BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

V. PENUTUP. A. Kesimpulan. medium komunikasi melalui desain pada kemasannya. Desain kemasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai perilaku konsumen itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi pemasaran, berbagai jenis informasi, teknologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dengan cepat melalui informasi-informasi yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan usaha yang paling ketat dalam Bidang Ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan teknologi dan internet. mencapai 63 juta orang ( diakses pada 7 September

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan

BAB I PENDAHULUAN. penjual dan pembeli harus saling bertemu atau bertatap muka pada suatu tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini merupakan kombinasi dari empat komponen yaitu Product, Price,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Bukan hanya kaum wanita, tapi kaum pria juga membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini dalam persaingan bisnis tidak hanya menyediakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disamping itu juga konsumen semakin mengerti segala produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN BABI. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. eksitensinya dalam usaha, keunggulan bersaing nantinya menjadi kekuatan. mempunyai brand image yang kuat dibenak konsumen.

I. PENDAHULUAN. manusia akan suatu produk menjadi semakin beragam. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan Maslow. Aktualisasi Diri. Penghargaan. Kasih Sayang. Rasa Aman. Kebutuhan Fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PREFERED READING DAN IDENTITAS INFORMAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Jumlah Pengusaha Indonesia Dengan Negara Lain. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti sistem perdagangan dan sistem pemasaran. Dahulu jika kita ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang dituntut untuk menjaga penampilannya melainkan kaum pria telah mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata Cantik erat hubungannya dengan perempuan. Kata cantik dan kecantikan memiliki sudut pandang yang berbeda. Kata cantik merupakan kata sifat, yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan tertuju pada apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, apa yang dimiliki oleh seorang perempuan tersebut terdiri atas dua kategori, seperti dalam bukunya (Zainun, 2015) menyatakan konsep cantik tertuju pada dua kategori, yaitu cantik dari dalam (inner beauty) dan cantik dari luar (outer beauty). Inner beauty lebih meliputi faktor-faktor psikologi dalam diri perempuan seperti kepribadian yang menyangkut dengan self esteem dan self confidence, sedangkan outer beauty meliputi faktor fisik pada perempuan tersebut, sedangkan kata kecantikan merupakan kata objek, kecantikan lebih melihat pada penampilan yang menunjang daya tarik fisik seorang perempuan. Masyarakat terkadang lebih memuji daya tarik fisik seorang perempuan untuk dikatakan cantik, misalnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Dagun, dimana disebutkan dalam buku Melliana (2006:13), bahwa selama masa kanakkanak, anak perempuan mendapatkan lebih banyak perhatian atas penampilannya, mereka selalu diberikan pujian cantik atas penampilan yang menarik, bukan pada hasil perkerjaan yang baik. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap persepsi masyarakat, bahwa cantik lebih identik tertuju pada penampilan lahiriah (fisik), Dalam KBBI cantik diartikan sebagai sesuatu yang indah, elok, rupawan, dan mempesona, namun kata cantik juga dimaknai secara berbeda-beda di setiap daerah atau negara sesuai dengan kebudayaan yang melingkupinya, namun di beberapa kebudayaan, cantik juga kadang tertuju pada penampilan fisik. Di Indonesia misalnya, wanita dari suku Dayak menilai wanita cantik melalui bentuk daun telinga, semakin panjang daun telinga maka semakin cantik dan semakin 1

tinggi kelas sosial wanita tersebut, sedangkan wanita dari suku Kayan di Thailand menilai wanita cantik melalui bentuk leher dan perhiasan cicin yang melilit pada leher mereka, semakin panjang leher mereka dan semakin banyak cicin pada leher mereka, maka semakin cantik wanita tersebut. Perkembangan globalisasi juga turut serta menyentuh aspek kehidupan manusia, hal ini membuat berbagai macam perubahan pada pandangan masyarakat, salah satunya pada kata cantik yang mengalami perubahan melalui proses kontruksi dalam media, media selalu mengkonstruksi kata cantik melalui tubuh dan penampilan wanita, seperti wanita cantik itu adalah wanita yang berbadan langsing, berkulit putih dan berambut hitam, pengkonstruksian tersebut membuat masyarakat meyakini bahwa wanita cantik dilihat pada penampilan fisiknya, namun pada dasarnya konstruksi yang dihadirkan media hanya tertuju pada kecantikan semata yang didasari pada penampilan fisik, sedangkan makna cantik hakikatnya dapat lebih luas dari sekedar penampilan fisik. Pergeseran pandangan tersebut yang tidak jarang membuat wanita merasa cemas terhadap potensi mereka untuk menjadi wanita cantik. Media mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2009:88). Media mengkonstruksi realitas standar wanita cantik pada masyarakat melalui penampilan seorang model atau figur. Penyajian model yang dikonstruksi sebagai wanita cantik yang disajikan dalam sebuah media, secara tidak langsung memberikan persepsi pada masyarakat bahwa penampilan fisik wanita merupakan hal penting untuk dapat terlihat cantik, ini akan membuat masyarakat merasa perlu untuk mengikuti sosok ideal yang ditampilkan, misalnya dalam sebuah iklan, untuk menjadi cantik itu harus memiliki kulit yang putih dan bersinar, dalam iklan akan menampilkan sosok wanita dimana kulitnya putih dan bersinar, tidak jarang juga terjadi berbandingan kepada model yang tidak memiliki sosok ideal yang diterapkan, maka masyarakat akan menilai wanita dengan kulit putih bersinar lebih terlihat cantik dari pada wanita yang tidak memiliki kulit putih bersinar. Begitulah konstruksi yang dilakukan sebuah media sehingga masyarakat dapat berpersepsi bahwa hal tersebut menjadi realita yang perlu ditiru untuk menjadi wanita cantik. 2

Konstruksi yang dilakukan media mengenai wanita cantik ini diterapkan dalam pergaulan masyarakat, dimana penampilan fisik seorang wanita menjadi patokannya. Seperti dalam dunia pekerjaan, syarat seperti berpenampilan menarik yang diajukan untuk pekerja wanita tidak jarang dibuat oleh sebuah perusahaan, hal tersebut membuat wanita akan terus memikirkan kecantikan mereka dari pada mengembangkan inner beauty. Kini juga begitu populer dengan kata-kata beauty is pain, kata-kata tersebut muncul karena pesatnya perkembangan perusahaan dalam menciptakan produk untuk menunjang penampilan wanita menjadi lebih cantik, jika seorang wanita menilai dirinya secara positif, mereka tidak akan menganggap bahwa cantik merupakan hal yang menyakitkan, karena mereka akan melihat sisi cantik lainnya dalam diri yang dapat dikembangkan, namun konstruksi media yang begitu hebat, dan diterima oleh masyarakat, telah membuat banyaknya praktik-praktik yang dapat membuat wanita merubah penampilannya menjadi sosok ideal wanita cantik yang telah dikonstruksi oleh media. Penampilan sosok wanita cantik dalam media massa seperti iklan memang telah lama dikenal sebagai pencuri perhatian masyarakat, berbagai macam produk atau jasa menggunakan cara ini untuk dapat meraih perhatian masyarakat pada kegiatan pemasarannya. Perempuan dijadikan wahana promosi barang-barang produksi dan produsen, dan karena kecantikan tubuh perempuan bisa dijadikan stopping power dalam iklan (Winarni. 2009:3). Sebuah perusahaan akan berupaya menayangkan iklan yang dapat mendorong masyarakat dalam proses pembelian produk atau jasa yang ditawarkan, tidak heran sosok wanita cantik sering kita jumpai dalam iklan meski iklan tersebut tidak terkait pada produk atau jasa yang berhubungan dengan wanita, namun hal tersebut secara tegas telah membentuk ideologi tentang makna atau image gaya hidup, terutama pada konsep wanita cantik. Hal ini memperjalas bahwa iklan yang disampaikan melalui media massa memiliki peran yang sangat besar dalam memproduksi dan mengkonstruksi arti gaya hidup dengan kecantikan sebagai big idea-nya (Winarni, 2009:3). Kehadiran pasar dan iklan yang memberikan konstruksi pada wanita cantik, serta janji-janji yang diberikan produk kecantikan, pada akhirnya membuat wanita menjadi rentan kehilangan kepercayaan diri mereka, seperti dalam hasil penelitian 3

Instone dkk (1993) menemukan bahwa tingkat kepercayaan diri wanita lebih rendah dari pria. Wanita yang menganggap dirinya tidak sesuai dengan sosok wanita cantik dalam iklan, akan memaknai dirinya bukan termasuk dalam wanita yang cantik, sehingga mereka akan kurang percaya diri pada apa yang dimilikinya, namun pada hakikatnya cantik juga dapat beruhubangan dengan bagaimana cara berpakaian yang baik, berprilaku yang baik, dan merawat diri yang baik. Disaat produsen iklan sedang gencar-gencarnya menggunakan model yang cantik dan seksi untuk menarik perhatian masyarakat pada produk atau jasa yang dipasarkan, berbeda dengan produk perawatan tubuh (skin care) asal Belanda, Dove. Dove merupakan sebuah brand yang dimiliki Unilever, Dove berkonsentrasi pada produk perawatan tubuh seperti shampoo, hand and body, body wash, serta deodorant. dalam (www.statista.com) Dove menduduki peringkat ke tiga dari 15 brand kecantikan dunia pada tahun 2015 (dalam juta US dolar) Dove meraih 5.821 juta US dolar. Dove terus mencoba meraih perhatian konsumennya dengan menampilkan konstruksi yang berbeda dengan iklan-iklan lain, Dove meluncurkan strategi pemasaran yang berupa rangkaian advertising campaign dengan tema yang konsisten yaitu, Dove berusaha menyadarkan wanita di berbagai negara bahwa mereka memiliki potensi sebagai wanita cantik yang mungkin tidak disadari. Dove telah meluncurkan beberapa kampanye iklannya melalui situs internet. Kampanye iklan yang sempat populer pertama kali ialah iklan dengan judul Real Beauty Sketches, iklan tersebut tampil dengan sosok wanita biasa saja dan terbilang jauh dari sosok seperti model yang ditayangkan pada iklan, namun Dove menayangkan bagaimana wanita tersebut menilai dirinya dan dibandingkan dengan penilaian orang lain, hasilnya, kecantikan dalam diri wanita tersebut lebih disadari orang lain dari pada dirinya sendiri. Setelah kesuksesan kampanye iklan Real beauty Sketches, Dove menampilkan kampanye lain dengan judul Choose Beautiful, kampanye tersebut masih sama dengan tema sebelumnya namun dengan sudut pandang yang lebih unik. Kampanye iklan berjudul Choose Beautiful dengan durasi 03 menit 40 detik dan ditayangkan dalam media online Youtube pada tanggal 07 April 2015. Kampanye iklan dilakukan di lima kota di negara besar yaitu Sao Paulo, London, 4

Shang Hai, San Francisco dan Delhi. Kampanye iklan tersebut adalah salah satu iklan yang menampilkan fenomena wanita tidak percaya diri dan percaya diri untuk menilai dirinya cantik, cara tersebut terbilang mampu menarik perhatian masyarakat karena menampilkan sosok wanita yang berbeda, dilihat dari jumlah viewers dalam channel Youtube Dove pada iklan tersebut adalah sebesar tujuh juta lebih viewers, serta iklan dari channel Youtube Dove Indonesia yang telah dishare pada akun Facebook Dove Indonesia memperoleh hingga 59 ribu like dan 989 kali dibagikan. Gambar 1.1 Iklan Dove Choose Beautiful di Media Online Sumber : youtube.com & facebook.com (diakses Rabu, 13 April 2016; 11:57 WIB) Dalam kampanye iklan digambarkan, bahwa setiap wanita dari lima kota di negara besar yang berbeda, harus memilih diantara dua pintu untuk masuk kedalam sebuah gedung, pintu tersebut bertuliskan Beautiful (cantik) dan Average (biasa saja), dalam tayangan pertama, iklan menyajikan realita wanita yang tidak percaya diri untuk menilai dirinya cantik, bahkan dari teks yang muncul dalam menerjemahkan audio pada iklan yang berbahasa cina, seorang wanita dari Shang Hai mengungkapkan Menurutku cantik itu, sepertinya tidak mungkin, jelas wanita tersebut merasakan ketidak percayaan dalam dirinya sehingga menganggap 5

kata cantik sebagai hal yang tidak mungkin, ada juga yang memilih pintu Average (biasa saja) secara tidak ragu-ragu. Masuk pada pertengahan durasi, mulai menayangkan wanita yang percaya diri, mereka masuk dengan rasa kebahagiaan yang tersirat dalam wajahnya, lalu diselangi dengan wawancara beberapa wanita yang milih pintu Average (biasa saja), bahwa mereka menyesali keputusannya untuk menilai dirinya biasa saja. Dalam web Dove, memaparkan sejumlah hasil dalam kampanye iklan yang mereka lakukan, yaitu wanita tidak merasa percaya diri untuk menilai dirinya cantik. Sebanyak 61% wanita di Amerika Serikat, 86% di Cina, 56% di India, 96% di Inggris, dan 72% di Brasil menyatakan bahwa mereka merasa cemas tentang penampilan mereka, padahal kata cantik tidak hanya tertuju pada fisik. Dari kampanye iklan tersebut Dove dapat menyajikan iklan dengan pengkonstruksian yang berbeda, penampilan realita wanita terhadap kata cantik dalam iklan tersebut, menjadi suatu pesan yang coba untuk disampaikan oleh iklan Dove Choose Beautiful. Elemen-elemen pembentuk iklan tidak lain terdiri dari kode, tanda maupun pesan yang terkandung didalamnya, elemen tersebut adalah kunci untuk pembentukkan pandangan masyarakat terhadap produk dan brand yang diiklankan, serta dapat merubah perspektif masyarakat sesuai dengan pengkonstruksian yang disajikan oleh pengiklan. Dove Choose Beautiful tayang pada situs internet yaitu Youtube, dimana salah satu keunggulan dari media baru tersebut adalah cakupannya yang luas dan waktu yang tidak terbatas. Mengingat melalui media internet data dapat disimpan dan disebarluaskan (Terry Flew, 2008:03), hal tersebut membuat masyarakat bisa mengakses tayangan iklan kapanpun dan dimanapun, bahkan video Dove Choose Beautiful di situs Youtube kini banyak disebar luaskan pada media sosial lain di internet, seperti Facebook dan Twitter. Youtube sebagai media video sharing juga bisa diandalkan saat ini, dilihat dari kepopulerannya dalam menayangkan informasi berupa video yang diunggah dari masing-masing pemiliki akun Youtube. Dove memiliki beberapa akun Youtube yang mewakili beberapa negara khusus Dove Indonesia. 6

Iklan Dove muncul di banyaknya iklan lain yang mengkonstruksi wanita cantik pada penampilan fisik, sehingga menimbulkan persepsi tentang kata cantik yang membuat para wanita tidak percaya diri. Iklan Dove Choose Beautiful yang berlandaskan pada sebuah survey ini menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti, karena penulis melihat sisi yang unik pada penyajiannya, wanita dalam iklan terlihat tidak memancarkan kecantikan secara fisik seperti sosok model dalam iklan produk kecantikan lain, sehingga penulis ingin meneliti seperti apa makna sosok wanita cantik yang ditampilkan dalam iklan Dove dilihat dari dua kategori cantik yakni berdasarkan inner beauty dan outer beauty. Dalam inner beauty terdapat kepribadian dimana kepribadian yang mencerminkan inner beauty menurut Masters (dalam Tri Aryani, 2008) memiliki dua aspek yang sangat penting dalam perkembangan seorang manusia yakni self esteem dan self confidence. Sedangkan pada outer beauty peneliti melihat pada konsep kecantikan secara klasik, modern dan postmodern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes, (Sobur, 2009:63) Barthes mengemukakan bahwa struktur makna meliputi makna denotasi dan konotasi, dimana denotasi merupakan makna yang harifah atau makna yang sesungguhnya sedangkan konotasi merupakan makna tingkat keduanya yang bersifat subjektif dari individu yang berbeda dan menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda pula, dalam proses tataran tingkat kedua yakni konotasi, akan membentuk mitos atau petunjuk yang menekankan makna-makna tersebut. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang maka fokus penelitian yang akan di teliti penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauh mana makna Inner Beauty wanita dalam iklan Dove Choose Beautiful versi Indonesia. 2. Sejauh mana makna Outer Beauty wanita dalam iklan Dove Choose Beautiful versi Indonesia. 7

1.3 Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana makna Inner Beauty wanita dalam iklan Dove Choose Beautiful versi Indonesia. 3. Untuk mengetahui sejauh mana makna Outer Beauty wanita dalam iklan Dove Choose Beautiful versi Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aspek Teoritis (akademis) Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur penelitian ilmu komunikasi tentang iklan dengan pendekatan semiotika, khususnya yang berkaitan dengan makna cantik. 2. Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak perusahaan produk atau jasa maupun biro iklan untuk dapat mengembangkan strategi iklan yang lebih menarik dan dapat merepresentasikan citra produk sehingga dapat diterima oleh masyarakat. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam tahap penelitian ini penulis menyusunnya kedalam sistematika penelitian yang terdiri atas lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, pembahasan dan hasil penelitian serta simpulan dan saran. Dapat dijelaskan isi dari tiap bab sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini memberikan gambaran umum serta hal yang melatarbelakangi penulis dalam penelitian serta memilih topik skripsi ini. Isi dari tahap ini terdiri dari latarbelakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tahapan penelitian dan waktu penelitian. 8

BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini peneliti menguraikan tentang tinjauan pustaka penelitian yang terdiri dari penelitian terdahulu, teori-teori yang digunakan serta kerangka pemikiran dari penelitian tersebut. BAB III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk diantaranya menjelaskan tentang paradigma penelitian, metode penelitian, ojek penelitian, definisi konsep, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data dan teknik analisis data. BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang analisis, pembahasan dan hasil penelitian dalam penelitian ini. Pada bab ini disusun secara sistematis yang meliputi penjelasan lengkap penelitian, temuan hasil penelitian, analisis hasil penelitian serta memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian. BAB V Simpulan dan Saran Bab ini memberikan sebuah kesimpulan dari hasil penelitian mengenai jawaban atas pertanyaan penelitian serta pemaknaan dan penemuan oleh peneliti. Peneliti juga memaparkan saran-saran dan alternatif pemecahan masalah yang mungkin akan berguna bagi penelitian selanjutnya. 9

1.6 Waktu Penelitian Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian No. Uraian Kegiatan 1 Penjajagan awal 2 Pengumpulan data 3 Penelitian iklan 4 Analisis data 5 Menyusun laporan 6 Pengajuan permohonan sidang 7 Ujian Sidang Tahun 2016 April Mei Juni Juli Agustus September Sumber: Olah Data Penulis (2016) 10