Kemampuan MOL (Mikroorganisme Lokal) Pada Proses Pengomposan di Dalam Lubang Resapan Biopori ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATA KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pustekom, 2005 bahwa Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang relatif tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENGARUH JENIS SAMPAH, VARIASI UMUR SAMPAH TERHADAP LAJU INFILTRASI LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

DWI SETYO ASTUTI A

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

TEKNIK PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK. Oleh : Zumrodi, S.Si, MIL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI

S U N A R D I A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

V. GAMBARAN UMUM USAHA

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH DAUN DENGAN TIGA SUMBER AKTIVATOR BERBEDA

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahu, parameter yang berperan dalam komposting yang meliputi rasio C/N. ph. dan suhu selama komposting berlangsung.

KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

SKRIPSI. PENGGUNAAN MIKROORGANISME BONGGOL PISANG (Musa paradisiaca) SEBAGAI DEKOMPOSER SAMPAH ORGANIK

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BAGI KELOMPOK TANI DESA KARTAMA PEKANBARU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

3. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema penelitian. Tahap 1 pengomposan. - Enceng gondok - Batang pisang - Jerami padi. - Em4 - Molase - Dedak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

PENGARUH PERESAPAN AIR HUJAN MENGGUNAKAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

OPTIMASI PEMATANGAN KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN CAMPURAN LINDI DAN BIOAKTIVATOR STARDEC

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

PENGUKURAN LAJU INFILTRASI LUBANG RESAPAN BIOPORI DENGAN PEMILIHAN JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH DI KAMPUS I UKRIDA TANJUNG DUREN JAKARTA

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

BIOPORI TANAH SEBAGAI RESAPAN AIR DI DESA BUKIT RATA DUSUN MELUR KUALA SIMPANG: ACEH TAMIANG

Bahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) Mikro Organisme Lokal (MOL) 3) Larutan gula merah / gula pasir 4) Dedak / bekatul

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

BAB IV. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

Transkripsi:

Kemampuan MOL (Mikroorganisme Lokal) Pada Proses Pengomposan di Dalam Lubang Resapan Biopori Dwi Wahyu Purwiningsih 1, Purnama Sidebang 1, Siti Jubaida Lutia 1 1 : Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Ternate dwiwahyu_purwiningsih@ymail.com ABSTRAK Latar Belakang: Sampah masih menjadi masalah di kota-kota yang ada di Indonesia tidak terkecuali di kota Ternate, timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat kota Ternate yang diangkut ke TPA yaitu 226 m 3 /hari, dengan tingkat pelayanan 57% dari total masyarakat Kota Ternate (BPS, 2015). Alternatif pengelolaan sampah yang baik untuk menghadapi permasalahan ini salah satunya dengan menggunakan teknologi tepat guna. Salah satu teknologi tepat guna yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan Lubang Resapan Biopori (LRB). Manfaat Penelitian: Memberikan manfaat untuk ilmu pengetahuan dan dapat meningkatkan kesehatan lingkungan. Lokasi Penelitian: di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Ternate. Metode Penelitian : Jenis penelitian experimental dengan menggunakan rancangan Posstest Only Control Design. Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini adalah jumlah kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan ditimbang dan dibedakan sesuai dengan jenis sampah dan MOL kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Hasil Penelitian: Menunjukkan MOL yang paling banyak menghasilkan kompos adalah MOL Tape Ubi dengan jenis sampah daun kering yaitu 85% dan yang paling sedikit adalah MOL Terasi dengan jenis sampah daun mentah yaitu 40% selama 20 hari. Kesimpulan: Rata-rata jumlah kompos yang paling banyak dihasilkan berturut-turut adalah dengan menggunakan MOL Tape Ubi, MOL Nanas, MOL Terasi dan kontrol. Kata Kunci: Sampah, Pengomposan, Lubang Resapan Biopori PENDAHULUAN Sampah masih menjadi masalah di Indonesia karena pelayanan yang dilakukan saat ini masih relatif terbatas. Kota Ternate merupakan salah satu kota kecil yang berada di Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Ternate Utara, Ternate Selatan, Ternate Tengah, Pulau Ternate, Pulau Moti dan pulau Batang Dua, dengan total luas wilayah 5.709,58 km 2 dengan jumlah penduduk 207.789 jiwa dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Timbunan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Ternate yang diangkut ke TPA yaitu 226 m 3 /hari, dengan tingkat pelayanan 57% dari total masyarakat Kota Ternate. Untuk mengatasi peningkatan volume sampah, selain pihak Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Ternate perlu ada upaya alternatif lain yang dilakukan oleh masyarakat. Alternatif pengelolaan sampah yang lebih baik untuk menghadapi permasalahan ini, salah satunya dengan menggunakan teknologi tepat 1 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke

guna, salah satu teknologinya yaitu menggunakan Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Selain mengolah sampah organik menjadi kompos, Lubang Resapan Biopori juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air hujan. Saluran dan lubang dalam sistem peresapan biopori digunakan sebagai simpanan dalam menampung dan meresapkan air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Dalam mempercepat proses pengomposan, ada beberapa bahan dekomposer yang dipakai, misalnya dengan menggunakan MOL dan salah satunya yaitu EM4 (Effevtive microorganism 4), dalam penelitian yg dilakukan oleh Yuniwati (2010) di dapatkan hasil pembuatan kompos dengan bantuan EM4 adalah 3 hari dengan kualitas kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos seperti diatur dalam Peraturan Mentan No 2/Pert/HK.060/2/2006. Dengan menggunakan kondisi proses optimal (konsentrasi EM4 0,5 % suhu proses 40 derajat Celcius, ukuran bahan 0,0356 cm dan konsentrasi gula 0,8 %. Pada proses pengomposan bahan baku yang digunakan tidak dapat mempengaruhi rasio C/N, penelitian yang dilakukan oleh Widarti (2015) di dapatkan hasil jenis sampah yang dipakai yaitu kubis dan kulit pisang serta dicampurkan dengan kotoran sapi menunjukkan tidak ada pengaruh karena 3 variasi rasio C/N bahan baku yang digunakan masih mendekati range 20-30. Praktek pengomposan yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan pada bulan Maret didapatkan hasil waktu pengomposan berkisar 21-28 hari dengan berbagai macam jenis sampah organik dan dengan campuran MOL buah nanas. Pengomposan yang dilakukan langsung di dalam lubang tanah didapatkan hasil pengomposan berkisar 35-40 hari dengan berbagai macam jenis sampah tanpa ada tambahan MOL. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kemampuan MOL (Mikroorganisme Lokal) Pada Proses Pengomposan di Dalam Lubang Resapan Biopori. METODE Jenis penelitian ini adalah Experimental, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Penambahan Mol untuk proses pengomposan dalam lubang resapan biopori. Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian Posttest Only Control Design. Rancangan penelitian ini untuk melihat kemampuan MOL pada proses pengomposan di dalam lubang biopori. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Ternate Jurusan Kesehatan Lingkungan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis sampah organik yang dihasilkan, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah lima jenis sampah organik yaitu daun kering, daun mentah, sisa makanan, sayuran dan buah busuk. Data jumlah kompos yang dihasilkan dengan pengukuran berat kompos yang ditimbang, kemudian dikelompokkan 2 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke

berdasarkan jenis sampah dan MOL yang digunakan. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Perbandingan Kemampuan Mol Tape Ubi dan Kontrol Terhadap Jumlah Kompos yang Dihasilkan Jenis Sampah Mol Tape Ubi (%) Kontrol (%) Ket Daun Kering 85 50 Daun mentah 65 25 Buah 70 30 Sayur 75 30 Sisa Makanan 80 40 Data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa yang paling banyak jumlah kompos yang dihasilkan oleh Mol Tape Ubi adalah pada jenis sampah daun kering yaitu sebanyak 85 % dan untuk kontrol yang paling banyak adalah pada sampah daun kering yaitu sebanyak 50 %, sedangkan yang paling sedikit menghasilkan kompos adalah daun mentah yaitu 65 % dengan Mol Tape Ubi dan 25 % pada kontrol. Tabel 2 Perbandingan Kemampuan Mol Nanas dan Kontrol Terhadap Jumlah Kompos yang Dihasilkan Jenis Sampah Mol Nanas (%) Kontrol (%) Ket Daun Kering 70 50 Daun mentah 50 25 Buah 55 30 Sayur 57 30 Sisa Makanan 60 40 Data pada tabel 2 dapat dilihat bahwa yang paling banyak jumlah kompos yang dihasilkan oleh Mol Nanas adalah pada jenis sampah daun kering yaitu sebanyak 70 % dan untuk kontrol yang paling banyak adalah pada sampah daun kering yaitu sebanyak 50 %, sedangkan yang paling sedikit menghasilkan kompos adalah daun mentah yaitu 50 % dengan Mol Nanas dan 25 % pada kontrol. Tabel 3 Perbandingan Kemampuan Mol Terasi dan Kontrol Terhadap Jumlah Kompos yang Dihasilkan Jenis Sampah Mol Terasi (%) Kontrol (%) Ket Daun Kering 65 50 Daun mentah 40 25 Buah 50 30 3 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke

Sayur 50 30 Sisa Makanan 55 40 Data pada tabel 3 dapat dilihat bahwa yang paling banyak jumlah kompos yang dihasilkan oleh Terasi adalah pada jenis sampah daun kering yaitu sebanyak 65 % dan untuk kontrol yang paling banyak adalah pada sampah daun kering sebanyak 50 %, sedangkan yang paling sedikit menghasilkan kompos adalah daun mentah yaitu 40 % dengan Mol Terasi dan 25 % pada kontrol. Rata-rata jumlah kompos yang paling banyak dihasilkan adalah oleh Mol Tape Ubi sebanyak 75 %, Mol Nanas sebanyak 58,4 %, Mol Terasi sebanyak 52 % dan kontrol sebanyak 35 %. PEMBAHASAN Pengukuran jumlah kompos yang dihasilkan di dalam lubang resapan biopori yang berlokasi di jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes Ternate dilakukan sebanyak 20 lubang dengan 5 jenis sampah dan 3 jenis MOL yang berbeda selama 20 hari. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kompos yang dihasilkan untuk masing-masing MOL disimpulkan bahwa MOL yang paling cepat proses pengomposannya yaitu MOL Tape Ubi, Mol Nanas, MOL Terasi dan Kontrol artinya tanpa MOL. Hal ini menunjukkan bahwa MOL Tape Ubi yang paling cepat dalam proses pengomposan diikuti dengan MOL Nanas, sedangkan untuk jumlah kompos yang paling rendah dihasilkan adalah pada MOL Terasi dan kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan praktek pengomposan di dalam ruangan yang telah dilakukan oleh mahasiswa semester IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Ternate (2015), dimana semua jenis sampah organik yang diolah menjadi kompos dengan menggunakan campuran MOL Tape Ubi dan MOL Nanas pada hari ke-17 menghasilkan jumlah kompos yang sudah diayak sebesar 65 % dari total jumlah sampah yang dibuat kompos. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang, dkk (2010) yang melihat pengaruh waktu pengomposan terhadap rasio unsur C/N dan jumlah kadar air dalam kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengomposan yang menggunakan aktivator EM-4 dalam waktu 28-42 hari dapat meningkatkan unsur C/N sehingga kadar air dalam kompos makin berkurang dan kuantitas makin bertambah jika waktu pengomposan makin lama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2013) yang meneliti tentang perbandingan jenis sampah terhadap lama waktu pengomposan dalam lubang resapan biopori, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jenis sampah daun mentah akan membutuhkan waktu 1 bulan untuk membusuk, sampah daun kering dan sampah dapur atau sisa makanan butuh waktu 7 hari untuk terjadi dekomposisi sedangkan lubang yang diisi dengan sampah dapur saja akan terdekomposisi dalam waktu 1-3 hari. Perbedaannya penelitian Widyastuti dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini lebih banyak jumlah sampah yang digunakan di dalam lubang resapan biopori yang berbeda dan menggunakan MOL untuk proses pengomposan. Hasil penelitian ini menggunakan lebih banyak jenis sampah pada lubang biopori yang berbeda dengan berat yang berbeda untuk isi dalam lubang biopori. Jenis sampah daun kering dan menggunakan MOL Tape ubi lebih banyak jumlah kompos yang dihasilkan daripada jenis sampah lain dengan MOL Tape ubi maupun dengan MOL Nanas dan MOL Terasi. 4 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Juliandari, dkk yang meneliti efektivitas lubang resapan biopori terhadap laju resapan. Hasil penelitian menunjukkan sampah kulit buah yang dimasukkan dalam lubang resapan biopori dalam waktu 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari menunjukkan waktu pengomposan yang berbeda tidak berpengaruh dengan laju resapan yang terjadi, hal ini karena yang paling berpengaruh terhadap laju resapan adalah lubang pada dinding pipa biopori. Selain itu karena proses pengomposan yang terjadi di dalam lubang resapan biopori belum terjadi secara sempurna, artinya jumlah kompos yang sudah jadi dengan bahan baku yang ada masih lebih banyak bahan baku daripada kompos yang dihasilkan.selain itu pada penelitian ini sampah di dalam lubang resapan biopori tidak dilakukan perlakuan artinya tidak ada penambahan bahan aktif untuk mempercepat proses pengomposan. Selain itu ada penelitian lain yang serupa dilakukan oleh Widarti, dkk (2015) yang meneliti tentang pengaruh rasio C/N bahan baku pada pembuatan kompos dari kubis dan kulit pisang, hasil penelitian menunjukkan dari 3 variasi C/N tidak menunjukkan pengaruh karena bahan baku yang digunakan masih mendekati range 20-30 %. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang saat ini dilakukan karena hasilnya menunjukkan ada kemampuan MOL untuk proses pengomposan dalam meningkatkan jumlah kompos yang dihasilkan, yaitu rata-rata berkisar 52-75 % kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan yang terjadi di dalam lubang resapan biopori. Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis sampah yang digunakan serta MOL yang digunakan dan waktu pengomposan yang diperlukan. Selain itu suhu di dalam wadah pengomposan berpengaruh terhadap proses percepatan pengomposan. Suhu makin tinggi makin cepat proses pengomposan karena suhu yang tinggi menunjukkan proses perombakan yang terjadi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa jumlah kompos yang dihasilkan di dalam lubang resapan biopori dengan menggunakan jenis sampah yang berbeda yang terbanyak berturut-turut adalah MOL Tape Ubi, MOL Nanas, MOL Terasi dan kontrol. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan berbagai MOL lain serta jenis sampah lain yang belum ada pada penelitian ini serta dapat menggunakan metode yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2015. Kota Ternate Dalam Angka Tahun 2015. Bambang, dkk, 2010. Pengaruh Waktu Pengomposan Terhadap Rasio Unsur C/N dan Jumlah Kadar Air Dalam Kompos. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng dan DIY, Semarang. Widarti, Budi., 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses Vol 5, No.2 (Juni 2015). Laporan Praktikum Mata Kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Semester IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Ternate, 2015. PERMENTAN No 2/Pert/HK 0.60/2/2008. Widyastuti, Sri., 2013. Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu Pengomposan di Dalam Lubang Resapan Biopori. Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 Januari 2013 ISSN : 1412 5 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke

Yuniwati, murni., 2010. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, 2012. 6 http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/index.php/juke