PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI WERDHA WISMA MULIA KELAS EKSKLUSIF DI BOGOR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

Bab IV. Konsep Perancangan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang.

REDESAIN KANTOR PT. TELKOMSEL DI GEDUNG GRAHA MERAH PUTIH LANTAI 2 JALAN JAPATI NO. 1 BANDUNG, JAWA BARAT DENGAN PRINSIP ECO-DESIGN

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

BAB VI LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Canopy: Journal of Architecture

GELANGGANG OLAHRAGA TIPE A, SEMARANG

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

sebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari hari. Pada umumnya, hubungan sosia

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsep Perancangan Creative Process

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi aktifitas dan kebutuhan ruang

PERANCANGAN INTERIOR PADA CLINIC DENTAL CENTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PERAWATAN HEWAN PELIHARAAN DI JAKARTA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4. Analisis dan Bahasan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

Fasilitas Pembinaan Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia di Surabaya

BAB 5 HASIL RANCANGAN


5.2 Konsep Citra Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruang yang memberikan kesan menyegarkan, nyaman dan menonjolkan suasana alami namun teta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. manapun ia berada. Kematian adalah hal mutlak yang harus diterima setiap. manusia dalam menjalani kehidupan. Seseorang

18 HOME LIVING desember 2013

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

MEMPERINDAH SEBUAH INVESTASI. Fotografer Tri Rizeki Darusman. Penulis Qisthi Jihan. Vol. 17 No. 09 September 2016

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

SEKOLAH SENI SANGGAR ANAK AKAR DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

Putih Abu Hitam Coklat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP


PERANCANGAN INTERIOR RUMAH BUDAYA INDONESIA

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

Transkripsi:

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG Yosephine Brenda Mathovani Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530 (021) 53696969 brenda_mathovani@gmail.com ABSTRAK Perancangan interior sebuah Panti Jompo kelas premium di Semarang ini terinspirasi dari keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan warga lansia di Indonesia. Banyak warga lansia di Indonesia yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan dan ditelantarkan oleh keluarga mereka, sementara seharusnya mereka hidup di sebuah tempat yang aman dan nyaman, melakukan berbagai aktifitas yang menyenangkan dan menerima perawatan yang layak dalam kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, meliputi survei, wawancara, dan studi dari berbagai sumber literatur. Analisa dilakukan melalui penataan ruang berdasarkan kebutuhan dan kegiatan sehari-hari dalam sebuah Panti Jompo. Konsep yang diaplikasikan bertujuan untuk menciptakan sebuah fasilitas yang nyaman dan fungsional, tapi tetap memiliki suasana yang elegan. Kesimpulannnya, tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan warga lansia.(ybm) Kata Kunci : panti jompo, orang tua, lansia, kesejahteraan, fasilitas, sosial PENDAHULUAN Panti Jompo adalah tempat merawat dan menampung para jompo atau warga lansia. Pada umumnya, warga lansia memiliki keterbatasan gerak dan aktifitas. Selain keterbatasan fisik, warga lansia biasanya juga mengalami kemunduran mental, psikis, dan sosial. Oleh karena itu, diperlukan sebuah tempat yang aman, nyaman, dan kondusif untuk tempat warga lansia beraktifitas. Di negara-negara maju, penyediaan Panti Jompo sangat diperhatikan. Kebanyakan dari mereka adalah warga lansia pensiunan yang ingin menikmati hidupnya dan berkumpul dengan teman-teman yang sebaya baik teman baru maupun lama. Indonesia sebagai negara berkembang juga sudah seharusnya memperhatikan penyediaan Panti Jompo yang sesuai dengan standar hidup yang layak. 127

128 Awalnya, keberadaan Panti Jompo kelas premium dengan target pasar masyarakat kelas menengah ke atas sangat minim. Kebanyakan orang beranggapan bahwa Panti Jompo adalah tempat untuk orang tua terlantar atau ditelantarkan oleh keluarganya. Tapi seiring dengan perkembangan waktu, penyediaan fasilitas Panti Jompo di Indonesia semakin baik. Ada keinginan untuk membangun sebuah tempat bagi warga lansia untuk dapat hidup aman dan nyaman secara mandiri. Penyediaan fasilitas di beberapa negara termasuk Indonesia antara lain mewajibkan pemenuhan pelayanan mental dan spiritual, pelayanan pendidikan dan latihan, pelayanan kemudahan dalam bantuan sosial dan hukum, serta kemudahan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana umum. Karena itulah dibutuhkan jawaban atas persoalan tersebut dalam bentuk kehadiran sebuah Panti Jompo kelas premium untuk warga lansia yang ingin hidup dengan aman, nyaman, dan menyenangkan. Keberadaan Panti Jompo kelas premium sendiri juga bertujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan para warga lansia. Fungsi utama ini merupakan kunci dalam menentukan apakah sebuah Panti Jompo dapat dikatakan berguna atau tidaknya. Dalam perancangan ini, digunakan buku Best Practice Design Guidelines: Nursing Home Complex Care and Dementia (2014) oleh William Benbow. Buku ini berisi tentang prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam perancangan sebuah fasilitas untuk menampung warga lansia. Selain itu, juga digunakan buku DSD Design Standards for Nursing Homes (2010) yang ditulis oleh Department of Social Development. Buku ini membahas mengenai standar-standar yang digunakan dalam perancangan sebuah fasilitas untuk menampung warga lansia. Identifikasi Permasalahan 1. Perancangan sebuah Panti Jompo yang dapat menyediakan fasilitas yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan kenyamanan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas penggunanya. 2. Perancangan sebuah Panti Jompo yang menerapkan konsep desain yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta menitikberatkan pada keamanan untuk warga lansia. 3. Perancangan sebuah Panti Jompo kelas premium yang dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan warga lansia. Tujuan Perancangan 1. Pemenuhan fasilitas kebutuhan Panti Jompo, seperti fasilitas utama dan fasilitas tambahan. 2. Pemenuhan kriteria Panti Jompo yang mampu menerapkan konsep desain yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta menitikberatkan pada keamanan untuk warga lansia. 3. Pemenuhan fungsi awal sebuah Panti Jompo kelas premium yaitu meningkatkan kesejahteraan kehidupan warga lansia. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan Panti Jompo ini adalah metode yang bersifat kualitatif yaitu dengan melakukan survei atau observasi di lokasi serta wawancara. Dibutuhkan survei

129 langsung ke beberapa tempat Panti Jompo yang dijadikan sebagai acuan atau referensi dalam proses pengerjaan tugas akhir. Survei dilakukan secara langsung ke Panti Jompo Wisma Mulia di Jelambar, Panti Jompo Sasana Tresna Werdha Budi Mulia di Cengkareng, Rukun Senior Living di Sentul, dan Senior Club Indonesia di Pantai Indah Kapuk. HASIL DAN BAHASAN Bangunan yang akan dijadikan lokasi Panti Jompo kelas premium terletak Provinsi Jawa Tengah, yaitu di Jl. Lompobatang di Kecamatan Candisari, Kota Semarang, 50253. Konsep desain yang akan digunakan dalam perancangan Panti Jompo kelas premium ini adalah Copper Charm. Warna tembaga yang merah kecoklatan dan berkilau akan menambah kesan mewah ke dalam desain secara keseluruhan. Dalam pemilihan konsep, juga dipertimbangkan target pasar, pengguna, dan desain yang ramah lingkungan, mulai dari penghematan energi sampai kepada pemilihan material. Desain Panti Jompo juga harus menyesuaikan dengan penggunanya yang membutuhkan fasilitas yang aman dan nyaman, serta fungsional. Gambar 1 Mood Board Bentuk yang akan dipakai merupakan bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran. Pemakaian bentuk geometris dikarenakan bentuknya yang sederhana dan tidak membingungkan, diharapkan dapat membantu warga lansia dalam beraktifitas sehari-hari. Warna-warna dalam Panti Jompo akan dipilih yang saling kontras untuk membantu kondisi penglihatan warga lansia yang menurun. Warna netral seperti hitam, putih, dan abu-abu akan diaplikasikan ke elemen interior yang utama seperti pada lantai, dinding, dan ceiling. Warna-warna hangat seperti coklat dan kuning keemasan dipilih untuk memberikan kesan yang nyaman, sementara warna merah dan pink keemasan digunakan sebagai aksen yang memberikan kesan mewah. Pencahayaan dalam perancangan Panti Jompo merupakan hal yang harus sangat diperhatikan, terutama pencahayaan dalam ruang tidur dan sepanjang koridor. Ruang yang merupakan tempat aktifitas warga lansia sehari-hari juga harus memiliki pencahayaan yang memadai. Penggunaan cahaya matahari pada pagi dan siang hari dapat mengurangi penggunaan energi secara signifikan.

130 Pada malam hari, penggunaan lampu yang berwarna putih akan lebih baik karena cahayanya yang lebih mudah ditangkap oleh kondisi mata warga lansia yang menurun. Gambar 2 Furniture Layout Pada pagi hari, lingkungan Panti Jompo masih terasa sejuk dan lebih baik jika menggunakan penghawaan alami yang berasal dari bukaan di sepanjang bangunan Panti Jompo. Penggunaan material akustik atau peredam suara akan diaplikasikan pada ruang teater dimana kegiatan menonton film atau berkaraoke dengan sound system dapat menyebabkan kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan warga lansia di ruangan lainnya. Setiap ruangan dalam Panti Jompo harus dilengkapi dengan smoke detector dan sprinkler untuk mencegah kebakaran. Selain itu, perlu dipasang sistem CCTV untuk keperluan pengawasan di area yang digunakan untuk beraktifitas sehari-hari. Ruang tidur warga lansia juga harus dilengkapi intercom yang terhubung langsung dengan pos perawat jika sewaktu-waktu warga lansia membutuhkan pertolongan. Tanda penunjuk jalan digunakan yang memiliki warna kontras agar lebih mudah diterima oleh warga lansia yang kondisi penglihatannya menurun. Desain yang ramah lingkungan dapat dicapai dengan pemilihan material yang tepat dan penggunaan energi yang efisien. Panti Jompo akan memiliki banyak bukaan dalam ruangan, baik dalam bentuk jendela maupun bukaan langsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan cahaya alami dan mengurangi penggunaan listrik terutama pada siang hari. Gambar 3 Living Area

131 Gambar 4 Dining Area Gambar 5 Deluxe Bedroom SIMPULAN DAN SARAN Panti Jompo kelas premium dirancang untuk warga lansia kelas menengah ke atas yang masih dapat beraktifitas baik secara mandiri maupun dengan bantuan, yang menginginkan kehidupan yang produktif di sebuah lingkungan yang kondusif serta didesain dengan memperhatikan keamanan warga lansia dalam beraktifitas. Selain itu, juga di mana mereka dapat berkumpul dengan teman-teman sebaya tetapi masih memiliki privasi. Kebutuhan ini dijawab dengan menyediakan ruangan pribadi yang nyaman untuk setiap warga lansia dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang didesain dengan kebutuhan warga lansia. Fasilitas tersebut dirancang dengan tujuan untuk menyediakan hiburan dan memberikan kenyamanan bagi warga lansia. Fasilitas juga dirancang dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan bagi pola hidup penggunanya, serta disesuaikan untuk mengakomodasi kondisi fisik warga lansia yang mulai menurun. Perancangan interior Panti Jompo ini didasarkan pada perhitungan aktifitas fasilitas, program dan diagram hubungan antar ruang, dan pembagian zona-zona yaitu zona publik, zona semi publik, zona semi privat, zona privat, dan zona servis. Pembagian ini dirancang berdasarkan kebutuhan aktifitas warga lansia dan akan berpengaruh pada pembagian ruang di dalam Panti Jompo. Konsep desain yang digunakan dalam perancangan interior Panti Jompo ini adalah Copper Charm. Konsep yang terinspirrasi dari tembaga ini dipilih untuk memberikan citra ruang yang elegan tetapi tetap nyaman dan fungsional. Konsep akan diaplikasikan ke dalam seluruh perancangan interior Panti Jompo kelas

132 premium untuk menghasilkan sebuah fasilitas yang dapat dinikmati oleh warga lansia dengan aman. Hasil dari perancangan ini akan memenuhi tujuan utama dari sebuah Panti Jompo, yaitu meningkatkan kesejahteraan warga lansia, melalui desain yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Dalam perancangan Panti Jompo ini, diharapkan mahasiswa dapat berpegang pada tujuan utama dari pendirian Panti Jompo, yaitu meningkatkan kesejahteraan warga lansia, terutama dalam pemenuhan fasilitas Panti Jompo. Selain itu, harus diperhatikan juga pemilihan material untuk lantai, dinding, ceiling, dan furniture. Serta mampu mengaplikasikan konsep dan elemen-elemen interior bagi warga lansia berdasarkan analisa kebutuhan warga lansia. REFERENSI Benbow, W. (2014). Best Practice Design Guidelines: Nursing Home Complex Care and Dementia. de Chiara, J., Panero, J., & Zelnik, M. (1995). Time-Saver Standards for Housing and Residential Development. Singapore: McGraw-Hill Book Co. Development, D. o. (2010). DSD Design Standards for Nursing Homes. Ebdi, S. (2005). Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran. Guzowski, M. (2000). Daylighting for Sustainable Design. New York: Mc Graw-Hill Companies Inc. Ihromi, T. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Littlefield, D. (2008). Metric Handbook Planning and Design Data. Oxford: Architectural Press. Loue, S., & Sajatovic, M. (2008). Encyclopedia of Aging and Public Health. New York: Springer Science. Marcus, C., & Francis, C. (1998). People Places: Design Guidelines for Urban Open Space. New York: John Wiley & Sons Inc. Panero, J., & Zelnik, M. (2003). Human Dimension & Interior Space. Jakarta: Erlangga. Tjahjadi, S. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga. RIWAYAT PENULIS Yosephine Brenda Mathovani lahir di kota Semarang pada 2 September 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Desain Interior pada tahun 2015. Saat ini bekerja sebagai desainer interior.