Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU90% di RSUD Abepura Jayapura, Indonesia

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

Profil Penggunaan Antituberkulosis di Apotek di Kota Bandung Periode

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

TINGKAT PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS X TAHUN 2012 DAN 2013 DENGAN METODE ATC/DDD NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% di Bagian Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010

KUALITAS DAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS II SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

HUBUNGAN USIA ANAK DAN DIAGNOSIS DENGAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK Di Puskesmas Rowosari Semarang

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015

SKRIPSI SINTYA DEWI PRIANI K Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

Ringkasan. Rr. Sri Untari Siwi S.M.P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

Fransiska Yovita Dewi, M.Sc., Apt Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Monitoring Pola Peresepan Obat Pasien Usia 0 2 Tahun Menggunakan Indikator WHO

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Pola Penggunaan Antibiotik sebagai Upaya Pengendalian Resistensi Antibiotik

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KETEPATAN OBAT DAN DOSIS PADA PASIEN DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

antibiotik yang tidak tepat, dan sebagai konsekuensinya, adalah terjadinya peningkatan angka resistensi antibiotik di negara-negara berkembang (Okeke

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

Pola Peresepan Rawat Jalan: Studi Observasional Menggunakan Kriteria Prescribing Indicator WHO di Salah Satu Fasilitas Kesehatan Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA MANAJEMEN FARINGITIS AKUT DEWASA DI PUSKESMAS

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

ABSTRAK KETEPATAN DOSIS COTRIMOXAZOLE SUSPENSI PADA BALITA DI PUSKESMAS TAMBARUNTUNG KABUPATEN TAPIN TAHUN 2013.

STUDI TERAPI ANTIBIOTIK PADA PASIEN HOSPITAL- ACQUIRED PNEUMONIA DIKAITKAN DENGAN BIAYA DI RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014

Jurnal Farmasi Indonesia, November 2014, hal

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

Pengaruh Pemberian Informasi Obat...(Stefy Muliyani Muljabar, dkk) 143

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA DENGAN PENYAKIT GONORE DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI 2013-JULI 2016 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

KAJIAN PERESEPAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEWASA DI SALAH SATU PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA PERIODE JANUARI APRIL 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh: MUZAYYANATUL UMAMI

JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol. 2 No. 4: ISSN

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

Transkripsi:

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2015 Vol. 4 No. 4, hlm 275 280 ISSN: 2252 6218 Artikel Penelitian Tersedia online pada: http://ijcp.or.id DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.4.280 Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara Sarini Pani 1, Melisa I. Barliana 2, Eli Halimah 2, Ivan S. Pradipta 2, Nurul Annisa 3 1 Program Studi Magister Farmasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 2 Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia 3 Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia Abstrak Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Monitoring penggunaan antibiotik diperlukan dalam mendukung program pemerintah khususnya Dinas Kesehatan yang menyatakan penggunaan antibiotik untuk penyakit ISPA non-pneumonia adalah kurang dari 20%. Evaluasi penggunaan antibiotik ini menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Antibiotik yang digunakan untuk ISPA non-pneumonia adalah sebanyak 9 jenis dan antibiotik yang masuk dalam DU90% sebanyak 3 jenis yaitu amoksisilin 500 mg (2,723 DDD/1000 pasien-hari), siprofloksasin (0,378 DDD/1000 pasien-hari) dan sefadroksil (0,202 DDD/1000 pasien-hari). Analisis data secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD menunjukkan bahwa antibiotik yang banyak digunakan adalah amoksisilin (500 mg) 2723 DDD/1000 pasien-hari dan yang paling sedikit yaitu amoksisilin (125 mg/5 ml) 1,5 DDD/1000 pasien-hari. Efek peresepan penggunaan antibiotik jangka pendek pada pelayanan pengobatan dasar dapat meningkatkan kejadian resistensi. Diperlukan studi kualitatif untuk mengetahui pola ketidakrasionalan penggunaan antibiotik di pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dan mengembangkan model intervensinya. Kata kunci: ATC/DDD, DU 90%, ISPA non-pneumonia antibiotik Monitoring the Use of Antibiotics by the ATC/DDD Method and DU 90%: Observational Studies in Community Health Service Centers in North Gorontalo District Abstract Irrational use of antibiotics may lead to increase morbidity and mortality. Monitoring of antibiotics was required to support government programs, especially The Department of Health stating the use of antibiotics for non-respiratory diseases pneumonia was less than 20%. The evaluation of antibiotics use in this research applied ATC / DDD methods and DU 90%. The antibiotic used for non-pneumonia ARI were 9 types and the antibiotics contained DU 90% were three types namely amoxicillin 500 mg (2,723 DDD/1000 patients-year), ciprofloxacin (0,378 DDD/1000 patients-day) and cefadroxil (0,202 DDD/1000 patients-day). Quantitative data analysis using the ATC / DDD indicated that the most used antibiotic was amoxicillin (500 mg) 2723 DDD / 1000 patients-day and the least was amoxicillin (125 mg / 5 ml) 1.5 DDD / 1000 patients-day. The effects of short-term use of antibiotic prescribing in primary medical care could increase the resistance. Qualitative studies were needed to determine the pattern of irrational antibiotic use in community health service center and to develop the intervention model. Keywords: ARI non-pneumonia antibiotics, ATC/DDD, DU 90% Korespondensi: Sarini Pani, Apt., Program Studi Magister Farmasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia, email: sarini.pani@gmail.com Naskah diterima: 9 Maret 2015, Diterima untuk diterbitkan: 5 Agustus 2015, Diterbitkan: 1 Desember 2015 275

Pendahuluan Penggunaan antibiotik yang tinggi di setiap wilayah Indonesia menyebabkan tingginya kemungkinan terjadi penggunaan berlebihan. Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik berdampak terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas, resistensi, dan beban biaya. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi khususnya di kabupaten di Gorontalo Utara. 1 Infeksi pada saluran pernapasan atas adalah kondisi akut yang paling sering didapati di pelayanan kesehatan dasar (puskesmas). 2 Sebagian besar ISPA yang terjadi disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. 3 Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari setengah kasus ISPA pada usia dewasa diberikan antibiotik spektrum luas pada resep mereka (setelah dilakukan kontrol untuk diagnosis dan komorbiditas). 4 Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan terjadi resistensi di komunitas dan hal inipun menjadi fokus secara nasional maupun global. 5 Diperlukan suatu studi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik. WHO telah menetapkan ATC/ DDD dan DU 90% merupakan metode terstandar untuk studi penggunaan obat 6 dan keuntungan penggunaan studi ini adalah dapat dilakukan pemaparan secara singkat. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ISPA nonpneumonia di salah satu Kabupaten Provinsi Gorontalo dengan menggunakan metode analisis ATC /DDD dan DU90% pada periode September 2012 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran penggunaan antibiotik bagi tenaga kesehatan dan pemerintah setempat dalam upaya peningkatan rasionalitas dalam penggunaan antibiotik di masyarakat. Metode Studi observasional dengan pengambilan data secara retrospektif dilakukan di empat belas puskesmas di Kabupaten Gorontalo Utara. Data penggunaan antibiotik dan kunjungan pasien ISPA non pneumonia diperoleh dari laporan bulanan dengan periode pengambilan data dilakukan pada bulan September 2012 Agustus 2013. Kriteria subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien dewasa umur 18 tahun yang didiagnosis ISPA non pneumonia dan memperoleh antibiotik pada periode September 2012 Agustus 2013 di puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara. Data kuantitas penggunaan antibiotik dengan kode ATC J01 diambil dan diolah dengan menggunakan metode ATC/DDD dengan satuan unit DDD/1000 pasien. 6 Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) bersama dengan unit Defined Daily Dose (DDD) sebagai standar global untuk studi penggunaan obat dan pelaporan reaksi efek obat. Klasifikasi ATC berdasarkan kepada organ atau sistem aksi kimia, farmakologi, dan sifat terapi bekerja. Kode ATC terdapat pada kode katalog obat nasional dan internasional. 14 Tujuan dari sistem ATC/DDD adalah sebagai sarana untuk penelitian penggunaan obat dalam upaya meningkatkan kualitas penggunaan obat. Salah satu komponen ini adalah presentasi dan perbandingan dari konsumsi obat tingkat internasional dan level-level lain. 6 DDD diasumsikan sebagai nilai dosis pemeliharaan rata-rata perhari yang digunakan untuk indikasi utama orang dewasa. DDD hanya ditetapkan untuk obat yang mempunyai kode ATC6 sedangkan Drug Utilization 90% (DU90%) dapat digunakan untuk menilai kualitas penggunaan obat. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data dan menganalisis data yang diperoleh. 276

Tabel 1 Pola Konsumsi Jenis Antibiotik pada ISPA Nonpneumonia Antibiotik Amoksisilin 500 mg Siprofloksasin 500 mg Sefadroksil 500 mg Kotrimoksasol 480 mg Sefiksim 100 mg Eritromisin 250 mg Kloramfenikol 250 mg Metronidazol 500 mg Amoksisilin (125mg/5 ml) Total Kode ATC J01CA04 J01MA02 J01DB05 J01EE03 J01DD08 J01FA01 J01BA01 J01XD01 J01BA01 DDD/1000 pasien/hari 2723 378 201,5 198,33 116,5 72,5 2,5 2,5 1,5 3696,33 % Segmen 73,67 10,23 5,45 5,37 3,15 1,96 0,07 0,07 0,04 90 % 10 % Hasil Evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik dianalisis menggunakan sistem ATC/DDD yang ditetapkan oleh WHO. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dalam satuan DDD/1000 penduduk/hari. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti memantau 17220 pasien yang menggunakan antibiotik di seluruh puskesmas yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara. Sebanyak 3000 resep antibiotik dengan variasi tiap pasien mendapat satu sampai dua antibiotik. Pola konsumsi antibiotik pada periode penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data dalam penggunaan antibiotik yang digunakan pada pasien ISPA non pneumonia pada usia dewasa periode September 2012 Agustus 2013 diperoleh bahwa sebanyak sembilan jenis, yaitu amoksisilin 500 mg, amoksisilin sirup, sefadroksil 500mg, sefiksim 100 mg, kotrimoksazol 480 mg, siprofloksasin 500 mg, metronidazol 500 mg, eritromisin 250 mg dan kloramfenikol 250 4.50 Pola Penggunaan Antibiotik DDD/1000 pasien 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Amoxicillin 500 mg Cefadroxil Ciprofloxacin Gambar 1 Penggunaan Antibiotik DU90% pada Kelompok Usia Dewasa 277

mg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik amoksisilin 500 mg merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara yaitu senilai 2723 DDD/1000 pasien/ hari. Penggunaan golongan yang masuk dalam segmen DU 90% yaitu amoksisilin 500 mg, siprofloksasin 500 mg dan sefadroksil 500 mg. Penggunaan antibiotik tersebut perlu diikuti dengan evaluasi dalam penggunaan rasional untuk menghindari resistensi antibiotik segmen DU 90% terbanyak pada dewasa yaitu amoksisilin 500 mg. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara. Kabupaten ini memiliki 14 puskesmas dengan jumlah penduduk 109.983 jiwa. Kasus ISPA non pneumonia di kabupaten ini pada tahun 2013 adalah sebanyak 70% dari total jumlah penduduk. 1 Penggunaan antibiotik khususnya di tingkat dasar merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik pada tingkat pengobatan selanjutnya. Dinas kesehatan menerapkan suatu kebijakan untuk mengendalikan penggunaan antibiotik, salah satunya adalah pada penyakit ISPA non pneumonia. Kebijakan ini tentunya sangat baik untuk mencegah penggunaan antibiotik yang tidak terkendali yang akhirnya akan berdampak pada terjadinya resistensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian antibiotik amoksisilin 500 mg yang paling banyak digunakan di seluruh puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara yaitu 2723 DDD/1000 pasien-hari artinya dari 1000 orang, setiap harinya (2,7 3) orang dewasa menerima amoksisilin 500 mg sebanyak 1g per hari. Begitu juga penggunaan amoksisilin 500 mg untuk ISPA non pneumonia sebesar 73,67% hal ini melebihi dari angka yang telah ditetapkan yaitu 20%. 15 Amoksisilin sebagai antibiotik golongan beta laktam spektrum luas yang umum digunakan untuk infeksi pernafasan. 11 Antibiotik yang masuk dalam DU 90% memiliki potensi besar terhadap kejadian resistensi, penggunaan di seluruh puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara hanya menggunakan tiga hari dalam pengobatan dengan antibiotik, sehingga tidak sesuai dengan hari penggunaan antibiotik untuk terapi penggunaan antibiotik digunakan selama 5 hari pada terapi empirik ISPA non pneumonia, 16 untuk itu diperlukan pengkajian secara reguler terhadap pola sensitifitas antibiotik tersebut. Efek samping yang umum terjadi pada antibiotik beta laktam seperti amoksisilin dan sefadroksil adalah kemerahan, diare dan peningkatan nilai SGOT/SGPT, selain itu kedua obat ini memiliki potensi alergi yang tinggi 12 sehingga penggunaannya harus berhati-hati untuk menghindari efek yang tidak diiinginkan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan masalah penting di seluruh dunia, penggunaan antibiotik pada infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus dan penggunaan berlebihan antibiotik spektrum luas meningkatkan resistensi antibiotik. 8 Antibiotik yang digunakan tidak sesuai dengan waktu pengobatan sehingga dapat mengakibatkan kurangnya dosis. Hal ini disebabkan karena terbatasnya ketersediaan di pelayanan kesehatan dasar dan kurangnya pemahaman penggunaan antibiotik yang rasional. Diharapkan pemerintah dapat menerapkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan rasional antibiotik pada setiap tingkat pengobatan khususnya pada pelayanan kesehatan dasar. Efek peresepan penggunaan antibiotik dalam jangka pendek pada pelayanan pengobatan dasar dapat meningkatkan kejadian resistensi. 13 Sebuah studi meta-analisis menunjukkan bahwa kuantitas dan penggunaan antibiotik yang lebih lama dari seharusnya dihubungkan erat dengan kejadian resistensi sehingga hal 278

ini pun harus dihindari dalam penggunaan antibiotik. 14 Metode ATC/DDD dan DU90% ini dapat digunakan untuk mengetahui kemungkinan ketidakrasionalan penggunaan obat melalui identifikasi underuse atau overuse. Selain itu metode ini dapat mengevaluasi untuk meminimalisir efek negatif penggunaan antibiotik meliputi resistensi antibiotik, adverse drug reaction, dan peningkatan beban biaya obat pasien. 17 Monitoring menggunakan metode ini juga bermanfaat dalam proses perencanaan obat karena data ini menunjukkan pemakaian selama satu tahun yang mungkin tidak akan jauh berbeda dengan penggunaan tahun berikutnya.tetapi pada metode ini DDD hanya ditetapkan untuk obat yang mempunyai kode ATC6 saja sehingga apabila ada antibiotik yang tidak mempunyai kode maka tidak diikutsertakan. Perlu dilakukan studi mengenai kerasionalan penggunaan antibiotik, khususnya antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% sebagai upaya pengendalian resistensi antibiotik. Simpulan Sebanyak 9 jenis antibiotik yang digunakan pada pasien ISPA non pneumonia di seluruh puskesmas kabupaten Gorontalo Utara tetapi hanya 3 jenis antibiotik yang masuk dalam segmen DU 90% yaitu amoksisilin 500 mg, siprofloksasin 500 mg amoksisilin 500 mg an sefadroksil 500 mg. Data secara kuantitatif dengan sistem ATC/DDD yang terbanyak yaitu amoksisilin (500 mg) 2723 DDD/1000 pasien-hari dan yang paling sedikit yaitu amoksisilin (125 mg/5 ml) 1,5 DDD/1000 pasien-hari. Daftar Pustaka 1. Tim pengelola P2PL. Laporan program pengendalian penyakit ISPA. Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo Utara; 2013 2. Little P, Moore M, Kelly J, Williamson I, Leydon G, Dermott Mc, et al. Delayed antibiotic prescribing strategies for respiratory tract infections in primary care. Bri Med J. 2014;64(629):604 5. doi: 10.1136/bmj.g1606 3. Hersh AL, Jackson MA, Hicks LA. Principles of judicious antibiotic prescribing for upper respiratory tract infections in pediatrics. Paed J. 2013;132:1146 8. doi: 10.1542/ peds.2013-3260 4. Steinman MA, Landefeld CS, Gonzales R. Predictors of broad-spectrum antibiotic prescribing for acute respiratory tract infections in adult primary care. JAMA. 2003;289(6):71 25.doi:10.1001/ jama.289.6.719 5. Seppala H, Klaukka T, Varkila JV, Muotiala A, Helenius H, Lager K. The effect of changes in the consumption of macrolide antibiotics on erythromycin resistance in group a strepcocci in finland. New Eng J Med. 1997;337(7):441 6. doi: 10.1056/NEJM199708143370701 6. Guidelines for ATC classification and DDD assignment. Norway: Norwegian Institute of Public Health. 2013;16:32 5. 7. Tim Dinkes.Data penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non-pneumonia pada periode September 2012-Agustus 2013. Gorontalo Utara, Indonesia. Tersedia dari: http://www.whocc.no/atc_ddd_index. 8. Butler CC, Hood K, Verheij T, Little T, Melbye H, Nuttall J, et al.variation in antibiotic prescribing and it s impact on recovery in patients with acute cough in primary care. BMJ. 2009;338:2242. doi: 10.1136/bmj.b2242 9. Steinman MA, Landefeld CS, Gonzales R. Predictors of broad spectrum antibiotic prescribing for acute respiratory tract infections in adult primary care. JAMA. 279

2013;309(22):2345 52. 10. Cardieux G, Tamblyn R, Dauphinne D, Libman M. Predictors in inappropriate antibiotic prescribing among primary care physicians. CMAJ. 2007;177(8):877 83. doi: 10.1503/cmaj.070151 11. Pradipta IS, Sandiana AT, Halimah E, Diantini A, Lestari K, Abdulah R. Microbial and resistance profile in isolate from adult sepsis patients: an observational study at indonesian private hospital during 2009 2012. Int J Pharm. Sci Rev Res. 2013;19(2):24 7. 12. Paul M, Silbiger I, Grozinsky S, Soares-Weiser K, Leibovici L. Beta lactam antibiotic monotherapy versus beta lactam-aminoglycoside antibiotic combination therapy for sepsis. Cochrane Database Syst Rev; 2014. doi: 10.1002/14651858.CD003344.pub2 13. Chung A, Perera R, Brueggemann A, Elamin AE, Harnden A, White RM, et al. Effect of antibiotic prescribing on antibiotic resistance in individual children in primary care. BMJ. 2007;335:429. doi: 10.1136/bmj.39274.647465.BE 14. Persson KB. The anatomical therapeutic chemical (ATC) classification and its use in the Nordic countries. Uppsala: Deparment of Public Health and Caring Sciences, Uppsala University, Uppsala, Swedia; 2002. 15. Kemenkes. Batas toleransi indikator kinerja penggunaan obat rasional [di unduh 30 November 2013]. Tersedia dari binfar depkes.go.id/v2/wp/06/. 16. Cunha BA. Anbiotik essentials, ninth edition. chief, infectious disease division wintrhrop. New York: University Hospital Mineola; 2010. 17. Pradipta IS, Febrina E, Ridwan MH, Ratnawati R. Identifikasi pola penggunaan antibiotik sebagai upaya pengendalian resistensi antibiotik. Indones J Clin Pharm 2012;1(1):16 24. 280