DAFTAR MASUKAN ASOSIASI / INDUSTRI SEKTORAL TELEMATIKA UTK POKJA MASTEL RUU PAJAK NO PASAL/AYAT ISI & KETERANGAN PASAL KEBERATAN / KOMENTAR USULAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PEMBAHASAN. Bentuk usaha ini memiliki ciri dan karakter masing masing. Ada yang hanya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

GREY AREA DALAM PERPAJAKAN DI INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB IV PEMBAHASAN. Perbedaan Perlakuan Pajak Penghasilan pada Bentuk Usaha Orang Pribadi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Workshop Perpajakan Manajemen Risiko Perpajakan & Tax Planning Pasca Tax Amnesty. Dr. Nur Hidayat, SE, ME, Ak, CA, BKP

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

ABSTRACT. Key words: Calculation PPh 21, Nett Method, Gross-up Method, Profit, Corporate Tax Savings.

PERKEMBANGAN E-COMMERCE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak.

PERUM PERCETAKAN UANG INDONESIA DAN ENTITAS ANAK REPUBLIK INDONESIA AND ITS SUBSIDIARIES LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA LEGAL UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PAJAK PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV.

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Perencanaan pajak. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...ii. DAFTAR ISI...v. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah..3

DAFTAR ISI. JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

By Afifudin PSP FE Unisma 2

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

1 Januari 2014/ 31 Desember January 2014/ December 31, 2013

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus Yth. Kepala Kantor... (2) Di -...

Prosedur Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) 23 Atas Sewa dan Jasa Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Modul ke: Manajemen Perpajakan. Samsuri, SH, MM. Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

LKS NASIONAL SMK TAHUN 2008 SOAL LOMBA AKUNTANSI BUKTI-BUKTI TRANSAKSI YANG SALAH

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

31 Desember 2016 dan 2015 December 31, 2016 and Catatan/ 2016 Notes 2015

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi

LKS NASIONAL SMK TAHUN 2008 SOAL LOMBA AKUNTANSI BUKTI-BUKTI TRANSAKSI YANG SALAH dan KOREKSI KESALAHAN

PT GRAND KARTECH Tbk DAN ENTITAS ANAK / PT GRAND KARTECH Tbk AND SUBSIDIARY. Laporan Keuangan Konsolidasian/Consolidated Financial Statement

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

(Tidak Diaudit)/ Catatan/ December 31, (unaudited) Notes 2015

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000

Kajian tentang penyelenggaraan TIK lintas-negara (menyoal batas wilayah NKRI dalam dunia maya)

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

30 September 2017 dan 31 Desember 2016 September 30, 2017 and December 31, 2016

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Transkripsi:

DAFTAR MASUKAN ASOSIASI / INDUSTRI SEKTORAL TELEMATIKA UTK POKJA MASTEL RUU PAJAK NAMA ASOSIASI / INSTITUSI : APJII CONTACT PERSONS : Sylvia W. Sumarlin A. MASUKAN / KEBERATAN UMUM NO PASAL/AYAT ISI & KETERANGAN PASAL KEBERATAN / KOMENTAR USULAN 1 RUU Pph pasal 21 ayat 5a Pemotongan PPH sehubungan dgn Sangat keberatan dengan tarif Perlu dipertimbangkan (Pemotongan PPh) pekerjaan,jasa atau kegiatan lain jika tersebut bayangkan saja untuk untuk tarif ini dan harus WP tidak memiliki NPWP lebih tinggi para karyawan yangbekerja dilihat ukuran orang 20% daripada tarif yang diterapkan (hanya mempunyai 1 sumber yang seharusnya terhadap WP yang dapat menunjukkan penghasilan) harus terkena memiliki NPWP. NPWP. potongan PPhlebih besar sehingga take home pay-nya menjadi sangat kecil ditambah lagi dengakondisi ekonomi yang dapat dikatakan sangat sulit. B. MASUKAN / KEBERATAN TEKNIS SEKTORAL INDUSTRI TELEMATIKA NO PASAL/AYAT ISI & KETERANGAN PASAL KEBERATAN / KOMENTAR USULAN L - 1

1 RUU PPH pasal 4 ayat 1 Yang menjadi objek Pajak adalah Bandwidth adalah bukan Definisi royalti mengenai Butir h royalti atau imbalan atas penerimaan merupakan royalty atau penggunaan satelit, atau penggunaan hak yang disalurkan pembayaran hak eksklusif serat optic, spectrum melalui satelit,kabel,serat optic atau atas suatu barang tertentu. radio dsb tdk dimasukkan teknologi serupa & menggunakan Arti sesungguhnya adalah sebagian / seluruh spektrum radio para ISP mendapatkan jalan Bandwidth sebaiknya komunikasi / akses dalam besaran Mb dikategorikan sebagai untuk dapat menyediakan business profit / koneksi bagi para pelanggan active income, sehingga internet. tidak dikenakan PPh Jika mau fair, pengertian ini ps.23 atas royalti dapat dianalogikan dgn karena harga pokok dari pemakaian listrik, para internet itu otomatis konsumen juga hanya akan mahal dan jika membayar atas daya listriknya dibandingkan dengan dan bukan royalty atas listrik negara lain, maka tarif tersebut. berinternet di Indonesia Bandwidth itu sendiri adalah itu otomatis akan mahal bukan teknologidan tidak, sehingga pendidikan ada unsur know-how-nya serta juga mendaji sulit dan tidak dapat dikategorikan tidak merata sebagai Passive Income 2 RUU PPh pasal 2 ayat 5 Mengatur tentang Bentuk Usaha Secara riil, portal yang ada di Dedicated server tidak butir o Tetap, termasuk perangkat server PJII tidak menghasilkan dimasukkan dalam elektronik untuk menjalankan penambahan income, PJI konsep BUT, karena usaha secara elektronis melakukan cache atau capture memang dalam industri (dedicated server). data di portal tersebut agar internet, peletakan pengguna bisa mendapatkan portal baik yang lokal akses yang cepat dan ataupun asing memang L - 2

mengurangi besaran waktu pakai.jadi, bila dedicated server dianggap sebagai BUT bagaimana sebuah PJI bisa memotong PPh si Portal Luar Negeri tsb. dilakukan untuk mempercepat akses informasi, sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dari peletakan portal tersebut 3 RUU PPh pasal 23 ayat 1 Ditentukan jasa teknik, manajemen, Melihat nature of business Konsep witholding Tax butir c2 konsultan dan jasalain sebesar 15% yang dijalankan PJI dan seharusnya hanya dikedari perkiraan penghasilan netto pemanfaatan bandwidth nakan untuk PPh ps.21 untuk usaha internet sebegai dan passive income lain business profit / active income, agar cash flow perusahamakaseharusnya pengenaan an tidak terganggu PPh 23 menjadi tidak berlaku lagi Jika tetap diberlakukan, apakah untuk jasa inter- Saat ini, banyak bukti potong net perkiraan penghasilan PPh 23 susah didapatkan oleh netto sebesar 40% tidak PJI dan walaupun didapatkan terlalu besar, mengingat bukti tersebut, banyak customer laba akhir PJI tsb belum yang tidak melaporkan sehingga tentu dapat mencapai ketika diperiksa oleh pihak margin sekian fiskus, ternyatapihak PJI harus kembali menanggung PPh tsb. Jika memang terpaksa (Hal ini disebabkan karena diberlakukan apakah banyaknya customerkorporat PJI dapat diberikan range dengan nilai transaksi kurang untuk besaran jumlah penlebih Rp 100.000,-) dapatan yang dapat digolongkan oleh customer dan jika mungkin dibuat mekanisme PJI memo- L - 3

tong sendiri. 4 RUU PPN pasal 3A ayat 3 Tentang badan yang memanfaatkan belum adanya dasar hukum Bila akan dikenakan PPN, Barang Kena pajak Tidak Berwujud yang mengatur tentang ruang harus dibuat dasar hukum dari Luar Daerah Pabean yang jelas, sehingga PJI mempunyai angkasa, sehingga penggunaan pun kewajiban memungut, menyetor dan bandwidth yang merupakan memiliki dasar atas pengemelaporkan PPN yang terutang. satuan terkecil dari transponder naan PPN tersebut pun masih gray area 5 RUU PPN pasal 4A ayat 3 mengatur Jenis Jasa tidak dikenakan Mengingat PJI menyedi- PPN adalah jasa tertentu dalam akan akses internet untuk kelompok-kelompok jasa. masyarakan luas & untuk mendukung mencerdaskan bangsa, maka APJII mengusulkan jasa internet dapat dikecualikan sebagai jasa tidak kena pajak, agar peranan internet dapat segera meluas 6 RUU PPH pasal 17 ayat 1 Tarif Pajk yang diterapkan atas PKP Tarif 30% sangat tinggi sekali Pengenaan pajak tetap Butir b bagi WP Badan adalah sebesar 30% dan bagi industri ISP, investasi progresif dan mengingat teknologi sangat mahal, perusahaan yang sudah mengingat seluruh komponen Tbk. Tidak lebih ketat hardware & software harus pemantauannya dan segi up-to-date dan seringkali fairnessnya lebih terukur, dibiayai dengan Dollar. maka tarifnya harus lebih rendah lagi dibandingkan dengan perusahaan non Tbk. L - 4

C. CASE PERUSAHAAN ISP 1 Mekanisme pemotongan Pph ps. 23 Pada prakteknya jasa internet yang diberikan oleh ISP dipotong Pph ps. 23 oleh para customer, kendala yang terjadi adalah sebagian besar pendapatan internet berkisar antara Rp.50.000 - Rp.200.000 (jadi, jika dipotong PPh 23 kurang lebih adalah Rp.3.000 - Rp.12.000). Untuk mengumpulkan bukti tersebut, ISP harus mengeluarkan effort : a. Telepon untuk meminta bukti potongan PPh 23 b. Energi dan waktu SDM khusus untuk mem-follow up bukti tersebut & mem-file c. Customer meminta bukti potong tersebut diambil (karena mungkin nilainya kecil) dalam hal ini jika pakai jasa kuris sudah harus bayar lagi, sehingga total biaya yang ISP keluarkan untuk mengambil bukti potong tersebut dapat lebih mahal daripada bukti potongannya. Kendala lain yang muncul, karena mayoritas ISP masih rugi maka dengan adanya bukti potong tersebut dapat menjadi kredit pajak dan direstitusikan, akan tetapi seringkali beberapa bukti dinyatakan tidak valid (setalah cross check dengan Kpp lain - customer nakal tidak menyetorkan SSP tersebut) sehingga ISP menjadi double charge dalam hal ini Usulan : a. Dibuatkan satu range untuk potongan PPh ps.23 ini misalnya untuk yang pemakaian internet di atas Rp.2.000.000 b. ISP dapat langsung melakukan potongan sendiri untuk para customernya, sehingga mekanisme pemungutan menjadi lebih mudah dan valid. 2 BHP yang dibayarkan ke Dirjen Postel ISP diharuskan untuk menyetor 1% dari pendapatan brutonya ke Dirjen Postel (sebagaii setoran penerimaan bukan pajak) dan atas ini ditanyakan kembali PPh-nya sehingga membingungkan ISP, karena dari pungutan tersebut yang notabene adalah untuk negara juga harus dipotong dan memang ini belum ada kejelasannya. L - 5

Usulan ; Tidak dikenakan kembali PPh atas Biaya Hak Penyelenggaraan 3 Ilustrasi ISP jika RUU baru berlaku PJI membeli bandwidth dari luar negeri PJI otomatis terkena royalti sebesar 15% dan PPn 10%. Pada saat PJI melakukan kegiatan penjualan internet dan penempatan portal (hosting), maka terkena lagi pemotongan PPh 23 sebesar 6% terhadap invoice pemakaian internet (di mana PJI hampir tidak pernah menerima bukti setor dari pelanggan karena nilai yang terlalu kecil - namun volume besar) plus PPh 23 sebesar 6% terhadap hosting. Di atas itu semua PJI harus siap-siap memperbesar 1% BHP dari goss income ke Dept. Kominfo untuk jasa internet dan 1% BHP frekuensi. Total 2% BHP dari gross income sudah sama dengan pemotongan net profit sebesar + 20% ditambah lagi withholding Tax sebesar 30%. Padahal, dalam praktek usaha sebagai PJI, net profit belum bisa dicapai. Tidaklah heran bila pada kenyataannya banyak sekali lisensi PJI yang tidak beroperasi. Belum juga jalan sudah terkena berbagai macam pungutan resmi. L - 6

PT Indo Pratama Cyber Net Income Statements Comparative For The Year 2006-2010 (Depend On Assumsion) 2006 2007 Net Revenue Rp 14,658,000,000 Rp 29,316,000,000 Cost Of Revenue : a. International Link Rp 4,209,000,000 Rp 8,418,000,000 b. Indonesia Internet Exchange Rp 60,000,000 Rp 120,000,000 c Fiber Optik Rp 120,000,000 Rp 240,000,000 d Dial-Up Rp 230,000,000 Rp 460,000,000 e ADSL Rp 1,099,560,000 Rp 2,199,120,000 f CDMA Rp 80,000,000 Rp 160,000,000 g Hotspot Rp 456,000,000 Rp 912,000,000 h Wireless Customer Rp 243,000,000 Rp 486,000,000 Total Cost Of Revenue Rp (6,497,560,000) Rp (12,995,120,000) Gross Margin Rp 8,160,440,000 Rp 16,320,880,000 Operating Expenses : Sales and Marketing Expense Rp 2,177,000,000 Rp 3,047,800,000 General and Administrative Expense Rp 585,419,941 Rp 702,503,929 Salary Rp 1,233,750,000 Rp 1,609,612,500 Research and Development Rp 60,000,000 Rp 72,000,000 Total Operating Expenses Rp (4,056,169,941) Rp (5,431,916,429) Income From Operating Rp 4,104,270,059 Rp 10,888,963,571 Interest Expense 15% Rp (194,250,000) Rp (112,500,000) Net Income (Loss) Before Income Tax Rp 3,910,020,059 Rp 10,776,463,571 Income Tax 28% Rp (1,094,805,617) Rp (3,017,409,800) Net Income (Loss) After Tax Rp 2,815,214,443 Rp 7,759,053,771 L - 7

Net Revenue Cost Of Revenue : 2008 2009 Rp 43,974,000,000 Rp 58,632,000,000 a. International Link Rp 12,627,000,000 Rp 16,836,000,000 b. Indonesia Internet Exchange Rp 180,000,000 Rp 240,000,000 c Fiber Optik Rp 300,000,000 Rp 360,000,000 d Dial-Up Rp 690,000,000 Rp 920,000,000 e ADSL Rp 3,298,680,000 Rp 4,398,240,000 f CDMA Rp 240,000,000 Rp 320,000,000 g Hotspot Rp 1,368,000,000 Rp 1,824,000,000 h Wireless Customer Rp 729,000,000 Rp 972,000,000 Total Cost Of Revenue Rp (19,432,680,000) Rp (25,870,240,000) Gross Margin Rp 24,541,320,000 Rp 32,761,760,000 Operating Expenses : Sales and Marketing Expense Rp 4,266,920,000 Rp 5,973,688,000 General and Administrative Expense Rp 843,004,715 Rp 1,011,605,657 Salary Rp 2,100,672,375 Rp 2,742,376,811 Research and Development Rp 86,400,000 Rp 103,680,000 Total Operating Expenses Rp (7,296,997,090) Rp (9,831,350,469) Income From Operating Rp 17,244,322,910 Rp 22,930,409,531 Interest Expense 15% Rp (112,500,000) Rp (112,500,000) Net Income (Loss) Before Income Tax Rp 17,131,822,910 Rp 22,817,909,531 Income Tax 28% Rp (4,796,910,415) Rp (6,389,014,669) Net Income (Loss) After Tax Rp 12,334,912,496 Rp 16,428,894,863 2010 Net Revenue Rp 73,290,000,000 L - 8

Cost Of Revenue : a. International Link Rp 21,045,000,000 b. Indonesia Internet Exchange Rp 300,000,000 c Fiber Optik Rp 420,000,000 d Dial-Up Rp 1,150,000,000 e ADSL Rp 5,497,800,000 f CDMA Rp 400,000,000 g Hotspot Rp 2,280,000,000 h Wireless Customer Rp 1,215,000,000 Total Cost Of Revenue Rp (32,307,800,000) Gross Margin Rp 40,982,200,000 Operating Expenses : Sales and Marketing Expense Rp 8,363,163,200 General and Administrative Expense Rp 1,213,926,789 Salary Rp 3,581,108,823 Research and Development Rp 124,416,000 Total Operating Expenses Rp (13,282,614,812) Income From Operating Rp 17,244,322,910 Interest Expense 15% Rp (112,500,000) Net Income (Loss) Before Income Tax Rp 17,131,822,910 Income Tax 28% Rp (4,796,910,415) Net Income (Loss) After Tax Rp 12,334,912,496 L - 9

L - 10