2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang, yakni behavioristik dan kognitivistik (Wahyu, 2007). Menurut

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT MELALUI CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang sangat penting dan tidak

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan mengkonstruksi makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa (Weerwardhana, 2003, hlm. 771). Namun fenomena yang banyak terjadi saat ini ketika siswa mempelajari kimia, siswa tidak berusaha untuk memahami konsep pada materi tertentu, akan tetapi siswa hanya menghafal materi tersebut. Hal ini terjadi karena siswa menganggap bahwa kimia merupakan salah satu pelajaran yang sulit untuk dipahami. Dalam kimia, konsep satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sehingga banyak penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran kimia itu sulit, salah satunya seperti yang dinyatakan Sunyono (2009, hlm. 350) bahwa materi pelajaran kimia sulit untuk dipahami oleh siswa karena banyak berisi konsep-konsep yang tidak mudah. Menurut Cardellini (2012, hlm. 2) salah satu alasan mata pelajaran kimia dianggap sulit untuk dipahami karena kimia tidak relevan dan membosankan, terutama karena instruksi yang diberikan guru tidak berkaitan dengan dunia siswa. Selama ini, baik buku teks maupun proses pembelajaran belum menekankan pada ketiga level representasi. Ketiga level representasi tersebut yaitu, level makroskopik, level submikroskopik, dan level simbolik (Wu et al., 2001, hlm. 821). Banyak sekali guru yang hanya menekankan level simbolik saja, tanpa dikaitkan dengan fenomena tertentu atau pengalaman siswa sehari-hari sebagai level makroskopik, serta level sub-mikroskopik yang diberikan sebagai penjelasannya. Level sub-miksroskopik dan simbolik adalah dua level kimia yang bersifat abstrak dan tidak dapat dialami siswa secara langsung dalam kehidupan sehari-hari serta tidak dapat diamati. Sehingga siswa merasa kesulitan dalam mempelajari kimia. Sebenarnya, pembelajaran kimia akan menjadi menarik untuk dipelajari ketika guru memberikan pertimbangan mengapa siswa harus mempelajari kimia dengan mengaitkan pembelajaran dengan

2 kehidupan sehari-hari dan menjelaskannya secara mikroskopik. Hal inilah yang menyebabkan siswa hanya belajar dengan menghafal tanpa memahami konsep yang sebenarnya. Kegiatan menghafal siswa dalam belajar juga disebabkan oleh pengembangan alat evaluasi pembelajaran yang cenderung menuntut siswa untuk menghafal bukan untuk memahami konsepnya. Apabila guru hanya memberikan persoalan kimia yang hanya didasarkan pada hafalan semata dan siswa mampu menyelesaikannya, maka bukan berarti siswa tersebut telah memahami konsep yang sebenarnya terkait dengan materi pada soal yang diujikan. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian oleh Bunce dalam Jansoon (2009, hlm. 151) bahwa siswa seringkali dapat menyelesaikan persoalan kimia yang melibatkan level simbolik saja, tetapi hal ini bukan berarti siswa memahami konsep yang berkaitan dengan materi soal yang diujikan. Alat evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran, karena melalui alat evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa telah memahami konsep tertentu, mengetahui kesulitan belajar siswa, mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa, dan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Sehingga guru dapat memperoleh banyak informasi dari alat evaluasi tersebut. Sesuai dengan salah fungsinya, maka alat evaluasi yang dikembangkan oleh guru harus mampu memberikan informasi secara jelas bahwa siswa benar-benar telah mencapai keberhasilan proses belajar dalam memahami konsep kimia tertentu. Jadi, evaluasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana siswa dapat memahami suatu konsep bukan sekadar hafalan. Jika alat evaluasi dapat dikembangkan dengan baik dengan melibatkan ketiga level representasi kimia yaitu level makroskopik, level submikroskopik, dan level simbolik maka alat evaluasi tersebut akan mampu mengungkap sejauh mana siswa memahami konsep atau fenomena tertentu dalam kimia bukan hanya hafalan semata. Secara umum, model mental dapat memberikan informasi mengenai pemahaman siswa. Model mental didefinisikan sebagai penjelasan dari pemikiran seseorang mengenai bagaimana suatu hal dapat terjadi (Michael, 2004, hlm. 228). Dengan menggali model mental siswa, maka guru dapat mengetahui sejauh mana

3 siswa memahami suatu konsep tertentu. Sehingga, alat evaluasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran ialah berupa tes diagnostik model mental yang dapat mengintegrasikan ketiga level representasi kimia. Terdapat beberapa alat evaluasi yang merupakan tes diagnostik yang dapat dikembangkan dengan mengintegrasikan ketiga level representasi, diantaranya Two Tier Multiple Choice, Tes Diagnostik Model Mental Interview About Event (IAE), dan Tes Diagnostik Model Mental Predict-Observe-Explain (POE). Dengan jumlah siswa yang relatif banyak di dalam suatu kelas, maka Tes Diagnostik Model Mental Predict-Observe-Explain (TDM- POE) lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai alat evaluasi pembelajaran. TDM-POE telah dikembangkan untuk memunculkan pemahaman siswa, menentukan konsep alternatif siswa, dan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Secara khusus, TDM-POE dapat menggali pemahaman konsep siswa dengan menggunakan tiga urutan yang berbeda tetapi saling terkait, seperti memprediksi, mengamati, dan menjelaskan (Kala, 2012, hlm. 559). Selain itu, TDM-POE dapat membuat siswa memahami suatu konsep tertentu yang lebih mendalam, dapat membuat siswa berpikir kritis. Disisi lain, konsep kimia sangat bergantung pada representasi kimia dan hal tersebut memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan model mental. Karena suatu model mental siswa dalam memahami suatu konsep dapat dikatakan utuh ketika siswa dapat mempertautkan ketiga level representasi. Tiga level pada representasi kimia mencerminkan model mental yang dimiliki oleh siswa. Model mental siswa dibangun melalui pengalaman, interpretasi, dan penjelasan ketika mereka terlibat dalam pembelajaran kimia. Biasanya, model mental dikembangkan untuk membuat prediksi, menguji gagasan baru, dan menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran kimia (Halim, 2013, hlm. 225). Guru perlu memahami model mental siswa untuk dapat merancang strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan mudah dipahami sehingga tidak cenderung dihafal oleh siswa (Coll, 2008, hlm. 23). Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para ahli dalam mengungkap model mental siswa yang digali dengan menggunakan TDM-POE pada berbagai konsep dan

4 mata pelajaran, diantaranya Chiu dan Chou (2002) melakukan penelitian terhadap model mental siswa dengan menggunakan TDM-POE pada materi kesetimbangan kimia. Selanjutnya, Khanthavy dan Yuenyong (2009) melakukan penelitian terhadap model mental siswa dengan menggunakan TDM-POE pada materi gaya dan gerak. Kemudian, Borgers dan Gilbert (1999) melakukan penelitian terhadap model mental siswa dengan menggunakan TDM-POE pada materi listrik. Dalam pembelajaran kimia, tidak semua materi dapat menerapkan TDM-POE, misalnya atom. Namun, salah satu topik pada pembelajaran kimia yang dapat menerapkan strategi TDM-POE adalah asam-basa. Berdasarkan kurikulum 2013, asam basa merupakan salah satu materi dengan pokok bahasan yang cukup banyak menuntut siswa untuk memahami keseluruhan materi. Namun nyatanya tidak semua siswa dapat memahami materi asam basa secara keseluruhan. Selain itu, materi asam basa merupakan konsep esensial dalam pembelajaran kimia namun banyak terdapat miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yalcin (2011, hlm. 174), ditemukan banyak miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada materi asam-basa. Misalnya, siswa berpikir bahwa ketika asam lemah dan basa kuat dengan volume dan konsentrasi yang sama dicampurkan, maka akan terbentuk larutan netral, keasamaan akan semakin meningkat seiring dengan kenaikan ph, dll. Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, sangat penting bagi guru untuk mengetahui profil model mental siswa pada submateri asam basa sebagai umpan balik bagi guru untuk merumuskan strategi pembelajaran yang lebih baik lagi, dan guru dapat meluruskan miskonsepsi yang terjadi, serta dapat merancang serta mengembangkan suatu strategi pembelajaran yang tepat sehingga tidak ada lagi miskonsepsi yang berkelanjutan. Dengan demikian, maka peneliti mencoba untuk melakukan suatu penelitian mengenai profil model mental siswa pada sub-materi asam basa yang dapat dilakukan secara deskriptif melalui tes diagnostik model mental berdasarkan TDM-POE.

5 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana profil model mental siswa pada sub-materi asam basa dengan menggunakan TDM-POE?. Agar permasalahan tersebut lebih terarah, maka dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph larutan pada proses pengenceran? 2. Bagaimana profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph larutan pada proses pencampuran? 3. Bagaimana profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph larutan pada reaksi netralisasi? 4. Bagaimana miskonsepsi yang terungkap pada sub-materi asam basa dengan menggunakan TDM-POE? C. Pembatasan Masalah Penelitian Konsep asam basa yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada konsep penentuan ph larutan, yaitu mencakup ph larutan hasil pengenceran, pencampuran, dan netralisasi. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan umum yakni untuk memperoleh gambaran tentang profil model mental siswa pada sub-materi asam basa dengan menggunakan TDM-POE. Tujuan penelitian tersebut masih bersifat umum sehingga perlu dirinci ke dalam penelitian yaitu: 1. Memperoleh profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph pada peristiwa pengenceran dengan menggunakan TDM-POE. 2. Memperoleh profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph pada peristiwa pencampuran dengan menggunakan TDM-POE.

6 3. Memperoleh profil model mental siswa pada sub-materi asam basa berkaitan dengan konsep ph pada peristiwa netralisasi dengan menggunakan TDM-POE. 4. Memperoleh miskonsepsi siswa pada sub-materi asam basa. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi guru, yaitu dapat memperoleh informasi model mental siswa pada materi asam basa yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi yang akan dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi siswa, yaitu: a. Meningkatkan pemahaman siswa pada materi asam basa. b. Melatih kemampuan siswa dalam mengaitkan ketiga level representasi kimia pada materi asam basa. 3. Bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, yaitu menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai profil model mental siswa pada materi asam basa berdasarkan strategi evaluasi model POE. 4. Bagi peneliti lain, yaitu menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dalam megungkap profil model mental siswa. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama memaparkan tentang pendahuluan penelitian. Bab kedua berisi kajian pustaka berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, sementara bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian skripsi yang dilakukan. Bab keempat memaparkan tentang hasil dan pembahasan penelitian skripsi yang dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan. Kemudian terakhir bab ke lima berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang disusun secara sistematis. Bab I pendahuluan terdiri dari enam sub-bab yaitu latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

7 struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka terdiri dari tujuh sub-bab yaitu konsep dan pemahaman konsep kimia, definisi dan pengelompokkan model mental, pemahaman dan representasi kimia, tes diagnostik untuk menggali model mental, tes diagnostik model mental POE, asam basa, dan penelitian terdahulu yang relevan. Pada Bab III metode penelitian terdiri dari delapan sub-bab yaitu metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Kemudian Bab IV hasil dan pembahsan terdiri dari tiga sub-bab yaitu gambaran mengenai profil model mental siswa pada konsep pengenceran; profil model mental siswa pada konsep pencampuran, dan profil model mental siswa pada konsep netralisasi melalui TDM-POE, dan yang terakhir Bab V kesimpulan dan saran terdiri dari dua sub-bab yaitu kesimpulan dan saran.