TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Esensi Tradisi Upacara Dalam Konsep Yadnya Ni Putu Sudewi Budhawati 48

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Upacara Panca Yadnya Dalam Kehidupan Beragama Oleh Ahmad Prajoko

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Ni Ketut Ratini * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA)

SILABUS PEMBELAJARAN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

Makna Upacara Caru Panca Sata Bagi Umat Hindu di Pura Agung Jagat Karana Kecamatan Krembangan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

PEMAHAMAN UMAT HINDU TENTANG HARI RAYA SARASWATI DI KOTA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIII/2005 Tentang

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

KONSEP KURBAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM DAN HINDU (Sebuah Studi Perbandingan) SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

SILABUS PEMBELAJARAN

UPACARA TANPA SULINGGIH DI PURA GERIA SAKTI MANUABA KAJIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

DI DESA PAKRAMAN CEKENG, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI : PERSFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PERKAWINAN PADAGELAHANG DI BALI

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

Keywords: Pitara Puja Tradition, Ancestor, Manunggaling Kawula Gusti, Moksha.

ANAK AGUNG SRI INTAN KOMALA DEWI NIM:

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Transkripsi:

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG TAHUN AJARAN 2015/2016 1

Om Swastiastu KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat beliau penulis dapat menyelesaikan Tugas Agama ini Yang berjudul dewa yadnya.tujuan penulis selain untuk membuat tugas secara berkelompok juga untuk dapat menambah pemahaman penulis mengenai dewa yadnya dan menginformasikan kepada pembaca agar dapat lebih memahami mengenai yadnya.seperti kata pepatah Tak Ada Gading yang Tak Retak,penulis menyadari bahwa hasil penulisan makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi menyempurnakan makalah ini. Di dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat petunjuk dari berbagai pihak dan media.oleh karena itulah, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang membantu dalam makalah ini. Demikianlah sepatah pengentar kami,semoga dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.dan atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih. Om Santih,Santih,Santih Om DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i 2

BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar belakang...1 1.2 Rumusan masalah...2 1.3 Tujuan penulisan...2 1.4 Manfaat penulisan...2 1.5 Penjelasan konsep...3 BAB II PEMBAHASAN...4 2.1 PEMBAHASAN...4 2.1.1 Pengertian ketahanan nasional...4 2.1.2 Fungsi dan kedudukan ketahanan nasional Indonesia...4 2.1.3 Konsep ketahanan nasional ekonomi bangsa dan Negara...5 BAB IV KESIMPULAN...6 2.1 Kesimpulan...6 DAFTAR PUSTAKA...7 BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Pengertian dan Hakekat Dewa Yadnya Dalam kehidupan,setiap orang wajib melakukan pengorbanana kepada sang hyang widhi,sesama,dirinya,dan lingkunganya.berkobanan dalam ajaran agama hindu di sebut yajna.secara ethimologi kata yajna berasal dari bahasa sanskerta yaitu dari kata yaj yang artinya pemujaan atau memberi penghormatan atau dijadikan suci. kemudia,dari urat kata yaj, timbul katak kata yaja yang artinya kata kata dalam pemujaan,yajata artinya layak memperoleh penghormatan, yajus artinya sakral,retus,agama,dan yajna artinya pemujaan, doa persembahan.yajna yang harus kita laksanakan dalam kehidupan ini dilandasi oleh hutang manusia yang dibawa sejak lahirkan ke dunia ini, hutang manusia ada 3 banyaknya yang disebut Tri Rna. Adapun hutang hutang yang di maksud antara lain seperti berikut. 1. Deva Rna adalah hutang hidup kepada sang hyang widhi yang telah menciptakan alam semesta, termasuk diri kita. untuk semua ini wajib membayar hutang kepada sang hyang widhi dengan melaksanakan deva yajna dan butha yajna. Contoh pelaksaanaan deva yajna seperti berdoa kepada sang hyang widhi dan melaksanakan dharma. Contoh pelaksanaan butha yajna memelihara alam lingkungan sebagai tempat kehidupan semua mahluk. 2. Rsi Rna hutang kepada para rsi yang mengorbankan kehidupannya untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada manusia sehingga mendapatkan pencerahan melalui ajaran ajaranya. Rsi Rna di bayar dengan melaksanakan rsi yajna. 3. Pitra Rna adalah hutang kepada orang tua atau leluhur. leluhur dan orang tua sangat berjasa dan memiliki peranan besar atas kehidupan kita saat ini. Karma leluhur dan orang tua berpengaruh terhadap keberadaan setiap orang. Oleh karenanya, menjadi kewajiban kita untuk membalas jasa jasa leluhur dan orang tua kita. Membayar hutang kepada orang tua dan leluhur dapat dilaksanakan dengan melaksanakan Pitra Yajna dan Manusa Yajna. Dari tiga hutang dasar manusia tersebut muncul lima cara untuk membayar hutang. Membayar hutang kita melalui melakukan pengorbanan kepada sang hyang widhi, orang suci, orang tua, sesama, serta mahluk yang lebih rendah dari manusia. Yajna dalam agama Hindu ada lima yakni : 1. Deva Yajna 2. Rsi Yajna 3. Pitra Yajna 4. Manusa Yajna 5. Bhuta Yajna 4

1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian dan hakekat dewa yajna 2. Tujuan dewa yajna 3. Sumber dan dasar hukum yajna 4. Tingkatan pelaksanaan dewa yajna 5. Syarat syarat melaksanakan dewa yajna 6. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Hakekat Deva Yajna Dewa yajna berasal dari bahasa sanskerta Div yang artinya sinar suci dan Yaj yang artinya pemujaan atau memberi penghormatan atau menjadikan suci. Jadi dewa yajna yaitu korban suci / persembahan suci kepada sang hyang widhi wasa dan seluruh manifestasi nya yang terdiri dari dewa brahma ( selaku pencipta ) dewa wisnu (pemelihara ) dewa siwa ( pelebur ) adanya pemujaan kehadap dewa dewi / para dewa karena beliau di anggap mempengaruhi dan mengatur gerak kehidupan di dunia ini. Hakekat yajna Bhagavadgita 3 14 menyatakan bahwa Yajna berasal dari karma ini berati bahwa dalam yajna perlu adanya kerja, karena dalam yajna menurut adanya perbuatan tuhan menciptakan alam beserta isinya diciptakan dengan yajna maka patutlah manusia pun melaksanakan yajna untuk memelihara kehidupan didunia ini. Tanpa adanya yajna maka perputaran roda kehidupan akan berhenti. Yajna merupakan salah satu wujud dari Tri Kerangka Agam Hindu yaitu termasuk 5

dalam upacara ritual hal ini dikarenakan penerapan yajna di kaitkan dengan upacara agama hindu yaitu dalam bentuk ritual. 2.2 Tujuan Deva Yajna Dalam banyak sloka dari berbagai kitab menyatakan bahwa alam semesta beserta isinya termasuk manusia ; diciptakan, dikembangkan melalui yajna. Oleh karena itu yajna yang dilakukan oleh manusia tentu bertujuan untuk mencapai tujuan hidup manusia menurut konsep hindu yakni mokshartam jagat hita ( kebagian sekala dan niskala ). Dalam rangka mencapai tujuan tertinggi tersebut manusia harus melakukan aktivitas dan berkarma. Paling tidak 4 hal yang harus dilakukan yaitu 1. Penyucian diri untuk mencapai kebahagiaan maka hidup ini harus suci 2. Peningkatan kualitas diri, meningkatkan kualitas jiwatman sehingga tujuan tertinggi yaitu bersatunya atman dengan brahman ( brahman atman aikyam ) dapat tercapai. 3. Sebagai sarana menghubungkan diri dengan tuhan oleh karena itu manusia dalam rangka mencapai tujuan tidak akan lepas dari tuntunan atau kekuasaan tuhan. 4. Sebagai ungkapan rasa terima kasih,manusia memiliki rasa dan pikiran dan dalam tatanan kehidupan sosial terikat pada aturan susila dan moral. Dengan olah rasa yang baik maka rasa syukur merupakan salah satu motivasi utama untuk selalu berbuat kebaikan. 2.3 Sumber dan Dasar Hukum Yajna Dasar pelaksanaan upacara yajna adalah Tri Rna. Weda mengajarkan tuhan menciptakan alam semesta ini berdasarkan yajna, karena itu menurut ajaran rna alam ini berhutang kepada tuhan untuk melepaskan diri dari keterikatan akan hutang itu, umat hindu melaksanakan yajna salah satunya berupa upacara dengan memakai sarana upakara / banten. Dalam lontar agastya parwa ini dibagi menjadi lima bagian berikut : 1. Dewa yajna yaitu mempersembahkan minyak, biji bjian kepada dewa siwa agni ditempat pemujaan dewa. 2. Rsi yajna yaitu menghormati pendeta dan membaca baca kitab suci. 3. Pitra yajna yaitu upacara kematian agar roh mencapai alam siwa. 4. Bhuta yajna yaitu mensejahterahkan tumbuh tumbuhan dan menyelenggarakan upacara tawur agung dan panca wali krama. 5. Manusa yajna yaitu memberi makanan kepada masyarakat. 2.4 Tingkatan Pelaksanaan Dewa Yajna 6

Tingkatan yajna didasari oleh besar kecil nya upakara yang dipersembahkan dan di bedakan menjadi tingkatan yaitu : 1. Kanista 2. Madyama 3. Utama Masing masing dari ketiga tingkatan di atas dapat di bedakan dalam 3 tingkatan lagi didasarkan dari kecilnya persembahannya yaitu : 1. Nistaning Nista 2. Nistaning madya 3. Nistaning Utama 4. Madyaning Nista 5. Madyaning Madya 6. Madyaning Utama 7. Utamaning Nista 8. Utamaning Madya 9. Utamaning Utama upakara yang menjadi sarana Perbedaan tingkatan yajna disesuaikan dengan tingkatan kemampuan umat yang akan melaksanakan karena bertujuan yajna yang menuju kesejahteraan dan kebahagiaan tidak memberikan penderitaan bagi umat dan dari segi kualitas kesembilan tingkatan yajna tersebut tidak lah ada perbedaan sepanjang di laksanakan dengan rasa bhakti dan ketulusan dan kesucian hati. 2.5 Syarat Syarat 7 Pelasanaan Yajna 1. Sradha artinya pelaksanaan yajna hendaknya dengan keyakinan penuh diyakini kebenarannya yang bersifat mutlak 2. Lascarya artinya suatu pengorbanan atau persembahan besar atau kecil sedikit ataupun banyak dari ukuran materi hendaknya dengan penuh keiklasan. 3. Sastra artinya beryajna harus lah dilaksanakan berdasarkan petunjuk sastra kata sastra dalam hal ini adalah peraturan atau ketentuan hukum yang bersumber dari kitab suci. 4. Daksina artinya suatu penghormatan dan penghargaan dalam bentuk harta benda atau uang yang dihaturkan secara tulus iklas kepada pemimpin upacara ( pandita, pemangku, ) yang telah berjasa sehingga upacara berjalan dengan aman, lancar dan sukses. 5. Mantra artinya setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang berkualitas unsur mantra atau gita nyanyian ke tuhanan adalah sangat penting lagu lagu suci untuk 7

pemujaan diucapkan umat pinandita, dan pandita sesuai dengan ketentuan dan aturanya. 6. Anna sewana artinya jamuan makan atau minum kepada tamu upacara. Atithi yadnya sesuai dengan kemampuan masing-masing juga salah satu syarat yadnya yang baik. Namun demikian jamuan ini tidak boleh dipaksakan kalau dipaksakan bukanllah disebut yadnya yang sattwika. 7. Nasmuta artinya suatu upacara agama hendaknya tidak dilangsungkan dengan tujuan pamer, kemewahan, atau pamer kekayaan dengan maksud tamu dan tetangga berdecak kagum tetapi bukan berrati yang mammpu tidak boleh menampilkan kemewahan dan keindahan dalam upacara yadnya,asalkan kemewahan dan keindahan yang dihadirkan itu hanya pantas dilangsungkan dengan tujuan mengagunggkan nama tuhan. Atau dengan kata lain tidak menekan semata-mata aspek ritual dan seremonila belaka. 2.6 Pelaksanaan dalam Kehidupan Sehari-hari Adanya pemujaan upacara pemujaan serta persembahan suci tulus iklas kepada tuhan dan sinar sucinya yang disebut dewa dewi adanya peujaan kehadapan Dewa/Dewi para dewa karena beliau dianggap mempengaruhi dan mengatur gerak kehidupan di dunia ini. Salah satu dari upacara yadnya sperti upacara hari raya Saraswati yaitu upacara suci yang dilaksanakan oleh umat hindu untuk memperingati hari turunnya illmu pengetahuan yang jatuh pada hri sabtu, yang dalam kalender bali disebut umanis wuku watugunung pemujaan ditunjjukkan kehadapan tuhan sebagai sumber illmu pengetahuan dan dipersonifikasikan sebagai wanita cantik bertangan empat,memegang wima(sejenis alat music), genitri (semacam tasbih), pusaka lontar bertuliskan sastra Ilmu Pengetahuan di dalam kotak kecil serta bunga tertai yang melambangkan kesucian. 8

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran Sebagai umat hindu sepatutnya kita melaksanakan yajna karena manusia memiliki tiga hutang yang yang disebut dengan tri rna yaitu 1. Dewa yajna adalah hutang kepada tuhan atau para dewa. 2. Pitra rna yaitu hutang kepada leluhur atau orang tua. 3. Rsi rna yaitu hutang kepada para rsi atau guru. Jadi ketiga hutang tersebut dapat dibayar dengan melakukan yajna 9