BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

TINGKAT KEINGINAN PENDUDUK UNTUK BERPINDAH DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR DESA SOKO KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2012

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

DAFTAR ISI Halaman ANNA LAELA FAUJIAH, 2015

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

Kependudukan dan Ketenagakerjaan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2011

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2013

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

Perluasan Lapangan Kerja

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

KERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Kecamatan Kampar TimurKabupaten Kampar. Adapun jarak desa Pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN


BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lintongnihuta. Mengenai nama desa Dolok Margu, menurut hasil wawancara

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

Transkripsi:

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan adat istiadat yang berlaku pada suatu daerah. Dapat dijelaskan bahwa bahaya longsor akan membawa dampak pada peluang kerja penduduk di suatu daerah, sehingga akan berpengaruh pada penduduk untuk melakukan mobilitas dari suatu daerah. Bagaimana keinginan pindah penduduk dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Keinginan Pindah di Daerah Longsor Jumlah Persentase (%) Permanen 55 73.33 NonPermanen 20 26.67 Jumlah 75 100.00 Sumber: Data Primer Pada Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar yakni 73,33% penduduk di daerah penelitian ingin melakukan perpindahan secara permanen atau menetap di daerah tujuan. Hal tersebut dikarenakan banyak penduduk yang ingin tinggal di daerah yang dekat dengan pekerjaannya. Sedangkan 26,67% penduduk di daerah penelitian ingin melakukan perpindahan secara nonpermanen. Mereka tetap ingin tinggal di di daerah asal atau di daerah yang rentan bahaya longsor. Biaya menjadi hal yang dipertimbangkan oleh penduduk, sehingga tidak dapat pindah dari daerah asal yang merupakan daerah bahaya longsor. 59

5.1.1 Keinginan Pindah Secara Permanen (Menetap) 5.1.1.1 Alasan Pindah Perpindahan penduduk yang terjadi di daerah penelitian yakni secara menetap, terjadi berdasarkan fisik lingkungan, sosial dan ekonomi. Informasi tentang alasan pindah penduduk dapat diterangkan pada Tabel 5.2, sebagai berikut: Tabel 5.2 Alasan Pindah Penduduk Alasan Pindah Jumlah Persentase (%) Aman dari longsor 7 12.73 Daerah perkotaan 4 7.27 Daerah pertanian lebih maju 1 1.82 Dekat dengan pekerjaan 31 56.36 Dekat dengan saudara 12 21.82 Jumlah 55 100.00 Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 5.2 dijelaskan bahwa penduduk yang ingin pindah banyak yang beralasan karena dekat dengan pekerjaan yaitu sebesar 56,36%. Namun banyak penduduk di daerah tersebut mempunyai mata pencaharian swasta dan petani. Karena penduduk yang mempunyai ingin pindah dengan alasan dekat dengan pekerjaan, itu hanya keinginan mereka untuk pindah. Sehingga dapat dijelaskan bahwa sebenarnya masyarakat tidak takut dengan bahaya longsor walaupun daerah penelitian merupakan daerah yang rentan bahaya longsor. Kemudian, penduduk yang ingin pindah karena dekat dengan saudara yakni sebesar 21,82%. Selanjutnya, 12,73% penduduk mengatakan ingin pindah karena lebih aman dari bahaya longsor. Sebagian kecil penduduk menjelaskan bahwa mereka ingin pindah ke daerah perkotaan sebesar 7,27% dan ingin pindah ke daerah yang pertaniannya maju sebesar 1,82%. 60

5.1.1.2 Tempat dan Tujuan Pindah Tempat dan tujuan penduduk yang ingin pindah, pada umumnya tidak jauh dari desa setempat atau ke desa lain dalam satu kecamatan yang sama. Pada Tabel 5.3 diterangkan tempat dan tujuan penduduk yang ingin pindah, yaitu sebagai berikut: Tabel 5.3 Tempat dan Tujuan Pindah Penduduk Tempat dan Tujuan Jumlah Persentase (%) Ke Kecamatan Lain 24 43.64 Ke Ibukota Kabupaten 3 5.45 Solo 22 40.00 Jakarta 4 7.27 Luar Jawa (Sumatra) 2 3.64 Jumlah 55 100.00 Sumber: Data Primer Tempat dan tujuan penduduk yang ingin berpindah, paling besar persentasenya adalah tujuan ke kecamatan lain sebesar 43,64%. Kecamatan tersebut adalah Gemolong, Sumberlawang, dan Kalijambe. Hal tersebut dapat dilihat penduduk masih tetap ingin tinggal dekat dengan daerah asalnya, walaupun tidak banyak kesempatan kerjanya. Selain itu juga masih dekat dengan saudara. Tempat dan tujuan paling besar kedua adalah Solo dengan persentase sebesar 40%. Banyak penduduk yang ingin pindah ke Solo karena merupakan daerah perkotaan dan banyak kesempatan kerja di daerah tersebut. Jakarta menjadi tempat dan tujuan penduduk yang ingin berpindah hanya sebesar 7,27%. Mungkin penduduk tidak banyak yang ingin pindah ke Jakarta karena melihat dari segi fisik dan ekonominya, yaitu Jakarta merupakan daerah yang sering terjadi bencana longsor. Selain itu, sangat padat penduduk yang tinggal di Jakarta. Hanya sedikit penduduk yang ingin pindah ke tempat dan tujuan seperti ke ibukota kabupaten yaitu Sragen hanya sebesar 5,45% dan luar 61

jawa yaitu Sumatra sebesar 3,64%. Penduduk yang ingin pindah ke luar jawa seperti ke Pulau Sumatra adalah penduduk yang mengikuti program transmigrasi. 5.1.2 Keinginan Pindah Secara NonPermanen (Sementara) Pada umumnya keinginan pindah penduduk secara nonpermanen di daerah penelitian terjadi setahun sekali. Penduduk tersebut merantau ke daerah tujuan yang lebih baik untuk memperbaiki masalah ekonomi. Pekerjaan lama di daerah asal mereka tinggalkan dan mencari pekerjaan baru di daerah tujuan. Mereka yang merantau biasanya pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan saudara. Selain itu, terdapat tradisi yang mengharuskan mereka untuk pulang, misalnya pada saat akan menjelang Hari Raya Besar. Hal ini membawa pengaruh terhadap mobilitas penduduk dalam setiap tahunnya. Seperti apa frekuensi keinginan pindah penduduk dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Frekuensi Keinginan Pindah Penduduk Dalam Setahun Frekuensi Pindah (setahun) Jumah Persentase Sekali 7 35.00 2 kali 5 25.00 3 kali 4 20.00 Lain-lain 4 20.00 Jumlah 20 100.00 Sumber: Data Primer Dari hasil penelitian di daerah ini, sebagian besar penduduk pulang ke tempat asal dengan frekuensi pindah sebesar 35% yakni setahun sekali, khususnya pada saat Hari Raya Besar atau Lebaran. Mereka berusaha untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga di tempat asalnya. Frekuensi pindah terbesar kedua adalah sebesar 25% yaitu 2 kali dalam setahun. Ada juga yang pulang ke kampung halaman 3 kali dalam setahun yakni sebesar 20%. Selain itu ada pula yang pulang ke kampung halaman dengan frekuensi lebih dari 4 kali atau 5 kali 62

dalam setahun, bahkan dalam jangka 2 bulan sekali ataupun seminggu sekali. Penduduk yang menginginkan pindah lebih dari sekali adalah mereka yang tidak ingin jauh dari keluarganya dan ingin melihat bagaimana keadaan keluarganya di daerah asal. 5.2 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keinginan Berpindah Penduduk di Daerah Longsor Untuk mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tetap bermukimnya penduduk di daerah rentan rentan bahaya longsor di Desa Soko, perlu dilakukan analisis hubungan antara keterkaitan berbagai macam variabel dengan keinginan penduduk untuk berpindah. Pada analisis ini keinginan berpindah penduduk adalah sebagai variabel terikat sedangkan variabel lainnya adalah variabel bebas, variabel bebas tersebut berkaitan dengan karakteristik dan sejarah bermukim penduduk secara umum yaitu lama tinggal penduduk. Selanjutnya variabel bebas tersebut adalah yang terkait dengan faktor kerentanan seperti jenis rumah, luas pemilikan lahan, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan yang dimiliki penduduk. Keinginan berpindah penduduk dijadikan sebagai variabel. Oleh karena itu perlu dilakukan wawancara bagaimana keinginan berpindah penduduk apakah mereka benar-benar ingin tetap berpindah atau tidak. 5.2.1 Analisis Hubungan Lama Tinggal dengan Keinginan Pindah Penduduk Hubungan antara lama tinggal penduduk dengan keinginan tetap tinggal penduduk dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar ini akan menjelaskan apakah lama tinggal penduduk akan menjadi salah satu faktor yang membuat mereka tetap ingin pindah dari daerah yang sekarang menjadi tempat tinggal mereka walaupun rentan terhadap longsor atau tidak. 63

Gambar 5.1 Diagram Batang Persentase Hubungan Lama Tinggal dengan Keinginan Berpindah Penduduk Seperti yang terlihat pada Gambar 5.1, bahwa penduduk yang telah tinggal selama 31-40 tahun yang jumlahnya sebanyak 26,67% menyatakan mempunyai keinginan berpindah secara permanen atau menetap. Selain itu, penduduk yang telah tinggal selama 21-30 tahun sebanyak 24,67% menyatakan mempunyai keinginan berpindah secara menetap, begitu pula penduduk yang telah tinggal selama 41-50 tahun sebanyak 13,33% juga menyatakan mempunyai keinginan berpindah secara permanen. Hanya sedikit persentase penduduk yang menyatakan mempunyai keinginan berpindah secara menetap, seperti penduduk yang tinggal selama 0-10 tahun hanya 6,67%, penduduk yang tinggal selama lebih dari 50 tahun hanya 6,67%, dan penduduk yang telah tinggal selama 11-20 tahun hanya 5,33%. Sedangkan penduduk yang telah lama tinggal antara 31-40 tahun sebanyak 13,33% menyatakan mempunyai keinginan pindah secara nonpermanen atau yang sifatnya sementara dan juga penduduk yang telah lama tinggal antara 11-20 tahun sebanyak 5,33% menyatakan ingin pindah sementara saja. Selanjutnya penduduk yang telah tinggal selama lebih dari 50 tahun sebanyak 4% menyatakan keinginan pindah hanya sementara. Hanya sedikit persentase penduduk yang menyakatak keinginan berpindah secara nonpermanen atau sementara, yakni penduduk yang 64

telah tinggal antara 21-30 tahun sebanyak 2,67% dan penduduk yang telah lama tinggal antara 0-10 tahun sebanyak 1,33%. Diagram batang pada Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa lama tinggal penduduk di suatu daerah akan membuat mereka mempunyai keterikatan dengan daerah tersebut karena terdapat cerita masa lalu tentang sejarah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, dengan kata lain mereka tidak ingin kehilangan sejarah tentang masa lalu perjalanan hidupnya dan nenek moyangnya sehingga membuat mereka tidak ingin pindah dari daerah tempat mereka tinggal sekarang walaupun merupakan daerah yang rentan bahaya longsor. Banyak penduduk yang mempunyai keinginan pindah yakni penduduk yang telah tinggal selama 31-40 tahun, karena mereka ingin memperbaiki ekonomi diusia mereka yang masih sangat produktif. Jadi mereka ingin pindah bukan karena menghindari bahaya longsor. Hanya sedikit penduduk yang mempunyai keinginan untuk berpindah yakni penduduk yang telah lama tinggal lebih dari 50 tahun. Dapat dikatakan mereka tidak takut terhadap bahaya longsor, sehingga mereka ingin tetap ingin tinggal dan mempertahankan sejarah akan cerita nenek moyangnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lama tinggal penduduk merupakan salah satu faktor mengapa penduduk mempunyai keinginan pindah dari lokasi yang rentan bahaya longsor, walaupun mereka tidak menghindari bahaya longsor. Penduduk yang sangat lama tinggal di suatu tempat, kemudian mempunyai anak cucu secara turun-menurun akan menyimpan suatu cerita selama mereka tinggal di tempat asal, sehingga mereka yang akan dikenang terus oleh anak cucu mereka. Oleh karena itu, dilihat dari penjelasan tersebut banyak penduduk yang mempunyai keinginan untuk pindah penduduk yakni penduduk yang telah lama tinggal 31-40 tahun, karena mereka ingin memperbaiki ekonomi dan masih belum mempunyai cerita kenangan dari keluarga mereka terdahulu, sehingga mereka ingin pindah secara menetap ataupun sementara. 65

5.2.2 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keinginan Pindah Penduduk Dapat diketahui sebelumnya penduduk di Desa Soko memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk maka akan semakin mampu melakukan upaya antisipasi, sehingga dimungkinkan mereka tetap akan tinggal di daerah yang rentan bahaya longsor. Sebaliknya penduduk yang tingkat pendidikannya rendah maka upaya antisipasinya rendah dan kemungkinan mereka akan tidak mampu bertahan sehingga berkeinginan untuk berpindah ke daerah lain. Seperti apa hasil analisis distribusi frekuensi antara tingkat pendidikan dengan keinginan pindah penduduk dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2 Diagram Batang Persentase Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keinginan Pindah Penduduk Tidak berhubungannya antara tingkat pendidikan dengan keinginan berpindah penduduk. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak penduduk yang tingkat pendidikannya tinggi juga menyatakan akan tetap mempunyi keinginan berpindah, sama halnya dengan penduduk tingkat pendidikannya rendah. Dari diagram batang Gambar 5.2 terlihat penduduk yang pendidikannya tamat SMA sebanyak 29,33% menyatakan mempunyai keinginan untuk berpindah secara permanen, demikian juga dengan penduduk yang pendidikannya tamat SMP sebanyak 21,33% menyatakan keinginannya untuk pindah menetap di daerah lain, selanjutnya penduduk yang tidak tamat SD ada sebanyak 17,33% 66

yang menyatakan ingin pindah secara menetap. Hanya sebagian kecil penduduk yang ingin pindah secara permanen yaitu penduduk yang pendidikannya tamat SD. Sedangkan penduduk yang pendidikannya tamat SMA sebanyak 12% juga menyatakan ingin pindah secara nonpermanen atau sementara. Selain itu, penduduk yang ingin pindah secara nonpermanen atau sementara yakni penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 8% dan penduduk yang pendidikannya tamat SMP sebanyak 6,67%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada keinginan berpindah penduduk di Desa Soko, karena baik dari penduduk yang tingkat pendidikannya rendah maupun tingkat pendidikannya tinggi sama-sama menyatakan tetap ingin berpindah baik secara permanen maupun nonpermanen. 5.2.3 Analisis Hubungan Mata Pencaharian dengan Keinginan Pindah Penduduk Diketahui sebelumnya bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Soko beragam jenisnya, ada responden yang pekerjaannya sektor formal dan ada juga yang bekerja di sektor informal. Seperti apa komposisi ditribusi frekuensi penduduk yang menyatakan keinginan berpindah terhadap mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Gambar 5.3. Gambar 5.3 Diagram Batang Persentase Hubungan Mata Pencaharian dengan Keinginan Pindah Penduduk 67

Penduduk yang pekerjaannya baik akan baik pula tingkat pendapatannya sehingga mampu melakukan upaya antisipasi untuk bertahan di daerah rentan bahaya longsor. Dan sebaliknya mereka yang pekerjaannya belum baik dengan penghasilan yang tidak tetap akan sulit bertahan di daerah longsor karena kurangnya kemampuan untuk beradaptasi sehingga dimungkinkan akan lebih berkeinginan untuk pindah. Dari Gambar 5.3 penduduk di Desa Soko yang pekerjaannya dapat dikatakan belum mapan seperti buruh, pedagang, ibu rumah tangga dan supir angkutan umum, hanya sedikit yang menyatakan keinginannya untuk berpindah secara permanen atau menetap. Namun banyak pula penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai petani yang menyatakan ingin pindah baik menetap maupun sementara. Sedangkan sebagian besar penduduk yang pekerjaannya swasta ingin berpindah secara menetap ataupun sementara. Penduduk yang pekerjaannya sudah dianggap mapan dan bekerja di sektor formal seperti PNS hanya sedikit yang menyatakan keinginannya berpindah secara menetap maupun sementara. Dapat dilihat pada diagram batang Gambar 5.3, bahwa penduduk yang pekerjaannya swasta sebanyak 28% menyatakan ingin berpindah secara menetap. Hal tersebut dimungkinkan bahwa penduduk ingin memperbaiki kondisi ekonomi dengan mengembangkan keterampilan yang mereka punya di daerah lain. Penduduk yang pekerjaannya sebagai petani sebanyak 21,33% menyatakan ingin pindah secara menetap di daerah tujuan. Selanjutnya 12% penduduk yang pekerjaannya sebagai buruh juga menyatakan ingin pindah ke daerah lain secara menetap. Hal tersebut dimungkinkan penduduk akan menjadi petani di daerah lain. Hanya sedikit penduduk yang ingin pindah secara permanen atau menetap, yaitu pedagang dengan 5%, ibu rumah tangga dengan 2%, dan supir angkutan umum dengan 2%. Penduduk yang pekerjaannya swasta dan petani mempunyai persentase yang sama yakni sebanyak 8% menyatakan ingin berpindah secara nonpermanen. Selanjutnya 4% penduduk yang pekerjaannya sebagai pedagang juga menyatakan ingin pindah ke daerah lain secara nonpermanen. Kemudian 2,67% penduduk yang ingin pindah secara sementara yaitu penduduk yang pekerjaannya sebagai 68

buruh. Hanya sedikit penduduk yang ingin pindah secara nonpermanen, yaitu pegawai negeri, ibu rumah tangga, dan supir angkutan umum yang masing-masing mempunyai persentase 1,33%. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa mata pencaharian bukan merupakan faktor penentu penyebab penduduk yang ingin berpindah ke daerah lain, karena antara penduduk yang sudah mempunyai pekerjaan yang layak dengan penduduk yang pekerjaannya belum layak sama-sama menyatakan keinginannya untuk berpindah baik secara permanen maupun nonpermanen. 5.2.4 Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Keinginan Pindah Penduduk Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara tingkat pendapatan penduduk dengan keinginan berpindah penduduk di daerah rentan bahaya longsor di Desa Soko, dapat dilihat pada komposisi ditribusi frekuensi penduduk yang menyatakan keinginan untuk pindah penduduk terhadap tingkat pendapatan mereka, seperti pada Gambar 5.4. Gambar 5.4 Diagram Batang Persentase Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Keinginan Pindah Penduduk Diketahui sebelumnya bahwa responden di Desa Soko memiliki tingkat pendapatan yang berbeda. Dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan penduduk akan berpengaruh kepada kemampuan dalam upaya antisipasi untuk bertahan di daerah longsor. Seseorang yang tingkat pendapatannya lebih tinggi akan 69

dimungkinkan mempunyai kemampuan yang lebih dalam beradaptasi untuk mengantisipasi longsor, dibanding mereka yang penghasilannya rendah. Sehingga mereka yang penghasilannya rendah akan sulit beradaptasi untuk mengantisipasi longsor dan dimungkinkan akan lebih berkeinginan untuk pindah. Berdasarkan diagram batang pada Gambar 5.4 sebagian besar penduduk mempunyai pendapatan sebesar Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 44% menyatakan ingin berpindah secara permanen, begitu juga dengan penduduk yang pendapatannya antara Rp. 1.000.000,- s/d 1.500.000,- ada sebanyak 21,33% yang menyatakan ingin pindah secara menetap di daerah lain. Demikian juga dengan penduduk yang pendapatannya antara Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000.- ada banyak 6,67% yang menyatakan ingin pindah secara permanen. Hanya sedikit penduduk yang ingin pindah secara menetap yaitu penduduk dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,- sebesar 1,33%. Untuk keinginan pindah penduduk secara nonpermanen atau sementara di daerah lain, yang paling banyak adalah penduduk yang mempunyai pendapatan sebesar Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 12%, begitu juga dengan penduduk yang pendapatannya antara Rp. 1.000.000,- s/d 1.500.000,- ada sebanyak 9,33%. Hanya sebagian kecil penduduk yang ingin pindah secara nonpermanen yaitu penduduk dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,- dan penduduk dengan pendapatan Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000,- yaitu masingmasing mempunyai persentase sebesar 2,67%. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan penduduk menjadi faktor penentu bagi penduduk untuk ingin berpindah di daerah penelitian. Hal tersebut dapat terjadi karena antara penduduk yang tingkat pendapatannya rendah mempunyai tentang keinginan berpindah ke daerah lain baik secara menetap maupun sementara. 5.3 Sintesa Analisis Tujuan analisis terhadap berbagai macam variabel seperti lama tinggal, jenis rumah, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan yang dimiliki penduduk dengan keinginan pindah penduduk adalah untuk mengetahui 70

apakah berbagai macam variabel tersebut mempunyai hubungan atau merupakan faktor yang menyebabkan tetap ingin berpindahnya penduduk di Desa Soko. Analisis hubungan berbagai macam variabel dengan tetap ingin berpindah dilakukan baik dengan cara kualitatif. Rangkuman hasil masing-masing analisis variabel dengan keinginan pindah penduduk di daerah longsor di Desa Soko dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Sintesa Analisis No Analisis Hasil Analisis hubungan lama tinggal dengan 1 Ada Hubungan keinginan pindah Analisis hubungan tingkat pendidikan 2 Tidak Ada Hubungan dengan keinginan pindah Analisis hubungan mata pencaharian 3 Tidak Ada Hubungan dengan keinginan pindah Analisis hubungan tingkat pendapatan 4 Ada Hubungan dengan keinginan pindah Sumber: Hasil Analisis Dari Tabel 5.5 sintesa analisis dapat dijelaskan analisis yang berkaitan dengan karakteristik penduduk secara umum dengan keinginan untuk berpindah, yakni lama tinggal penduduk. Dari hasil analisis diketahui bahwa lama tinggal penduduk terdapat hubungan atau menjadi salah satu faktor penyebab terhadap keinginan pindah penduduk, hasil anasilis tersebut juga didukung dengan hasil kualitatif, dimana mereka yang menyatakan ingin pindah beralasan bahwa dekat dengan tempat pekerjaan mereka. Selain itu, mereka masih belum mempunyai cerita kenangan dari keluarga mereka terdahulu. Pada umumnya penduduk lanjut usia yang tidak mempunyai keinginan untuk pindah, karena mereka mempunyai cerita dari nenek moyang mereka dahulu, sehingga tidak ingin meninggalkan daerah asalnya. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan atau bukan menjadi penyebab keinginan untuk berpindah penduduk di daerah tersebut antara lain jenis rumah, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian penduduk. Tidak terdapat hubungan 71

jenis rumah dengan keinginan pindah penduduk karena banyak rumah penduduk dengan pondasi yang kuat tetap ingin melakukan perpindahan ke daerah lain. Tidak ada hubungannya tingkat pendidikan dengan keinginan pindah penduduk karena banyak dari penduduk yang tingkat pendidikannya tinggi menyatakan tetap ingin pindah ke daerah lain. Dan hasil tersebut didukung oleh pernyataan kualitatif dari penduduk yang tingkat pendidikan tinggi yang menyatakan tetap akan tinggal karena mereka masih berusia produktif, sehingga ingin memperbaiki ekonomi mereka di daerah lain. Selain itu, mereka belum lama tinggal di daerah asal Sedangkan tidak ada hubungannya mata pencaharian dengan keinginan pindah penduduk karena bukan hanya penduduk yang mempunyai mata pencaharian yang sudah layak saja yang menyatakan ingin berpindah tetapi banyak dari penduduk yang mata pencahariannya belum layak juga menyatakan keinginannya pindah ke daerah yang lain. Ada hubungannya tingkat pendapatan dengan keinginan pindah penduduk disebabkan banyak dari penduduk yang tingkat pendapatannya rendah yang menyatakan keinginannya untuk berpindah. Apabila tingkat pendapatan mereka tinggi di daerah asal tinggi, dimungkinkan mereka tidak ingin pindah ke daerah lain untuk memperbaiki ekonomi mereka. 72