BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian digambarkan melalui tulisan oleh pengarang. Saxby dalam Nurgiyantoro (2005: 4) mengatakan bahwa sastra pada hakikatnya adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan. Sastra merupakan sebuah cermin atau gambar mengenai kenyataan (Luxemberg dkk. 1989: 19). Oleh karena sastra merupakan pencerminan dari kehidupan nyata, maka di dalamnya terkandung pengetahuan yang dapat memberikan pemahaman tentang kehidupan tersebut. Pemahaman itu datang dari eksplorasi terhadap berbagai bentuk kehidupan berupa penemuan serta informasi lain yang dapat memperkaya pengetahuan pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 3). Seperti pendapat Horace dalam Pradopo, fungsi seni sastra ialah dulce et utile yang berarti menyenangkan dan berguna (Pradopo, 1994: 3). Maka selain memberi kesenangan, membaca karya sastra juga dapat memberi manfaat di antaranya berupa bertambahnya informasi. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu (Semi, 1993: 1). Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek & Warren, 1990: 3). Hal ini berarti, sastra adalah suatu kegiatan kreatif dan sebuah karya seni yang produknya dituangkan melalui tulisan oleh pengarang menggunakan bahasa 1

2 2 estetis (indah), tidak menggunakan bahasa sehari-hari sehingga menarik untuk dibaca. Kegiatan membaca karya sastra merupakan salah satu bentuk dari apresiasi terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi karya sastra memang tidak hanya dalam bentuk dinikmati, tetapi juga dimengerti, dihayati, dan ditafsirkan (Fananie, 2002: 67). Untuk itu penulis mencoba mengangkat salah satu cerita pendek karya Akutagawa Ryuunosuke yang berjudul Majutsu sebagai objek untuk diteliti. Akutagawa Ryuunosuke lahir pada tanggal 1 Maret 1892 di Irifunecho, Tokyo. Akutagawa sudah menaruh minatnya pada karya sastra semenjak duduk di sekolah dasar. Ia menyukai karya dari penulis di zaman Meiji, salah satunya Natsume Soseki.Tahun 1913 Akutagawa masuk jurusan Sastra Inggris di Universitas Tokyo, kemudian bersama dengan Kume Masao dan Kikuchi Kan ia menerbitkan kembali majalah sastra universitas Shinshicho (Aliran Pemikiran Baru) dan mulai menerbitkan karyanya pada majalah tersebut. Lalu pada tahun 1915 Akutagawa menerbitkan karyanya yang berjudul Rashomon. Karya tersebut berisi kumpulan cerpennya yang terbaik. Tahun 1916 cerpen Akutagawa berjudul Hana (hidung) dipuji oleh Natsume Soseki, sastrawan besar pada saat itu. Lulus universitas di peringkat dua dari 20 mahasiswa, Akutagawa tetap berkarya di bidang kesusastraan. Menerbitkan antologi cerpen Rashomon dan kumpulan cerpen berjudul Yabu no Naka, lalu berkarir di surat kabar Osaka Mainichi Shinbun untuk terus menulis karya fiksi sampai kontraknya habis pada tanggal 12 Maret Semasa hidupnya, Akutagawa telah menulis banyak karya sastra, diantaranya adalah Rashomon, Hana, Kappa, dan Majutsu. Bahkan temannya

3 3 yang bernama Kikuchi Kan mendirikan Akutagawasho (Penghargaan Akutagawa) pada tahun Penelitian sebuah karya sastra yang lebih dalam membutuhkan pemahaman dari ilmu lain, salah satunya adalah ilmu psikologi. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yaitu melalui pemahaman terhadapkepribadian (Alwisol, 2009: 1). Dengan kata lain, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari kepribadian manusia seperti cara berpikir, tingkah laku dan mental manusia. Sedangkan sastra adalah suatu kegiatan seni yang berkaitan dengan dunia fiksi, drama, puisi dan essai yang dipengaruhi dari persoalan kehidupan di dunia nyata. Walaupun berbeda namun keduanya memiliki kesamaan yaitu baik ilmu psikologi maupun karya sastra sama-sama membahas manusia dan kehidupan sebagai sumber kajiannya. Kehidupan dalam karya sastra berasal dari pengalaman dan imajinasi pengarang lalu diolah hingga berwujud teks dan menjadi sebuah karya sastra yang menarik untuk dibaca, seperti misalnya karya sastra berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke. Untuk itu, selain isinya menarik, cerita pendek berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke dalam bahasa Jepang juga mudah untuk dipahami dan tidak sulit untuk didapatkan. Penulis akan mengkaji lebih lanjut cerita pendek Majutsu dengan teori aktualisasi diri Abraham Maslow sebagai pisau analisisnya. Penulis memilih tokoh Aku untuk diteliti karena tokoh Aku memiliki peran sentral yang perannya sering dimunculkan di dalam cerita. Ia juga lebih banyak dikenai kejadian dan memiliki hubungan dengan tokoh tambahan. Maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Aku memiliki peran yang penting di dalam

4 4 cerita berdasarkan kedudukannya sebagai tokoh utama. Oleh karena itu penulis akan menganalisis bentuk kejiwaan tokoh utama dalam cerita pendek Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke, yaitu tokoh Aku, menggunakan teori psikologi humanistik Abraham Maslow. 1.2.Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, ada dua permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Oleh karena sastra merepresentasikan sisi-sisi kejiwaan manusia melalui tokoh di dalam cerita, maka bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri tokoh Aku dalam mengendalikan nafsu sebagai salah satu syarat dalam menggunakan ilmu sihir akan diteliti menggunakan teori psikologi humanistik Abraham Maslow. Sedangkan analisis struktural akan mengungkap unsur intrinsik karya sastra untuk mendukung analisis psikologi tersebut. Setelah itu akan disebutkan apa saja faktor-faktor yang menghambat proses aktualisasi diri dari tokoh Aku. 1.3.Tujuan Penelitian Ada dua tujuan di dalam penelitian ini, yaitu tujuan teoretis (ilmiah) dan tujuan praktis (pragmatis). Adapun tujuan teoretis di dalam penelitian ini adalah, yang pertama, untuk mengetahui bagaimana struktur dari cerpen Majutsu karangan Akutagawa Ryuunosuke. Tujuan yang kedua, untuk mengetahui bagaimana karakter dari tokoh Aku. Tujuan yang ketiga, untuk mengetahui bentuk aktualisasi diri tokoh Aku menggunakan teori aktualisasi diri Abaraham Maslow.

5 5 Tujuan yang keempat, untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menghambat proses aktualisasi dari tokoh Aku. Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya pengetahuan para penikmat karya sastra, khususnya penikmat karya sastra Jepang, karena cerpen ini tidak sepopuler cerpen Akutagawa Ryuunosuke yang lainnya. Selain itu juga untuk menambah wawasan pembelajaran mengenai sastra pada umumnya, dan sastra Jepang pada khususnya. 1.4.Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berfungsi untuk membuktikan bahwa tidak ada unsur plagiat dalam penelitian meskipun masalah dan objek penelitian sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Jika masalah dan objek penelitian sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka perlu dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian itu. Dalam pembahasan itu harus dikemukakan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan (Jabrohim, 2012: 35). Sejauh yang penulis ketahui, sebelumnya telah banyak penelitian yang menjadikan karya-karya Akutagawa Ryuunosuke sebagai objek untuk diteliti. Namun penulis baru menemukan satu dari penelitian-penelitian tersebut yang menggunakan karya Akutagawa Ryuunosuke berjudul Majutsu sebagai objek penelitiannya. Penelitian sebelumnya ditulis oleh G. Benardi Darumukti dengan judul Analisis Tekstual Roland Barthes Dalam Cerpen Majutsu Karya Akutagawa Ryuunosuke pada tahun Dalam penelitiannya, Benardi menggunakan teori

6 6 analisis tekstual semiotik Roland Barthes untuk mengungkap makna yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Sedangkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian Benardi adalah apa saja tanda yang memiliki makna dalam cerpen, makna dari tanda-tanda tersebut, dan amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui makna-makna yang tersirat dalam cerpen. Dari ketiga masalah tersebut ditemukan jawaban yakni terdapat 61 tanda yang memiliki maknanya masing-masing dan 12 macam makna yang berasal dari tanda tersebut. Makna-makna tersebut banyak yang mengarah kepada hubungan antara Jepang dan India. Kemudian dari makna-makna tersebut Benardi menemukan adanya amanat yang tersirat dari pengarang, yakni Jepang harus mengontrol masuknya pengaruh imperialisme Barat ke dalam negaranya, seperti negara India. Pada tahun ditulisnya Majutsu, yakni 1919, India sudah melakukan tukar menukar kebudayaan dengan negara-negara Eropa, tetapi tetap bisa menjaga kecintaan terhadap negara sendiri. Tebukti dari pertengahan abad ke-19, saat India telah menjadi negara koloni (persemakmuran) dari Inggris. Penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini menggunakan objek material yang sama dengan yang digunakan oleh Benardi, yakni cerpen berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke. Meskipun objek penelitiannya sama, tetapi teori yang digunakan berbeda. Penelitian di atas menggunakan teori analisis tekstual Roland Barthes untuk mengetahui tanda dan makna yang terdapat dalam cerpen, sedangkan penelitian ini akan menggunakan teori aktualisasi diri Abraham Maslow untuk mengetahui bentuk aktualisasi diri dari tokoh Aku.

7 7 1.5.Landasan Teori Pada dasarnya suatu penelitian tidak dapat dijalani tanpa menggunakan teori sebagai landasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bagian permasalahan. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah (Jabrohim, 2012: 35). Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teori psikologi sastra, yaitu teori aktualisasi diri Abraham Maslow, sebagai alat untuk memecahkan masalah. Psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh faktual (Sangidu, 2004: 30). Oleh karena itu dibutuhkan teori psikologi sastra untuk mengungkap kepribadian tokoh yang ada di dalam karya sastra yang akan diteliti. Pendekatan psikologi dalam penelitian terhadap karya sastra dapat berpijak pada psikologi kepribadian yang dikembangkan Sigmun Freud ataupun teori-teori psikologi lainnya bergantung pada karya sastra yang diteliti (Sangidu, 2004: 30). Di dalam penelitian ini peneliti akan mengungkap aktualisasi diri tokoh Aku dalam cerpen berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke. Untuk mendukung hal itu peneliti akan menggunakan teori aktualisasi diri Abraham Maslow. Akan tetapi, dalam membedah suatu karya sastra harus terlebih dahulu mengetahui unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut.

8 8 Maka ada dua teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori struktural dan teori aktualisasi diri Abraham Maslow. Teori struktural akan digunakan terlebih dahulu untuk mengetahui bentuk struktur dari cerpen Majutsu, kemudian menggunakan teori aktualisasi diri Abraham Maslow untuk mengetahui bagaimana bentuk aktualisasi diri dari tokoh utama dalam cerpen, yakni tokoh Aku Teori Struktural Teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Sebuah struktur karya sastra harus dilihat sebagai suatu totalitas karena sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsurunsurnya (Sangidu, 2004: 16). Pengertian struktur pada pokoknya mengartikan bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan (Luxemberg dkk. 1989: 38). Beardsley dalam Jabrohim (2012: 69) mengatakan bahwa untuk memahami maknanya, sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca. Oleh karena itu, untuk menangkap makna yang terkandung di dalam sebuah karya sastra diperlukan pembedahan menggunakan teori struktural tanpa mempedulikan unsur ekstrinsik sebuah karya sastra.

9 9 Stanton membagi unsur intrinsik sastra menjadi tiga, yaitu tema, fakta cerita dan sarana sastra. Fakta cerita terdiri dari karakter, alur dan latar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Stanton (2012: 22) karakter, alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Sedangkan sarana sastra terdiri dari konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi, klimaks sertatone dan gaya. Menurut Semi (1993: 76), penelitian yang menggunakan metode psikologi sastra tidak perlu membahas semua unsur-unsur intrinsik karya sastra. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pendekatan psikologis menekankan analisis dari segi intrinsik terutama segi penokohan atau perwatakan (Semi, 1993: 79). Kemudian antara penokohan dan latar memiliki jalinan keterikatan kaitan timbalbalik yang erat. Sifat seorang tokoh dapat dibentuk oleh keadaan latarnya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh (Nurgiyantoro, 2012: 209). Stanton (2012: 35) juga menyatakan bahwa latar terkadang dapat berpengaruh pada karakter-karakter. Maka dalam analisis struktural cerpen Majutsu penulis hanya akan menguraikan unsur intrinsik berupa tema dan fakta cerita karena mendukung analisis yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu analisis psikologi aktualisasi diri Abraham Maslow Tema Stanton (2012:37) menyebutkan bahwa tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Tema memiliki koherensi

10 10 dan makna pada fakta-fakta cerita (2012: 39). Ini berarti, tema memiliki keterikatan dengan setiap peristiwa, kejadian, detail cerita dan memiliki makna pada fakta-fakta dalam cerita. Maka cara untuk menentukan tema adalah dari keseluruhan cerita, bukan dari bagian-bagian tertentu dalam cerita. Hal ini selaras dengan pernyataan Nurgiyantoro (2012: 68) untuk menentukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita Fakta cerita a. Tokoh dan penokohan Jones dalam Nurgiyantoro (2012: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang berada dalam cerita. Istilah tokoh mengacu pada pelaku cerita, sedangkan, sedangkan penokohan mengacu pada penempatan tokoh-tokoh itu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan moral, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2012: 167). Tokoh dari karya fiksi yang ditulis oleh pengarang sebagian besar berupa tokoh yang berasal dari imajinasi pengarang (tokoh rekaan). Seperti yang ditulis oleh Fananie (2002:86) kendati berupa rekaan atau hanya imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah

11 11 cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema (Fananie, 2002: 86). Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengalami berbagai macam peristiwa di dalam karya sastra, dan merupakan salah satu unsur yang membangun cerita. Pengarang menggunakan tokoh yang posisinya strategis untuk menyampaikan sesuatu kepada pembaca, misalnya pesan moral atau amanat. Tokoh yang muncul di dalam cerita ada dua macam, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama diperankan secara terus menerus sehingga terasa seperti mendominasi cerita. Sedangkan tokoh tambahan hanya tampil beberapa kali saja di dalam cerita.nurgiyantoro (2012: 176) menyebutkan tokoh yang dominan disebut tokoh utama cerita (central character atau main character). Sedangkan tokoh yang tampil beberapa kali tadi disebut tokoh tambahan (peripheral character). 1. Tokoh utama Tokoh utama adalah tokoh yang paling diutamakan penceritaannya, paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2012: ). Tokoh utama, karena pemunculannya yang diutamakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain di dalam cerita, memiliki peran penting dalam perkembangan plot secara keseluruhan.

12 12 2. Tokoh tambahan Tokoh tambahan tampil beberapa kali di dalam cerita. Kehadirannya tidak mendominasi seperti tokoh utama. Seperti yang dikatakan oleh Nurgiyantoro (2012: 177) kehadiran tokoh tambahan, yang pemunculannya dalam cerita lebih sedikit daripada tokoh utama, hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak. b. Latar Latar atau setting merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 216). Latar memberikan penggambaran cerita secara jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2012: 217). Pembaca dengan imajinasinya masing-masing akan masuk ke dalam penggambaran cerita melalui penggambaran latar yang ditulis oleh pengarang. Unsur latar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga bagian itu, meskipun menawarkan permasalahan yang berbeda, sebenarnya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Nurgiyantoro, 2012: 227). 1. Latar tempat Latar tempat memiliki deskripsi lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat itu mungkin berupa tempat-

13 13 tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa kejelasan nama. Latar tempat dengan nama tertentu seharusnya mencerminkan atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2012: 227). 2. Latar waktu Latar waktu berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan di dalam karya fiksi. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya, yang berasal dari luar cerita itu. Adanya persamaan perkembangan atau kesejalanan waktu itu juga dimanfaatkan untuk memberi kesan pada pembaca bahwa cerita itu sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2012: 230). 3. Latar sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat tertentu yang diceritakan di dalam karya fiksi. Ia merupakan bagian latar secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2012; 233). Ketiga unsur latar itu, dalam sebuah kesatupaduan, akan membawa pembaca pada makna yang lebih khas dan meyakinkan daripada ketika berdiri sendiri-sendiri (Nurgiyantoro, 2012: 237) Teori Aktualisasi Diri Menurut Maslow, tingkah laku manusia ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupannya bahagia dan memuaskan

14 14 (Maslow dalamgoble, 1987: 70). Untuk mencapai tujuan agar bahagia dan memuaskan, terdapat tingkatan kebutuhan dari yang paling rendah hingga paling tinggi. Kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow akan digunakan penulis untuk menganalisis tokoh Aku dalam cerita pendek berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke. Menurut Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan yang kemudian menjadi motivasi dalam diri manusia untuk mengaktualisasikan diri. Inilah gambar dari teori Abraham Maslow: Kebutupan akan Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta Kebutuhan akan rasa ainan Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan aktualisasi diri berada ditingkat paling atas. Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: (1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan akan memiliki cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (Maslow dalam Schultz, 1991:

15 15 90). Keempat kebutuhan tersebut harus sebagian terpuaskan terlebih dahulu sebelum timbul kebutuhan yang kelima, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan terhadap makanan, air, udara, tidur, dan seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup (Maslow dalamschultz, 1991: 91). Dengan kalimat yang berbeda, Goble (1991: 71) memaparkan bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas antara kebutuhan manusiauntuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya untuk makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur dan oksigen. Ketika seseorang merasa lapar maka kebutuhan fisiologisnya belum tercapai dan ia akan mencari cara untuk memuaskan kebutuhan fisiologisnya tersebut, yaitu makan atau melakukan aktivitas lain seperti minum air putih atau merokok. Seperti yang dijelaskan oleh Maslow dalam Gobel (1987: 71) ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Mungkin sekali untuk sedikit memuaskan rasa lapar dengan kegiatan lain seperti minum air atau merokok (Maslow, 1994: 45). Kemudian setelah kebutuhan fisiologis tercapai, muncul kebutuhan lain dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman. b. Kebutuhan akan rasa aman Pada tingkat yang kedua terdapat kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhankebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas,

16 16 perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan (Maslow dalamschultz, 1991: 91). Pada orang dewasa yang normal dan sehat, kebutuhan ini akan terpuaskan. Mereka yang merasa tidak aman akan bertingkah laku seolaholah sedang terancam bahaya besar (Goble, 1987: 73). c. Kebutuhan akan memiliki dan cinta Orang mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah kelompoknya. Ketiadaan akan keterikatan ini akan mengakibatkan seseorang merasa terasing (Goble, 1987: 74). Maslow menemukan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan orang akan terhambat (Goble. 1987: 75). Namun yang perlu ditekankan di sini adalah cinta dan kasih sayang tidaklah sama dengan kegiatan seks. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maslow (1994: 55) bahwa seks merupakan suatu kebutuhan yang murni bersifat fisik. d. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan pada tingkat keempat adalah kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan ini, menurut Maslow (1994: 55), meliputi dua hal, yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Penghargaan atas diri sendiri, seperti kepercayaan diri, kemampuan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Sedangkan yang kedua adalah penghargaan dari orang lain, seperti pengakuan, kedudukan, perhatian dan lain-lain. Bila kebutuhan seseorang pada tingkat ini terpenuhi maka orang tersebut akan merasa lebih percaya pada diri sendiri (Maslow, 1994: 56).

17 17 e. Kebutuhan akan aktualisasi diri Pada tingkat teratas terdapat kebutuhan psikologis yang dimiliki oleh seseorang untuk menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuannya. Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya (Maslow dalam Goble, 1987: 77). Dengan kata lain, kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk menjadi dirinya seperti yang ia mampu dan yang ia mau. Kebutuhan ini, yang berada di tingkatan paling atas, muncul setelah kebutuhan-kebutuhan di bawahnya terpenuhi (Goble, 1987: 77). Berikut ini adalah beberapa gambaran mengenai aktualisasi diri: a. Melihat hidup secara jernih Orang-orang yang teraktualisasi dirinya melihat hidup secara jernih, apa adanya, dan bukan dengan menurut kepada keinginan mereka (Maslow dalam Goble, 1987: 51). Dengan kata lain, orang yang teraktualisasikan dirinya memandang hidup secara objektif. b. Mengabdikan dirinya pada pekerjaan atau kewajiban Mereka yang mengaktulisasikan dirinya akan mengabdikan dirinya pada pekerjaan, kewajiban, atau panggilan tertentu yang mereka anggap penting. Karena rasa tanggung jawab yang besar, mereka akan selalu melakukan yang terbaik menurut kemampuannya (Maslow dalam Goble, 1987: 53).

18 18 c. Kreatif dan spontan Sifat kreatif yang berupa fleksibilitas, spontanitas, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati dimiliki oleh mereka yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas itu menuntut keberanian, kemampuan untuk bertahan, mampu mengabaikan kritik serta cemooh, dan mampu menolak pengaruh kebudayaannya sendiri (Maslow dalamgoble, 1987: 54). Sedangkan sifat spontanitas memiliki penggambaran yang hampir sama dengan kreativitas, yaitu lebih ekspresif, wajar dalam bersikap, polos dan tidak menyembunyikan perasaan, pikiran, dan tidak bertingkah laku dibuat-buat. d. Kadar konflik dirinya rendah Orang yang mengaktualisasikan dirinya tidak berperang melawan dirinya sendiri, kepribadiannya menyatu, memiliki banyak energi untuk tujuan-tujuan yang produktif (Maslow dalamgoble, 1987: 55). Golongan orang ini tidak banyak membuang-buang waktu serta tenaga untuk melindungi diri mereka sendiri. Hasrat-hasrat mereka sejalan dengan pertimbangan-pertimbangan mereka (Goble, 1987: 56). e. Mempunyai kemerdekaan psikologis Orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mampu mengambil keputusan-keputusan mereka sendiri sekalipun melawan pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan menolak jika memang tidak sejalan dengan pandangan mereka (Maslow dalamgoble, 1987: 59).

19 Metode Penelitian Metode penelitian adalah urutan-urutan bagaimana suatu kegiatan penelitian dilakukan oleh peneliti (Nazir dalam Sangidu, 2004: 6). Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarmintadalam Sangidu, 2004: 16).Dengan kata lain, metode merupakan cara kerja yang berupa urutan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penelitian di dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bersifat menjelaskan dan menggambarkan.data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong, 1989: 7). Ada enam tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, dengan kegiatan mencari objek yang akan diteliti, yaitu cerita pendek Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke dalam bahasa Jepang. Kedua, membaca objek secara keseluruhan. Ketiga, menampilkan permasalahan yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Keempat, menentukan teori yang akan digunakan untuk membedah permasalahan, yaitu teori strukturalisme guna membahas unsur intrinsik di dalam karya sasta dan teori aktualisasi diri Abraham Maslow. Kelima, mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di bagian permasalahan. Keenam, mengolah, menganalisis lalu intepretasi data sehingga mendapatkan kesimpulan. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan. Maka penulis hanya akan menganalisis dan meneliti dari sumber buku saja. Buku yang penulis gunakan

20 20 sebagai referensi didapat dari perpustakaan yang mudah diakses oleh penulis serta koleksi pribadi penulis Sistematika Penulisan Sistematika penulisan didalam penelitian ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, isi, penutup, dan terdiri dalam empat bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II dan III adalah isi. Bab II berisi hasil analisis unsurunsur intrinsik, yaitu tema, tokoh dan latar, yang terdapat dalam cerpen berjudul Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke menggunakan teori struktural. Kemudian bab III akan menjelaskan aktualisasi diri dari tokoh Aku dengan menggunakan teori psikologi Abraham Maslow. Terakhir, Bab IV adalah penutup yang berisi kesimpulan jawaban dari persoalan-persoalan yang telah dirumuskan dan saran. Kemudian akan diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran cerita pendek Majutsu karya Akutagawa Ryuunosuke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci