FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

dokumen-dokumen yang mirip
ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya.

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma

2

Kesetimbangan asam basa tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp

VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

KESEIMBANGAN ASAM BASA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reaksi keseluruhannya :

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT)

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Struktur bagian dalam ginjal

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No. 1 : ISSN : Pebruari Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing

Connective tissue. Bone 3 % 2 L 4,5 % 3 L. Interstitial Fluid 11,5 % 8 L. Plasma 4,5 % 3 L. Cell water 36 % 25 L. Transceluler water 4,5 % 1 L

Toksikokinetik racun

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

ph = pk a + log ([A - ]/[HA])

Melakukan Uji Protein Urin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METABOLISME KALSIUM DAN TULANG Diposkan oleh -UkhtiLina- on Selasa, 03 Maret 2009

VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP.

Aplikasi Larutan Buffer dalam Kehidupan Sehari-hari

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sectio Caesaria (operasi sesar) didefinisikan sebagai proses kelahiran janin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

Tinjauan Pustaka Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. Physiological Balance of Fluid and Hormones

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

KONTROL KEASAMAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

SISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

Transkripsi:

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA oleh GINJAL..... 3 1. SEKRESI ION HIDROGEN DI TUBULUS GINJAL........3 2. REABSORBSI ION BIKARBONAT yang DISARING.........4 3. PRODUKSI ION BIKARBONAT BARU...5 IV. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL..........10 V. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL.......11 VI. KESIMPULAN...12 DAFTAR KEPUSTAKAAN... 13

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph I. Pendahuluan Skala ph menggambarkan secara tepat konsentrasi dari ion hidrogen dalam tubuh sehingga dalam membahas homeostasis ph pada dasarnya kita akan membahas keseimbangan konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh. 1 Konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh karena hampir semua aktifitas enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh. Tidak mengherankan pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini adalah sangat penting dalam kehidupan organisme. 1,2 Pengaturan konsentrasi ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh, dimana untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh.2,3 Ketika pengeluaran melebihi pembentukan atau asupan maka konsentrasi ion hidrogen plasma arteri akan turun yang menyebabkan ph naik diatas 7,4 (ph normal plasma arteri) dan ini disebut sebagai alkalosis (ph bersifat basa). Sebaliknya, pembentukan atau asupan melebihi pengeluaran maka konsentrasi ion hidrogen plasma arteri akan naik yang menyebabkan ph turun dibawah 7,4 dan ini disebut asidosis (ph bersifat asam). 2,3,4 Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis yaitu 2,4 : 1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh yang dengan segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan yang bekerja dalam hitungan detik 2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan asam karbonat melalui pengeluaran CO 2 yang bekerja dalam hitungan menit 3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat.

Walaupun ginjal relatif lambat dalam memberi respon, dibanding sistem yang lain, ginjal merupakan sistem pengaturan yang paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari Di bawah ini akan dibahas bagaimana fungsi sistem ginjal dalam pengaturan keseimbangan ion-ion hidrogen sehingga tercapai homeostasis ph II. ASAM-BASA, DEFINISI dan ARTINYA Istilah ph pertama kali diperkenalkan oleh Sorensen yang mendefinisikan ph sebagai logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen (H + ) 3. Konsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala logaritma dengan satuan ph karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlah yang kecil dan tidak praktis. 2 Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen dan dapat melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh adalah asam karbonat (H 2 CO 3 ) yang berionisasi membentuk ion hidrogen (H + ) dan ion bikarbonat (HCO - 3 ). Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat adalah satu basa karena dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H 2 CO 3. Demikian juga HPO 4, adalah satu basa karena dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk H 2 PO 4. Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. 2 ph berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang sebenarnya melalui rumus berikut : 2,5 ph = - log (H + ) Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dalam ekuivalen perliter. Sebagai contoh normal konsentrasi ion hidrogen adalah 40 meq/l. ph normal adalah : 2,5

ph = - log (0,00000004) ph = 7,4 Nilai ph normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan ph darah vena dan cairan interstisial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbon dioksida (CO 2 ) yang dibebaskan jaringan unutk membentuk H 2 CO 3 dalam cairan-cairan ini. 2 Karena ph normal darah arteri adalah 7,4, seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat ph turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis saat ph meningkat di atas 7,4. Batas rendah ph dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah 8,0. 2,3,4 ph intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada ph plasma karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H 2 CO 3. bergantung pada jenis sel, ph cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. ph urin dapat berkisar antara 4,5 sampai 8.0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler.seperti yang disebutkan di atas dan akan dibahas di bawah ini, ginjal melakukan koreksi abnormalitas konsentrasi ion hidrogen ekstraseluler dengan mengekskresi asam atau basa. 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA oleh GINJAL Ginjal mengontrol ph tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa melalui pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler. 2 Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai sebagai berikut: Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang diekskresikan, akan terdapat kehilangan basa. 2

Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga mekanisme dasar, yaitu : 2 1. Sekresi ion-ion hidrogen 2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring 3. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru 1. SEKRESI ION HIDROGEN DI TUBULUS GINJAL Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal, segmen tebal asenden ansa henle, dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus. 2 Proses sekresi dimulai ketika CO 2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk melalui metabolisme sel di dalam epitel tubulus. CO 2 akan berikatan dengan H 2 O membentuk H 2 CO 3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik anhidrase. H 2 CO 3 segera berdisosiasi membentuk H + dan ion bikarbonat (HCO - 3 ). HCO - 3 mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral akan pergi ke cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular. Bersama dengan itu H + akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung daerah lumen, proses ini berlangsung melalui transport aktif primer pompa H-ATPase, transport aktif primer pompa H, K-ATPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan Na/H di tubulus proksimal. 2.3,4,6. Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membran sel; pada waktu yang bersamaan, ion hidrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak ke dalam sel melalui gradien konsentrasi yang telah dicapai oleh pompa natrium kalium ATP-ase di membran basolateral kemudian menyediakan energi untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang berlawanan dari dalam sel ke lumen tubulus.jadi untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat masuk ke dalam darah. 2.3,4,6

2. REABSORBSI ION BIKARBONAT yang DISARING Ion bikarbonat yang disaring akan direabsorbsi oleh ginjal untuk mencegah kehilangan kehilangan bikarbonat dalam urin.sekitar 80-90 persen reabsorbsi bikarbonat (dan sekresi ion hidrogen) berlangsung di dalam tubulus proksimal sehingga hanya sejumlah kecil ion bikarbonat yang mengalir ke dalam tubulus distal dan duktus kolligens. Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel tubulus ginjal, oleh karena itu, ion-ion bikarbonat yang disaring oleh glomerulus tidak dapat diabsorbsi secara langsung. 2 Ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion hidrogen yang disekresikan oleh oleh sel-sel tubulus membentuk H 2 CO 3 oleh kerja enzim karbonik anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO 2 dan H 2 O. CO 2 dapat bergerak dengan mudah memlewati membran tubulus, oleh karena itu CO 2 segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus, tempat CO 2 bergabung kembali dengan H 2 O, di bawah pengaruh enzim karbonik anhidrase, untuk menghasilkan molekul H 2 CO 3 yang baru. H 2 CO 3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen, ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membran basolateral ke dalam cairan interstisial dan dibawa naik ke darah kapiler peritubular. 2,3,4 Efek bersih dari reaksi ini adalah reabsorbsi ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion-ion bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke dalam tubulus. 2

Gambar 1. mekanisme seluler untuk sekresi ion hidroge, reabsorbsi ion bikarbonat mealui penggabungan dengan ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat dan reabsorbsi natrium sebagai pertukaran untuk ion hidrogen yang disekresikan

3. PRODUKSI ION BIKARBONAT BARU Bila ion-ion hidrogen disekresikan ke dalam kelebihan bikarbonat yang difiltrasi ke dalam cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari kelebihan ion hidrogen ini yang dapat diekskresikan dalam bentuk ion hidrogen dalam urin. Alasan untuk ini adalah bahwa ph minimal urin adalah sekitar 4,5. Bila terdapat kelebihan ion hidrogen dalam urin, ion hidrogen akan bergabung dengan penyangga selain bikarbonat dan ini akan menghasilkan pembentukan ion bikarbonat baru yang dapat masuk ke dalam darah, dengan demikian membantu mengganti ion bikarbonat yang hilang dari cairan ekstraseluler pada keadaan asidosis. Penyangga paling penting untuk mekanisme ini adalah penyangga phospat dan amonia. 2 A. EKSKRESI KELEBIHAN ION HIDROGEN dan PEMBENTUKAN BIKARBONAT BARU oleh SISTEM PENYANGGA PHOSPAT Sistem penyangga phospat terdiri dari HPO - 4 dan H 2 PO 4. Keduanya menjadi pekat di dalam cairan tubulus akibat reabsorbsinya yang realtif buruk dan akibat reabsorbsi air dari cairan tubulus.oleh karena itu walaupun phospat sebenarnya bukan penyangga yang penting, phospat jauh lebih efektif sebagai penyangga dalam cairan tubulus. 2.3,4,6 Proses sekresi ion hidrogen ke dalam tubulus sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dimana selama terdapat kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus, kebanyakan ion hidrogen yang disekresikan akan bergabung dengan ion bikarbonat. Akan tetapi, sekali semau bikarbonat telah direabsorbsi dan tidak ada lagi yang tersisa untuk berikatan dengan ion hidrogen, setiap kelebihan ion hidrogen dapat bergabung dengan

- HPO 4 dan penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hidrogen bergabung dengan HPO - 4 untuk membentuk H 2 PO 4 ion hidrogen dapat diekskresikan sebagai H 2 PO 4 dan dapat diekskresikan sebagai garam natrium dalam bentuk NaH 2 PO 4, dengan membawa serta kelebihan ion hidrogen. 2.3,4,6 Pada keadaan ini ion bikarbonat yang dihasilkan dan memasuki darah peritubular lebih menghasilkan peningkatan bikarbonat darah, daripada hanya penggantian bikarbonat yang disaring. Jadi, kapanpun ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus bergabung dengan penyangga selain bikarbonat (dalam hal ini phospat), hasil akhirnya adalah penambahan ion bikarbonat baru dalam darah. 2,3,4. Gambar 2. Ekskresi kelebihan ion hidrogen dalam bentuk H 2 PO 4 dan pembentukan ion bikarbonat baru oleh penyangga phospat

Gambar 3. Ekskresi kelebihan ion hidrogen dalam bentuk NaH 2 PO 4 dan pembentukan ion bikarbonat baru oleh penyangga phospat B. PEMBENTUKAN BIKARBONAT BARU oleh SISTEM PENYANGGA AMONIA Sistem penyangga khusus kedua dalam cairan tubulus bahkan lebih penting secara kuantitatif daripada sistem penyangga phospat terdiri atas amonia (NH 3 ) dan ion amonium (NH + 4 ). Ion amonium disintesa dari glutamin, yang secara aktif ditransport ke dalam sel epitel tubulus proksimal, cabang tebal asenden ansa Henle, dan tubulus distal. Di dalam sel + setiap molekul glutamin akan dimetabolisme untuk membentuk dua ion NH 4 dan dua ion + HCO 3. NH 4 kemudian disekresikan ke dalam lumen tubulus melalui mekanisme transport - imbangan sebagai pertukaran dengan ion natrium, yang direabsorbsi. HCO 3 bergerak melawan membran basolateral bersaam denagn ion natrium yang direabsorbsi kedalam cairan interstisial dan diambil oleh cairan peritubular. Jadi untuk tiap molekul glutamin yang

dimetabolisme di dalam tubulus proksimal, dua ion NH 4 + ion HCO 3 dihasilkan sebagai ion bikarbonat baru. 2.3,4,6 disekresiakn dalam urin dan dua + Gambar 4. Produksi dan sekresi ion NH 4 oleh sel tubulus proksimal serta produksi dan sekresi HCO 3 ke dalam darah + Dalam tubulus kolligens, penambahan ion NH 4 ke cairan tubulus terjadi melalui mekanisme yng berbeda. Disini ion hidrogen disekresikan oleh oleh mebran tubulus ke dalam + lumen, tempatnya bergabung dengan amonia (NH 3 ) untuk membentuk ion amonium (NH 4 ), + yang kemudian diekskresikan. Untuk setiap NH 4 yang diekskresikan, dihasilkan HCO 3 yang baru dan ditambahkan ke darah. 2

Gambar 5. Penyanggaan sekresi ion hidrogen oleh amonia dalam tubulus kolligens dengan + + membentuk NH 4 yang kemudian diekskresikan. Untuk setiap NH 4 yang diekskresikan dibentuk HCO 3 baru di dalam sel tubulus dan dikembalikan ke dalam darah

IV. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL Asidosis terjadi bila ketika rasio HCO - 3 dan CO 2 dalam cairan ekstraseluler menurun, - sehingga menyebabkan penurunan ph. Bila rasio ini menurun akibat penurunan HCO 3 disebut asidosis metabolik. Bila ph turun akibat peningkatan pco 2, asidosis ini disebut asidosis respiratorik. Kedua kondisi ini menyebabkan penurunan rasio bikarbonat terhadap ion hidrogen dalam cairan tubulus ginjal. Pada asidosis metabolik, kelebihan ion hidrogen melebihi ion bikarbonat yang terjadi pada cairan tubulus secara primer adalah akibat penurunan filtrasi ion bikarbonat. Pada asidosis respiratorik, kelebihan ion hidrogen di dalam cairan tubulus terutama diakibatkan oleh peningkatan pco 2 cairan ekstraseluler, yang merangsang sekresi ion hidrogen. 2.3,4,6 Akibatnya terdapat kelebihan ion hidrogen di dalam tubulus ginjal, menyebabkan reabsorbsi ion bikarbonat yang menyeluruh dan masih meninggalkan ion-ion hidrogen + tambahan yang tersedia untuk bergabung dengan ion-ion penyangga urin, NH 4 dan HPO - 4. Jadi, pada asidosis ginjal mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring dan menyumbangkan bikarbonat yang baru melalui pembentukan NH + 4 dan asam tertitrasi. Asam tertitrasi adalah sisa penyangga non bikarbonat, non NH + 4 yang disekresikan ke dalam urin. 2.3,4,6 Koreksi pada asidosis respiratorik, dimana terjadi penurunan ph, peningkatan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan peningkatan pco 2, respon kompensasi - adalah peningkatan peningkatan HCO 3 plasma yang yang disebabkan oleh penambahan - bikarboant baru ke dalam cairan ekstraseluler oleh ginjal. Peningkatan HCO 3 membantu mengimbangi peningkatan pco 2, sehingga mengembalikan ph plasma kembali normal. Koreksi pada asidosis metabolik, yang juga terjadi akibat penurunan ph dan peningkatan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dimana gangguan utamanya adalah - penurunan HCO 3 plasma, kompensasi oleh ginjal dengan menambah bikarbonat baru ke - dalam cairan ekstraseluler, membantu meminimalkan penurunan awal konsentrasi HCO 3 ekstraseluler. 2.3,4,6 Pada asidosis kronik, terdapat peninggian produksi NH + 4, yang selanjutnya berperan terhadap ekskresi ion hidrogen dan penambahan ion bikarbonat ke dalam cairan ekstraseluler. Peningkatan ekskresi ion hidrogen pada tubulus ini membantu mengeliminasi kelebihan ion

hidrogen dari dari tubuh dan meningkatkan jumlah ion bikarbonat dalam cairan ekstraseluler. Hal ini meningkatkan bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat., membantu meningkatkan ph ekstraseluler dan mengoreksi asidosis. 2.3,4,6 V. KOREKSI ALKALOSIS oleh GINJAL Pada alkalosis, rasio HCO - 3 terhadap CO 2 di dalam cairan ekstraseluler meningkat, menyebabkan peningkatan pada ph (penurunan konsentrasi ion hidrogen). Pada alkalosis respiratorik, terdapat peningkatan ph pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi hidrogen. Terjadi akibat penurunan pco 2 plasma yang disebabkan hiperventilasi. Pengurangan pco 2 menyebabkan penurunan kecepatan sekresi ion hidrogen oleh tubulus ginjal. Penurunan sekresi ion hidrogen mengurangi jumlah ion hidrogen dalam cairan tubulus - ginjal. Akibatnya tidak cukup ion hidrogen untuk bereaksi dengan semua HCO 3 yang - disaring. Oleh karena itu, HCO 3 yang tidak dapat bereaksi dengan ion hidrogen tidak direabsorbsi dan diekskresi. Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi HCO - 3 plasma. Jadi koreksi alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi bikarbonat plasma, yang disebabkan peningkatan ekskresi bikarbonat oleh ginjal. 2.3,4,6 Pada alkalosis metabolik peningkatan ph pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi hidrogen terjadi akibat peningkatan konsentrasi ion bikarbonat cairan ekstraseluler. Kompensasi yang terjadi melalui ginjal adalah peningkatan konsentrasi dalam caiaran ekstraseluler menimbulkan peningkatan muatan bikarbonat yang difiltrasi yang kemudian menyebabkan kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan dalam cairan tubulus ginjal. Kelebihan ion bikarbonat di dalam cairan tubulus ginjal gagal untuk direabsorbsi karena tidak ada ion hidrogen yang bereaksi dengannya. Ion bikarbonat ini akhirnya akan diekskresikan dalam urin. 2,3,4,6

VI. KESIMPULAN 1. ph menggambarkan secara tepat konsentrasi dari ion hidrogen dalam tubuh sehingga dalam membahas homeostasis ph pada dasarnya kita akan membahas keseimbangan konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh 2. Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis dengan jalan mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat 3. Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga mekanisme dasar, yaitu : sekresi ion-ion hidrogen,reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring, produksi ion-ion bikarbonat yang baru

4. Pada asidosis, ginjal mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring dan menyumbangkan bikarbonat yang baru melalui pembentukan NH 4 + dan asam tertitrasi 5. Pada alkalosis, kelebihan ion bikarbonat yang tidak direabsorbsi dari tubulus akan diekskresi melalui urin DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Trudy Mckee, James R Meckee. Biochemistry, The Molecular Basic of Life. 3 rd 2000 : 80-82 2. Arthur C. Guyton, M.D, John E.Hall, PhD. Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997 : 481-483, 490-499 3. Vander, Sherman, Luciano. Human Physiology,The Mechanisms of Body Fuction

2001: 543-548 4. Elaine N Marieh. Human Anatomy & Physiology, 6 th. from www.med.howard.edu/physio.biophys/millis%20home%20page_ files/biomed/26ppt_lect/26 5. Murray R K, et al. Harper s Biochemistry 25 th ed. Appleton & Lange. America 2000 : 11-13 6. William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17. 1995 : 702-704