BAB I PENDAHULUAN. kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kisahan dan pembaca (Minderop, 2010:53). Sastra dalam peradaban tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, setiap manusia diberkahi keahlian untuk menciptakan dan merasakan keindahan. Perasaan untuk dapat menikmati keindahan itu mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang bisa menghadirkan kesenangan dan rasa kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah satu karya seni adalah sastra. Menurut Wellek dan Warren (1990: 3), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena apa yang disajikan dalam karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari. Pengarang melihat kejadian yang terjadi disekitarnya dan menuangkannya ke dalam karya sastra agar dapat dinikmati publik. Karya seni saat ini telah berkembang lebih pesat dan lebih bervariasi. Salah satu jenis karya seni adalah film. Film, sebagaimana karya seni yang lain, memiliki ciri-ciri artistik yang terjalin dalam susunan beragam. Seperti lukisan atau pahatan, film menggunakan garis susunan, warna, bentuk, volume dan massa. Seperti drama, menggunakan komunikasi verbal dan dialog. Seperti musik dan puisi yang munggunakan irama kompleks dan halus. Khusus seperti puisi, film juga menggunakan komunikasi melaui citra, metafora dan lambang-lambang. Film juga seperti pantomim, memusatkan pada gambar bergerak yang memiliki 1

2 sifat ritmis tertentu. Dan akhirnya seperti novel yang sanggup memainkan ruang dan waktu (Boggs, 1992: 4). Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan karya seni lain, film memiliki kelebihan sendiri karena bergerak secara bebas dan tetap. Kelebihan ini membuat karya film lebih banyak diminati karena lebih mudah dicerna dan mudah dipahami isinya. Dengan melihat alur cerita dan mendengar dialog-dialog yang disampaikan, serta disesuaikan dengan latar cerita, maka akan lebih mudah bagi publik untuk menikmati karya seni tersebut. Film produksi Korea, meskipun belum masuk ke bioskop-bioskop di Indonesia, namun sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Berbagai macam judul dan cerita sudah banyak beredar saat ini. Respon masyarakat Indonesia terhadap film-film Korea juga sangat bagus. Hal ini dapat dilihat dari penjualan kaset-kaset CD dan DVD film Korea yang jumlahnya tidak kalah banyak dengan kaset-kaset film Barat yang lebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Bahkan beberapa film Korea telah menginspirasi untuk cerita film pendek Indonesia. Beberapa film ada yang ber-setting kehidupan orang Korea di masa lampau dan masa sekarang dengan tema cerita yang berbeda-beda. Karena merupakan film buatan Korea, maka isi ceritanya pun sesuai dengan kehidupan masyarakat Korea. Akan tetapi, ada juga beberapa film produksi Korea yang mengambil tema bebas dan sama sekali tidak memasukkan unsur kebudayaan Korea di dalamnya dan bertujuan untuk memberikan pengajaran penting tentang kehidupan pada konsumen sasarannya.

3 Madangeul Naon Amthak (Leafie, A Hen Into the Wild) adalah salah satu film buatan Korea yang bergenre animasi. Film ini bercerita tentang seekor ayam betina bernama 잎싹 (Ipssak) / Leafie (dalam Bahasa Korea = 잎싹, 잎 <iph> = daun + 싹 <ssak> = tumbuh, sedangkan dalam Bahasa Inggris, Leafie berasal dari kata Leaf = daun) yang tinggal di peternakan ayam, namun ia ingin keluar dari peternakan tersebut dan hidup bebas di ladang. Ipssak melarikan diri dari peternakan tempatnya tinggal untuk menuju alam bebas dan menemukan sebuah telur bebek yang masih hangat, kemudian dieraminya. Setelah menetas, anak bebek tersebut diangkat menjadi anaknya dan dibesarkan oleh Ipssak serta diberi nama 초록 (Chorok)/Greenie karena memiliki rambut/jambul berwarna hijau seperti bebek lainnya. Di alam bebas, Ipssak juga bertemu dengan musang bermata satu yang selalu mencari mangsa dan merupakan musuh alamiahnya yang terbesar. Film ini diangkat dari sebuah buku cerita anak terlaris di Korea yang terjual lebih dari 2 juta eksemplar karya Hwang Sun-Mi. Salah satu penghargaan yang pernah diraih adalah memenangkan Polish Award dan telah diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Pada tahun 2011, tepatnya 28 Juli 2011, versi filmnya dirilis di Korea dan skenarionya ditulis kembali oleh Na Hyun dan Kim Eun-Jung. Tidak hanya bukunya saja yang sangat laris, namun film ini sendiri pun ditonton lebih dari 2,2 juta orang di Korea dan mendapatkan beberapa nominasi serta penghargaan di festival film di dunia terutama untuk kategori animasi, seperti memperoleh The Best Animation Award dalam the 5th Asia Pacific Screen

4 Awards. Film ini adalah hasil karya orang Korea yang dahulu pernah bekerja untuk Disney dan Pixar, maka dari itu, tidak heran tampilan animasi di film ini bisa dibilang bertaraf internasional. Korea pun akhirnya menorehkan tinta emas dalam sejarah film animasi serta menjadi rekor dengan penonton terbanyak untuk film animasi buatan Korea (andy@oktomagazine.com). Sebuah film memiliki tokoh pemeran yang memainkan jalannya cerita. Tokoh-tokoh tersebut memainkan peran tertentu yang telah diatur oleh pengarangnya. Peran atau karakter yang dimainkan oleh tokoh cerita, mengandung aspek-aspek kejiwaan yang baik untuk diteladani ataupun contoh buruk yang tidak boleh ditiru. Psikologi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannnya pada aspek-aspek kejiwaan manusia. Ilmu ini lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Maka dari itu, sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan, karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini dan sama-sama berurusan dengan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Psikologi dan sastra menjadikan pengalaman sebagai telaah, oleh karena itu pendekatan psikologi dianggap penting dalam penelitian sastra (Endaswara via Minderop, 2010: 2). Pada abad ke-20 teori sastra dilanda perkembangan secara pesat. Salah satunya, sastra dikaitkan dengan ilmu psikologi. Karya sastra di zaman modern saat ini sarat dengan unsur-unsur psikologis sebagai manifestasi, antara lain kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam kisahan dan pembaca. Psikologi

5 sastra tidak bermaksud memecahkan masalah psikologis, namun secara definitif bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Menurut Ratna (via Minderop, 2010: 54), ada tiga cara memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu : a) memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra, b) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan penikmat karya sastra. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional yang terdapat dalam suatu karya sastra. Psikologi sastra merupakan salah satu teori yang cocok untuk menganalisis film ini. Hal tersebut dikarenakan karakter psikologis dari tokoh utama dalam film Madangeul Naon Amthak ini memiliki keunikan dan ciri khas. Unsur-unsur kejiwaan tokoh utama dalam film ini adalah faktor pendukung utama dalam cerita yang membuat film ini bisa menjadi bagus dan sangat diminati oleh masyarakat. Film ini memberikan pesan moral yang baik bagi para penontonnya, sehingga apa yang ada dalam film bisa memberikan dampak-dampak positif bagi masyarakat terutama anak-anak. Selain menggunakan teori psikologi sastra, penelitian ini akan menganalisis fakta cerita dalam film, yaitu tokoh dan penokohan, latar, serta alur. Analisis fakta cerita dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai jembatan penghubung sebelum memasuki teori psikologi sastra. Fakta cerita adalah bagian dari teori struktural dan teori struktural meneliti tentang unsur-unsur yang ada di dalam cerita. Sehingga setelah meneliti dan memahami unsur fakta cerita dalam

6 film ini, akan lebih mudah juga untuk meneliti dan memahami psikologis tokohnya. Sedangkan teori psikologi sastra yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori aktualisasi diri dan konsep diri. Teori konsep diri akan menjadi faktor pendukung yang akan memperkuat teori aktualisasi diri pada tokoh utama dalam film ini. Penelitian sastra yang menggunakan teori psikologi sastra saat ini telah banyak dilakukan. Namun penelitian yang menggunakan film animasi sederhana yang bisa ditonton dan memberikan nilai edukasi bagi semua umur saat ini belum banyak. Sehingga dengan ditelitinya film Madangeul Naon Amthak ini diharapkan bisa memberikan pengajaran bagi semua kalangan usia, terutama anak-anak supaya memiliki moral yang baik, serta memberikan gambaran aspek kejiwaan yang baik dan patut diteladani yang diusung dalam film animasi ini. 1.2. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu bagaimanakah fakta cerita (tokoh dan penokohan, alur cerita, dan latar) yang ditampilkan pengarang dalam film Madangeul Naon Amthak dan bagaimana aktualisasi diri tokoh Ipssak dalam film Madangeul Naon Amthak serta seperti apakah konsep diri yang dimiliki tokoh Ipssak yang dapat mendukung aktualisasi dirinya.

7 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini ada dua yaitu untuk dapat mendeskripsikan dan mendapatkan pemahaman tentang fakta cerita yang dimunculkan oleh pengarang dalam film Madangeul Naon Amthak. Siapa saja tokoh yang muncul dalam cerita dan bagaimana watak-wataknya, di mana latar tempatnya, serta seperti apa alur cerita dari film ini. Selanjutnya, untuk mengetahui seperti apakah aktualisasi diri yang dicapai oleh tokoh utama dan bagaimanakah konsep diri Ipssak sebagai tokoh utama dalam film Madangeul Naon Amthak yang dapat mempengaruhi aktualisasi dirinya. 1.4. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan tulisan ini dapat memberikan beberapa manfaat. Sebagaimana penelitian yang lain, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah menambah penelitian tentang karya sastra Korea modern dengan menggunakan analisis psikologi sastra, khususnya film dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan untuk manfaat praktisnya adalah menambah pengetahuan karakteristik kejiwaan melalui karakter dalam film, menambah minat masyarakat pada film Korea dan menjadi refleksi bagi perfilman dalam negeri, menjadi bahan pengajaran moral yang sederhana dan menarik bagi anak-anak pada khususnya serta penonton pada umumnya.

8 1.5. LINGKUP PENELITIAN Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti berasal dari film Madangeul Naon Amthak dengan melihat dari struktur pembangunnya yang antara lain adalah tokoh dan penokohan, alur, dan latar cerita. Selain itu juga akan digunakan analisis psikologi sastra tentang teori aktualisasi diri Abraham Maslow dan teori konsep diri untuk penelitian lebih lanjut. Khusus untuk analisis psikologis tokoh, yang akan diteliti adalah hanya tokoh Ipssak, yaitu tokoh utama dalam film ini. 1.6. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini meninjau dari penelitian sebelumnya yang menggunakan teori psikologi sastra. Penelitian yang pertama adalah skripsi yang berjudul Aktualisasi Diri Tokoh Utama Ji-Sook Dalam Film Chinjeong Eomma (My Mom): Kajian Psikologi Sastra karya Endang Mitra Sayekti, jurusan Bahasa Korea. Skripsi ini menggunakan teori Abraham Maslow untuk menganalisis tokoh Ji-Sook yang berusaha memenuhi aktualisasinya meskipun terdapat banyak hambatan seperti kanker pankreas yang dideritanya. Namun Ji-Sook tidak pernah menyerah dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya membuat Ji-Sook semakin bersemangat mengejar apa yang diinginkannya. Tinjauan studi yang kedua adalah skripsi karya Nurfitri Sajidah yang berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Bok Nam Dalam Film 김복남살인사건의 정말 (Bedevilled): Kajian Psikoanalisis Freud. Skripsi ini berisi tentang analisis kepribadian tokoh Bok Nam dengan menggunakan teori Freud. Tokoh Bok Nam

9 mengalami perubahan karakter yang sangat besar karena ia sering mendapat perlakuan buruk dari lingkungan sekitarnya. Pada akhirnya, Bok Nam berubah menjadi wanita yang kejam dan tidak memiliki hati nurani. Tinjauan studi yang ketiga adalah skripsi karya Vina Muliawati Putri yang berjudul Kepribadian Tokoh Soo Ah dalam Film 열세살, 수아 (Girl Thirteen): Kajian Psikoanalisis Freud. Skripsi ini membahas kepribadian tokoh Soo Ah menggunakan teori Freud yang menggunakan id, ego dan superego. Tokoh Soo Ah mengalami konflik-konflik dengan orang-orang dekat di sekitarnya dan dirinya sendiri. Skripsi ini juga menganalisis cara kerja dan makna mimpi Soo Ah. Tinjauan studi yang keempat adalah skripsi karya Afaf yang berjudul Konflik Batin Tokoh Chan-I dalam Film Ma-Eumi (Heart Is) : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Skripsi ini menganalisis tentang tokoh Chan-I yang mengalami konflik dengan beberapa orang di sekitarnya. Chan-I mengatasi konflik batinnya tersebut dengan mendominasikan salah satu unsur antara id, ego dan superego. Dari beberapa skripsi di atas, yang menjadi tinjauan studi utama adalah skripsi karya Endang Mitra Sayekti, karena menggunakan teori psikologi Abraham Maslow, sama seperti teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Namun, hal yang membedakan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya adalah sasaran aktualisasi diri obyek yang diteliti berbeda. Ji Sook mengaktualisasikan diri dengan cara berusaha keras menjalankan perannya dengan baik sebagai seorang anak, pelajar, karyawan, istri, dan ibu. Sedangkan Ipssak

10 mengaktualisasikan dirinya dengan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memenuhi keinginannya bisa hidup di alam bebas. 1.7. LANDASAN TEORI Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme dan teori analisis psikologi sastra. 1.7.1. Analisis fakta cerita Analisis fakta cerita adalah bagian-bagian dari teori struktural yang membangun sebuah cerita dari dalam. Metode analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat dan seteliti mungkin keterkaitan semua unsur karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Penggunaan teori ini akan membantu untuk memahami isi cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang. Analisis fakta cerita juga membantu untuk menganalisis lebih jauh isi cerita dengan menggunakan teori psikologi sastra. Sehingga akan lebih mudah menganalisis psikologi sastra dalam cerita jika sudah dilakukan analisis strukturalnya. Teori struktural yang termasuk dalam fakta cerita antara lain: 1.7.1.1. Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan karakter yang muncul dalam sebuah cerita, sedangkan penokohan adalah perwatakan yang diciptakan pengarang pada tokoh-tokoh dalam karya fiksi. Karakter bisa berupa individu-individu maupun percampuran berbagai kepentingan, emosi dan prinsip moral dari individu tersebut (Stanton,

11 2007: 33). Tokoh adalah faktor penting yang memainkan jalannya cerita. Tanpa adanya tokoh, cerita tidak dapat disusun. Di dalam sebuah cerita biasanya ada tokoh utama, protagonis (tokoh baik), antagonis (tokoh jahat), dan peran pembantu (tokoh lain yang ikut membangun suatu cerita). a. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus dalam suatu cerita sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh ini juga diutamakan penceritaannya, baik sebagai pelaku kejadian ataupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama sangat mempengaruhi jalannya alur suatu cerita karena selalu diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Dalam sebuah cerita bisa terdapat lebih dari satu tokoh utama, namun kadar keutamaannya tetap saja tidak sama. Kadar keutamaan tersebut ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan alur cerita (Nurgiyantoro. 2005: 176-177). b. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang dimunculkan sesekali dalam sebuah cerita dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung. Nurgiyantoro menjelaskan bahwa dalam penokohan cerita terdapat tokoh tambahan yang penting dan mempengaruhi tokoh utama. Tokoh ini disebut tokoh tambahan yang utama, yaitu meskipun dominasinya dalam cerita relatif singkat tetapi mempengaruhi alur cerita.

12 1.7.1.2. Alur Alur secara umum adalah rangkaian sebuah peristiwa. Dalam cerita biasanya dikenal tiga alur, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur gabungan. Peristiwa-peristiwa yang membentuk alur saling terhubung dan tidak dapat dipisahkan. Alur merupakan tulang punggung cerita. Stanton (1965: 16) menyebutkan bahwa dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Konflik adalah istilah untuk dua kekuatan yang saling menaklukkan atau beresistensi. Sedangkan klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga akhir cerita sudah tidak dapat dihindari. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua kekuatan konflik dan menentukan bagaimana cerita diselesaikan. 1.7.1.3. Latar Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2007:35). Latar dapat berwujud tempat, waktu, atau keadaan. Latar bisa mempengaruhi keadaan tokoh atau memunculkan emosi tertentu pada tokoh. Di dalam sebuah cerita, penggambaran latar atau setting yang detail akan memudahkan publik untuk memahami cerita. 1.7.2. Teori Psikologi Sastra Teori psikologi sastra yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi sastra dari Abraham Maslow. Menurut Maslow (via Minderop, 2010: 277) tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu

13 untuk mencapai tujuan agar kehidupannya lebih bahagia dan memuaskan. Dalam kenyataannya proses motivasional manusia merupakan jantung dari teori Maslow. Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia adalah bawahan, tersusun menurut tingkatan. Oleh Maslow kebutuhan manusia yang tersusun tersebut dibagi ke dalam dua tingkat yaitu sebagai berikut: 1. Kebutuhan berkembang, yang terdiri atas Kebutuhan Aktualisasi Diri 2. Kebutuhan Karena Kekurangan, yang terdiri atas: 2.1. Kebutuhan fisiologi, seperti perasaan lapar dan haus 2.2. Kebutuhan rasa aman, seperti keamanan dan stabilitas 2.3. Kebutuhan rasa kepemilikan dan cinta, seperti kasih sayang dan identifikasi 2.4. Kebutuhan penghargaan, seperti prestise dan harga diri 2.5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu pencapaian semua potensi manusia Tidak ada seorang pun yang kebutuhan fisiologisnya terpenuhi 100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang dapat terpuaskan kebutuhan fisiologinya sampai 85%, kebutuhan keamanan terpuaskan 75%, kebutuhan cinta dan mencintai terpuaskan 50%, self esteem terpuaskan 40% (via Alwisol, 2004: 255).

14 Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang bersifat homoestatik, yaitu usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik seperti makan, minum, tempat tinggal, dan istirahat. Kebutuhan keamanan muncul setelah kebutuhan fisiologi terpenuhi secukupnya. Kebutuhan fisiologi dan kebutuhan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan akan cinta dan dicintai. Ada dua jenis cinta (dewasa) yaitu Deficiency atau D-love dan Being atau B-love. D-love adalah kebutuhan karena kekurangan cinta, orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuatnya menjadi tidak sendirian. B-love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang tersebut. Kebutuhan harga diri (self esteem), muncul ketika kebutuhan akan cinta dan mencintai telah relatif terpuaskan. Ada dua jenis harga diri: a. Menghargai diri sendiri (self respect), kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga dan mampu menguasai tugas dan tantangan hidup. b. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others), kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dan diterima. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.

15 Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga dan mampu. Sebaliknya jika kebutuhan harga diri tidak terpuaskan, selanjutnya akan menyebabkan frustasi seperti perasaan dan sikap inferior, canggung, lemah, pasif, dan tidak mampu menghadapi tuntutan hidup. Ketika semua kebutuhan telah terpenuhi, maka seseorang akan meningkatkan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri karena kebutuhan ini merupakan tingkat puncak dari segala sesuatu yang diinginkan seseorang. Beberapa ciri orang yang mengaktualisasikan diri menurut Abraham Maslow (via Goble, 1987: 51-65), antara lain sebagai berikut: 1. Melihat hidup secara jernih. 2. Melaksanakan pekerjaannya dengan baik. 3. Spontanitas dan kreativitas. 4. Kadar konflik dirinya rendah. 5. Memiliki kemerdekaan psikologis. 6. Menikmati kehidupan pada umumnya dan praktis dalam segala aspek. 1.7.3. Teori konsep diri Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing karena terbentuk dari pribadi yang berbeda-beda. Dalam teori konsep diri, setiap individu memiliki sikap masing-masing dalam menilai konsep dirinya, ada konsep diri positif dan ada juga konsep diri negatif. Ada individu yang memandang dirinya dengan

16 optimis sehingga menimbulkan konsep diri positif. Akan tetapi ada beberapa individu yang selalu memandang rendah kemampuan dirinya sehingga tidak berani melakukan hal-hal yang menurutnya terlalu mencolok, seperti mengikuti sebuah ajang kompetisi. Sikap yang demikian menimbulkan konsep diri negatif. Konsep diri positif dan konsep diri negatif menurut Brook dan Emmert (via Rahmat, 2000: 105) adalah sebagai berikut: 1. Konsep diri positif: a. Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian dengan tanpa rasa malu d. Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat 2. Konsep diri negatif: a. Peka terhadap kritik b. Responsif terhadap pujian, meskipun mungkin ia berpura-pura menghindarinya c. Hiperkritis terhadap orang lain

17 d. Merasa tidak disenangi oleh orang lain, sehingga sulit menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain e. Pesimis terhadap kompetensi 1.8. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai obyek tertentu dan karenanya harus sesuai dengan kodrat keberadaan obyek itu sebagaimana yang dinyatakan oleh teori (Faruk, 2012:55). Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian sosial yang analisisnya bersifat menjelaskan dan menggambarkan suatu kejadian dengan cermat. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat alamiah dan menghasilkan data deskriptif baik secara lisan maupun tertulis, perilaku, atau data-data lainnya yang dapat diamati oleh peneliti (Moleong via Sangidu, 2004: 7). Adapun penelitian deskriptif bertujuan memberikan uraian tentang suatu gejala sosial yang diteliti. Studi kepustakaan dilakukan dengan metode mengumpulkan data-data dari segala sumber yang terkait dengan obyek penelitian. Obyek yang terkait dengan teori studi pustaka antara lain film dan subtitle Madangeul Naon Amthak, kamus bahasa Indonesia-Korea dan kamus Korea-Indonesia, buku-buku tentang teori struktural, buku-buku Psikologi Sastra teori Abraham Maslow dan Konsep Diri, serta sumber-sumber informasi lainnya. Langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain menerjemahkan subtitle Korea film Madangeul Naon Amthak ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya

18 menganalisis unsur-unsur struktural fakta cerita (plot, tokoh, dan latar) film tersebut menggunakan teori Stanton. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan menganalisis teori psikologi sastra tentang teori aktualisasi diri tokoh utama dalam film. Setelah itu, penelitian berlanjut pada teori konsep diri dari tokoh utama. Langkah terakhir yang akan dilakukan adalah menarik kesimpulan dari seluruh penelitian yang telah dilakukan. Analisis fakta cerita dibutuhkan untuk meneliti unsur-unsur yang membangun sebuah cerita. Selain itu juga sebagai jembatan penghubung sebelum memasuki teori berikutnya. Dengan ditelitinya fakta cerita dalam film ini, diharapkan mampu memudahkan penelitian dan pemahaman pada teori selanjutnya. Teori psikologi sastra tentang teori aktualisasi diri digunakan untuk menelusuri bagaimana tokoh utama menjalani kehidupannya dan apa saja yang ia lakukan untuk memenuhi keinginannya. Sedangkan teori konsep diri dibutuhkan untuk menunjang teori aktualisasi diri. Teori ini digunakan untuk mencari keistimewaan tokoh utama dan faktor apa saja yang mempengaruhinya dalam mencapai aktualisasi diri. Setelah semua konsep dan teori dilakukan sepenuhnya, barulah dapat ditarik kesimpulan yang ingin didapat dari penelitian ini. 1.9. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini seluruhnya akan disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yaitu sebagai pengantar dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan

19 metode penelitian. Pada bab II adalah analisis fakta cerita dalam film Madangeul Naon Amthak. Bab III merupakan analisis data dengan teori psikologi sastra. Pada bab ini, akan diteliti objek yang telah ditentukan dengan menggunakan teori aktualisasi diri Abraham Maslow dan teori konsep diri. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh penelitian yang telah dilakukan.