akan keluar Pd1 = waktu yang diinginkan setelah mencapai suhu yang diinginkan (soking time) diisi. e) Menekan tombol maka akan keluar Pr2 = waktu penurunan suhu, setelah mencapai soking time, diisi.

51 f) Menekan lagi tombol maka akan keluar PL2 = suhu penurunan yang terakhir, bisa diisi dengan 0 0 C atau end (=program sampai disini). g) Menekan tombol run dan pintu tungku ditutup, maka suhu akan naik sendiri secara otomatis. h) Mencatat waktu kenikan suhu dan waktu (soking time) dan penurunan suhu. 5. Setelah selesai, meng-off-kan tungku dengan cara membuka pintu tungku dan menekan tombol on/off kearah 0. 6. Saklar tungku di off-kan pada VCB tungku dari jala-jala PLN. Pada waktu melakukan proses pendinginan pintu tungku tetap dalam keadaan tertutup rapat. Hal ini dilakukan sebagai usaha meminimalkan terjadinya oksidasi pada bahan, pada esok harinya sampel yang sudah dingin diambil, atau minimal suhu pendinginannya mencapai 400 o C baru sampel diangkat. 120 menit 5 o C/menit 5 o C/menit Gambar 3.7 Grafik temperatur pemanasan (sintering) sampel keramik MgAl 2 O 4.

52 3.5.2.2 Karakterisasi Sampel a. XRD X-Ray Diffraction (XRD) adalah sebuah metode yang digunakan untuk karakterisasi bahan agar diperoleh informasi informasi sebagai berikut : 1. Mengetahui struktur kisi dari sample. 2. Mengetahui orientasi masing-masing puncak dari sampel. 3. Parameter kisi dari sampel. Setelah kita lakukan XRD pada sampel maka diperoleh data data seperti intensitas difraksi dan sudut difraksi kemudian lakukan pengolahan data dan analisis hasil XRD. Pengujian XRD pada penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di labotarorium XRD, Pusat Teknologi Nukir Bahan dan Radiometri (PTNBR-BATAN) dan di labotarorium XRD, program studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung (ITB). Analisa difrraksi sinar-x dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang target CuK α ( λ = 1,54060 0 A ) yang ditembakkan pada sampel pelet hasil proses sintering. Perumusan tentang persyaratan berkas difraksi sinar-x tersebut dinyatakan dalam hukum Bragg persamaan (2.4). b. SEM Scanning Electron Microscope (SEM) adalah mikroskop yang menggunakan hamburan elektron dalam membentuk bayangan. Karakterisasi SEM disini digunakan untuk mengetahui struktur mikro (salah satunya porositas dan ukuran butirnya).

53 Dalam penelitian ini SEM dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Listrik (PPPGL) Bandung. Tahapan-tahapan dari SEM ditunjukkan pada Gambar 3.8 (University of Tennessee, 2008:25). Sampel Ditempel pada specimen holder Dibersihkan dengan Hand Blower Diberi Coating Gold Paladium Sampel masuk kedalam specimen Chamber Pengamatan Image pada layar Potret Analisis Gambar 3.8 Diagram alir dari SEM. 3.5.2.3 Pengujian Material Pengujian Visual dan densitas Pelet mentah hasil pressing diuji dengan melihat visual pelet dengan cara memotretnya, untuk melihat perubahan warna pelet sebelum dan sesudah proses sinter. Untuk menghitung densitas pelet mentah maupun sinter maka dilakukan pengukuran tinggi pelet, diameter pelet untuk memperoleh besaran volum pelet dan massa pelet, sehingga diperoleh densitas pelet dari persamaan dibawah ini:

54 m ρ = (Persamaan 3.4) v Keterangan: ρ = Densitas pelet (g/cm 3 ) m = Massa pelet (g) v = Volume pelet (cm 3 ) a. Pengujian Kekerasan Kekerasan dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk menahan goresan, pengikisan, identasi atau penetrasi. Sebelum dilakukan uji kekerasan dan ketangguhan sampel berupa pelet diresin terlebih dahulu. Dalam preparasi sampel, sampel diletakkan didalam cetakan yang telah diolesi pelumas agar mudah membuka sampel yang telah diresin. Kemudian dituangkan cairan resin tersebut kedalam cetakan, biarkan beberapa menit setelah resin kering keluarkan dari cetakan. Pembuatan resin ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemolesan, serta menjamin agar permukaan rata. Proses pengampelasan dilakukan dengan mesin grinding (Gambar 3.9). Kertas ampelas yang digunakan adalah silicon Carbide (SiC) dengan tingkat kekasaran (280, 500, 800, 1200, 1500 mesh). Proses pemolesan dilakukan dengan mesin poles yang telah diberi kain beludru dan serbuk alumina. Saat proses pemolesan berlangsung harus dialiri air (tetes demi tetes) agar tidak terjadi kontak panas yang timbul pada permukaan sampel.

55 Gambar 3.9 Alat Gerinda Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan mesin uji Vickers di Laboratorium Metalurgi dan Fisika, program studi Teknik Pertambangan ITB dengan jumlah pengujian sebanyak 4 titik dan menghasilkan kekerasan Vickers (Hv) rata-rata setiap sampel. Penekanan dilakukan dengan beban 1 kg dengan waktu pembebanan 15 detik. Selanjutnya diagonal bujur sangkar tersebut diukur untuk menentukan nilai kekerasan, alat yang digunakan dapat langsung mengkonversikan nilai kekerasan dari diagonal yang diketahui sehingga tidak memerlukan perhitungan lagi. Skema pengujian Vickers ditunjukkan pada Gambar 3.11a, sedangkan alat pengujiannya ditunjukan pada Gambar 3.10b.

56 1 a (a) d (b) Gambar 3.10 (a) Skema pengujian Vickers. (b) Alat pengujian Vickers. b. Pengujian Ketangguhan Ketangguhan retak dapat didefinisikan sebagai seberapa kuat suatu material dapat menahan rambatan retak (crack) dipermukaannya. Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian ketangguhan patah adalah dengan menggunakan alat untuk menguji kekerasan dengan beban yang diberikan disesuaikan hingga terdapat retakan pada sampel. Pengujian ketangguhan patah pada penelitain ini dilakukan di Laboratorium Logam Program Studi Teknik Material ITB. Dengan menggunakan beban 1 kg sudah terdapat retakan untuk sampel dengan suhu sinter 1400 o C, untuk sampel dengan suhu sinter 1500 o C dan 1600 o C retakan baru terjadi ketika diberikan beban sebesar 2 kg. Untuk melihat retakan pada sampel digunakan mikroskop elektron. Persamaan (2.4) digunakan untuk menghitung harga ketangguhan retak sampel.

57 C 2 C 1 C 3 d 1 C 4 d 2 Gambar 3.11 Indentasi dan retak pada ujung sampel. c. Pengujian Ketahanan terhadap air Uji ketahan air dilakukan untuk melihat ketahanan sampel terhadap air. Pengujian ini dilakukan pada suhu 100 o C ditahan selama 4 jam. Setelah perendaman selama 4 jam dilakukan perhitungan terhadap dimensi sampel sehingga dapat diketahui sampel tersebut mengalami perubahan atau relatif tetap.