IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, yang kemudian di produksi dan diedarkan dengan pengawasan.

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

Disusun Oleh : H PROGRAM FAKULTA. commit to user

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

Sertifikasi Benih. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH

2013, No

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TA 2010 (KABUPATEN/KOTA)

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2009

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kedelai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 39/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Benih lada (Piper nigrum L)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN AREN (Arenga pinnata,merr.)

VARIETAS BARU BAWANG MERAH DALAM BENTUK BIJI DAN SERTIFIKASI BENIH BAWANG MERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

2013, No I. PENDAHULUAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 39/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PEREDARAN BENIH BINA

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No.

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

KERAGAAN KINERJA DAN KAPASITAS BALAI BENIH INDUK (BBI) DALAM PENYEDIAAN BENIH PADI DI PROVINSI BANTEN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 39/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PEREDARAN BENIH BINA

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Zea mays L) DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 260 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 255

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan Sekolah Usaha Tani khusus untuk Kerajaan Kasunan. Tahun 1962 sampai dengan tahun 1968 Sekolah Usaha dijadikan Kursus Pengamatan Pertanian yang bertujuan untuk mendapatkan Pengawasan Dinas Pertanian Rakyat pada tingkat kecamatan. Pada tahun 1971 semua bangunan dan tanah dijadikan kebun benih induk padi serta merangkap laboratorium dan pusat aktivitas penelitian. Pada tahun 1973 mulai berkembang menjadi pusat pengawasan benih dan sertifikasi, sedangkan pembinaan mutu benih menjadi satu dengan kegiatan pengadaan benih yang di kelola Balai Benih Induk (BBI) yang lebih dikenal dengan sebutan Kebun Benih Sentral (KBS). Tahun 1980 berdasarkan instruksi Menteri Pertanian No.190/Kpst/8/1978 tentang susunan BPSB dan pelaksanaan aspek operasional BPSB, tepat April 1980 KBS resmi berpisah menjadi (BPSBTPH) Jawa Tengah dan DIY serta BBI. Kegiatan operasional BPSB mulai dirintis pada tahun 1980 dan secara resmi telah dipisah menjadi BPSBTPH II Tegalgondo dan Balai Benih Induk (BBI). BPSBTPH dijadikan sebagai institusi yang beroperasi dibidang pelayanan pengawasan mutu dan sertifikasi benih, baik yang menyangkut penyediaan benih sumber, proses produksi maupun peredarannya serta aspek-aspek yang berkaitan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan, Balai Benih Induk (BBI) berfungsi di bidang pengadaan benih. Pada tanggal 13 September 1984 BPSBTPH II Tegalgondo Jawa Tengah diresmikan oleh Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Pada bulan juni 2001 terjadi commit otonomi to user daerah dikelola sendiri. Hal ini 13

digilib.uns.ac.id 14 berdampak pada BPSB Jawa Tengah yang berpisah dengan Satgas DIY (sekarang BPSBTPH Yogyakarta). Tahun 2002 berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah No.1 tentang pembentukan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi UPTD BPSB, BPSBTPH II Jawa Tengah diubah menjadi BPSB Jawa Tengah. 2. Lokasi BPSB Jawa Tengah Gambar 1. Kantor BPSB Jawa Tengah 3. Visi dan Misi BPSB Jawa Tengah Dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya, BPSB mempunyai visi yaitu terwujudnya industri perbenihan yang berdaya saing untuk mendukung ketahanan pangan dan agribisnis. Beberapa misi yang dicanangkan oleh BPSB antara lain: a. Merubah perilaku perbenihan untuk mencapai daya saing yang berkerakyatan dan berkesinambungan. b. Menggali potensi unggulan daerah. c. Mencukupi kebutuhan benih secara tepat. d. Membudidayakan benih bersertifikat bagi konsumen. e. Mengendalikan produksi dan mutu benih yang beredar. 4. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pelayanan BPSB kepada pelanggan antara lain: a. Mencapai pola dasar pelayanan. b. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan dan fungsi pelayanan. c. Mendorong upaya pengefektifan sistem dan tata laksana pelayanan. d. Memberikan daya guna dan hasil guna pelayanan.

digilib.uns.ac.id 15 5. Struktur Organisasi Secara teknis BPSB Jawa tengah bertanggung jawab langsung kepada dinas pertanian dalam menjalankan tugas-tugasnya. BPSB Jawa Tengah terbagi dalam berbagai seksi dan Kelompok Pejabat Fungsional. Hal ini sesuai dengan SK Mentan No.468/Kpts/OT.210/6/94 tentang struktur kepegawaian. Secara struktural, BPSB Jawa Tengah dikepalai seorang Kepala Balai yang bertugas mengatur dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang ada di BPSB. Kepala Balai dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya. Kelompok Pejabat Fungsional berfungsi pelaksana teknis pengawasan mutu dan sertifikasi benih yang meliputi fungsional kultivar, sertifikasi benih, pengujian laboratorium dan pengawasan pemasaran. Struktur organisasi BPSB Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 2. KEPALA BALAI SUBBAG TATA USAHA SEKSI PELAYANAN TEKNIS SEKSI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KELOMPOK FUNGSIONAL PENILAIAN SERTIFIKASI PENGAWASAN LABORATORIUM KULTIVAR BENIH PEMASARAN Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi BPSB Jawa Tengah

digilib.uns.ac.id 16 B. Sertifikasi Benih Kacang Tanah 1. Benih yang ditanam Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti. Benih Penjenis, Benih Dasar. Benih Pokok atau Benih Sebar. 2. Areal sertifikasi benih a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas lainnya. b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman lain. c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas benih. d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari. 3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang tanah : a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kacang tanah bersertifikat diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan bekas tanaman kacang tanah, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang ditanam dengan ketentuan : 1) Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan melakukan releksi (roguing) secara intensif. 2) Sistem tanam harus secara tanam sejajar. b. Isolasi 1) Pertanaman kacang tanah yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.

digilib.uns.ac.id 17 2) Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimum 10 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan. c. Permohonan sertifikasi benih Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan: 1) Label benih sumber yang akan ditanam 2) Sket peta lapangan d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan Pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan. e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan 1) Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 15 hari, pertanaman harus dibersihkan dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama. 2) Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30 hari. 3) Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setclah pemeriksaan lapangan kedua/akhir, yaitu pada umur 20 hari menjelang panen. 4) Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau kedua, apabila ternyata pada pemeriksaanpemeriksaan tersebut pertanaman tidak memenuhi standar kemurniaan lapangan. Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar lapangan, maka sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.

digilib.uns.ac.id 18 5) Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah : warna hypokotil, pertumbuhan. f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain. g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan Benih kacang tanah yang akan disertifikasi harus dipanen dan. diolah dengan peralatan yang telah diperlukan dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih. h. Pengawasan panen dan pengolahan benih. Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih. i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih 1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih disimpan. 2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih. 3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi : a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.

digilib.uns.ac.id 19 j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium 1) Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih. 2) Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk pengujian daya berkecambah/daya tumbuh. 3) Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen benih. 4) Kemasan contoh benih yang dikirim. ke laboratorium harus disegel. k. Pengambilan contoh benih 1) Kelompok benih a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 25 ton. b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan pengambilan contoh benihnya. 2) Pengambilan contoh benih a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku. b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram (dalam bentuk polong). l. Masa berlaku label Masa berlakunya label diberikan paling lama 3 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 4 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold Storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7 bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang pertama dan bisa

digilib.uns.ac.id 20 diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih yang bersangkutan. m. Pengawasan pemasangan label Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel. Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label berlangsung. n. Standar mutu benih bersertifikat 1) Standar lapangan Kelas benih Isolasi jarak (min) meter Campuran varietas lain dan tipe simpang (max) % Isolasi waktu (hari) BS 2 0,0 10 BD 2 0,2 10 BP 2 0,5 10 BR 2 1,0 10 2) Standar pengujian laboratorium No Uraian BS BD BP BR 1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0 2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0 Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0 4. Daya berkecambali/daya tumbuh (min) % 80 80 80 80 5. Campuran varietas lain/tipe 0,0 0,1 0,2 0,5 simpang (max) %

digilib.uns.ac.id 21 4. Pemeriksaan lapangan a. Tujuan pemeriksaan lapangan 1) Menilai kemurnian genetik. 2) Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe simpang. 3) Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui benih. 4) Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat. b. Pemeriksaan lapangan Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman. Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling. 1) Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara: a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman berdampingan dengan sampel otentik. b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala sebagai berikut. Persentase CVL = selama pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain Dengan pengertian : Jumlah CVL (Ulangan 1+ Ulangan 2) x 100% 1.000 tanaman CVL adalah campuran varietas lain. 2) Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling a) Waktu pemeriksaan lapangan Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu : (1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan (a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.

digilib.uns.ac.id 22 (b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai sebelum tanam. (2) Pemeriksaan lapangan pertama (a) Dilakukan pada fase vegetatif yakni pada waktu pertanaman berumur ± 20 hari setelah tanam. (b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan : - Fase vegetatif belum berakhir. - Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar Benih. - Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan pertama. - Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali. (3) Pemeriksaan lapangan kedua. (a) Dilakukan pada umur 10 hari menjelang panen (fase masak). (b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan : - Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar Benih. - Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan lapangan kedua. - Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali. b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan (1) Pemeriksaan persyaratan - Kebenaran nama dan alamat pemohon. - Untuk dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih. - Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanamantanaman commit yang tumbuh to user pada waktu pemeriksaan tersebut

digilib.uns.ac.id 23 (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya. - Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut. - Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan. (2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat : - Memenuni syarat, atau - Tidak memenuhi syarat - Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya "pengerjaan tanah yang lebih intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak. c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua (1) Persiapan (a) Pemeriksaan persyaratan : - Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ; - Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa. (b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok. (c) Persiapan pemeriksaan. Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang berlaku yakni:

digilib.uns.ac.id 24 - Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan. - Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu. Rumus : X = Y + 8 2 X= jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas). Y= luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha). - Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan. (d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas. (2) Pemeriksaan global Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa : (a) Isolasi jarak Isolasi jarak paling sedikit 2 meter : - Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi jarak. - Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan sertifikasi.

digilib.uns.ac.id 25 (b) Isolasi waktu Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimal 10 hari. (c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan - Bilamana 1/3 luas areal yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak. - Apabila pertanaman yang rebah mengelompok, maka, dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah. (3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalan untuk mengetahui populasi tanaman persatuan luas (m 2 ), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu areal contoh ; pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan Contoh pendahuluan. Caranya adalah : (a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan pendahuluan seluas 1 m 2 ; (b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu areal/blok tersebut; (c) Menghitung rata-rata dalam 1 m 2 berdasarkan angkaangka yang diperoleh pada angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X. (d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa dengan rumus :

digilib.uns.ac.id 26 1000 X m 2 (4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan (a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(l)(c). (b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c(l)(d), dan diberi tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan. (c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)d). (5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan (a) Memeriksa dengan teliti : - Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan. - Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang. - Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku. (b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah : - Fase vegetatif : warna hypokotil. - Fase masak : tipe pertumbuhan. (6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang : (a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan- tipe simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan. (b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :

digilib.uns.ac.id 27 Jumlah campuran varietas lain dan tipesimpang (batang) Jumlah contoh pemeriksaan x 1 1000 x100% d) Hasil pemeriksaan lapangan (1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan oleh Instansi penyelenggara Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap pemeriksaan lapangan. (2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.