JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol. 2 No. 4: ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JST Kesehatan, Oktober 2012, Vol. 2 No. 4: ISSN"

Transkripsi

1 JST Kesehatan, Oktober 212, Vol. 2 No. 4: ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERESEPAN OBAT UNTUK PENYAKIT ISPA NON PNEUMONIA DAN DIARE NON SPESIFIK DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR TAHUN 212 Factors Related to Medicine Prescribing for Non Pneumonial Upper Respiratory Infection (URI) and Non Specifik Diarrhea in Public Health Centres Makassar in 212 Fahmiani 1, A. Arsunan Arsin 1, Nurhaedar Jafar 2 1 Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin 2 Bagian Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin ( farmasi_dinkessulsel@yahoo.co.id) ABSTRAK Pengobatan merupakan salah satu upaya terapi yang dilakukan oleh dokter atau paramedis terhadap pasien. Peresepan obat untuk tujuan pengobatan harus didasarkan pada prinsip bahwa secara medis akan memberikan manfaat dan aman bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat dan faktor yang berhubungan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik di Puskesmas Kota Makassar. Desain Penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Jumlah Sampel 116 orang tenaga kesehatan dengan metode Exhaustive Sampling. Analisis uji statistik bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kesehatan (p=.), masa kerja (p=.), hasil diagnosa (p=.) dan sikap terhadap pedoman pengobatan (p=.) berhubungan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia. Tenaga kesehatan (p=.), masa kerja (p=.), hasil diagnosa (p=.) dan sikap terhadap pedoman pengobatan (p=.) berhubungan dengan peresepan obat untuk penyakit Diare Non Spesifik. Hasil uji multivariat logistik regresi menunjukkan bahwa sikap terhadap pedoman pengobatan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia (wald=21.47, p=.) dan masa kerja tenaga kesehatan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap peresepan obat untuk penyakit Diare Non Spesifik (wald=14.11, p=.). Studi ini diharapkan bahwa pola peresepan yang rasional menjadi salah satu upaya dalam pengobatan kepada pasien dan pedoman pengobatan dasar di Puskesmas menjadi rujukan terapi bagi tenaga kesehatan. Kata kunci: Pedoman Pengobatan, Peresepan ABSTRACT This study aims to find out the description of medicine and use the medicine factors related to medicine prescribing for Non pneumonia URI and non specific diarrhea in Public Health centres in Makassar city. The research used a cross sectional study design. the samples were of 116 health workers obtained with by exhaustive sampling. The analysis was conducted by using bivariate statistical test with chi-square and multivariate analysis with logistic regression.the Results reveal that medicine prescribing for non pneumonia URI related to health workers (p =.), length of service (p =.), diagnosis result (p =.) and attitude towards treatment guideline (p =.). Medicine prescribing for non specific diarrhea is related to Health workers (p =.), length service (p =.), diagnosis result (p =.) and attitude toward treatment guideline (p =.). The Results of multivariate test with regression logistic reveal that attitude toward treatment guideline is the most influential factor in the medicine prescribing for non pneumonia URI (wald = 21.47, p =.) while the length of service of health workers is the most influential factor in the medicine prescribing for non-specific diarrhea (wald = 14.11, p=.). This research is hoped that 372

2 Pedoman Pengobatan, Peresepan ISSN prescribing patter rationally become one effort in treat of patients and basic treatment guidelines in public health centres become reference therapy for health works. Keywords: Treatment Guidelines, Prescribing PENDAHULUAN Penggunaan obat rasional yang didefinisikan oleh WHO (1985) adalah menggunakan obat secara aman dan efektif, di mana obat harus tersedia dengan harga yang wajar dan dengan penyimpanan yang baik. Obat haruslah sesuai dengan penyakit oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus tepat, patofisiologi penyakit, keterkaitan farmakologi obat dengan patifisiologi penyakit, dosis yang diberikan dan waktu pemberian yang tepat, serta evaluasi terhadap efektifitas dan toksisitas obat tersebut, ada tidaknya kontra indikasi serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang disesuaikan dengan kemampuan pasien tersebut. Sejak tahun 1985, WHO berupaya meningkatkan penggunaan obat rasional salah satunya adalah pengembangan indikator penggunaan obat melalui indikator peresepan bahwa rerata jumlah obat dalam tiap resep untuk diagnosa penyakit tunggal adalah 1,6-1,8 item obat (WHO, 1993). Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia masih merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien rata rata mendapatkan 3,5 obat, lebih dari 5% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap lembar resepnya, penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), waktu konsultasi yang singkat dengan rata rata berkisar hanya 3 menit saja serta miskinnya compliance pasien merupakan pola umum yang terjadi pada penggunaan obat tidak rasional di Indonesi (Depkes, 25). Dari hasil laporan monitoring indikator peresepan di Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan tahun 21 untuk jumlah item obat per resep rata rata 4 item obat dan prosentase peresepan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik sebesar 82,73% dan 85.51% (Dinkes Prov. Sulsel, 211). Menurut Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas untuk penyakit ISPA Non Pneumonia hanya diperlukan pengobatan simtomatis untuk menghilangkan gejala yang mengganggu, Parasetamol 5 mg 3 x sehari untuk menghilangkan nyeri dan demam, untuk anak dengan dosis parasetamol adalah 1mg/kgBB/kali 3-4 kali sehari serta penggunaan antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder. Demikian pula dengan dasar pengobatan untuk penyakit Diare Non Spesifik adalah dengan rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Dengan Demikian penatalaksanaan ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik tidak dianjurkan adanya penggunaan antibiotik tetapi lebih dianjurkan pasien istirahat dan banyak minum (Depkes, 27). Dari kedua hal di atas, terlihat bahwa masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol di pusat pelayanan kesehatan primer, Disamping berakibat pada pemborosan biaya, ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek samping, dampak lainnya berupa ketergantungan pasien terhadap pemberian antibiotik (akibat persepsi yang keliru), yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada populasi (Depkes, 26). Bertolak dari uraian tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. 373

3 Fahmiani ISSN BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan menggunakan desain Cross Sectional study. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang melaksanakan peresepan obat di poli rawat jalan Puskesmas. Sampel dalam penelitian ini adalah 116 tenaga kesehatan dengan metode penarikan sampel Exhaustive sampling. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan memverifikasi tenaga kesehatan yang menulis resep dan hasil diagnosa melalui register pasien kemudian melakukan wawancara langsung dengan responden dan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia berdasarkan daftar variabel penelitian yang telah disusun. Data rekam medis pasien digunakan sebagai data sekunder untuk melengkapi data penelitian. Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dalam program SPSS. Dilakukan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden. Analisis Bivariat untuk melihat besar risiko variabel independen terhadap variabel dependen dan menggunakan uji Chi Square. Analisis multivariat untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh pada peresepan obat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. HASIL PENELITIAN Karateristik Responden Tabel 1 menunjukkan bahwa karateristik responden di Puskesmas Kota Makassar yang menjadi sampel pada penelitian, berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa lebih banyak pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 78,4% dari pada laki laki sebanyak 21,6%. Status Kepegawaian lebih banyak pada Pegawai negeri sipil (PNS), yaitu 97,4% dan paling sedikit Pegawai Tidak Tetap (PTT), yaitu 2,6%. Tenaga kesehatan sebagai responden lebih banyak jenis Dokter, yaitu 69,% dan paling sedikit dari Perawat, yaitu 31,%. Tenaga kesehatan dengan masa kerja yang lama paling banyak, yaitu 55,2% dan paling sedikit tenaga kesehatan dengan masa kerja singkat, yaitu 44,8%. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel di Puskesmas Kota Makassar Tahun 212 Variabel N % Jenis Kelamin Laki Laki 25 21,6 Perempuan 91 78,4 Status Kepegawaian PNS ,4 PTT 3 2,6 Tenaga Kesehatan Dokter 8 69, Perawat 36 31, Masa kerja Lama 64 55,2 Singkat Jumlah Sumber: Data Primer, ,

4 Pedoman Pengobatan, Peresepan ISSN Tabel 2 menunjukkan bahwa peresepan obat rasional untuk penyakit ISPA Non Pneumonia yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masih rendah, yaitu 35,3% kemudian peresepan obat rasional untuk penyakit Diare Non Spesifik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masih rendah, yaitu 44,8%. Distribusi sampel berdasarkan hasil diagnosa untuk penyakit ISPA Non Pneumonia paling banyak pada diagnosa jelas, yaitu 8,2% kemudian untuk hasil diagnosa penyakit Diare Non Spesifik paling banyak untuk diagnosa jelas, yaitu 82,8%. Berdasarkan sikap responden terhadap pedoman pengobatan, sikap responden yang positif masih rendah, yaitu 33,6%, kemudian sikap responden terhadap penggunaan obat rasional dengan sikap positif lebih tinggi, yaitu 8,2% dan sikap yang negatif lebih rendah, yaitu 19,8%. Hasil penelitian juga ini menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan ketersediaan obat cukup tersedia paling banyak, yaitu 8,2%. Analisis Bivariat Tabel 3 analisis hubungan tenaga kesehatan (p=,), masa kerja (p=,), hasil diagnosa (p=,) dan sikap terhadap pedoman pengobatan (p=,) dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dalam uji statistic Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p<,5). Hubungan sikap terhadap penggunaan obat rasional (p=,34), ketersediaan obat (p=,223) dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dalam uji Chi-Suare (p>,5). Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Peresepan Obat, Hasil Diagnosa, Sikap terhadap Pedoman pengobatan dan Sikap terhadap Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kota Makassar Tahun 212 Variabel P % Peresepan ISPA Non Pneumonia Rasional 41 35,3 Tidak Rasional 75 64,7 Peresepan Diare Non Spesifik Rasional 52 44,8 Tidak Rasional 64 55,2 Hasil Diagnosa ISPA Non Pneumonia Jelas 93 8,2 Tidak Jelas 23 19,8 Hasil Diagnosa Diare Non Spesifik Jelas Tidak Jelas Sikap terhadap Pedoman Pengobatan Sikap terhadap POR Ketersediaan Obat Cukup tersedia Kurang tersedia ,2 33,6 66,4 8,2 19,8 8,2 19,8 Jumlah 116 Sumber: Data Primer,

5 Fahmiani ISSN Tabel 3. Hubungan variabel dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Kota Makassar Tahun 212 Variabel Tenaga Kesehatan Peresepan obat Jumlah Rasional Tidak rasional n % n % n % Dokter , 8 Perawat 1 2, ,2 36 Masa Kerja Lama 1 15, ,4 64 Singkat 31 59,6 21 4,4 52 Hasil Diagnosa Jelas 4 43, 53 57, 93 Tidak Jelas 1 4, ,7 23 Sikap Terhadap Pedoman Pengobatan Sikap terhadap POR Ketersediaan Obat ,6 1,4 37,6 26, ,4 89,6 62,4 73, Cukup tersedia 3 32, ,7 93 Kurang tersedia 11 47, ,2 23 Sumber: Data Primer, 212. P....,34,22 3 Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan tenaga kesehatan (p=,), masa kerja (p=,), hasil diagnosa (p=,) dan sikap terhadap pedoman pengobatan (p=,) dengan peresepan obat untuk penyakit Diare Non Spesifik dalam uji statistik Chi-Square menunjukkan hubungan yang bermakna (p<,5). Hubungan sikap terhadap penggunaan obat rasional (p=,1) dan ketersediaan obat (p=,246) dengan peresepan untuk penyakit Diare Non Spesifik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dalam uji Chi-Square (p>,5). Analisis Multivariat Tabel 5 berdasarkan hasil analisis bivariat, semua variabel diikutkan dalam uji regresi logistik dan diketahui variabel yang paling berpengaruh terhadap peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia adalah sikap terhadap pedoman pengobatan dengan nilai Wald=21.47 (p=.) dan variabel yang paling berpengaruh terhadap peresepan obat untuk penyakit Diare Non spesifik adalah masa kerja tenaga kesehatan dengan nilai Wald=14.11 (p=.). 376

6 Pedoman Pengobatan, Peresepan ISSN Tabel 4 Hubungan variabel dengan peresepan obat untuk penyakit Diare Non Spesifik di Puskesmas Kota Makassar Tahun 212 Peresepan obat Variabel Rasional Tidak Jumlah P rasional n % n % n % Tenaga Kesehatan Dokter ,3 8. Perawat 5 13, ,1 36 Masa Kerja Lama 9 14, ,9 64. Singkat 43 82,7 9 17,3 52 Hasil Diagnosa Jelas 47 49, 49 51, 96. Tidak Jelas 5 25, 15 75, 2 Sikap Terhadap Pedoman Pengobatan Sikap terhadap POR ,9 45,2 43, ,1 54,8 56, Ketersediaan Obat,246 Cukup tersedia 39 41, ,1 93 Kurang tersedia 13 56,5 1 43,5 23 Sumber: Data Primer, 212. Tabel 5 Model Regresi Berganda Logistik Faktor yang Berhubungan dengan Peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik di Puskesmas Kota Makassar 212 Variabel Diare Non Spesifik % C.I.for EXP(B) B Wald Sig. Exp(B) Lower Upper ISPA Non Pneumonia Nakes 1,78 4,284,38 5,518 1,95 27,88 Step 1 a MasaKerja -1,289 3,795,51,276,75 1,8 DiagIspa,184 34,855 1,22,168 1,8 SikapPP 2,83 21,294, 16,947 5,94 56,383 Constant -2,691 4,847,28,68 Step 2 a Nakes 1,674 4,356,37 5,335 1,17 25,74 MasaKerja -1,247 4,51,44,288,85,968 Sikap PP 2,838 21,47, 17,77 5,142 56,717 Constant -2,521 1,29,1,8 Nakes -1,979 3,797,51,138,19 1,12 MasaKerja 3,917 14,11, 5,229 6,53 387,937

7 Fahmiani ISSN Sumber: Data Primer, 212. DiagDiare 18,658,,999 1,2688,. Sikap PP -,,997,,. 22,167 Constant - 17,724,,999, PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada 37 Puskesmas dalam wilayah Kota Makassar dengan 116 responden tenaga kesehatan di peroleh hasil dari buku kunjungan, rekam medik dan buku pedoman pengobatan, ditemukan bahwa 35,3% responden tidak meresepkan antibiotik untuk penyakit ISPA Non Pneumonia sehingga peresepan tersebut rasional sedangkan paling banyak, yaitu 64,7% responden meresepkan antibiotik sehingga peresepan tersebut tidak rasional untuk penyakit ISPA Non Pneumonia. Demikian juga dengan 44,8% responden tidak meresepkan antibiotik untuk penyakit Diare Non spesifik sehingga peresepan tersebut rasional sedangkan paling banyak, yaitu 55,2% responden meresepkan antibiotik sehingga peresepan tersebut tidak rasional untuk Diare Non spesifik. Dari hasil penelitian tersebut, tidak sesuai dalam Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas dan Penatalaksanaan ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik karena tidak dianjurkan adanya penggunaan antibiotik tetapi lebih dianjurkan pasien istirahat dan banyak minum (Depkes, 27). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peresepan obat rasional hanya dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dokter sebanyak 5,% dan peresepan obat tidak rasional lebih banyak dilaksanakan oleh perawat, yaitu sebesar 97,2% untuk diagnosa penyakit ISPA Non Pneumonia demikian pula untuk peresepan obat rasional untuk penyakit Diare Non Spesifik dengan tenaga kesehatan dokter sebesar 58.8% dibandingkan dengan peresepan obat tidak rasional yang dilakukan oleh perawat cukup tinggi sebesar 86,1%. Hasil analisis hubungan tenaga kesehatan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik dengan uji statistik Chi- Square di peroleh nilai p sebesar,(p<,5), hal ini menunjukaan bahwa ada hubungan yang bermakna dan antara tenaga kesehatan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. Berdasarkan hasil penelitian ini, di dapatkan informasi bahwa pelayanan pengobatan (Kuratif) di Puskesmas umumnya dilakukan oleh tenaga medik (dokter) dan tenaga paramedik (perawat/bidan) padahal yang mempunyai kompetensi untuk menulis resep adalah dokter dan perawat/bidan melakukan pelayanan pengobatan dan penulisan resep kepada pasien dengan asuhan keperawatan. Beberapa alasan bahwa pelayanan pengobatan dapat dilakukan oleh tenaga perawat/bidan karena kunjungan pasien lebih banyak dari tenaga medik yang melayani kemudian dokter puskesmas melakukan tugas tugas lain misalnya tugas manajerial, rapat koordinasi dan mengikuti pelatihan (Maharatu, 29). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peresepan obat tidak rasional umumnya dilakukan oleh tenaga dokter dan hampir semua perawat/bidan sebagai responden melakukan peresepan tidak rasional untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non spesifik. Dalam pelayanan pengobatan peresepan obat yang tidak rasional umumnya tidak disadari oleh para dokter. Hal ini mengingat bahwa hampir setiap dokter 378

8 Pedoman Pengobatan, Peresepan ISSN selalu mengatakan bahwa pengobatan adalah seni, oleh sebab itu setiap dokter berhak menentukan jenis obat yang paling sesuai untuk pasiennya. Hal ini bukannya keliru, tetapi jika tidak dilandasi dengan alasan ilmiah yang dapat diterima akan menjurus ke pemakaian obat yang tidak rasional (Kemenkes, 211). Demikian pula dengan pelayanan pengobatan yang dilakukan oleh perawat/bidan cenderung menimbulkan risiko terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional. Hal ini mudah difahami karena perawat/bidan memang tidak memiliki kemampuan atau kompetensi yang diperlukan dalam pelayanan pengobatan karena perawat/bidan tidak di didik untuk mengobati (not to cure) tetapi untuk merawat (to care) dan mereka lebih mengandalkan pengalaman pribadi atau meniru suatu pengobatan dari dokter yang tidak mereka pahami sehingga no drugs needed, over prescribing dan there is pills in every ills terjadi pada pengobatan yang dilakukan oleh Perawat/Bidan (Quick J, 1997). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk diagnosa penyakit ISPA Non Pneumonia peresepan obat yang tidak rasional dengan masa kerja yang lama lebih tinggi sebesar 84,4% dibandingkan dengan peresepan tidak rasional dengan masa kerja singkat lebih rendah sebesar 4,4%, kemudian untuk diagnosa penyakit Diare Non Spesifik peresepan obat tidak rasional dengan masa kerja lama lebih tinggi sebesar 85,9% kemudian peresepan obat rasional dengan masa kerja singkat lebih tinggi sebesar 82,7%. Hasil analisis hubungan antara masa kerja dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik dengan uji statistic Chi-square diperoleh nilai p sebesar. (P<,5). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh hasil yang sangat signifikan bahwa masa kerja mempengaruhi peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non spesifik. Dari gambaran di atas, ternyata masa kerja yang lama lebih banyak berpengaruh pada peresepan obat tidak rasional, fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh telah terbiasanya atau pengalaman pribadi yang dimiliki tenaga kesehatan sudah cukup lama dalam pemberian obat pada pelayanan pengobatan dengan pola yang sama tanpa ada keluhan atau peristiwa yang merugikan pasien namun dengan bertambahnya pengalaman klinik dari tenaga kesehatan, maka kemampuan atau keterampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi juga meningkat namun disisi lain pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah akibat terbatasnya informasi yang dapat diakses serta kinerja klinik akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan menurun secara bermakna (signifikan). Sedangkan tenaga kesehatan yang memiliki masa kerja singkat masih ada sikap hati hati dalam memberikan obat serta lebih sering sharing dengan tenaga tehnis kefarmasian di Puskesmas sebagai mitra kerja dalam pelayanan pengobatan terhadap Pasien (Joenes, 26). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang secara statistik bermakna p sebesar. (p<,5) antara hasil Diagnosa dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di dapatkan informasi tenaga kesehatan yang menulis resep telah memahami kode diagnosa ISPA Pneumonia namun masih ada yang belum bisa membedakan antara gejala dengan diagnosa suatu penyakit terutama oleh Perawat/Bidan, misalnya keberagaman hasil diagnosa yang merupakan salah satu dari gejala suatu penyakit suatu contoh untuk penyakit ISPA (132) hanya dituliskan 379

9 Fahmiani ISSN gejala dalam hasil diagnosisnya seperti batuk, pilek, demam/batuk, pusing/batuk, sehingga tidak jelas dan tidak sesuai dengan pedoman pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata diperoleh informasi bahwa hasil diagnosa untuk penyakit Diare Non spesifik lebih mudah diketahui oleh tenaga kesehatan dan berdasarkan ciri khas dari kasus Diare dapat disimpulkan lebih mudah dan cepat oleh tenaga kesehatan yang melaksanakan pengobatan namun belum memahami kode diagnosa Diare Non Spesifik untuk ditulis dalam register pasien. Sikap terhadap pedoman pengobatan dengan hasil penelitian ini menunjukkan dari hasil wawancara terhadap 116 responden bahwa peresepan obat rasional dengan sikap positif terhadap pedoman pengobatan sebesar 84.6%, kemudian peresepan obat tidak rasional dengan sikap negatif terhadap pedoman pengobatan lebih tinggi sebesar 89,6% untuk penyakit ISPA Non Pneumonia. Kemudian Hasil penelitian ini juga secara signifikan menunjukkan bahwa peresepan obat rasional dengan sikap positif terhadap pedoman pengobatan lebih tinggil sebesar 1% dan peresepan obat tidak rasional dengan sikap negatif terhadap pedoman pengobatan mencapai 83.1% untuk penyakit Diare Non spesifik. Kedua hasil tersebut diatas dianalisis bersama sama dengan uji statistik Chi-Square) nilai p sebesar. (p<,5) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap pedoman pengobatan dengan peresepan obat untuk ISPA Non pneumonia dan Diare Non Spesifik. Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa lebih banyak tenaga kesehatan memiliki sikap negatif terhadap pedoman pengobatan, sehingga terjadi peresepan yang tidak rasional. Fenomena ini bisa saja terjadi karena adanya penolakan oleh para dokter terhadap suatu pedoman yang pada penyusunannya mereka tidak dilibatkan (Notoatmojo, 27) atau berbagai alasan lain karena persepsi yang keliru terhadap pedoman pengobatan dan buku pedoman pengobatan belum pernah dilihat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas. Sikap terhadap penggunaan obat rasional dan ketersediaan obat tidak menunjukkan hasil yang signifikan dengan peresepan obat untuk Penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan bahwa tenaga kesehatan, masa kerja, hasil diagnosa, sikap terhadap pedoman pengobatan berhubungan dengan peresepan obat untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. Sikap terhadap penggunaan obat rasional dan ketersediaan obat tidak berhubungan dengan peresepan untuk penyakit ISPA Non Pneumonia dan Diare Non Spesifik. Sikap terhadap pedoman pengobatan merupakan variabel yang paling berpengaruh pada peresepan obat ISPA Non Pneumonia dan Masa kerja merupakan variabel yang berpengaruh pada peresepan Diare Non Spesifik. Studi ini diharapkan bahwa pola peresepan yang rasional menjadi salah satu upaya dalam pengobatan kepada pasien dan pedoman pengobatan dasar di Puskesmas menjadi rujukan terapi bagi tenaga kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Depkes, RI. (25). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Jakarta Depkes, RI. (26). Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta. Depkes, RI. (27). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta. Dinkes Prov. Sulsel, (211). Laporan Pertemuan Pertemuan Pembekalan Penggunaan Obat Rasional, Makassar. 38

10 Pedoman Pengobatan, Peresepan ISSN Joenoes, Z. N, (26). Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Penerbit Universitas Airlangga, Surabaya. Kemenkes. RI, (211). Modul Penggunaan Obat Rasional, Jakarta. Maharatu, C, (29). Dampak Penggunaan Antibiotik yang Irrasional. (Online) ( haratu.wordpress.com) Diakses pada 15 Januari 212. Notoatmojo, (27). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku Kesehatan, Penerbit FKM Universitas Indonesia. Jakarta. Quick. J. D, et al. (1997). Management Drug Supplay: Management Sciences For Health in Collaboration With The World Health Organization, 2-nd Edition, Reviced and Expanded, Kumarian Prress Inc..USA. WHO, (1993). How to investigate drugs use in health facilities selected drug use indicators, action programme on essential drugs, WHO Geneva. (Online) ( medicine) Diakses 4 Februari

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016 17 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016 EVALUATION OF DRUGS USE WITH PRESCRIBING INDICATORS AT PUSKESMAS AREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016 23 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016 Rahayu Wijayanti, Okpri Meila, Annisa Septiyani Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan

Lebih terperinci

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR GAMBARAN PERESEPAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

Penggunaan Obat yang Tidak Rasional pada Balita dengan Diare di Kalangan Bidan, di Kabupaten Sumedang Tahun 2006

Penggunaan Obat yang Tidak Rasional pada Balita dengan Diare di Kalangan Bidan, di Kabupaten Sumedang Tahun 2006 ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN Penggunaan Obat yang Tidak Rasional pada Balita dengan Diare di Kalangan Bidan, di Kabupaten Sumedang Tahun 2006 Uyu Wahyudin* Besral** Abstrak Pengobatan diare pada balita

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak akan menjadi penerus bangsa, dengan punya anak yang sehat dan cerdas maka akan kuatlah bangsa tersebut. Selain itu kesehatan anak merupakan masalah besar yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOKTER DALAM MEMILIH OBAT GENERIK DAN OBAT MEREK DALAM PERESEPAN OBAT DI KABUPATEN MAJALENGKA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOKTER DALAM MEMILIH OBAT GENERIK DAN OBAT MEREK DALAM PERESEPAN OBAT DI KABUPATEN MAJALENGKA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOKTER DALAM MEMILIH OBAT GENERIK DAN OBAT MEREK DALAM PERESEPAN OBAT DI KABUPATEN MAJALENGKA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 DIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dituntut adanya perubahan berbagai aspek, termasuk perubahan dalam dunia kesehatan. Adanya ketimpangan kualitas di negara maju dan negara berkembang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif bersifat retrospektif, dengan menggunakan data sekunder di ambil dari data rekam medik di Puskesmas

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2011, hal 43-49 Vol. 8 No. 1 ISSN: 1693-8615 Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO The Analysis of Drug Uses in RSUD Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan lebih dari seperempat masyarakat Indonesia pernah mengalami infeksi pernafasan, dengan prevalensi infeksi

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TO PATIENT SATISFACTION IN INTENSIVE CARE ROOM OF SYEKH YUSUF PUBLIC

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG Aditya Yanuardi, 1210224 Pembimbing I: Cindra Paskaria,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Abstrak Mutu pelayanan kesehatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA INTISARI HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA Nurul Ainah 1, Aditya Maulana PP, M.Sc., Apt 2, Nadya Sari, S.Farm.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR Relationship between Service Quality with Re-Utilization Interest of Health Services

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika digunakan secara tepat dan rasional. 1 Penggunaan obat secara rasional adalah pasien mendapatkan

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013 Artikel Article : Hubungan Antara Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kema Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013 : The Relation Between

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik 1 Nita Ayu Toraya, 2 Miranti Kania Dewi, 3 Yuli Susanti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Putu Rivan Gregourian Budiarta 1), Chreisye K. F. Mandagi 1),

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Resiko 1

Identifikasi Faktor Resiko 1 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati 1 ; Noor Aisyah 2 ; Hj. Rahmi Annissa 3 Infeksi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular,

Lebih terperinci

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea The Conformity Therapy of Diarrhea Disease in Children with Manual Therapy Diarrhea in Children According RI Kemenkes at Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung City Period 2013 Tarigan A, Umiana S, Pane

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Oleh: ADRIANSYAH 071524001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia.

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii ABSTRAK Salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan kematian neonatus adalah bayi dengan berat badan yang rendah saat lahir atau yang biasa disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut World Health

Lebih terperinci

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) (Quality of Nursing Documentation and Nurse s Objective Workload Based on Time and Motion Study

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Dewi Supariani 1 Abstract. The utilization of oral health services

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal HUBUNGAN PENYAJIAN MAKANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 1) Megawati 1) Bagian Gizi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 INTISARI PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DI PUSKESMAS NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Dreiyani Abdi M 3 Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam medis yang diperoleh

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra** * Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi. Abstrak

ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi. Abstrak ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN 2011 Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi Abstrak Penelitian ini bertujuan engetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan

Lebih terperinci

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96 Volume 15 Nomor 3 96 PENGUKURAN KEPUASAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI UNTUK PASIEN TUBERKULOSIS SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG Safitri Yuniasih, Ranpal Singh, Angga Prawira Kautsar Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN.  Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3 345 Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kesehatan, Efek Samping OAT dan Peran PMO pada Pengobatan Fase Intensif di Puskesmas Seberang Padang September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia, dimana setiap orang berhak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk didalamnya hak untuk

Lebih terperinci

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK Hambatan-Hambatan Pada Pelaksanaan Terapi Tuberkulosis dan Cara Mengatasinya di Balai Pengobatan penyakit Paru-Paru (BP4) Unit Minggiran Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN The Relationship of Education and Occupation Prevention

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT, PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT, BAHAN ANTI NYAMUK DAN KEBIASAAN KELUAR RUMAH MALAM HARI TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI DESA LOBU DAN LOBU II KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA Ruli Yanti ¹; Amaliyah Wahyuni, S.Si, Apt ²; drg. Rika Ratna Puspita³

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO 1 Juwita Purnamasari 2 Pemsy M. Wowor 3 Elita Tambunan 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara BAB III METODE PENELITIAN Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational yang dirancang secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara retrospective.

Lebih terperinci

Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN:

Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator Peresepan Menurut World Health Organization (WHO) di Seluruh Puskesmas Kota Kendari Tahun 2016 1 Sunandar Ihsan, 1 Sabarudin, 1 Mesi Leorita,

Lebih terperinci

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik.

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS DI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS DI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR 2013 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS DI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR 2013 FACTORS RELATED TO THE COMPLETENESS MEDICAL RECORD DATA IN H. PADJONGA DG. NGALLE HOSPITAL TAKALAR, 2013

Lebih terperinci

Achmad Rizal* Elvi Juliansyah**

Achmad Rizal* Elvi Juliansyah** FAKTOR PEKERJAAN DAN JARAK TEMPAT TINGGAL TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS KOTA BANJARMASIN Factor of Employment and Living Quarters of the Distance Towards of Patients Satisfaction in the Public

Lebih terperinci

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Description of Delayed to Health Care Seeking Treatment in Leptospirosis

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: ) JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.1, Juni 2014, hal 26-31 Artikel VI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN Relation of Quality of Health

Lebih terperinci