KONDISI MASYARAKAT YANG MENGKONVERSI LAHAN PERTANIAN DI NAGARI SUNGAI NANAM KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL MESI ELFIA NORA NIM. 08030126 Pembimbing I Pembimbing II Erna Juita, S. Pd, M. Si Nefilinda, SE, M. Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2013
KONDISI MASYARAKAT YANG MENGKONVERSI LAHAN PERTANIAN DI NAGARI SUNGAI NANAM KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Mesi Elfia Nora 1 Erna Juita 2 Nefilinda 3 1 Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2,3 Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aimed to describe the data on Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok distric.: 1. Communities living conditions in villages who convert agricultural land. 2. Level of asset ownership. 3. Number of family members who convert agricultural land. This type of research is a descriptive study and the sample in this study was 314 house holds taken using purposive sampling technique with a proportion of 25%, so the sample size is 80 house holds. This study is using a questionnaire. The result of the study are: 1. The living conditions that convert agricultural land not adequate because the vast house owned as many as 20 m 3 of 48 people (60%). This is not in accordance with the criteria of the ideal size and healthy home for occupied. 2. The level of community ownership of assets that convert agricultural land in villages is reduced 47 people (58.75%). 3. Number of family members of people who convert agricultural land in villages is the trigger conversion of agricultural land into housing as many as 42 people (52.5%). Key words: convert agricultural land
Latar Belakang Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk tergolong besar di dunia. Penduduk Indonesia menurut Data Biro Statistik Pusat tahun 2007 adalah 234.693.997 jiwa. Jumlah penduduk bertambah terus setiap tahun dengan laju pertumbuhan penduduk 1,5% (Data BPS, 2008). Pertambahan penduduk ini secara otomatis mengakibatkan semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk. Sebagai gambaran, tingkat kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 123,23 jiwa per kilometer persegi (Data BPS, 2008). Peningkatan kepadatan penduduk Indonesia yang sedemikian cepat mengakibatkan kebutuhan akan lahan sebagai tempat beraktivitas juga meningkat. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya tidak bertambah tetapi persediaan lahan tersebut akan semakin berkurang dan terbatas (Dalam Lestari, 2009). Dengan pertambahan penduduk tersebut, maka kebutuhan rumah tangga dan lahan juga ikut meningkat. Hal ini juga terjadi di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, dengan jumlah penduduk yang bertambah tiap tahunnya seperti data yang diperoleh dari kantor Wali Nagari Sungai Nanam, jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 21. 449 jiwa dan tahun 2009 jumlah penduduk meningkat menjadi 23. 581 jiwa dengan 6. 019 kepala keluarga. Maka konversi lahan oleh masyarakat di Nagari Sungai Nanam semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada setiap keluarga apabila anak perempuannya sudah menikah umumnya mereka sudah tidak tinggal lagi dengan orang tuanya, mereka lebih cendrung membangun perumahan atau tempat tinggal, karena lahan dari orang tuanya yang sudah diperuntukkan, di wariskan atau dibelikan bagi anak perempuan yang sudah menikah.
Penduduk yang bertambah banyak secara otomatis akan membutuhkan lahan yang semakin meningkat, akan tetapi lahan sifatnya terbatas yakni tidak bertambah ataupun berkurang. Kebutuhan lahan sangat penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai karakter dan fungsi yang luas dengan berbagai macam kekayaan yang terkandung di dalamnya (Dalam Lestari, 2009). Nagari Sungai Nanam merupakan wilayah yang masih memiliki banyak lahan pertanian yang masih produktif. Pemandangan yang pertama kali yang terlihat saat memasuki Wilayah Sungai Nanam adalah puluhan petak sawah yang terhampar luas disamping kiri dan kanan. Dengan pertambahan penduduk yang begitu cepat mengakibatkan pembangunan dalam berbagai bidang akan ikut meningkat, termasuk permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya semakin lama semakin berkurang, hal ini lah yang menyebabkan terjadinya konversi lahan, dari lahan pertanian ke non pertanian di Wilayah Nagari Sungai Nanam. Konversi lahan dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo dkk, dalam Lestari, 2009). Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif. Lahan pertanian dapat memberikan manfaat terhadap taraf kehidupan baik dari segi tempat tinggal, ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat konversi akan mempengaruhi taraf kehidupan, sosial dan lingkungan tersebut. Apabila terjadi konversi lahan dipandang secara positif tentunya
sarana dan prasarana masyarakat akan terpenuhi, seperti tersedianya fasilitas-fasilitas umum (rumah, jalan, mesjid, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya). Konversi lahan seperti ini membuat kondisi tempat tinggal (rumah) akan membaik atau nyaman untuk ditempati. Akan tetapi konversi lahan pertanian ada juga kondisi tempat tinggal mereka yang hanya berfungsi untuk berlindung dari panas sengatan matahari maupun hujan, dengan luas rumah yang tidak memadai dalam sebuah keluarga yang sejahtera. Dalam hal ini konversi lahan mempengaruhi kondisi tempat tinggal masyarakat petani di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok. Setelah terjadinya konversi lahan pertanian ke lahan perumahan tingkat aset kepemilikan masyarakat petani akan berkurang, karena setelah konversi lahan masyarakat petani akan kekurangan lahan areal pertanian, masyarakat yang mata pencahariannya hanya bertumpu pada sektor pertanian. Sehingga mengakibatkan kurang kondusifnya tempat tinggal bagi masyarakat untuk melasungkan kehidupannya. Hal ini terjadi karena jumlah anggota keluarga merupakan pemicu utama konversi lahan. Apabila konversi lahan terjadi terus menerus terjadi secara tidak terkendali, maka hal ini akan menjadi masalah bagi masyarakat setempat. Yang dulunya masyarakat Nagari Sungai Nanam tinggal membangun rumah di areal pertanian yang lahannya kurang produktif akan tetapi sekarang lahan pertanian yang masih produktif telah berubah fungsi menjadi rumah pribadi. Konversi lahan yang ada di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok yaitu untuk pemukiman. Berdasarkan latar belakang atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kondisi Masyarakat Yang Mengkonversi Lahan Pertanian Di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Metodologi Penelitian Penelitian ini digolongkan pada jenis penelitian Deskriptif. (Tika, 2005) mengatakan metode
deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagai mana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Tempat penelitian dilaksanakan di Kenagarian Sungai Nanam Kabupaten Solok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 dan berakhir pada bulan Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengkonversikan lahannya di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok. Sampel wilayah diambil secara purposive sampling berdasarkan petani yang lebih banyak mengkonversikan lahan pertaniannya di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Sampel responden penelitian ini diambil secara Proporsional Random Sampling sebesar 25%, dengan jumlah 80 KK yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Hasil dan Pembahasan 1. Kondisi Tempat Tinggal Kondisi tempat tinggal masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok dilihat dari jenis rumah yaitu sebagian permanen (56,25%), luas rumah kecil yaitu 20 m 3 (60%), jenis lantai yaitu semen kasar (45%), jenis dinding rumah yaitu semen kasar (42,5%), jenis atap rumah yaitu seng (100%), jenis ruangan yaitu memiliki 3 jenis ruangan (52,5%), status kepemilikan rumah yaitu milik kaum atau persukuan (71,25%), keadaan rumah masyarakat yaitu cukup baik dan cukup bersih (82%). Dapat disimpulkan bahwa kondisi rumah yang dimiliki masyarakat tidak memadai untuk sebuah ukuran keluarga yang ideal dan sehat. 2. Tingkat Kepemilikan Aset Tingkat kepemilikan aset masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok dapat dilihat dari tingkat kepemilikan aset masyarakat yaitu sedang (56,25%), luas lahan
pertanian masyarakat yaitu kurang dari 1, 5 Ha (67,5%), luas lahan yang dikonversikan masyarakat yaiu 50 m 3 (51,25%), kepemilikan aset masyarakat yang mengkonversikan lahan pertanian yaitu berkurang (58,75%), sarana dan prasarana masyarakat yang mengkonversikan lahan pertanian yaitu kurang terpenuhi (62,5%). 3. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kabupaten Solok dilihat dari jumlah anggota keluarga yaitu 6 orang (46,25%), jumlah tanggungan keluarga yaitu 6 orang (42,5%), usia anak yang masih sekolah yaitu 6-11 tahun (38,78%), jumlah anak yang masih sekolah yaitu 2 orang (51,25%), jumlah anggota keluarga sudah bekerja yaitu kurang dari 5 orang (82,5%), bantuan kebutuhan keluarga yaitu sangat membantu yaitu (41,25%), proporsi bantuan anggota keluarga yang sudah bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga yaitu 100% (41,25%), anggota keluarga yang mengkonversi lahan pertanian yaitu 2 orang (52, 5%). Kesimpulan 1. Kondisi tempat tinggal masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dilihat dari jenis rumah yaitu belum memadai karena luas rumah yang dimiliki yaitu 20 m 3 yaitu sebanyak 48 orang (60%) hal ini tidak sesuai dengan criteria ukuran rumah yang ideal dan sehat untuk di tempati. 2. Tingkat kepemilikan aset masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat dari tingkat kepemilikan aset masyarakat yaitu berkurang 47 orang (58, 75%). 3. Jumlah anggota keluarga masyarakat yang mengkonversi lahan pertanian di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok merupakan pemicu terjadinya konversi lahan pertanian menjadi
perumahan yaitu sebanyak 42 orang (52,5%). Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta. Erlani, Ranti. 2012 pengaruh penjualan lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di jorong pematang sari bulan kecamatan sijunjung : Skripsi: STKIP PGRI Sumatera Barat. Lestari, Tri. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani:Makalah Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Marti, Aidil. 2011. Studi Tentang Upaya Petani Holtikultura Dalam Meningkatkan Pendapatan Di Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah GumantiKabupaten Solok. Skripsi: STKIP PGRI Sumatera Barat. Putri, Rubyani Indrawan. 2008. Konversi Lahan dan Dampak yang Ditimbulkan Terhadap Implikasi Tata Guna Lahan Pada Masyarakat Perkotaan.Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Sari, Ayula Candra Dewi Mulia. 2012. Pengaruh Kepemilikan Asset, Pendidikan,Pekerjaan dan Jumlah Tanggungan Terhadap Kemiskinan Rumah Tangga DiKecamatan Bonang Kabupaten Demak:. Skripsi: Universitas Diponegoro. Sitorus, M.T. Felix. 2004. Kerangka dan Metoda Kajian Agraria. Jurnal Analisis Sosial Pembaruan Agraria : Antara Negara Dan Pasar.Vol. 9 No.1 April 2004. Yayasan Akatiga: Bandung. Sitorus, Soaduon. 2004. Potret Punan Kaliamantan Timur: Sensus Punan 2002-2003. Center for International Forestry Research: Bogor. Slamet, Yulbing. 2012. Studi Rumah Tangga Miskin di Nagari Paru KecamatanSijunjung kab. Sinjunjun. Skripsi: STKIP PGRI Sumatera Barat. Sudjana, Nana. 2007. Penelitian dan Penilian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algeasindo. Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk-Karyawan dan Peneliti Pemula Alfabeta: Bandung. Ricahard, Winston. 2013. Keluarga Ideal (http://aero7.blogspot. com/2011/12/keluargaideal.html, diakses tanggal 7 maret 2013). Wicaksono, Andie A. 2009. Menciptakan Rumah Sehat. Penebar Swadaya: Jakarta