PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500-an dan pada awal tahun 1600-an kemudian berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filiphina, dan Thailand. Pertengahan tahun 1700-an, tanaman jagung secara luas tumbuh di Cina, di selatan Fukien, Hunan, dan Szechwan. Populasi jagung berkembang dengan cepat sejak abad 18. Tanaman jagung di Cina dimanfaatkan untuk bahan makanan, terutama di bagian utara, dan dari sini tanaman jagung menyebar ke Korea dan Jepang (Iriany et al. 2007). Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84%, disusul gula 62%, gandum 55%, dan minyak kacang kedelai 47%. Harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010, menurut Food Price Watch. Luas panen jagung nasional hanya sekitar 3.5 juta hektar per tahun dengan produktivitas rata-rata 3.3 ton hektar pipilan kering. Lahan yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas secara teknis masih terbuka lebar bahkan produktivitas dapat mencapai lebih dari 10 ton ha -1, sehingga Indonesia berpeluang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk ekspor (BPS 2008). Produksi jagung 2011 sebesar juta ton pipilan kering (BPS 2012). Total kebutuhan benih jagung sebanyak 500 sampai 600 ton pada 2011, Indonesia masih mengimpor 250 ton, sedangkan sebanyak % atau ton diproduksi lokal (Glen 2012). Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman pangan, khususnya benih jagung. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku (Kartasapoetra 2003). Pemeriksaan benih dilakukan terhadap label dan benih yang beredar, dengan cara mengambil contoh dari kelompok benih yang bersangkutan untuk dilakukan pengujian. Pengawas benih berhak menghentikan peredaran kelompok benih selama kegiatan pengujian ulang paling lama 30 hari. Bupati atau walikota dapat melarang peredaran kelompok benih tersebut berdasarkan laporan hasil pengujian ulang pengawas benih yang tidak sesuai dengan label. Instansi yang telah menghentikan peredaran benih bina, tapi ternyata benih tersebut masih diedarkan, instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati atau walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bersama penyidik pejabat polisi. Kelompok benih hasil pengujian ulang yang masih sesuai dengan standar mutu, atau dalam jangka waktu 30 hari pengawas benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka benih tersebut dapat diedarkan kembali. Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai

2 2 dengan peraturan perundang-undangan, serta benih jagung bermutu tinggi tersedia bagi petani (Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu benih jagung yang digunakan petani masih belum memenuhi harapan petani. Jaminan mutu benih tersebut merupakan suatu tantangan yang harus dijawab oleh semua pihak yang terkait (baik secara langsung maupun tidak langsung) dalam proses produksi dan penyaluran benih jagung yang tidak memenuhi standar mutu minimal kepada petani adalah melalui pengawasan mutu dan peredaran benih jagung. Tujuan Tujuan dari praktik kerja lapangan meliputi: Tujuan umum: 1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih di pasaran. 2. Memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi Industri Benih. Tujuan khusus: 1. Mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. 2. Mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasam penyaluran benih, pengecekan mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk pelabelan ulang, pengawasan benih impor, serta penanganan kasus benih.

3 3 METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu PKL Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai pada tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan tanggal 28 Maret 2013, jurnal harian kerja PKL dapat dilihat pada Lampiran 1. Praktik kerja lapangan minggu pertama dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur (Gambar 1 (a)), yang berlokasi di Jl. Gayung Kebonsari no. 175 A, Surabaya. Praktik kerja lapangan minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan dilaksanakan di Satuan Tugas UPT PSBTPH Wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur (Gambar 1 (b)). Peta lokasi PKL dapat dilihat pada Lampiran 2. a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur (b) Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur adalah dengan kuliah umum, kegiatan lapang, kegiatan evaluasi, dan acara penutupan. Pelaksanaan kuliah umum, merupakan pemberian materi yang berhubungan dengan instansi dan dihubungkan dengan materi yang sudah diajarkan di lingkup perkuliahan. Kegiatan kuliah minggu pertama dilaksanakan di UPT PSBTPH Surabaya yang disampaikan oleh Ir Satoto Berbudi, MSi, selaku Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Materi kuliah yang disampaikan mengenai profil instansi, struktur organisasi, prosedur menjadi produsen atau penyalur benih bina, persyaratan untuk menjadi produsen benih, visi dan misi instansi, tujuan dan sasaran instansi, kelas benih, hak memproduksi benih dengan berbagai kelas benih, prosedur sertifikasi benih, kelompok jabatan fungsional. Kegiatan kuliah minggu kedua dilaksanakan di satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Hal yang disampaikan dalam kuliah mengenai informasi jumlah pegawai, penugasan pembimbing lapang, serta pengenalan ruang kerja oleh Ir Nur Mahmudiyah, selaku Kepala satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut berupa informasi

4 4 baru untuk pengetahuan keadaan sebenarnya di lapangan, mengetahui prosedur kegiatan dari fungsi dan tujuan satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Kegiatan lapang, merupakan kegiatan langsung ke lapang yaitu melaksanakan kegiatan pengawasan peredaran benih jagung secara langsung kepada produsen dan atau pedagang benih. Kegiatan yang dilaksanakan selama lima minggu dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi oleh petugas pengawas benih dari instansi, antara lain inventarisasi pedagang benih, pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pembinaan pedagang benih, pengawasan penyaluran benih, pengecekan mutu benih (checking), pelabelan ulang (re-labeling), pengawasan benih impor, dan penanganan kasus benih. Kegiatan evaluasi, merupakan kegiatan melengkapi data. Data yang mungkin kurang lengkap, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mencari literatur dari buku, bertanya kepada ahli di bidang yang bersangkutan, sehingga dengan adanya kegiatan evaluasi diharapkan data menjadi lengkap. Acara penutupan, merupakan kegiatan akhir praktik kerja lapangan oleh mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan di kantor satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Kegiatan penutupan ini, berupa kegiatan pembuatan laporan mengenai hasil praktik kerja lapangan yang ditujukan kepada satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka, merupakan kegiatan mencari informasi dari buku, literatur, dan pustaka yang ada di perpustakaan UPT PSBTPH Surabaya dan Satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur, serta perpustakaan IPB sebagai pelengkap data dalam pembuatan tugas akhir. Studi pustaka disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga dapat dilaksanakan setiap waktu. Diskusi, merupakan kegiatan yang dilakukan antara mahasiswa dengan pembimbing lapang dan staf lainnya di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur guna menambah wawasan mahasiswa, serta dapat memecahkan kasus atau masalah yang terkait dengan peredaran benih di pasaran. Kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Hasil dari diskusi yang telah dilakukan, kemudian dijadikan sebagai data untuk pembuatan laporan tugas akhir. Teknik Pengolahan Data dan Informasi Metode pengolahan data yang digunakan dengan tiga metode, antara lain metode analisa deskriptif, analisa kualitatif, dan analisa kuantitatif. Metode analisa deskriptif, metode ini dimaksudkan agar data menjadi lebih sederhana, sehingga lebih mudah dipahami. Analisa kualitatif adalah membandingkan data faktual yang diperoleh di lapangan dengan studi literatur serta bahan materi selama perkuliahan. Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa secara kuantitatif dan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus

5 5 pengambilan contoh benih, penetapan kadar air, kemurnian, dan daya tumbuh. Pengolahan data dilakukan dengan software Microsoft Office Excel 2007 dan website resmi Data disajikan dengan statistika secara kuantitatif dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam pembahasan. KEADAAN UMUM Sejarah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Jawa Timur didirikan sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 529/Kpts/org/8/1978 dan SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura No. I.HK , kemudian diterbitkan lagi SK Menteri Pertanian Mentan No. 468/Kpts/OT.210/1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Bina Perbenihan, dan secara administratif operasional dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Jawa Timur. Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung adanya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000 tanggal 18 Desember 2000, dan SK Gubernur Jawa Timur No. 1 Tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000, maka Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) berada dibawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) (Ngadikun dan Martoutomo 2004). Visi dan misi Visi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah terciptanya penyediaan benih dari varietas unggul yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pada mutu dengan sasaran enam tepat, yaitu tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu. Misi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah memberikan pelayanan prima bagi para produsen dan penyalur benih dan petani konsumen benih yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Meningkatkan mutu sumber daya manusia perbenihan. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen dan penyalur benih agar dapat memproduksi serta mengedarkan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai dengan ketentuan. Mendukung program Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur) dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura.

6 6 Kegiatan Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) yang bertanggung jawab di bidang Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura di dalam menjalankan tugasnya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi tugas pokok, yang terdiri dari melaksanakan penilaian kultivar, melaksanakan sertifikasi benih, melaksanakan pengujian benih laboratorium, melaksanakan pengawasan peredaran benih, melaksanakan ketatausahaan, melaksanakan pelayanan teknis, dan melaksanakan sarana prasarana. Struktur Organisasi Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur tentang Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur disusun, dengan urutan kepala UPT, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan fungsional. Struktur organisasi UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, dapat dilihat pada Gambar 2. GUBERNUR JAWA TIMUR KEPALA DINAS PERTANIAN UNIT PELAKSANATEKNIS DINAS Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Tata Usaha Gambar 2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur mempunyai lima instalasi laboratorium di daerah (laboratorium pembantu) disamping laboratorium utama di Surabaya yang telah terakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI dengan Nomor Sertifikat: LP-049-IDN tanggal 28 Maret 2003, yang dalam pelaksanaan operasionalnya dibagi: 1. Laboratorium Surabaya, untuk melayani pengujian benih dari 11 kabupaten, yaitu Surabaya, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Jombang. 2. Laboratorium Madiun, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten, yaitu Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Pacitan.

7 7 3. Laboratorium Kediri, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten, yaitu Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, dan Blitar 4. Laboratorium Malang, untuk melayani pengujian benih dari empat kabupaten, yaitu Malang, Probolinggo, Mojokerto, dan Pasuruan. 5. Laboratorium Jember, untuk melayani pengujian benih dari tiga kabupaten, yaitu Jember, Bondowoso, dan Lumajang. 6. Laboratorium Banyuwangi, untuk melayani pengujian benih dari dua kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Situbondo. Uraian tugas pokok dan fungsi diatur dalam SK Gubernur Nomor: 1 Tahun 2002, sebagai berikut: 1. Kepala UPT Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kepala UPT adalah menyusun rencana dan program kerja balai, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan balai, mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan teknis, serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi, palawija, dan hortikultura. 2. Sub Bagian Tata Usaha Tugas pokok dan fungsi UPT pada sub bagian tata usaha adalah melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga, kearsipan, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perlengkapan dan peralatan kantor, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai. 3. Kelompok Jabatan Fungsional Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kelompok jabatan fungsional, terdiri dari melaksanakan kegiatan penilaian kultivar, sertifikasi benih, pengujian benih secara laboratorium, pengawasan peredaran benih, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai. Fungsi dan Tujuan Fungsi UPT PSBTPH antara lain, penilaian kultivar dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih laboratorium, pengawasan peredaran benih, ketatausahaan, pelayanan teknis, dan sarana prasarana. Tujuan dibentuknya UPT PSBTPH, antara lain melindungi produsen benih dari kemungkinan terjadinya perdagangan benih yang tidak sehat, melindungi petani (konsumen benih) agar selalu dapat memperoleh benih dengan mutu standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen benih melalui layanan sertifikasi dan pengawasan peredaran benih, mendukung program peningkatan produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari varietas unggul secara berkesinambungan, menjamin penyediaan benih bersertifikat bagi konsumen benih sesuai dengan asas enam tepat (tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu), mendorong tersedianya benih sumber yang diperlukan bagi penangkaran benih, mencegah terjadinya benih-benih yang tidak memenuhi standar di pasaran, dan memberikan informasi tentang penyediaan benih bagi produsen dan konsumen benih.

8 8 PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DI SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG PROVINSI JAWA TIMUR Menurut Hidayat (2007), kegiatan yang mencakup dalam pengawasan peredaran benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu: 1. Inventarisasi pedagang benih Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih Inventarisasi pedagang benih merupakan kegiatan mengumpulkan data. Data tersebut berasal dari hasil wawancara secara langsung kepada pegawai satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur mengenai jumlah dan kemampuan usaha pedagang benih yang berada di Malang yang mencakup nama pedagang benih, alamat usaha, kemampuan usaha (benih yang diperdagangkan) dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pedagang benih baik produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya sesuai dengan komoditi benih yang diusahakannya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data setiap produsen atau penyalur pedagang benih, baik secara langsung maupun melalui instansi lain yang mengetahui. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan ini, meliputi nama produsen penyalur pedagang benih, alamat, volume benih yang diproduksi (jenis dan jumlahnya) dan volume benih yang dapat disalurkan secara nyata dalam satu tahun sesuai dengan jenis atau komoditi yang disalurkan (padi, palawija, dan hortikultura). 2. Pendaftaran pedagang benih Pendaftaran pedagang benih, merupakan kegiatan memproses dan memberi Tanda Daftar Pengedar Benih (TDPB) kepada pedagang benih yang mengajukan permohonan pendaftaran sebagai pedagang benih. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 pasal 39, tentang Kewajiban Mendaftarkan Usahanya, dimana peredaran benih bina di dalam negeri dilakukan oleh instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum. Instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum harus mendaftarkan kegiatannya pada pemerintah. Syarat untuk menjadi pengedar benih bina, meliputi 1) harus memiliki pengetahuan di bidang perbenihan tanaman, 2) memiliki fasilitas penyimpanan, 3) menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang diedarkan. Proses permohonan pendaftaran pedagang benih dapat dilihat pada Gambar 3.

9 9 Sumber: Data pribadi Gambar 3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih Pemberian tanda daftar sebagai pedagang benih kepada para pedagang benih yang mengajukan permohonan erat hubungannya dengan usaha pembinaan pedagang benih. Pembinaan diperlukan untuk lancarnya komunikasi dan informasi antara petugas atau pengawas benih dengan para pedagang benih dan secara tidak langsung juga akan mempererat hubungan diantara para pedagang benih sendiri. Pemberian tanda daftar sebagai penyalur benih dapat dilihat pada Gambar 4. a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur benih (b) Pelaksanaan pendaftaran pedagang benih, meliputi pedagang benih mengajukan permohonan sebagai pedagang benih, dengan mengisi formulir yang telah ditentukan oleh UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Pengisian formulir ditulis dengan jelas nama dan alamat lengkap pemohon untuk memudahkan hubungan surat menyurat dan pelaksanaan pembinaan atau pemeriksaan oleh pengawas benih. Pendaftar pengedar benih baru, maka harus mengisi blanko permohonan pendaftaran sebagai pengedar benih, dengan melampirkan syarat-syarat sebagai beriut: 1. Fotokopi kartu penduduk atau KTP pemimpin pengedar benih atau paspor untuk WNA

10 10 2. Pas foto pemimpin pengedar benih ukuran 3 x 4 cm sebanyak empat lembar (untuk arsip buku kendali, satgas, PBT kabupaten, dan ditempelkan pada TDPB) 3. Fotokopi akte badan hukum 4. Fotokopi sertifikat pelatihan di bidang perbenihan jika ada 5. Surat pernyataan mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku dengan bermaterai Rp Denah sarana atau prasarana berskala dan denah dengan alamat menuju lokasi 7. Surat pernyataan kepemilikan sarana atau prasarana (surat milik sendiri, Berita Acara Sewa, atau Berita Acara Pinjam Pakai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak) 8. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp untuk PNBP, baik permohonannya diterima atau ditolak 9. Contoh kemasan benih yang akan dipakai oleh produsen 10. Kemampuan produksi benih bagi produsen benih baru swasta minimal sebesar 25 ton per tahun, sedangkan calon produsen benih instansi pemerintah tidak dibatasi produksinya, namun ada catatan yang dapat dipertimbangkan yaitu bagi kabupaten yang mempunyai: 10.1 Jumlah produsen benih kurang dari sama dengan lima, maka batas produksi bisa kurang dari 25 ton 10.2 Jumlah produsen benih enam sampai 10, maka batas produksi ton 10.3 Jumlah produsen > 10, maka batas produksi > 50 ton Formulir permohonan sebagai pedagang benih tersebut diisi rangkap empat, lembar pertama untuk UPT PSBTPH Surabaya, lembar kedua untuk satgas wilayah setempat (wilayah IV Malang), lembar ketiga untuk Dinas Pertanian kabupaten setempat dan lembar keempat untuk pemohon sebagai arsip. Pengawas benih di wilayah kerja atau kabupaten atau kodya setempat mengkoordinir pendaftaran para pedagang benih. Permohonan dari tiap pedagang benih, disertai keterangan dari pengawas benih, bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Syarat produsen pedagang benih, antara lain mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu dan menyimpan benih, menguasai unit pengolahan untuk pengeringan, pembersihan, pengepakan, gudang tempat penyimpanan, serta jujur dan selalu bersedia mematuhi peraturan atau ketentuan perbenihan yang berlaku. Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina dapat dilihat pada Lampiran 3. Kepala UPT PSBTPH memeriksa setiap hasil penilaian pengawas benih pada pemohon. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat (provinsi atau kabupaten) perlu diperhatikan. Pemohon yang telah memenuhi syarat, maka UPT PSBTPH mengeluarkan surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih. Surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih dibuat lima rangkap,masing-masing untuk pedagang benih yang bersangkutan, Dinas Pertanian kabupaten setempat sebagai pemberitahuan, kepala satgas setempat, pengawas benih kabupaten setempat dan lembar kelima disimpan sebagai arsip di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Penilaian kepada pengedar benih baru, meliputi penilaian tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya manusia yang dimiliki (kuantitas, kualitas yang proporsional dengan rencana produksinya) dan penilaian kelaikan sarana atau prasarana yang dimiliki. Calon produsen benih swasta merencanakan memproduksi benih > 200 ton, maka

11 dilakukan penilaian bersama dengan fungsional pengawasan dari UPT PSBTPH Surabaya. Calon pengedar benih yang memenuhi syarat atau laik, maka pengedar tersebut akan diberikan surat rekomendasi pemberian izin sebagai produsen benih (surat rekomendasi ini hanya berlaku untuk calon produsen, sedangkan untuk penyalur tidak diberikan surat rekomendasi, tetapi langsung diberikan TDPB). Calon produsen yang telah memproses benih dan mencetak label, maka selanjutnya PBT menyampaikan surat kepada Kepala UPT PSBTPH untuk memberitahukan bahwa produsen yang bersangkutan dapat diterbitkan TDPB. Tanda daftar pengedar benih yang telah terbit, maka produsen diwajibkan membayar biaya sebesar Rp (Rp untuk figura dan Rp untuk buku undang-undang perbenihan). Surat tanda daftar pengedar benih berlaku sejak dikeluarkannya dan selama pengedar benih yang bersangkutan masih berusaha di bidang perdagangan benih. Pengedar yang bersangkutan diwajibkan melapor ke UPT PSBTPH setiap akhir tahun, yang menyatakan pedagang yang bersangkutan masih berusaha dalam perbenihan, beserta rencana produksi atau penyalurannya untuk tahun berikutnya. UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan atau penilaian ulang terkait pada pedagang benih sebagai pendaftar baru maupun yang mendaftar ulang. Pemeriksaan atau penilaian ulang dilakukan terhadap sarana pengolahan, sarana penunjang, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki pedagang benih tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan paling sedikit satu kali dalam satu tahun. Surat tanda daftar pengedar benih dapat dicabut dengan alasan, antara lain pedagang yang bersangkutan tidak memberikan laporan seperti yang termasuk diatas, tidak mengindahkan peraturan atau ketentuan yang berlaku, pedagang benih yang bersangkutan meninggal dunia atau perusahaannya bubar, pedagang yang bersangkutan mengundurkan diri atau berhenti dalam berusaha dibidang benih, serta tidak memproduksi benih pada musim berikutnya setelah surat peringatan diberikan dan tidak mengindahkannya, selanjutnya TDPB tersebut dapat dicabut. Pengedar benih yang melakukan perubahan data (pindah alamat, ganti pimpinan, atau lainnya), maka diwajibkan melakukan pendaftaran baru lagi dengan mengajukan permohonan, dengan melampirkan 1) TDPB lama yang asli, 2) Pas foto 3 x 4 cm sebanyak dua lembar (untuk buku kendali dan ditempelkan pada TDPB penggantiannya). Pengedar benih yang mempunyai dua aktifitas, yaitu sebagai produsen dan penyalur, maka yang bersangkutan diwajibkan mempunyai dua TDPB yaitu satu sebagai produsen benih dan yang satu lagi sebagai penyalur benih. Calon pengedar benih yang mempunyai SIUP dan Akte Notaris, maka bagi produsen akan diberi PB (produsen Benih) sedangkan bagi calon penyalur akan diberi nama TP (Toko Pertanian). Setiap pengedar benih (produsen dan penyalur) yang telah mempunyai TDPB diwajibkan melakukan daftar ulang pada setiap akhir tahun (terakhir tanggal 31 Desember) dengan mengisi blanko pendaftaran dan melampirkan fotokopi TDPB serta membayar Rp5 000 bagi produsen, sedangkan bagi penyalur tidak perlu membayar. Pengedar benih baru yang mendapatkan TDPB bulan November atau Desember, maka tetap diwajibkan daftar ulang untuk kegiatan rencana produksinya tahun yang akan datang. Pengedar benih yang tidak melakukan daftar ulang, maka pengedar benih tersebut akan diberikan peringatan 11

12 12 tertulis dari Kepala UPT PSBTPH dengan tembusan kepada PBT di wilayah yang bersangkutan. Data hasil pendaftaran produsen dan penyalur benih dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011 Pengedar Benih Produsen Penyalur Tanaman Pangan Hortikultura Jumlah Mendaftar ulang 454 (83.92%) 87 (16.08%) 541 (69.10%) Pendaftar baru 55 (61.80%) 34 (38.20%) 89 Jumlah Mendaftar ulang (30.90%) Pendaftar baru Jumlah Jumlah Pengedar Terdaftar 912 Jumlah Penyalur Benih Tercatat 930 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011 Terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2011 telah dilakukan daftar ulang dan daftar baru pengedar benih di Jawa Timur. Pendaftaran pengedar benih dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan aspek legalitas baik pada produsen benih maupun penyalur benih. Jumlah pengedar benih tahun 2011 yang mengajukan permohonan daftar ulang berdasarkan statusnya, yaitu sebagai produsen benih sebanyak 541 (69.10%) dan sebagai penyalur benih sebanyak 242 (30.90%). Permohonan pendaftaran ulang produsen benih berdasarkan komoditinya, yaitu tanaman pangan yang mendaftar ulang sebanyak 454 (83.92%), sedangkan hortikultura sebanyak 87 (16.08%). Produsen benih tanaman pangan yang mendaftar baru sebanyak 55 (61.80%) dan produsen hortikultura yang mendaftar baru sebanyak 34 (38.20%). Hal yang menyebabkan pengedar benih tanaman pangan lebih besar dibanding dengan hortikultura, baik yang mendaftar ulang maupun yang mendaftar baru, karena wilayah Jawa Timur mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis, yaitu kesuburan tanah dan cuaca atau iklim yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman pangan di wilayah tersebut, serta masih tersedianya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan. 3. Klasifikasi pedagang benih Klasifikasi pedagang benih, merupakan kegiatan mengklasifikasi semua pedagang benih yang diinventarisasi dengan sistem penilaian. Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan scoring. Kriteria scoring mempunyai tiga kriteria, yaitu partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat atau petani (konsumen benih), pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuan usaha. Kriteria scoring selengkapnya tercantum dalam Lampiran 5. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian, dikumpulkan dari hasil evaluasi tahunan, wawancara, partisipasinya terhadap program pemerintah, pengetahuannya tentang perbenihan, ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuannya dalam usaha perbenihan. Indikator penilaian

13 13 klasifikasi pedagang benih adalah dengan perhitungan untuk mengklasifikasi kelas pedagang benih yang tercantum dalam Lampiran 6. Kegiatan klasifikasi pedagang benih bertujuan untuk menetapkan kelas-kelas pedagang benih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga akan mempermudah dalam melakukan pembinaan juga untuk menilai penerapan peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan klasifikasi dilakukan setiap triwulan (tiga bulan sekali) dengan jalan mengumpulkan data dari setiap pedagang benih, yaitu dengan jalan melakukan pemeriksaan administrasi, mengadakan wawancara, dan memeriksa tempat penyimpanan benih atau kios tempat penjualan. Kegiatan penilaian ulang terkait pendaftaran ulang sebagai produsen benih, untuk mendapat klasifikasi kelas, berupa pemeriksaan kelengkapan dokumen dan wawancara dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Sumber: Data pribadi Gambar 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian Penilaian ulang dilakukan terhadap kelaikan pengedar benih minimal satu kali dalam satu tahun. Prinsipnya waktu penilaian ulang adalah sepanjang tahun berjalan, dan hasil penilaian dituangkan dalam blanko penilaian ulang. Penilaian ulang dilakukan terhadap 1) tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya manusia (diisi oleh pengedar yang bersangkutan dan selanjutnya diberikan kepada PBT), 2) kondisi sarana atau prasarana (diisi oleh PBT dan produsen yang bersangkutan secara bersama), dan 3) ketertiban administrasi, ketaatan peraturan perbenihan, dan kinerja (diisi oleh PBT). Pengawas benih tanaman memberikan penilaian terhadap daftar pertanyaan yang telah diisi tersebut dengan nilai, selanjutnya blanko yang telah diisi dengan nilai disampaikan kepada fungsional pengawasan peredaran benih di Surabaya selambat-lambatnya tanggal 31 Desember. Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina, dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari penilaian, maka selanjutnya PBT fungsional pengawasan peredaran benih akan menentukan klasifikasi sesuai nilai skor yang diperoleh dari hasil penilaian. Data hasil klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas Malang dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai skor yang dapat diberikan, sebagai berikut: - Kelas A = Baik sekali, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai > 90 - Kelas AB = Baik, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai Kelas B = Sedang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 75-79

14 14 - Kelas BC = Kurang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai Kelas C = Kurang sekali, yaitu pedagang benih dengan Jumlah nilai < 64 Tabel 2 Sumber: Data pribadi Gambar 6 Wawancara untuk keperluan penilaian Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas Malang tahun 2012 No Produsen Kelas 1 KB Randuagung A 2 PT Advanta SeedIndonesia B 3 Batara Seed B 4 CV Tani Maju B 5 PT Syngenta LSSM-BTPH 6 PT DuPont Indonesia LSSM-BTPH Sumber: Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2012 Klasifikasi produsen tanaman pangan tahun 2012 khususnya benih jagung, terdapat enam produsen benih jagung di Malang yang mempunyai kelas tersendiri. Produsen benih jagung Kebun Benih (KB) Randuagung dengan klasifikasi kelas A, PT Advanta Seed Indonesia, Batara Seed, dan CV Tani Maju dengan klasifikasi kelas B, serta PT Syngenta dan PT DuPont Indonesia dengan klasifikasi kelas LSSM-BTPH. LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor /Kpts/KP.150/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999, tentang Pembentukan LSSM-BTPH dengan ruang lingkup kegiatan sertifikasi benih mandiri pada produsen benih meliputi pengendalian mutu benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label (sertifikat) baik untuk menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi di bidang tanaman pangan dan hortikultura.

15 15 Hasil klasifikasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian rekomendasi penangkaran benih pada tahun berikutnya. Rekomendasi diberikan berdasarkan penilaian ulang kelaikan, daftar ulang, dan realisasi pengajuan sertifikasi tahun lalu. Rekomendasi terdiri dari klasifikasi, jenis komoditi, jumlah varietas, kelas benih, dan luas penangkaran. Rekomendasi dikeluarkan oleh Kepala UPT PSBTPH dan berlaku selama satu tahun yaitu penagkaran sejak 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Data hasil klasifikasi benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur berdasarkan kelas benih yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 3. Produsen harus melaksanakan rekomendasi yang diberikan tersebut dengan pengawasan dari PBT. Rekomendai akan gugur demi hukum jika produsen yang bersangkutan melakukan pelanggaran yang berat di bidang perbenihan (misalnya mengedarkan benih tanpa label dan tidak melakukan sertifikasi). Permintaan dispensasi penangkaran untuk kelas benih yang lebih tinggi dari klasifikasinya hanya diberikan atas persetujuan Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Dispensasi penangkaran diberikan melalui permohonan dari produsen kepada Kepala UPT PSBTPH. Tabel 3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012 No Klasifikasi Jumlah Persentase (%) Kelas Benih yang direkomendasikan 1 A Benih Dasar (BD) 2 AB Rekomendasi BD Benih Pokok ( BP ) 3 B Benih Pokok (BP) 4 BC Rekomendasi BP Benih Sebar ( BR ) 5 C Benih Sebar (BR) 6 LSSM Sertifikasi Mandiri Jumlah 454 Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2012 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3. Klasifikasi A sejumlah 40 produsen (8.81%), klasifikasi AB sejumlah 17 (3.74%), klasifikasi B sejumlah 288 produsen (63.44%), klasifikasi BC sejumlah 10 (2.20%), dan klasifikasi C sejumlah 95 produsen (20.92%), dan LSSM-BTPH sejumlah 4 (0.88%). Izin diberikan kepada 40 produsen benih tanaman pangan dengan klasifikasi A untuk menghasilkan benih dengan kelas benih dasar (BD), klasifikasi B diizinkan untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP), klasifikasi BC diberikan rekomendasi untuk menghasilkan benih dengan kelas benih pokok dan klasifikasi C diizinkan untuk menghasilkan kelas benih sebar (BR. Persentase paling besar klasifikasi kelas untuk produsen benih tanaman pangan adalah klasifikasi kelas B yang diizinkan memproduksi kelas benih pokok (BP). Hal tersebut terjadi, karena benih pokok tersebut tidak seluruhnya digunakan sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar, tetapi digunakan untuk produksi jagung konsumsi. Penggunaan benih pokok sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar karena adanya anggapan yang keliru dari petani bahwa penggunaan

16 16 benih yang kelas benihnya lebih tinggi akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi pula. 4. Pembinaan pedagang benih Pembinaan pedagang benih dilakukan dengan kunjungan dan pelatihan sewaktu-waktu atau secara berkala. Frekuensi pembinaan pedagang benih berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya. Pedagang benih dengan klasifikasi rendah, pembinaan lebih sering dilaksanakan. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu pembinaan dilakukan pada semua orang atau badan hukum yang berusaha dalam bidang perbenihan, misalnya pedagang benih, produsen pedagang benih (pedagang benih yang sekaligus sebagai produsen benih), dan penyalur pedagang benih (pedagang hanya menyalurkan benih dari produsen benih). Pembinaan para pedagang benih diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam masalah perbenihan. Materi pokok yang dibinakan meliputi program perbenihan, peraturan atau ketentuan perbenihan beserta kepentingannya bagi pedagang atau petani (konsumen benih) dan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Para pedagang benih harus memberi penjelasan kepada pembeli tentang sifat varietas dan cara menggunakan benih yang bersangkutan. Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 803 Tahun 1997 pasal 13, 15, dan 19 tentang Kewajiban Pengedar Benih Bina, yaitu setiap produsen benih bina wajib melaksanakan pemasangan label terhadap kelompok benih yang dinyatakan lulus sertifikasi, mematuhi peraturan perundang-undangan perbenihan yang berlaku, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, memiliki catatan tentang data benih yang diedarkan selama satu tahun bagi tanaman semusim dan lima tahun bagi tanaman tanaman tahunan, melaporkan jumlah benih bina yang dijual apabila diminta oleh instansi yang berwenang (dalam hal ini laporan pengawasan peredaran benih bina), menerima kedatangan, dan memberikan keterangan yang diperlukan oleh pengawas benih atau petugas perbenihan yang lain, serta melaporkan setiap terjadinya perubahan data pengedar benih bina (contohnya ketika pergantian pimpinann dan perubahan alamat) (Dinas Pertanian 2006). Pengawasan Penyaluran Benih Pengawasan penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan dari setiap pedagang benih dengan mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi, jumlah, dan varietas). Kegiatan pengawasan penyaluran benih bertujuan untuk mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur sesuai dengan jenis dan varietasnya. Data pengawasan penyaluran benih juga dapat digunakan untuk menilai atau mengevaluasi tingkat kemajuan petani dalam menggunakan benih bermutu. Cara pelaksanaan kegiatan pengawasan penyaluran benih dengan jalan mengumpulkan data penyaluran benih dari para pedagang benih. Pedagang benih diwajibkan membuat catatan penerimaan dan penyaluran atau penjualan benih. Para pedagang benih juga wajib mempunyai catatan-catatan lainnya yang berhubungan dengan benih yang diperdagangkannya, misalnya catatan tentang pengujian laboratorium, dan catatan tentang perlakuan yang diberikan pada benih.

17 Kedelai Jagung Padi Komoditi Sisa Stock 2010 Produksi Dalam Provinsi Produksi Luar Provinsi Impor Jumlah Dalam Prov Luar Prov Sisa stock 2011 Asumsi serapan dalam provinsi (%) 17 Kegiatan pengawasan penyaluran benih untuk menjawab ketersediaan benih yang dibutuhkan petani. Kegiatan pengawasan penyaluran benih merupakan kegiatan yang dipakai untuk acuan perencanaan pendaftaran pengedar benih bina, perencanaan checking mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan (kegagalan dan mutu benih). Kegiatan pengawasan bukan hanya kegiatan administratif, tetapi merupakan laporan pelaksanaan pengawasan penyaluran atau peredaran benih di lapang yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan dari pengawasan penyaluran benih sendiri, antara lain 1) untuk mengetahui sisa stok benih di produsen atau di penyalur benih pada saat tertentu, 2) mengetahui jumlah stok benih yang telah terserap oleh petani pada kurun waktu tertentu, 3) mengetahui jumlah stok benih yang telah tersalur ke luar dan ke dalam provinsi atau ke luar dan ke dalam negeri pada kurun waktu tertentu, 4) mengetahui jumlah stok benih yang tidak laku, afkir (digiling jadi beras), tidak lulus checking atau pelabelan ulang), 5) sebagai acuan perencanaan pendaftaran atau inventarisasi pengedar benih, perencanaan checking mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan, 6) untuk pembinaan kepada pengedar benih agar menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang diedarkan dan menyalurkan lot benih yang tidak tercampur dengan lot benih yang lain, 7) mengetahui alur peredaran benih, serta 8) untuk pengambilan kebijakan. Data hasil realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011 Ketersediaan Benih Tahun 2011 (ton) Penyaluran Ke (1) (2) (3) (4) (5) (6)= (7) (8) (9)=6- (7+8) (11)=9/7x Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011 Realisasi peredaran benih dilaksanakan secara rutin setiap akhir tahun. Terlihat pada Tabel 4, menunjukkan jumlah ketersediaan benih padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2011, berturut-turut sebanyak ton, ton, dan ton. Sisa stock setelah penyaluran ke dalam provinsi dan luar provinsi, mempunyai sisa stock berturut-turut sebanyak ton, ton, dan ton. Asumsi serapan dalam provinsi, terlihat pada komoditi jagung lebih rendah dibandingkan padi dan kedelai, yaitu sebesar 64.74%, sedangkan komoditi kedelai mempunyai asumsi serapan provinsi paling tinggi sebesar 92.36%.

18 18 Kegiatan Pelabelan Ulang Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan ulang terhadap benih menjelang kadaluarsa. Surat permohonan pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 8. Kegiatan pelabelan ulang terdiri dari pengambilan contoh benih. Kegiatan tersebut agar benih yang diperdagangkan adalah benih yang memenuhi standar mutu minimal yang telah ditetapkan pemerintah dan menghindari kemungkinan terjadinya kasus pelanggaran terhadap peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan pelabelan ulang bertujuan untuk mengatasi masalah yang sering timbul dalam peredaran benih, khususnya yang menyangkut mutu benih atau label benih. Masalah yang sering muncul terkait pelabelan ulang, antara lain turunnya mutu benih karena kondisi tempat penyimpanan atau faktor lain yang tidak sesuai, label sudah tidak berlaku karena telah melewati tanggal masa berlakunya label, pada benih impor labelnya masih menggunakan bahasa asing yang sulit dimengerti oleh petani konsumen, dan jumlah benih dalam satu kemasan terlalu besar sehingga perlu dipecah menjadi kemasan yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan petani konsumen (Sjahroesja 2007). Pelabelan ulang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) perpanjangan masa berlakunya label, yang bertujuan untuk memperpanjang masa beredarnya benih dari tanggal yang tertera pada label sebelumnya. Label diberikan jika mutu benih yang bersangkutan berdasarkan hasil pengujian ulang (rechecking) masih sesuai dengan strandar kelas benih yang bersangkutan. Label memuat keterangan perpanjangan masa penyaluran dan berbentuk sticker (tempelan) untuk komoditas hortikultura, warna sticker disesuaikan dengan warna label pada kelas yang bersangkutan, sedangkan pada tanaman pangan disebut label yang terbuat dari kertas, 2) penyesuaian label, dilakukan untuk menyesuaikan keterangan mutu atau label dengan label baru. Penyesuaian label atau keterangan mutu ini dilaksanakan karena terjadi penurunan kelas, penggantian label dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia, pemecahan wadah dari wadah yang besar menjadi wadah-wadah yang kecil. Label baru tersebut tetap mencantumkan identitas lama ditambah nama dan alamat yang mengajukan permohonan ulang. Warna label baru disesuaikan dengan kelas atau tingkat mutu yang dicapai. Contoh label benih pelabelan ulang kesatu dapat dilihat pada Lampiran 9. Kegiatan pelabelan ulang dapat dilaksanakan dengan syarat, pertama harus ada permohonan dari pedagang atau pemilik benih yang labelnya mendekati kadaluarsa. Kedua, benih yang telah dilakukan pengecekan dalam rangka pengawasan peredaran. Ketiga, hasilnya dinyatakan label tidak sesuai lagi untuk kelas benih yang bersangkutan. Keempat, mutunya masih memenuhi standar untuk kelas yang bersangkutan atau kelas dibawahnya. Kelima, benih impor harus dilampiri dengan bukti surat izin pemasukan atau dokumen lain yang berhubungan dengan benih tersebut. Kegiatan pemeriksaan berkas permohonan produsen untuk pengambilan contoh benih dapat dilihat pada Gambar 7.

19 19 Sumber: Data pribadi Gambar 7 Pemeriksaan berkas permohonan Pelabelan ulang dilaksanakan setelah diterimanya permohonan pelabelan ulang oleh pemilik benih. Lokasi pengambilan contoh benih guna pengecekan mutu benih adalah di gudang produsen, penyalur atau importir, kelompok tani atau di petani. Permohonan pelabelan ulang dilaksanakan satu bulan atau 14 hari sebelum habis masa berlaku label. Permohonan pelabelan ulang untuk benih yang sudah habis masa berlaku labelnya, hanya dapat dilakukan apabila kelompok benih merupakan penarikan dari penyalur benih atau kios benih dan harus mendapat persetujuan dari Kepala UPT PSBTPH terlebih dahulu. Pedagang atau pemilik benih mengajukan permohonan ulang ke UPT PSBTPH sesuai wilayah kerjanya, dengan mengisi formulir yang telah ditentukan. Pengisian formulir permohonan harus jelas dengan mencantumkan jenis atau varietas, kelas benih, tonase, jumlah wadah benih, dan tanggal kadaluarsa. Pengawas benih atau UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan berkas permohonan atau label seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 untuk mengambil contoh benih pada kelompok benih yang bersangkutan dengan rumus yang sudah ditetapkan. Pengambilan contoh benih dilakukan menurut petunjuk atau ketentuan yang berlaku, yaitu menggunakan rumus 5+10% N (N = jumlah wadah). a Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi Gambar 8 Lot benih (a) dan pengambilan contoh benih menggunakan nobbe trier (b) Pengambilan contoh benih pada lot benih (Gambar 8 (a)) menggunakan alat nobbe trier seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 (b). Nobbe trier adalah suatu tabung dengan ujung yang meruncing dan mempunyai lubang oval dekat b

20 20 pada ujungnya. Nobbe trier dapat digunakan secara horizontal, diagonal, atau vertikal. Benih melewati tabung pada alat nobbe trier dan ditampung dalam wadah. Diameter minimal nobbe trier sekitar 30 mm untuk jagung. Penggunaan alat ini dengan cara menusukkan ke dalam karung dengan sudut 30 o (terhadap garis horizontal), lubang menghadap ke bawah, maka dorong nobbe trier hingga mencapai bagian yang ditentukan dan diputar 180 o agar lubang menghadap ke atas dan alat tersebut lalu ditarik secara perlahan dari wadah, goyang perlahan untuk memperlancar aliran benih. Contoh benih yang berasal dari nobbe trier dikumpulkan pada wadah yang telah disediakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 (a). Lubang bekas pengambilan contoh benih ditutup dengan sticker. a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 9 Contoh komposit (a) dan timbangan (b) Contoh primer yang homogen dalam lot, kemudian digabung dalam satu wadah menjadi contoh komposit. Prosedur pengambilan contoh tersebut jika tidak dilakukan dengan benar harus dihentikan. Contoh primer dapat dijadikan contoh komposit, jika dalam lot tersebut terlihat homogen. Jika contoh komposit yang tetap diambil tidak homogen, maka tidak perlu diambil contoh kerjanya. Contoh kirim yang dibutuhkan untuk benih jagung sebanyak gram yang ditimbang dengan timbangan digital (Gambar 9 (b)) untuk mencegah benih berlebih yang akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik benih, dan mencegah pengambilan contoh benih yang kurang bagi PBT. Contoh benih jagung harus dikemas dalam wadah yang standar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 untuk mencegah kerusakan selama perjalanan. Contoh kirim untuk penetapan kadar air dan contoh dari lot benih yang berkadar air rendah harus dikemas dalam wadah kedap udara dan mengandung udara seminimal mungkin. Contoh kirim untuk pengujian daya tumbuh, pengujian viabilitas dan pengujian kesehatan benih hanya boleh dikemas dalam wadah kedap udara jika kondisi penyimpanan yang ideal dapat dijamin. Blanko pengambilan contoh benih pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 10. Contoh benih harus dikirim oleh petugas pengambil contoh ke laboratorium pengujian sesegera mungkin. Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 11.

21 21 Sumber: Data pribadi Gambar 10 Benih jagung dalam wadah yang standar Kegiatan pengiriman contoh kirim ke laboratorium, dengan mengisi blanko pengiriman sampel benih. Pengamatan terhadap contoh benih yang diterima dengan mencocokan blngko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang dan label yang menyertainya. Hasil pengamatan contoh benih serta datanya tidak benar, maka contoh benih tersebut dikembalikan kepada pengirim, disertai pengantar yang ditandatangani Kepala UPT PSBTPH. Hasil pengamatan contoh benih serta datanya benar, maka data benih dimasukkan ke dalam buku kendali Pelabelan Ulang atau Pengawasan Pemasaran sesuai nomor urut buku kendali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Sumber: Data pribadi Gambar 11 Buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang Penilaian untuk menentukan apakah hasil pengujian masih memenuhi standar atau tidak adalah dengan cara membandingkan hasil uji yang baru dengan data label. Penilaian dilaksanakan terhadap semua komponen mutu benih yang diuji, dengan ketentuan yang meliputi daya tumbuh maksimal, benih murni maksimal, kotoran benih maksimal, varietas lain minimal, dan kadar air maksimal sama dengan data label. Masa edar benih untuk pelabelan ulang adalah maksimal setengah masa edar benih sebelumnya (pelabelan ulang kesatu), dan untuk

22 No. Lab KA BM BTL CVL BWL KB DT KA BM BTL CVL BWL KB DT 22 pelabelan ulang kedua dan seterusnya masa edar benih maksimal sama dengan masa edar pelabelan ulang sebelumnya. Laporan hasil pengujian yang akan diterbitkan harus ditandatangani terlebih dahulu oleh PBT Madya atau PBT lain yang ditunjuk. Laporan harus segera diserahkan kepada Seksi Pelayanan Teknis, penyerahan menggunakan buku Surat Masuk dan Keluar. Tujuan pengiriman hasil laporan pengujian adalah kepada pemilik benih, dengan tindasan kepada produsen benih, Kepala Satgas, dan PBT di kabupaten tempat contoh benih diambil. Pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang yang diuji di laboratorium menghasilkan data pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan hasil uji laboratorium antara data label dan data hasil pengujian Data Label KM Data Hasil Pengujian KM SU- 113N SUH- 098N Sumber: Laboratarorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Keterangan: KA : Kadar Air, KM : Kemurnian, BM : Benih Murni, BTL : Benih Tanaman Lain, CVL : Campuran Varietas Lain, BWL : Benih Warna Lain, KB : Kotoran Benih, DT : Daya Tumbuh Terlihat pada Tabel 5, menunjukkan hasil pengujian laboratorium dengan data label. Nomor laboratorium SU-113N pada data label, menghasilkan Kadar Air (KA) 10.1% dan pada hasil pengujian menghasilkan KA 11.3%. Kadar air nomor laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil pengujian berturut-turut sebesar 7.6% dan 9.9%. Menurut Budiarti (2011), KA benih jagung komposit kelas BR maupun benih jagung hibrida komersial untuk kadar air (maksimal) 12.0%. Hasil tersebut menunjukkan untuk kedua nomor laboratorium telah memenuhi standar mutu maksimal, sehingga penetapan KA dapat dinyatakan lulus. Nomor laboratorium SU-113N pada data label dengan data hasil pengujian laboratorium Daya Tumbuh (DT) berturut-turut 99% dan 98%, sedangkan nomor laboratorium SUH-098N mempunyai data label dan data hasil pengujian DT berturut-turut, sebesar 97% dan 79%. Menurut Budiarti (2011), daya tumbuh (minimal) 80% untuk benih jagung komposit, sedangkan standar pengujian laboratorium daya tumbuh (minimal) jagung hibrida komersial sebesar 85%, sehingga nomor laboratorium SU-113N telah memenuhi standar mutu maksimal dan dinyatakan lulus, kecuali pada nomor laboratorium SUH-098N harus dilakukan pengujian ulang. Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 12. Pengawasan pemasangan label ulang dilakukan setelah pengujian pelabelan ulang. Prosedur dalam mengawasi pemasangan label ulang, antara lain: 1. Petugas harus memastikan kebenaran waktu dan tempat pemasangan label kepada pemilik benih

23 23 2. Arsip laporan hasil pelabelan ulang dan pengambilan contoh benih harus diperikasa kembali 3. Mencocokkan data label dengan laporan hasil pelabelan ulang untuk mengetahui kebenaran cetakan label 4. Mencocokkan data label dengan keterangan kelompok benih yang akan dipasangi label 5. Menghitung jumlah stok benih yang ada, stok yang belum dipasang label dan sudah tersalur, serta jumlah label yang sesuai stok Stok benih yang melebihi jumlah label, maka petugas harus menanyakan alasan kepada pemilik benih. Alasan yang dinilai meragukan, maka label tidak dapat diserahkan dan harus melakukan penelusuran. Label diserahkan sesuai dengan stok yang ada. Label tidak dapat diberikan, jika stok benih sudah tidak ada, kelompok benih meragukan, atau tidak sesuai dengan data label. Sisa label yang belum terpasang, harus dikembalikan kepada Kasatgas atau ke fungsional pengawasan peredaran benih sebagai berita acara penyerahan label. Pengawasan pemasangan label yang belum terpasang seluruhnya, maka harus membuat berita acara yang memuat jenis, varietas, kelas, nomor induk, nomor kelompok, nomor seri label yang belum terpasang, dan nomor seri label yang sudah terpasang, stok yang sudah dan atau belum diberi label, serta tanggal pelaksanaan. Kegiatan Pengecekan Mutu Benih Pengecekan mutu benih (checking) dilakukan dengan mengumpulkan data berbagai faktor pembatas terjadinya penurunan mutu benih. Melakukan pemeriksaan terhadap: label benih, wadah atau kantong benih, fisik benih, tempat, dan kondisi serta cara penyimpanan benih. Pemeriksaan label benih diprioritaskan pada legalitas label, dan berbagai keterangan yang tercantum pada label, serta kaitannya dengan fisik benih. Melakukan pengelompokan wadah benih sesuai dengan keterangan yang tertera pada label. Mengambil contoh benih (untuk pengujian laboratorium dalam rangka pengecekan mutu benih) dari masing-masing kelompok benih. Melakukan pencatatan data dan stok benih dari masing-masing kelompok benih yang akan diuji. Mengirim contoh benih ke Laboratorium UPT PSBTPH dalam rangka pengecekan mutu benih. Pengecekan mutu benih tidak dapat dilakukan terhadap benih yang sudah kadaluarsa. Pengecekan mutu benih dibagi menjadi dua macam, yaitu pengecekan mutu benih bukan kasus dan pengecekan mutu benih yang diduga kasus. Kelompok benih yang sudah terbukti unsur pidananya tidak perlu dilakukan pengecekan mutunya, maka dilakukan penanganan kasus sesuai prosedur penanganan kasus. Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) bertujuan agar benih padi dan palawija maupun hortikultura yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu. Kegiatan pengecekan mutu benih (checking) dilaksanakan dengan jalan memeriksa benih yang diperdagangkan. Hal yang perlu diperiksa meliputi keterangan pada label, catatan yang berhubungan dengan benih yang diperdagangkannya, dan melakukan pengambilan contoh benih untuk dilakukan pengujian. Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 13.

24 24 Kegiatan checking mutu, termasuk di dalamnya melakukan pengawasan benih impor, merupakan kegiatan pemeriksaan semua data tentang stok dan identitas maupun keterangan mutu benihnya. Kegiatan selanjutnya adalah mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari masing-masing kelompok benih yang ada. Menghitung jumlah kemasan dan jumlah stok benih. Kegiatan checking mutu perlu diperhatikan dalam cara dan tempat atau gudang penyimpanan benih dalam pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu. Pengambilan contoh benih terutama dilakukan bila terlihat ada yang meragukan, misalnya data label terlihat tidak logis (benih murni kurang dari 95%, daya tumbuh 60%), cara penyimpanan tidak baik, mudah rusak atau kelihatan kotor dan sebagainya. Petugas atau pengawas benih terlebih dahulu memeriksa benar atau tidaknya keterangan pada label, dengan memperhatikan tiap butir yang terdapat pada label sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu bagi tiap komoditi jika benih diberi perlakuan dengan pestisida atau bahan kimia yang lain yang berbahaya, pada label harus ada keterangan (tulisan) bahwa benih tersebut tidak boleh dimakan atau diberikan pada ternak, dan harus dicantumkan juga nama dari bahan kimia yang digunakan. Petugas atau pengawas benih membandingkan hasil pemeriksaan dengan standar yang berlaku sesuai dengan jenis atau varietas dan kelas dari benih yang bersangkutan. Komponen mutu benih yang tidak memenuhi standar adalah daya tumbuh. Laporan hasil pengujian dilaksanakan maksimal tujuh hari sejak dikeluarkannya laporan. Kelompok benih yang tidak memenuhi standar mutu, maka label dari masing-masing kantong benih dikeluarkan dan dihitung jumlahnya (penarikan label). Data hasil realisasi pengecekan mutu benih (checking) jagung dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Realisasi pengecekan mutu benih jagung tahun 2011 No. Uraian Jagung Persentase (%) Jumlah Contoh Benih (unit) Memenuhi standar Tidak memenuhi standar Berat kelompok benih yang diuji (ton) Memenuhi standar Tidak memenuhi standar Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011 Hasil pengecekan mutu benih untuk komoditas jagung dengan jumlah contoh benih 383 unit, didapat bahwa contoh benih jagung yang memenuhi standar sebanyak 348 unit (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 unit (9.13%), sedangkan berat kelompok benih jagung yang diuji sebanyak ton, yang memenuhi standar sebanyak ton (97.61%), dan yang tidak memenuhi standar sebanyak ton (2.39%). Mutu benih standar meliputi mutu daya tumbuh, mutu benih murni, mutu kotoran benih, mutu varietas lain, dan mutu kadar air.

25 25 Pengawasan Peredaran Benih Impor Kegiatan pengawasan peredaran benih impor dapat dilakukan dengan cara memeriksa semua data tentang stock dan identitas maupun keterangan mutu benihnya. Mengambil contoh benih (dalam rangka pengecekan mutu benih) dari masing-masing kelompok benih yang ada. Tujuan kegiatan ini, yaitu untuk mengetahui apakah benih yang di impor ke Indonesia telah memenuhi syarat dan prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Menjaga agar benih impor yang diperdagangkan adalah benih yang memenuhi standar mutu minimal yang ditetapkan pemerintah (Amin 2009). Peredaran benih impor hampir merata di seluruh wilayah Jawa Timur, untuk menjaga agar mutu benih impor yang beredar di pasaran tetap memenuhi standar yang ditetapkan maka diperlukan pengawasan mutu benih impor. Pelaksanaan kegiatan pengawasan peredaran benih impor, meliputi pemasukan benih dan pengeluaran benih. Data hasil impor benih jagung hibrida dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Pemasukan benih jagung hibrida dari luar negeri tahun 2011 No Importir Alamat Varietas/Galur Jumlah (kg) Negara Asal 1 PT. Branita Shandini Mojokerto DK Thailand F M PAC PT. Advanta Seed Malang PAC 105 F Indonesia PAC 105 M India PAC 125 M PAC Jumlah NK 22 F NK 22 M NK 33 F NK NK NK NK PT. Syngenta Malang NK India NK 6326 F NK 99 F NP NP NP NP Sugar Jumlah Total Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011

26 26 Tabel 7 menunjukkan pada tahun 2011 tercatat tiga importir benih jagung hibrida yang melakukan pemasukan benih (impor) berasal dari Negara Thailand dan India adalah PT Branita Sandhini yang berada di Mojokerto dengan jumlah impor kg, PT Advanta Seed Indonesia dengan jumlah impor kg, dan PT Syngenta yang berada di Malang dengan jumlah impor kg. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2011 tercatat eksportir benih tanaman pangan, khususnya benih jagung hibrida varietas C7 dari PT Branita Sandhini yang melakukan pengeluaran (ekspor) benih ke Negara Taiwan dengan jumlah kg. Peredaran benih di Jawa Timur menunjukkan bahwa pemasukan benih (impor) lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran benih (ekspor). Kegiatan Penyelesaian Kasus Penanganan kasus benih, merupakan kegiatan menyelesaikan berbagai kasus yang timbul, baik antar pedagang benih maupun antara pedagang benih dengan petani. Kegiatan penanganan kasus benih bertujuan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang mungkin timbul dalam perdagangan benih, baik kasus yang terjadi antara pedagang benih dengan petani konsumen benih, antar pedagang sendiri, maupun bagi pedagang benih yang tidak memenuhi ketentuan atau peraturan yang berlaku. Pengawas benih dalam menangani suatu kasus atau masalah, harus bersifat mendidik dan berpegang pada tujuan pengawasan peredaran benih. Pengawas benih mengambil tindakan yang lebih keras, jika kasus atau masalah tersebut belum dapat diatasi. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan administratif dan lebih lanjut dapat dengan tindakan pidana. Pengawas benih jika mengambil tindakan pidana harus menghubungi petugas hukum yang berwenang menangani dan harus mempunyai data lengkap dan barang bukti yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan untuk diajukan ke pengadilan. Cara penyelesaian dan beberapa contoh kasus atau masalah yang umum terjadi, meliputi kasus ketidakcocokan antara volume suatu kelompok benih yang ada di penyalur dengan volume penyaluran kelompok benih tersebut oleh produsen pedagang benih. Cara penyelesaian pada kasus ini adalah petugas benih harus cepat memeriksa produsen dan penyalur yang bersangkutan. Kepada yang bersalah diberi teguran atau peringatan. Kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum selesai masalahnya. Kasus jumlah benih yang beredar dari suatu kelompok benih, melebihi tenaga kelompok benih yang diujikan. Cara penyelesaian pada kasus ini adalah kelompok benih tersebut tidak boleh diperdagangkan sebelum memenuhi ketentuan yang berlaku. Kelompok benih yang pelabelannya tidak melalui prosedur yang telah ditetapkan tidak boleh diperdagangkan Kasus mengenai keluhan dari petani mengenai mutu benih yang dibelinya. Cara penyelesaian pada kasus ini, yaitu pengawas benih perlu meneliti keluhan semacam ini, ia harus yakin akan kebenaran kesimpulannya sebelum membuat pernyataan tentang mutu dari kelompok benih yang diperiksa. Keluhan terhadap mutu biasanya mengenai daya tumbuh serta kebenaran varietas dan Campuran Varietas Lain (CVL) bila keluhan tersebut ternyata pada label, maka dalam penyelesaiannya pengawas benih bertindak sebagai penengah. Petani yang

27 telah melakukan pengecambahan dengan cara seperti yang disarankan oleh pedagang, tapi ternyata daya tumbuhnya rendah, maka petani yang bersangkutan dapat minta ganti rugi dengan mengembalikan benih tersebut ke dalam wadah semula dan menunjukkan label serta pembelian. Kasus pedagang benih yang tidak mematuhi peraturan. Pedagang benih yang tidak mematuhi peraturan, misalnya menggunakan benih sumber yang tidak jelas, memproduksi benih tidak melalui prosedur, memproduksi atau memperdagangkan benih dari varietas yang belum dilepas, melabel dengan data diluar pengujian laboratorium yang resmi, dan memperdagangkan benih yang tidak dilabel. Cara penyelesaian kasus seperti ini, yaitu pedagang yang bersangkutan perlu diperingatkan secara lisan, ditulis pada buku peringatan dan dengan surat resmi. Petugas perlu meminta pedagang yang bersangkutan membuat surat pernyataan bahwa ia akan mematuhi peraturan yang berlaku dengan disaksikan pengawas benih dan petugas pemerintah daerah, misalnya camat. Pedagang yang masih melakukan pelanggaran, maka petugas perlu mengambil langkah berupa mencabut atau tidak membuat surat tanda daftar sebagai pedagang benih dan memberitahukan kepada semua Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten dan pimpinan pertanian kecamatan untuk diteruskan kepada kelompok tani agar tidak membeli dari pedagang tersebut karena tidak memiliki surat tanda daftar sebagai pedagang benih dan benihnya tidak memenuhi peraturan yang berlaku. 27

28 28 PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan suatu contoh yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ada empat macam contoh benih, yaitu contoh primer, contoh komposit, contoh kirim, dan contoh kerja. Contoh primer adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk. Contoh komposit adalah semua contoh primer yang dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, atau tray) dan biasanya contoh komposit jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi. Contoh kirim adalah contoh komposit yang telah dikurangi sampai jumlah berat tertentu yang telah ditetapkan (untuk benih jagung gram) dan kemudian dikirim ke laboratorium penguji benih. Contoh kerja adalah contoh benih yang diambil dari contoh kirim dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium. Berikut mekanisme dari contoh primer hingga mendapatkan contoh kerja seperti pada Gambar 12. Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer Contoh Komposit Contoh Kirim ( gram) CONTOH KERJA = gram Gambar 12 Proses mendapatkan contoh kerja Contoh benih yang telah sampai di laboratorium, sebelum dibagikan kepada para analis, terlebih dahulu dilakukan pencatatan di Tata Usaha Laboratorium (buku kendali) sesuai dengan yang tertera pada label-labelnya, kemudian dilakukan penomoran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Deskripsi dari contoh benih tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 14.

29 29 Sumber: Data pribadi Gambar 13 Mengisi buku kendali Penetapan Kadar Air Menurut Budiarti (2011), kadar air contoh benih adalah bobot air yang hilang karena pengeringan sesuai dengan metode yang ditentukan. Kadar air dinyatakan sebagai persentase dari bobot awal contoh benih. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan kadar air benih dengan metode oven untuk rutin. Metode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi, atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap lainnya, tetapi menjamin penguapan air sebanyak mungkin. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar air ini menggunakan oven suhu konstan rendah. Langkah awal untuk mendapatkan kadar air contoh benih, cawan harus terbuat dari bahan logam, tidak berkarat pada saat pengujian atau dapat menggunakan bahan kaca, mempunyai penutup, luas permukaan yang cukup sehingga memungkinkan penyebaran contoh uji per unit area tidak lebih dari 0.3 g/cm 2. Alat yang digunakan untuk menimbang cawan adalah timbangan AND nomor seri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Alat ini mempunyai empat desimal. Sumber: Data pribadi Gambar 14 Timbangan AND

30 30 a Sumber: Data pribadi Gambar 15 Sumber: Data pribadi Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung untuk pelabelan ulang Contoh kerja diperoleh dengan mencampur benih agar homogen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 (a) dan membagi menjadi beberapa bagian kecil secara acak (Gambar 15 (b)). Mengambil contoh kerja minimal tiga sub contoh benih dengan sendok dari posisi yang berbeda dan mencampurkan sub contoh benih, sehingga memperoleh volume contoh benih yang dibutuhkan, yaitu 10 gram dengan diameter cawan < 8 cm. Selama pengurangan contoh kerja benih jagung, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara lebih dari 30 detik. Benih berukuran besar dan benih dengan kulit yang menghalangi hilangnya air dari benih harus dihancurkan sebelum dikeringkan, kecuali yang mempunyai kadar minyak tinggi yang sulit untuk dihancurkan atau benih yang rentan terjadi penambahan bobot akibat oksidasi. Pengirisan atau pemotongan dilakukan jika penghancuran tidak memungkinkan. Penghancuran benih menggunakan alat grinding mill, yaitu alat yang terbuat dari material yang tidak menyerap air seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (a). Mudah dibersihkan dan mempunyai celah sekecil mungkin. Grinding mill memungkinkan penghancuran dengan cepat dan seragam, tanpa ada peningkatan panas dan sedapat mungkin tidak terjadi kontak dengan udara. Tingkat penghancuran dapat diatur. Benih jagung menggunakan pengaturan nomor satu pada alat ini. Hasil dari dari alat grinding mill benih jagung berupa bubuk. b

31 31 a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b) Oven yang digunakan adalah oven listrik yang dapat dikendalikan. Penetapan kadar air benih jagung pada kegiatan ini menggunakan oven suhu rendah, yaitu o C selama 17 jam + 1 jam. Periode pengeringan dimulai ketika oven mencapai suhu yang ditentukan. Oven yang digunakan adalah oven advantec tipe PV-430 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (b). Akhir periode yang telah ditentukan, wadah ditutup dan ditempatkan pada desikator untuk pendinginan seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Desikator harus cukup rapat dengan plat metal berlubang untuk mempercepat pendinginan dari wadah dan berisi silica gel yang efektif, setelah dingin wadah ditimbang beserta tutup dan isinya. Sumber: Data pribadi Gambar 17 Desikator

32 No Lab 32 Tabel 8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang Ulangan 1 Rataratrata 2 Rata- M1 M2 M3 (%) M1 M2 M3 (%) Ratarata (%) SUH- 098N SU- 113N Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013 Kegiatan penetapan kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang dinyatakan dalam persen berdasarkan bobot yang harus dihitung dalam tiga desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: M2 M3 KA = M2 M1 x 100 M1 adalah bobot dalam gram dari wadah dan tutupnya, M2 adalah bobot dalam gram dariwadah, tutup, dan isinya sebelum pengeringan, dan M3 adalah bobot dalam gram dari wadah, tutup, dan isinya setelah pengeringan. Terlihat pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada nomor laboratorium SUH-098N dan SU-113N berturut-turut mempunyai Kadar Air (KA) 11.3% dan 9.9%. Menurut Budiarti (2011), benih jagung komposit kelas BR maupun benih jagung hibrida komersial untuk kadar air (maksimal) 12.0%. Data pada Tabel 9 ini menunjukkan bahwa penetapan kadar air pada dua nomor lab tersebut tidak melewati standar kadar air yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilakukan pengulangan penetapan kadar air. Rata-rata perulangan pada nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut sebesar 11.3% dan 11.4%, serta pada nomor laboratorium SU-113N berturut-turut sebesar 9.9%, dan 10.0%. Selisih hasil rata-rata pada nomor laboratorium SUH-098N dan SU-113N sama, yaitu sebesar 0.1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil kedua pengujian masuk ke dalam toleransi (0.2%), menurut Budiarti (2011), sehingga hasil uji lulus dan tidak perlu dilakukan pengulangan penetapan kadar air. Penetapan Kemurnian Menurut Budiarti (2011), kegiatan penetapan kemurnian adalah kegiatan untuk menetapkan persentase komposisi (berdasarkan bobot) contoh yang diuji dan berdasarkan kesimpulan komposisi lot dan mengidentifikasi berbagai spesies benih dan kotoran benih dalam contoh benih. Contoh kerja dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih, dan persentase dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan bobot. Analisis kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim. Berat contoh kerja benih jagung minimal 900 gram, maka persentase bagian-bagian komponen tersebut sampai satu desimal.

33 33 a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b) Metode pembagi mekanik cocok untuk semua jenis benih, kecuali benih lengket. Alat pembagi mekanik yang digunakan untuk benih jagung adalah soil divider (Gambar 18 (a)). Alat ini terdiri dari sebuah corong dengan sekitar 18 saluran atau saluran lain yang mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebuah saluran dengan lebar sekitar 13 mm. Prinsip kerja dari alat ini adalah contoh kirim ditempatkan secara merata ke dalam wadah penuang dan kemudian dituangkan ke dalam saluran dengan kecepatan yang hampir sama disepanjang corong. Benih akan melewati saluran dan dikumpulkan dalam dua wadah penerima. Seluruh contoh dari bagian yang sama digabung untuk kedua kalinya. Contoh akan berkurang dengan proses yang berulang-ulang dan perpindahan bagian yang sama pada setiap prosesnya. Proses pengurangan ini dilanjutkan, sehingga diperoleh bobot contoh kerja yang mendekati ketentuan dan didapatkan contoh kerja untuk penetapan kemurnian benih jagung (Gambar 18 (b)). Benih Murni (BM) adalah benih yang sesuai dengan pernyataan atau yang dimaksud sipengirim benih, atau benih yang secara dominan ditemukan di dalam contoh benih, termasuk benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut (jumlahnya > 5%). Kriteria dari BM antara lain: 1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih sedikit rusak, benih mulai berkecambah. 2. Benih terserang penyakit, tetapi masih bisa dikenal sebagai benih yang dimaksud. Jika bentuknya berubah menjadi sclerotia, smutballs, nemathoda galls maka termasuk kotoran benih. 3. Pecahan benih yang ukurannya lebih dari setengah ukuran asli. 4. Pada famili Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferae), Cupressaeae, Pinanceae, Taxaceae tanpa kulit benih termasuk kotoran benih. 5. Pada famili Leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih. 6. Unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit) dari famili Compositae (bunga matahari), Umbelliferae (wortel), Labiateae (mint), tanpa memperhatikan apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau tidak, kecuali

34 34 bila diperiksa secara visual terlihat jelas bahwa pada benih tersebut tidak terdapat benih sejati. Benih Tanaman Lain (BTL) adalah benih-benih tanaman selain yang bukan dimaksud oleh pengirim benih. Penentuan BTL sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan BM. Kotoran Benih (KB) meliputi: a) Benih dan bagian dari benih 1. Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati (true seed) 2. Benih dari famili Fabaceae, Brassicaceae, Cupressceae, Taxaceae tanpa kulit benih 3. Pecahan benih dengan ukuran kurang dari setengah ukuran asli 4. Benih rusak tanpa embrio atau rusak berat 5. Gabah hampa, floret steril (rangkaian bunga atau buah yang tidak berisi biji atau sekam atau kulit benih) b) Bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih, antara lain butir tanah, butir pasir, pecahan batu, potongan jerami, daun, tangkai daun, tangkai bunga, nemathoda gall, sclerotia, cendawan dan lainnya. Komponen masing-masing benih dipisahkan dari beberapa spesies atau jenis bahan lain dan persentasenya dilaporkan berdasarkan gram dengan jumlah minimal, kemudian persentase ditulis dalam satu desimal. Contoh kiriman pada kegiatan pengujian untuk pelabelan ulang, khususnya dalam penetapan kemurnian benih jagung sebesar gram dan contoh kerja gram. Rumus yang digunakan untuk persentase Benih Murni (BM), Benih Tanaman Lain (BTL), dan Kotoran Benih (KB) adalah sebagai berikut: BM % BM = (BM + BTL + KB) x 100 % % BTL = BTL (BM + BTL + KB) x 100 % KB % KB = (BM + BTL + KB) x 100 % Tabel 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung Analis No. Lab Uraian Bobot (g) Bobot (%) Benih Murni (BM) SU-113N Benih Tanaman Lain (BTL) Kotoran Benih (KB) Jumlah SUH-098N Benih Murni (BM) Benih Tanaman Lain (BTL) Kotoran Benih (KB) Jumlah Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013 Tabel 10 memperlihatkan hasil penetapan kemurnian yang meliputi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih berturut-turut dari nomor laboratorium SU-113N adalah gram (99.93%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.6

35 35 gram (0.07%). Nomor laboratorium SUH-098N meliputi indikator pengamatan benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang memiliki hasil penetapan kemurnian berturut-turut gram (99.90%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.9 gram (0.10%). Standar kemurnian benih jagung komposit kelas BR untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0 %, dan benih warna lain (maksimal) 1.0%, sedangkan standar pengujian laboratorium benih jagung hibrida komersial untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0%, dan CVL atau tipe simpang sebesar 0.3% (Budiarti 2011). Terlihat pada Tabel 10 menunjukan bahwa kedua nomor laboratorium tersebut tidak perlu dilakukan uji ulang. Penetapan Daya Tumbuh Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi pertanaman yang optimum di lapang (Budiarti 2011). Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapang. Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir pada hari ketujuh. a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b) Kegiatan penetapan daya tumbuh pada benih jagung dilakukan dengan menggunakan media pasir (Gambar 19 (a)). Media pertumbuhan yang digunakan dalam pengujian daya tumbuh adalah media yang menyediakan cukup pori-pori untuk udara dan air, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman. Media pertumbuhan pasir harus cukup seragam dan bebas dari partikel yang sangat kecil dan sangat besar. Bentuk partikel yang bulat lebih sesuai dan disarankan menghindari partikel berbentuk tajam karena dapat mempengaruhi perkembangan tanaman. Partikel dapat lolos saringan ukuran 0.8 mm dan tertahan pada saringan 0.05 mm minimal 90%, kemudian media pasir dibuat lubang tanam (Gambar 19 (b)).

36 36 a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b) Empat ratus butir diambil secara acak dari fraksi benih murni dan ditabur dengan jarak yang mencukupi dan seragam. Satu lubang berisi satu butir benih jagung (Gambar 20 (a)). Hal yang harus diperhatikan bahwa tidak melakukan pemilihan benih yang dapat menyebabkan hasil yang bias. Setiap ulangan digunakan 100 butir benih, hal ini untuk memberi ruang yang cukup bagi benih dan untuk meminimalkan pengaruh benih yang bertautan selama perkembangan tanaman. Ulangan-ulangan tersebut diletakkan dalam green house untuk pengamatan (Gambar 20 (b)). Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir adalah pada hari ketujuh. Waktu yang dibutuhkan untuk pematahan dormansi sebelum pengujian tidak termasuk dalam periode pengujian. Saat evaluasi masih ada beberapa benih yang belum mulai tumbuh, maka waktu pengujian diperpanjang sampai tujuh hari atau setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan. Sebaliknya, apabila daya tumbuh maksimal telah dicapai sebelum akhir periode pengujian, maka pengujian dapat diakhiri. Waktu pengamatan pertama adalah perkiraan, tapi harus sudah memungkinkan tanaman yang mulai tumbuh mencapai suatu tingkat perkembangan yang memenuhi evaluasi yang akurat. Pengujian dalam pasir hari terakhir tidak lebih dari tujuh sampai 10 hari dan perhitungan pertama boleh dihilangkan. Pengamatan antara (intermediate) untuk mencabut tanaman yang telah cukup berkembang baik untuk mempermudah perhitungan dan menghindari pengaruhnya terhadap perkembangan tanaman lainnya. Jumlah dan tanggal perhitungan antara tergantung kebijaksanaan analis, tapi harus dijaga pada tingkatan minimal untuk mengurangi risiko kerusakan tanaman yang kurang berkembang.

37 37 a b Sumber: Data pribadi Sumber: Kartasapoetra 2003 Gambar 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur kecambah normal (b) Kecambah normal menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada kondisi yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21 (a), sehingga yang termasuk dalam kecambah normal meliputi (Gambar 21 (b)): A. Kecambah lengkap atau sempurna, yaitu semua struktur penting kecambah berkembang dengan baik, lengkap, seimbang, dan sehat ditandai dengan: a. Sumbu kecambah 1. Sistem perakaran berkembang dengan baik. 2. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan ujung akar sehat, akar sekunder berkembang, merupakan penunjang akar primer, akar seminal minimal dua buah pada Graminal. 3. Hipokotil utuh, panjang, ramping pada tipe perkecambahan epigeal. 4. Epikotil berkembang baik pada tipe perkecambahan hipogeal, hipokotil pendek atau tidak terlihat. 5. Hipokotil dan epikotil keduanya memanjang pada beberapa tipe perkecambahan epigeal. 6. Ada pemanjangan mesokotil pada beberapa genera tertentu dari Poaceae (Graminae). b. Kotiledon 1. Satu kotiledon untuk monokotil, mungkin hijau seperti daun atau modifikasi. 2. Dua kotiledon untuk dikotil, pada tipe epigeal berwarna hijau seperti daun, bentuk dan ukuran bervariasi. Pada tipe hipogeal berbentuk setengah lingkaran, berdaging tertinggal di dalam kulit biji. 3. Variasi jumlah kotiledon, dua sampai 18 pada conifer (pinus-pinusan), hijau, panjang, dan menyempit. 4. Hijau berkembang jadi daun primer, satu daun primer (terkadang) disertai sisik daun pada kecambah dengan susunan daun berselangseling, dua daun primer kecambah dengan susunan daun berhadapan.

38 38 c. Tunas ujung 1. Sangat bervariasi, tergantung spesies, berada dalam koleoptil atau terkadang keluar menembus koleoptil pada Graminae. B. Kecambah dengan sedikit kerusakan atau cacat ringan, yaitu kecambah mengalami kerusakan ringan dapat diperbaiki sehingga kecambah berkembang normal dan seimbang laiknya kecambah normal, ditandai dengan: a. Sumbu kecambah 1. Akar primer mengalami kerusakan ringan (bercak nekrotik, berubah warna, belah tapi tidak mencapai jaringan). 2. Akar primer rusak, tetapi akar sekunder berkembang dengan baik, sehingga bisa menggantikan fungsi akar primer (Legume, Graminae, Cucurbitaceae, Marvaceae). 3. Hanya dua akar seminal yang kuat. 4. Hipokotil, epikotil atau mesokotil dengan sedikit kerusakan (berubah warna, bercak nekrotik, terpilin atau belah ringan). b. Kotiledon 1. Kotiledon sedikit rusak (jika > setengah totl jaringan kotiledon masih berfungsi dengan normal dan tidak ada pembusukan pada plumula), bercak nekrotik, berubah warna. 2. Hanya satu kotiledon yang berfungsi pada dikotil dan tidak disertai kerusakan atau pembusukan pada titik tumbuh atau jaringan sekitarnya. c. Daun primer rusak ringan 1. Berubah warna, bercak nekrotik, bentuk sedikit rubah > 50 % jaringan masih qberfungsi. 2. Hanya satu daun primer normal, tetapi tidak terlihat adanya kerusakan atau busuk di titik tumbuh. d. Koleoptil rusak ringan 1. Belah < sepertiga bagian dari atas. 2. Terpilih dengan satu membentuk lingkaran plumula tumbuh > setengah panjang koleoptil. C. Kecambah dengan infeksi sekunder, yaitu bentuk kecambah masih tetap terlihat sempurna atau mengalami sedikit kerusakan sekalipun mengalami pembusukan karena serangga, bakteri, atau cendawan yang bukan berasal dari benih tersebut.

39 39 a Sumber: Data pribadi b Sumber: Data pribadi Gambar 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b) Kecambah abnormal tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal, bila ditumbuhkan pada tanah yang baik, serta di bawah kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (a). Kriteria yang dikelompokkan sebagai kecambah abnormal, meliputi: 1. Struktur penting kecambah hilang, rusak berat, sehingga tidak terjadi pertumbuhan yang seimbang. 2. Kecambah dengan pertumbuhan lain dari biasanya, seperti geotrop negatif, bagian hipokotil atau epikotil atau mesokotil membentuk kumparan, hipokotil membengkak, kecambah transparan. 3. Struktur penting kecambah busuk. 4. Akar primer kerdil, terhambat, rusak, hilang, belah diujung, mengkerut, panjang tapi kurus, terjebak dalam kulit benih, transparan, seminal lemah, geotropisme negatif. 5. Hipokotil, epikotil, mesokotil kerdil, pecah sampai jaringan dalam, mengkerut, membentuk kumparan, panjang kurus, transparan, busuk karena infeksi primer. 6. Kotiledon kerdil, berubah bentuk, rusak > 50%, busuk karena infeksi primer. 7. Daun primer, tunas pucuk berubah bentuk ukuran < seperempat ukuran normal tidak ada. 8. Koleoptil berubah bentuk, membelah > sepertiga panjang dari ujung, membelah dipangkal koleptil, kurus kecil, rusak akibat infeksi primer. Benih-benih yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian, diklasifikasikan menjadi: A. Biji keras adalah biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian. B. Biji segar adalah biji yang mampu berimbibisi, tetapi perkembangan selanjutnya terhenti (> 5% benih harus diberi perlakuan). C. Biji mati, biasanya lembek sering kali tertutup cendawan, tidak ada tandatanda perkembangan kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (b). D. Kategori lain (benih hampa, benih tidak berembrio, dan benih rusak karena serangga). Hasil dari pengujian daya tumbuh dilaporkan sebagai persentase penjumlahan dari kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih segar, dan benih mati. Persentase rata-rata dinyatakan dalam bilangan bulat

40 40 terdekat. Mengacu standar pengujian laboratorium kelas BR benih jagung komposit untuk daya tumbuh minimal 80%, sedangkan standar pengujian laboratorium jagung hibrida komersial untuk daya berkecambah minimal sebesar 85%. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase daya tumbuh adalah sebagai berikut: % DT = kecambah normal benih yang ditanam x 100 % Tabel 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung No. Lab Ulangan Jumlah (%) N AB BM (N+AB+BM) SU-113N Jumlah Rata-rata SUH N Jumlah Rata-rata Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013 Keterangan: N : Normal, AB : Abnormal, BM : Biji Mati Tabel 10 menunjukkan rata-rata untuk benih normal, benih abnormal, dan biji mati pada dua nomor laboratorium SU-113N berturut-turut adalah 98.5%, 0.25%, dan 1.25%, artinya nomor laboratorium tersebut dinyatakan lulus, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. Nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut 79.25%, 10.75%, dan 10%, maka nomor laboratorium tersebut dinyatakan tidak lulus, sehingga harus dilakukan pengujian ulang.

41 41 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengawasan peredaran benih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengawas terhadap mutu benih dalam rangka penegakan peraturan perbenihan dan menjaga supaya benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan ketentuan yang berlaku. Kegiatan pengawasan peredaran benih, terdiri dari enam bagian. Pertama, kegiatan pembinaan pedagang benih, yang meliputi inventarisasi pedagang benih, pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, dan pembinaan pedagang benih. Kedua, monitoring penyaluran benih. Ketiga, kegiatan pelabelan ulang (re-labeling). Keempat, pengecekan mutu benih (checking), yang meliputi pengambilan contoh benih dan kebenaran data label. Kelima, pengawasan peredaran benih impor. Keenam, kegiatan penyelesaian kasus. Kegiatan pembinaan pedagang benih, termasuk di dalamnya terdapat kegiatan pendaftaran pedagang benih dan klasifikasi pedagang benih, jumlah produsen tanaman pangan tahun 2011 di Jawa Timur yang mendaftar ulang sebanyak 454 produsen (83.92%), sedangkan pendaftar baru sebanyak 55 produsen (61.80%), serta jumlah klasifikasi produsen kelas B sebanyak 288 produsen (63.44%). Kegiatan monitoring penyaluran benih dan pengecekan mutu benih pada realisasi monitoring penyaluran benih tanaman pangan dalam provinsiuntuk komoditi jagung sebesar 64.74%, serta realisasi pengecekan mutu jumlah contoh benih jagung yang memenuhi standar sebanyak 348 (90.87%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak 35 (9.13%). Berat kelompok benih yang memenuhi standar sebanyak (97.61%) dan yang tidak memenuhi standar sebanyak (2.39%). Kegiatan pengawasan peredaran benih impor jagung hibrida lebih besar dibandingkan dengan ekspor benih jagung. Saran Upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peraturan perbenihan bagi pelaku benih perlu terus dilakukan secara berkesinambungan melalui pertemuan atau pelatihan dalam rangka pembinaan. Perlu ditanamkan persepsi bahwa benih meskipun kecil namun mempunyai arti penting dan kedudukan strategis sebagai awal kehidupan tanaman. Kegiatan di laboratorium, baiknya menggunakan jas laboratorium serta koleksi bukuyang ada di perpustakaan instansi sebaiknya diperbanyak. Kegiatan PKL sebaiknya pada pertengahan tahun sampai dengan akhir tahun, dikarenakan pada bulan-bulan tersebut kegiatan di instansi lebih banyak, dibanding pada awal tahun, sehingga data yang didapat akan jauh lebih banyak.

42 42 DAFTAR PUSTAKA Amin C Manajemen Distribusi dan Pemasaran Benih. Malang (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Tetap 2011 dan Angka Ramalan I 2012). BPS [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: Budiarti S, Hartati P, Widiastuti A, Mariyanti D, Putu NIA, Egistiani VE, dan Afifah N Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Depok (ID): Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Pembinaan Pengedar Benih. Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. Food Price Watch World Bank Food Price Watch Sees Food Prices at Dangerous Levels. Food Security Portal [Internet]. [diunduh tanggal 2013 Jan 21]. Tersedia pada: Glen Kebutuhan Benih Jagung Melambung. Regional Investment [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: Hidayat N Petunjuk Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Pangan. Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. Iriany RN, Yasin MHG, dan Takdir AM Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung. Pustaka [Internet]. [diunduh 2013 Jan 21]. Tersedia pada: Kartasapoetra AG Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Mugnisjah WQ dan Setiawan A Produksi Benih. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Ngadikun dan Martoutomo H Profil BPSBTPH Provinsi Jawa Timur. Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.

43 43 Sjahroesja D Pengawasan Mutu dan Peredaran Benih. Surabaya (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Buku Induk Pengawasan Peredaran. Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Buku Induk Pengawasan Peredaran. Surabaya (ID): Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Buku Induk Pengawasan Peredaran. Surabaya (ID): Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Buku Induk Pengujian Laboratorium. Malang (ID): Satuan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur.

44 44

45 LAMPIRAN 45

46 46

47 Malang Surabaya Tempat 47 Lampiran 1 Jurnal harian kerja PKL No Hari Tanggal Kegiatan 1 Senin 4 Februari Sambutan penerimaan mahasiswa PKL Diploma IPB 2. Apel pagi 3. Kuliah Umum 4. Perkenalan dengan pegawai 5. Studi pustaka 6. Diskusi 2 Selasa 5 Februari Diskusi 2. Entri data produsen dan penyalur benih yang daftar ulang tahun 2013 kedalam buku kendali 3 Rabu 6 Februari Entri data produsen dan penyalur benih yang daftar ulang tahun 2013 kealam buku kendali 2. Entri data dari formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina kedalam buku kendali 4 Kamis 7 Februari Entri data dari formulir pendaftaran ulang produsen benih kedalam buku kendali 5 Jum at 8 Februari Senam kebugaran 2. Penugasan mahasiswa PKL Diploma IPB ke satuan tugas UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur Wilayah IV Malang 6 Senin 11 Februari Sambutan penerimaan mahasiswa PKL Diploma IPB 2. Kuliah umum 3. Pengenalan ruang kerja di SATGAS UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur Wilayah IV Malang 4. Pemeriksaan lapang produksi benih kedelai milik UPT Pengembangan Benih Palawija 5. Mengunjungi lantai jemur milik UPT Pengembangan Benih Palawija 6. Mengunjungi gudang prosesing dan ruang penyimpanan (cold storage) 7 Selasa 12 Februari Pengambilan contoh benih 2. Pengisian blanko pengambilan contoh benih 3. Diskusi 8 Rabu 13 Februari Pengambilan contoh benih 2. Dokumentasi lokasi instansi 3. Peninjauan kegiatan prosesing kedelai 9 Kamis 14 Februari Pengambilan contoh benih 2. Perontokan brangkasan kedelai 3. Perekapan data kedalam buku sertifikasi benih pembiakan generative 10 Jum at 15 Februari Perekapan data kedalam buku

48 48 Lampiran 1 (lanjutan) sertifikasi benih pembiakan generative 11 Senin 18 Februari Perekapan data hasil sertifikasi kedalam buku kendali 2. Peninjauan kegiatan prosesing benih kedelai 12 Selasa 19 Februari Perekapan data hasil pemeriksaan kedalam buku kendali 2. Pengisian blanko pengiriman contoh benih ke laboratorium 3. Entri data kedalam data base pada website 4. Diskusi 13 Rabu 20 Februari Entri data kedalam data base pada website 2. Perekapan data tanda daftar produen dan/penyalur kedalam buku kendali 14 Kamis 21 Februari Perekapan data tanda daftar produen dan/penyalur kedalam buku kendali 4. Menyusun laporan tugas akhir 15 Jum at 22 Februari Perekapan data/ berita acara hasil pemberian label ke produsen dan data tanda daftar produen dan/penyalur kedalam buku kendali 6. Menyusun laporan tugas akhir 7. Diskusi 16 Senin 25 Februari Pengisisn blanko pengiriman contoh benih ke laboratorium 2. Perekapan data untuk pelabelan ulang kedalam buku induk 3. Pengambilan contoh benih 17 Selasa 26 Februari Pengambilan contoh benih 18 Rabu 27 Februari Pemeriksaan lapang sertifikasi menjelang panen 19 Kamis 28 Februari Mengisi blanko pengiriman sampel benih ke laboratorium 2. Merrekap formulir permohonan sertifikasi 20 Jum at 1 Maret Menyusun dokumen kedalam rak sesuai nomor urutan 2. Studi pustaka 21 Senin 4 Maret Menyusun laporan tugas akhir 2. Studi pustaka 22 Selasa 5 Maret Merekap data laporan hasil pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan benih dan panen kedalam buku induk 2. Meyusun laporan tugas akhir 23 Rabu 6 Maret Menanam benih jagung sebanyak 8 ulangan 2. Menyusun laporan tugas akhir 24 Kamis 7 Maret Pemeriksaan lapang fase vegetatif 2. Menghitung daya tumbuh 3. Menyusun laporan tugas akhir

49 49 25 Jum at 8 Maret Menyusun laporan tugas akhir Lampiran 1 (lanjutan) 26 Senin 11 Maret Merekap data formulir permohonan kedalam buku induk 2. Menyusun laporan tugas akhir 3. Mengisi buku kendali pemasukan benih ke laboratorium 27 Selasa 12 Maret 2013 LIBUR 28 Rabu 13 Maret Penetapan kadar air 29 Kamis 14 Maret Membersihkan cawan 2. Persiapan penetapan daya tumbuh 3. Diskusi 4. Pertemuan dengan dosen supervise 5. Mengisi buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang 30 Jum at 15 Maret Penilaian pendaftaran ulang produsen 2. Wawancara 3. Mengisi kartu uji 4. Mengisi buku kendali pemasaran dan pelabelan ulang 31 Senin 18 Maret Menyusun laporan tugas akhir 2. Mengisi buku kendali penerimaan sampel benih 3. Mengisi identitas kartu uji 4. Penetapan kadar air 32 Selasa 19 Maret Pengambilan contoh benih 2. Mengisi blanko pengambilan contoh benih 3. Mengecek kebenaran isi formulir permohonan 33 Rabu 20 Maret Diskusi 2. Menyusun laporan tugas akhir 34 Kamis 21 Maret Penetapan kadar air 35 Jum at 22 Maret Diskusi 2. Menyusun laporan tugas akhir 36 Senin 25 Maret Pemeriksaan lapang fase generatif 2. Meyusun laporan tugas akhir 3. Diskusi 37 Selasa 26 Maret Menyusun laporan tugas akhir 38 Rabu 27 Maret Menyususn laporan tugas akhir 39 Kamis 28 Maret Menyususn laporan tugas akhir

50 50 Lampiran 2 Peta lokasi UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas Wilayah IV Malang (b) a. Peta Lokasi PKL di Surabaya b. Peta Lokasi PKL di Malang

51 51 Lampiran 3 Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina

52 52 Lampiran 4 Contoh tanda daftar penyalur benih bina

53 53 Lampiran 5 Kriteria scoring untuk mengklasifikasi produsen atau pedagang benih A. Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani konsumen benih a. Lamanya berusaha dan kontinuitasnya ( ) 1. Lama berusaha benih ( 0 50 ) a) Lebih dari 3 tahun 50 b) Lebih dari 2 tahun s/d 3 tahun 45 c) Lebih dari 2 tahun s/d 2 tahun 30 d) Kurang dari 1 tahun Kontinuitas ( 0 30 ) a) Usahanya kontinu selama 3 tahun terakhir 30 b) Usahanya kontinu selama 2 tahun terakhir 20 c) Usaha tidak continue Jumlah jam pelayanan kepada konsumen dalam satu minggu ( 0 20 ) a) Lebih dari 60 jam b) Antara jam c) Kurang dari 35 jam b. Jumlah benih yang dihasilkan/diterima selama satu tahun ( ) a) Lebih dari 100 ton b) Antara ton c) Antara ton d) Antara ton e) Antara 0-24 ton c. Mutu benih yang dihasilkan/diterima ( ) a) Seluruhnya bersertifikat b) 75-99% bersertifika c) 50-74% bersertifikat d) 25-49% bersertifikat e) < 25% bersertifikat f) Tidak ada yang bersertifikat 0 d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi ( ) 1. Menyebarkan bahan penyuluhan tentang benih berupa brosur, leaflet, poster, dll a) Menerbitkan sendiri b) Menyebarkan bahan penyuluhan yang tidak dibuat sendiri c) Tidak menyebarkan 2. Melakukan/membuat petak percontohan, terutama untuk varietas yang baru dilepas, agar dapat dilihat petani a) Setiap ada varietas baru yang dilepas b) Kadang-kadang c) Tidak pernah 3. Dalam melayani pembeli aktif memberikan penjelasan langsung mengenai benih yang disalurkan, baik mengenai mutu maupun perlakuan, dsb a) Selalu b) Kadang-kadang c) Tidak pernah ( 0 40 ) ( 0 30 ) ( 0 30 )

54 54 Lampiran 5 (lanjutan) B. Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH ( ) 1. Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 3 tahun terakhir Terdaftar dan melapor ke BPSB TPH, dalam 2 tahun terakhir 3. Terdaftar tetapi tidak rutin melapor ke BPSB TPH Terdaftar hanya pada tahun terakhir Tidak terdaftar 25 0 b. Kelengkapan catatan ( ) 1. Catatan lengkap dan teratur Catatan kurang lengkap tetapi teratur atau catatan lengkap tetapi tidak teratur Catatan kurang lengkap dan tidak teratur 0 4. Tidak punya catatan Keterangan: catatan disebut lengkap bila mempunyai catatan-catatan tentang pembelian benih, perlakuan terhadap benih, pemeriksaan lapangan, pemberian obat, pengambilan contoh benih, hasil pengujian/pelabelan dan penyaluran benih (rekapitulasi) a. Pelabelan 1. Pengetahuan mengenai pelabelan (warna label dan standar minimum mutu untuk setiap kelas benih) ( 0 30 ) a) Pengetahuannya lengkap dan benar b) Hanya mengetahui sebaagian standard an warna label c) Hanya mengetahui warna label d) Tidak tahu Kepatuhan dalam kewajiban melabel/menyalurkan benih berlabel ( 0 70 ) a) Semua benih dilabel dengan prosedur yang benar b) Sebagian besar (> 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar c) Sebagian kecil (< 50 %) dilabel dengan prosedur yang benar d) Tidak dilabel/dilabel dengan prosedur yang salah 10 0 b. Kepatuhan dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintah lainnya ( ) 1. Varietas disalurkan sesuai dengan program pemerintah ( 0 35 ) a) Selalu mengikuti anjuran b) Pernah satu kali memperdagangkan benih dari varietas yang dilarang/ tidak dianjurkan untuk diperdagangkan (non VUTW, Galur Harapan,dll) c) Pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali Menjual benih kadaluarsa ( 0 30 ) a) Tidak pernah b) Pernah satu kali c) Lebih dari 1 kali Pemalsuan benih ( 0 35 ) a) Tidak pernah melakukan b) Pernah satu kali melakukan c) Lebih dari satu kali

55 55 Lampiran 5 (lanjutan) C. Kemampuan usaha a. Fasilitas yang dimiliki ( ) Untuk Produsen 1. Fasilitas prosesing ( 0 50 ) a) Baik 50 b) Cukup 30 c) Kurang Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko ( 0 50 ) a) Baik b) Cukup c) Kurang Untuk Penyalur 1. Fasilitas penyimpanan dan cara penyusunan benih di gudang dan toko ( ) a) Baik 100 b) Cukup 75 c) Kurang 25 b. Jangkauan penyaluran ( ) 1. Daerah penyaluran meliputi kabupaten lain Daerah penyaluran sampai keluar kecamatan di kabupaten yang sama Penyaluran hanya di kecamatan yang sama Penyaluran hanya dalam satu desa 25 c. Rata-rata persentase benih yang terjual ( ) 1. Laku semua (100%) 2. Terjual 75-99% dari benih yang dihasilkan/diterima 3. Terjual 60-74% dari benih yang dihasilkan/diterima 4. Terjual 25-49% dari benih yang dihasilkan/diterima 5. Terjual 0-24% dari benih yang dihasilkan/diterima

56 56 Lampiran 6 Indikator penilaian untuk klasifikasi pedagang benih NILAI No. FAKTOR BOBOT TERTIMBANG Partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat/petani a. Lama berusaha dan kontinuitas 15 b. Rata-rata volume benih yang 10 dihasilkan/disalurkan per tahun c. Mutu benih yang dihasilkan/disalurkan 15 d. Keaktifan dalam penyuluhan/usaha promosi 10 Pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku a. Mendaftar dan melapor ke BPSB TPH 5 b. Ketertiban dalam administrasi/catatan usaha 5 c. Pelabelan 10 d. Ketaatan dalam melaksanakan kebijakan 10 pemerintah lainnya Kemampuan usaha a. Fasilitas yang dimiliki 5 b. Jangkauan penyaluran 5 c. Rata-rata persentase benih yang terjual 10 Nilai Kelompok Penjelasan cara perhitungan untuk mengklasifikasi pedagang benih. Nilai kelompok diperoleh dari penjumlahan dari nilai (skor) tertimbang dari setiap faktor. Nilai tertimbang = (Bobot x Nilai Faktor ) Nilai Ideal (Maksimum )

57 57 Lampiran 7 Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina

58 58 Lampiran 7 (lanjutan)

59 59 Lampiran 7 (lanjutan)

60 60 Lampiran 8 Contoh surat permohonan pelabelan ulang

61 Lampiran 9 Contoh label pelabelan ulang kesatu 61

62 62 Lampiran 10 Blanko pengambilan contoh benih untuk pelabelan ulang

63 Lampiran 11 Blanko pengiriman contoh benih untuk pengujian di laboratorium 63

64 Lampiran 12 Laporan hasil pengujian untuk pelabelan ulang ke-1 64

65 Lampiran 13 Blanko pengambilan contoh benih pengawasan pemasaran 65

66 66 Lampiran 14 Deskripsi hasil pengujian contoh benih 1. No. Asal : PLH-041N No. Lab. : SUH-098N Tanggal Pengambilan Contoh : 7 Februari 2013 Tanggal Pengiriman Contoh : 12 Februari 2013 Tanggal Penerimaan di Lab. : 12 Februari 2013 Jenis Tanaman : Jagung Hibrida Varietas : Sugar 75 Kelas Benih : BR No. Kelompok : Tonase : 298/1192 ton Berat Contoh Kiriman : 1 kg Tanggal Kadaluarsa : 13 Maret No. Asal : PLP-056 No. Lab. : SU-113N Tanggal Pengambilan Contoh : 22 Februari 2013 Tanggal Pengiriman Contoh : 25 Februari 2013 Tanggal Penerimaan di Lab. : 25 Februari 2013 Jenis Tanaman : Jagung Varietas : Arjuna Kelas Benih : BR No. Kelompok : 7 Tonase : 3960 ton Berat Contoh Kiriman : 1 kg Tanggal Kadaluarsa : 27 Maret 2013

67 67 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 29 Maret 1992 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Khozali, SP dan Ibu Krisdiana. Riwayat pendidikan formal penulis, yaitu tahun 2004 penulis pernah bersekolah di SMP Negeri 2 Tambun Selatan selama satu tahun, dan melanjutkan ke SMP Negeri 14 Bekasi dan lulus pada tahun Tahun yang sama penulis masuk SMA Negeri 100 Jakarta, serta masuk pada jalur IPA dan lulus pada tahun 2010 dan diterima sebagai mahasiswi Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program keahlian Teknologi Industri Benih. Kegiatan organisasi penulis selama menempuh pendidikan formal, yaitu kegiatan bela diri berupa karate dan Tae Kwon Do, kegiatan marchingband, serta rohani islam. Penulis juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan kampus yaitu kegiatan fotografi di Obscura Photography Club. Penulis pernah mengikuti lomba melukis tingkat SMP dan lomba fotografi se-ipb dan tingkat internasional di Taman Safari Indonesia Bogor.

68 68

69 69 PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TIMUR ZOLIAND SOBILHAQQ PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 Oleh : Kepala UPTD PSBTPH Prov. KALTIM Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pangan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 3 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 159 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CABANG

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) No. 47/07/35/Th XIII,1 Juli 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 1998 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 1998 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LINGKUP DINAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROPINSI JAWATIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROPINSI JAWATIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROPINSI JAWATIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

1 FPMB 01-01 Permohonan Pendaftaran Produsen Benih Hortikultura. 2 FPMB 01-02 Tanda Daftar Produsen Benih Hortikultura

1 FPMB 01-01 Permohonan Pendaftaran Produsen Benih Hortikultura. 2 FPMB 01-02 Tanda Daftar Produsen Benih Hortikultura 33 2012, No.818 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/SR.120/8/2012 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH HORTIKULTURA No Kode Tentang 1 FPMB

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG IZIN PRODUKSI BENIH BINA, IZIN PEMASUKAN BENIH DAN PENGELUARAN BENIH BINA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th XIII, 2 November PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II ) A. PADI Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 13,05 juta ton Gabah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang:

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 I. VISI No 1. URAIAN VISI sebagai pusat industri dan perdagangan terkemuka, berdaya saing global dan berperan sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

PENGUMUMAN Nomor : KP PKP.121.3/1048 Tanggal : 08 Mei 2014

PENGUMUMAN Nomor : KP PKP.121.3/1048 Tanggal : 08 Mei 2014 PENGUMUMAN Nomor : KP.01.03-PKP.121.3/1048 Tanggal : 08 Mei 2014 TENTANG REKRUTMEN TENAGA FASILITATOR MASYARAKAT (FM) PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (PPIP) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG =DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI IZIN USAHA PETERNAKAN

REKOMENDASI IZIN USAHA PETERNAKAN PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN BIDANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) REKOMENDASI IZIN USAHA PETERNAKAN PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS KETAHANAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan berbagai dampak yang serius. Dampak yang timbul akibat krisis ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1322, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/SR.120/11/2013

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 70 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENGGUNAAN ALAT DAN ATAU MESIN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan

Lebih terperinci

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR Universitas Brawijaya, 5 November 2014 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG 1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 83 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) BALAI BENIH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/SR.120/8/2012

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA DRG LILI APRILI ANT I KEPAL A SEKS I KESE H ATAN DASAR DAN PENUNJAN G Pertimbangan Penyusunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGUJIAN DAN PEMBERIAN SERTIFIKAT ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci