HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

PENETAPAN STATUS KESEHATAN KUCING KAMPUNG (Felis domestica) MELALUI PEMERIKSAAN LEUKOSIT CUPU NARA SUMITA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Felis domestica

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bila Darah Disentifus

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kerbau

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Robbani et al. 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

LEUKOSIT. 1.Puspha Dyah F. (A ) 2.Retri Retnaningtyas (A ) 3.Shindhu Anggraini (A )

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Nozawa (1979) menyatakan bahwa sapi Bali ( Bos sondaicus) merupakan sapi lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstein Neonatus

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

TINJAUAN PUSTAKA Landak Hystrix javanica, Sunda Porcupine/ Javan Porcupine

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

Gambaran Diff Count Pada Perokok Di Kecamatan Cibeureum. Undang Ruhimat STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

Bila sumsum tulang muzik merespon keradangan atau jangkitan, sebahagian besar sel leukosit PMN.

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Respon deferensiasi sel darah perifer mencit terhadap vaksin S. agalactiae yang diradiasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah Sistem Hematologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kucing Kampung Kucing kampung (Felis domestica)

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

BAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Ambing dan Mekanisme Pertahanannya Mastitis Subklinis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

Transkripsi:

18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak dan abnormal (Kelly 1984; Guyton 1997). Fluktuasi jumlah leukosit total pada tiap individu cukup besar dan dipengaruhi oleh banyak faktor (Dellmann & Brown 1989). Tabel 2 Jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit pada kucing kampung (Felis domestica) Nomor Jenis Kelamin Leukosit Total ( 10 3 /µl) Neutrofil ( 10 3 /µl) Limfosit ( 10 3 /µl) Monosit (/µl) Eosinofil (/µl) Basofil (/µl) 1 14.30 7.72 4.43 1716 * 286 143 2 10.90 5.09 5.09 542 542 0 3 24.80 * 6.24 11.44 * 2288 * 416 208 * 4 17.20 4.98 10.13 * 1374 * 515 171 * 5 14.70 5.87 7.19 1174 * 293 0 6 12.60 4.02 6.53 1257 * 503 0 7 11.50 3.91 6.33 345 576 115 8 10.40 2.27 ** 6.72 828 310 103 9 11.00 4.52 5.29 992 * 220 0 10 11.90 5.96 5.12 596 119 238 * 11 12.00 3.95 6.94 479 359 0 12 11.20 4.59 5.15 560 448 336 * 13.50 ± Rata-rata±SD 4.00 10.40 Kisaran 24.80 Referensi *) 5.50-19.50 * diatas nilai interval normal ** dibawah nilai interval normal *) Jain (1993) 4.93 ± 1.40 2.27 7.72 2.50-12.50 6.70 ± 2.12 4.34 11.44 1.50 7.00 1012 ± 580 345-2288 382 ± 141 109 ± 113 119-576 0-336 0-850 0-1500 0-143 Rataan jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit pada kucing kampung (Felis domestica) dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan menunjukan rataan jumlah leukosit total sebesar 13.50 ± 4.00 10 3 /µl (kisaran 10.40 24.80 10 3 /µl). Jumlah leukosit total pada kucing normal menurut Jain (1993) berkisar antara 5.50 19.50 10 3 /µl. Secara umum, dari 12 ekor kucing kampung yang diamati, 11 ekor diantaranya memiliki jumlah leukosit total yang masih berada dalam interval normal. Sebanyak satu ekor kucing kampung

19 memiliki jumlah leukosit total diatas nilai interval normal (24.80 10 3 /µl; kisaran nilai interval normal 5.50 19.50 10 3 /µl). Jumlah leukosit total ( 10 3 /µl) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 11.30 Jantan 15.10 Betina Gambar 8 Jumlah leukosit total kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin. Apabila diamati berdasarkan jenis kelamin, rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung jantan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kucing kampung betina(gambar 8). Rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung betina adalah 15.10 ± 4.80 10 3 /µl (kisaran 10.90 24.80 10 3 /µl), dan pada kucing kampung jantan sebesar 11.30 ± 0.70 10 3 /µl (kisaran 10.40 12.00 10 3 /µl). Jumlah leukosit total pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Triastuty (2006), dimana rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung betina adalah 10.27 ± 3.79 10 3 /µl dan kucing kampung jantan 10.13 ± 4.24 10 3 /µl. Triastuty (2006) melakukan penelitian pada kucing kampung yang dipelihara, sedangkan pada pengamatan ini menggunakan kucing kampung yang tidak dipelihara (hidup liar). Jumlah leukosit total di dalam sirkulasi darah pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah neutrofil atau limfosit di dalam sirkulasi darah (Schalm 2010). Jumlah leukosit total dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologis, seperti jenis ras, kebuntingan, musim, sedikit dipengaruhi jenis kelamin, dan sangat dipengaruhi oleh umur hewan. Jumlah leukosit total akan meningkat pada masa kebuntingan. Faktor umur juga sangat berpengaruh, dimana hewan yang berumur

20 muda akan memiliki jumlah leukosit total yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dewasa. Seiring dengan bertambahnya umur, jumlah leukosit total akan semakin stabil. Hal ini disebabkan karena organ pembentuk sel darah, seperti limpa dan sumsum tulang akan terus berkembang seiring bertambahnya umur hewan (Jain 1993). Berbeda dengan eritrosit yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, jumlah leukosit total tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Alasan utama keberadaan leukosit dalam darah adalah karena sel-sel darah putih ini diangkut dari sumsum tulang atau jaringan limfoid ke area tubuh yang memerlukan. Dalam proses pembentukannya, jenis kelamin tidak menjadi faktor penginduksi pertumbuhan, melainkan adanya faktor lain seperti penyakit infeksius. Penyakit infeksius akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan, diferensiasi, dan akhirnya pembentukan leukosit jenis spesifik yang diperlukan untuk menghadapi infeksi tersebut (Guyton 1997). Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit total pada kucing kampung masih berada dalam interval normal. Namun demikian, secara individu terdapat satu ekor kucing dengan jumlah leukosit total diatas nilai interval normal (leukositosis). Respon leukosit yang tinggi merefleksikan adanya suatu proses fisiologis (leukositosis fisiologis) atau adanya proses patologis atau penyakit di dalam sistem atau organ lain (leukositosis patologis) (Dellmann & Brown 1989). Leukositosis fisiologis terjadi akibat adanya aktifitas psikologis dan/atau fisik. Keadaan ini sering terjadi pada kondisi stres (akut). Apabila hewan mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dan epineprin. Hormon kortisol akan merangsang sumsum tulang untuk melepaskan neutrofil matang, sehingga jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah meningkat. Hormon epineprin bekerja dengan meningkatkan sirkulasi darah dan limfe serta menyebabkan demarginasi leukosit dari dinding pembuluh darah (Jain 1993). Leukositosis patologis timbul sebagai respon terhadap adanya penyakit. Peningkatan jumlah leukosit total yang nyata terutama terjadi pada kondisi infeksi lokal oleh bakteri piogenik, misalnya pada piometra dan abses (Hoffbrand et al. 2006). Leukositosis yang disertai dengan meningkatnya jumlah neutrofil

21 (neutrofilia), limfosit (limfositosis) dan monosit (monositosis) dapat dijumpai pada inflamasi yang bersifat kronis (Jain 1993; Stockham & Scott 2008). Jumlah Neutrofil Neutrofil merupakan garis pertahanan tubuh pertama (first line of defense) terhadap infeksi bakteri (Junqueira & Caneiro 2005). Fungsi utama neutrofil adalah menghancurkan bahan asing melalui proses fagositosis, yaitu kemotaksis dengan cara sel bermigrasi menuju agen patogen atau perlekatan oleh sel dan penghancuran agen patogen oleh enzim lisosim (Abbas et al. 2010). Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah neutrofil sebesar 4.93 ± 1.40 10 3 /µl (kisaran 2.27-7.72 10 3 /µl), dengan nilai relatif berkisar antara 22-54%. Menurut Jain (1993), jumlah neutrofil pada kucing normal berkisar antara 2.50-12.50 10 3 /µl, sedangkan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 2.32-10.01 10 3 /µl, dengan nilai relatif menurut Effendi (2003) berkisar antara 60-70%. Jumlah neutrofil ( 10 3 /µl) 6 5 4 3 2 1 0 4.26 Jantan 5.40 Betina Gambar 9 Jumlah neutrofil kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin. Jika diamati berdasarkan jenis kelamin, jumlah neutrofil diantara kedua jenis kelamin cenderung hampir sama (Gambar 9). Jumlah netrofil pada kucing jantan yaitu 4.26 ± 1.33 10 3 /µl (kisaran 2.27-5.96 10 3 /µl), sedangkan pada kucing betina sebesar 5.40 ± 1.34 10 3 /µl (kisaran 3.91-7.72 10 3 /µl). Nilai ini masih berada dalam kisaran normal menurut Wassmuth et al. (2011), yaitu 2.32 10.01 10 3 /µl. Jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu keseimbangan permintaan jaringan ekstravaskular,

22 tingkat granulopoiesis, laju pelepasan darah dari sumsum tulang, masa hidup di dalam sirkulasi darah, laju aliran sirkulasi darah dan tingkat aktivitas sumsum tulang (Jain 1993). Keadaan dimana jumlah neutrofil meningkat diatas nilai interval normal disebut sebagai neutrofilia. Neutrofilia dapat disebabkan karena adanya infeksi, peradangan, atau stres. Peradangan atau infeksi akan menstimulasi pengeluaran neutrofil untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Kondisi stres akibat adanya kortisol juga mempengaruhi pelepasan neutrofil dari sumsum tulang (Samuelson 2007). Sebaliknya, keadaan dimana jumlah neutrofil lebih rendah dari nilai interval normal disebut sebagai neutropenia. Kondisi neutropenia jarang terjadi. Neutropenia dapat terjadi karena meningkatnya penggunaan neutrofil oleh jaringan, proses penghancuran neutrofil yang berlebihan, menurunnya fungsi sumsum tulang, dan terganggunya pendistribusian neutrofil (Schalm 2010). Meyer et al. (1992) dan Macer (2003) mengemukakan bahwa penurunan jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah dapat terjadi akibat adanya infeksi bakteri, terutama bakteri gram negatif. Endotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut akan menyebabkan neutrofil bermigrasi dalam jumlah yang besar ke jaringan, dan sumsum tulang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap neutrofil sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah neutrofil pada kucing kampung masih berada dalam kisaran normal. Namun demikian, secara individu terdapat satu ekor kucing dengan jumlah neutrofil dibawah nilai interval normal yaitu 2,27 10 3 /µl. Jumlah neutrofil tersebut lebih rendah 9,2 % dari nilai normal. Rendahnya jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah harus jadi perhatian, terutama jika disertai pula dengan jumlah leukosit total yang rendah. Jumlah neutrofil yang rendah mengindikasikan kucing tersebut beresiko rentan terhadap adanya infeksi. Namun demikian, jumlah neutrofil pada kucing tersebut lebih besar dari 1500/ul, masih berada jauh diatas jumlah neutrofil dengan kategori memiliki resiko rentan terhadap infeksi (< 1500 leukosit/ul).

23 Jumlah Limfosit Limfosit memiliki diameter berkisar antara 8-12 µm. Sitoplasma berwarna biru pucat, inti berbentuk bulat hingga oval, lebih sering berbentuk tidak beraturan, serta berisi vakuola kecil dan granula azurofilik (Abbas et al 2010). Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah limfosit pada kucing kampung adalah 6.70 ± 2.12 10 3 /µl (kisaran 4.43 11.44 10 3 /µl). Menurut Jain (1993), kisaran jumlah limfosit kucing normal berkisar antara 1.50-7.00 10 3 /µl, dan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 1.10-6.00 10 3 /µl. Berdasarkan Tabel 2, dari 12 ekor kucing kampung yang diamati, sebanyak 10 ekor memiliki jumlah limfosit yang berada dalam interval normal menurut Jain (1993). Sebanyak dua ekor lainnya memiliki jumlah limfosit diatas nilai interval normal (masing-masing sebesar 11.44 10 3 /µl dan 10.13 10 3 /µl). Jumlah limfosit ( 10 3 /µl) 8 6 4 2 0 5.84 Jantan 7.31 Betina Gambar 10 Jumlah limfosit kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin. Gambar 10 memperlihatkan rataan jumlah limfosit kucing kampung jantan lebih rendah dibandingkan dengan kucing kampung betina, masing-masing sebesar 5.84 ± 0.91 10 3 /µl(kisaran 5.15-6.94 10 3 /µl) dan 7.31 ± 2.58 10 3 /µl (kisaran 4.43-11.44 10 3 /µl). Hasil penelitian yang dilakukan Triastuty (2006) menunjukkan hasil yang berbeda, dimana rataan jumlah limfosit kucing kampung jantan adalah 9.60 ± 4.01 10 3 /µl, dan pada kucing kampung betina sebesar 9.57 ± 3.48 10 3 /µl. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa rataan jumlah limfosit pada kucing kampung masih berada dalam interval normal menurut Jain (1993). Namun demikian, secara individu ditemukan dua ekor kucing kampung pengamatan memiliki jumlah limfosit diatas nilai interval normal (limfositosis). Tingginya jumlah limfosit tersebut diikuti pula dengan jumlah leukosit total yang

24 tinggi dan jumlah neutrofil yang cenderung berada pada nilai interval normal atas (Tabel 2). Limfositosis merupakan keadaan dimana jumlah limfosit di dalam sirkulasi darah meningkat diatas nilai interval normal. Peningkatan jumlah limfosit dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Kausa limfositosis fisiologis meliputi exercise, stres fisik maupun emosi, excitement (pada kucing), dan kondisi takut (Jain 1993). Limfositosis fisiologis sering terjadi terutama pada hewan muda dan bersifat sementara. Kucing berumur muda cenderung memiliki jumlah limfosit yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kucing dewasa. Kucing berumur muda masih sangat responsif terhadap rasa senang dan rasa takut, dimana hal ini cenderung akan mengakibatkan terjadinya limfositosis fisiologis. Selain itu, kucing yang berumur muda masih memiliki timus, dimana menjelang dewasa kelamin timus berangsur-angsur mengecil namun sisa timus akan tetap ada sampai tua. Timus berfungsi untuk menghasilkan limfosit sehingga secara tidak langsung jumlah limfosit akan lebih besar dibandingkan dengan kucing dewasa (Schalm 2010). Limfositosis patologis bersifat persisten. Limfositosis patologis terjadi akibat adanya stimulasi antigenik (misalnya peradangan kronis, vaksinasi). Limfositosis patologis merupakan gambaran umum penyakit inflamasi yang bersifat kronis. Biasanya disertai pula dengan neutrofilia dan monositosis (Stockham and Scott 2008). Jumlah Monosit Monosit merupakan jenis leukosit dengan ukuran paling besar dibandingkan dengan jenis leukosit lainnya (Haen 1995). Menurut Dellmann & Eurell (2006), monosit merupakan prekursor makrofag jaringan yang memiliki inti pleomorfik, yaitu intinya bisa terlihat panjang, berbentuk tidak teratur, padat, berlekuk, berbentuk seperti tapal kuda, dan kadang agak berlobus.

25 Jumlah monosit (/µl) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 691 Jantan 1242.29 Betina Gambar 11 Jumlah monosit kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin. Rataan jumlah monosit kucing kampung hasil pengamatan bisa dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan jumlah monosit pada kucing kampung adalah 1012±580/µl. Jumlah monosit pada kucing normal berkisar antara 0-850/µl (Jain 1993), dan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 46 678/µl. Berdasarkan Gambar 11, rataan jumlah monosit pada kucing kampung betina dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah monosit kucing kampung jantan, masing-masing yaitu 1242.29 ± 662.78/µl dan 691± 212.43/µl. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak enam ekor kucing dari 12 ekor kucing kampung yang diamati memiliki jumlah monosit diatas nilai interval normal (monositosis). Sebanyak satu ekor dengan jumlah monosit 992/µl dan lima ekor lainnya dengan jumlah monosit lebih dari 1000/µl (Tabel 2). Pola leukogram pada keenam kucing kampung dengan kondisi monositosis bervariasi. Ditemukan beberapa macam pola leukogram, yaitu 1) monositosis yang disertai dengan leukositosis, limfositosis, dan jumlah neutrofil pada nilai interval normal atas (1 ekor); 2) monositosis yang disertai dengan jumlah leukosit total pada nilai interval normal atas dan limfositosis (1 ekor); 3) monositosis disertai dengan jumlah leukosit total dan limfosit pada nilai interval normal atas (1 ekor); 4) monositosis yang disertai dengan jumlah leukosit total dan jumlah neutrofil pada nilai interval normal atas (1 ekor); 5) monositosis tanpa disertai dengan perubahan pada jumlah leukosit total, jumlah limfosit dan jumlah neutrofil (1 ekor); dan 6) monositosis yang disertai dengan jumlah limfosit yang cenderung pada nilai interval normal atas.

26 Menurut Schalm (2010), monositosis merupakan kondisi dimana jumlah monosit tinggi di dalam sirkulasi darah diatas nilai interval normal. Monositosis bisa terjadi sebagai respons terhadap peradangan. Kondisi monositosis disebabkan karena meningkatnya produksi di dalam sumsum tulang (karena tidak ada cadangan monosit di dalam sumsum tulang), baik pada infeksi akut maupun kronis. Monositosis pada hewan anjing merupakan bagian dari stres leukogram. Beberapa faktor sebagai kausa monositosis diantaranya yaitu semua proses yang merangsang keadaan netrofilia, glukokortikoid, respons imun,dan infeksi kronis. Jumlah Eosinofil Eosinofil berdiameter antara 12-17 µm (Young et al. 2006), memiliki nukleus polimorfik yang sedikit padat dan bersegmen (Dellmann & Eurell 2006). Eosinofil merupakan sel utama kedua dari sistem mieloid. Sel ini tidak seefisien neutrofil dalam memfagosit (Tizard 1988), tetapi lebih selektif dibandingkan dengan neutrofil (Effendi 2003). Eosinofil berfungsi sebagai detoksikasi protein sebelum dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh. Sel ini masuk ke dalam darah dalam jumlah besar bila ada benda asing masuk (Bijanti 2005). Tabel 2 memperlihatkan rataan jumlah eosinofil kucing kampung. Rataan jumlah eosinofil pada kucing kampung pengamatan adalah 382 ± 141/µl (kisaran 119 576/ µl). Menurut Jain (1993), kisaran jumlah eosinofil pada kucing normal berkisa antara 0-1500/µl dan menurut Wassmuth et al. (2011) antara 100-600/µl. Jumlah eosinofil (/µl) 500 400 300 200 100 0 291.20 Jantan 447.29 Betina Gambar 12 Jumlah eosinofil kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin.

27 Jika diamati terhadap jenis kelamin, rataan jumlah eosinofil pada kucing kampung betina lebih tinggi dibandingkan dengan kucing kampung jantan, masing-masing 447.29± 118.34/µl (betina, dengan kisaran 286-576/µl) dan 291.20 ± 126.75/µl (jantan, dengan kisaran 119-448/µl). Secara umum, jumlah eosinofil pada ke-12 ekor kucing kampung pengamatan masih dalam nilai interval normal. Menurut Schalm (2010), peningkatan jumlah eosinofil di dalam sirkulasi darah diatas nilai interval normal disebut sebagai eosinofilia. Eosinofilia bisa terjadi karena meningkatnya produksi dalam sumsum tulang, meningkatnya pelepasan cadangan dari sumsum tulang, redistribusi sel-sel dari pool marginal, daya hidup intravaskuler diperpanjang. Beberapa kausa eosinofilia diantaranya adalah penyakit parasitik (ektoparasit, endoparasit) dan respons alergik (alergen). Sebaliknya, kondisi menurunnya jumlah eosinofil dalam sirkulasi di bawah nilai interval normal disebut sebagai eosinopenia. Eosinopenia terjadi karena menurunnya pelepasan dari sumsum tulang, adanya lisis intravaskuler, meningkatnya migrasi ke dalam jaringan. Kondisi eosinopenia biasa terlihat pada stres leukogram. Namun demikian, relevansi klinis keadaan eosinopenia sangat sedikit (Stockham & Scott 2008). Menurut Chastain & Ganjam (1986), eosinopenia dapat terjadi karena hewan mengalami infeksi atau peradangan akut, atau hewan mengalami stres. Saat terjadi infeksi atau peradangan akut, keadaan tersebut akan memicu dilepaskannya kortikosteroid dan catecholamine. Jumlah kortikosteroid yang berlebih dalam tubuh merupakan faktor utama terjadinya eosinopenia. Jumlah Basofil Basofil merupakan jenis leukosit granulosit dengan jumlah yang paling sedikit, berkisar antara 0.5 1.5%, dari jumlah leukosit total. Basofil memiliki granula yang homogen, memiliki rer (rough endoplasmic reticulum), mitokondria, dan kompleks golgi (Dellmann & Eurell 2006). Rataan jumlah basofil pada kucing kampung hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan menunjukkan rataan jumlah basofil

28 sebesar 109 ± 113/µl (kisaran 0-336/µl). Menurut Jain (1993) dan Wassmuth et al. (2011), jumlah basofil kucing normal berkisar antara 0 143/µl. Jumlah basofil (/µl) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 135.40 Jantan 91 Betina Gambar 13 Jumlah basofil kucing kampung (Felis domestica) berdasarkan jenis kelamin. Gambar 13 memperlihatkan perbandingan antara rataan jumlah basofil pada kucing jantan dan kucing betina. Rataan jumlah basofil pada kucing kampung jantan sebesar 135.40 ± 148.73/µl (kisaran 0-336/µl), sedangkan pada kucing kampung betina sebesar 91 ± 89.64 (kisaran 0-208/µl). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak empat ekor kucing dari 12 ekor kucing yang diamati memiliki jumlah basofil diatas nilai interval normal (basofilia), dengan peningkatan masing-masing sebesar 19.58%, 45.45%, 66.43, dan 134.97% (Tabel 2). Pola leukogram pada keempat kucing kampung tersebut bervariasi. Sebanyak satu ekor kucing, peningkatan jumlah basofil tersebut disertai dengan leukositosis, limfositosis, dan monositosis; satu ekor kucing lainnya disertai dengan limfositosis dan monositosis; dan dua ekor kucing sisanya menunjukkan bahwa peningkatan jumlah basofil tidak disertai dengan perubahan pada jumlah leukosit total maupun jenis leukosit lainnya. Keadaan dengan jumlah basofil di dalam sirkulasi darah melebihi nilai interval normal disebut sebagai basofilia. Jumlah basofil cenderung meningkat di dalam darah perifer pada keadaan dimana terdapat juga eosinofilia. Beberapa kausa basofilia diantaranya reaksi hipersensitifitas terhadap parasit dan allergen (Schalm 2010). Nordenson (2002) dan Schalm (2010) melaporkan bahwa basofilia dapat terjadi akibat respon tubuh terhadap infeksi virus, ektoparsit, alergi atau peradangan, dan myeloid leukemia.

29 Sebaliknya, penurunan jumlah basofil di dalam sirkulasi darah dibawah nilai interval normal disebut sebagai basopenia. Basopenia merupakan suatu kondisi yang sulit untuk dideteksi karena jumlah basofil di dalam sirkulasi darah sangat sedikit. Menurut Schalm (2010), jumlah basofil sangat sedikit di dalam sirkulasi darah perifer, terutama pada hewan anjing dan kucing. Keadaan basopenia pada hewan anjing dan kucing tidak memiliki relevansi klinis.