Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

dokumen-dokumen yang mirip
Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITI JAHE

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

ISSN OUTLOOK ANGGREK

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

KETERANGAN TW I

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN UBI JALAR MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DAN KETAHANAN PANGAN

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. States Departement of Agriculture).

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No BAB I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan


BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture).

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. Organization).

1 Universitas Indonesia

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

Transkripsi:

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 87 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si Drh. Akbar, MP Naskah : Dra. Retno Suryani Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Publikasi Buku Outlook Komoditas ubi jalar Tahun 2016 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulas analisis diskriptif perkembangan komoditas ubi jalar beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas ubi jalar ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggitingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang. Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta, September 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi NIP. 19670323.199203.1.003 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... xv BAB I. Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Tujuan...2 1.3. Ruang Lingkup...2 BAB II. Metodologi...3 2.1. Sumber Data dan Informasi...3 2.2. Metode Analisis...3 2.2.1. Analisis Deskriptif...3 2.2.2. Analisis Proyeksi...4 2.2.3. Analisis Konsumsi...5 2.2.4. Kelayakan Model...6 BAB III. Keragaan Ubi Jalar Nasional...7 3.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas... 7 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

3.2. Sentra Luas Panen, Produktivitas Tertinggj dan Sentra Produksi... 11 3.3. Konsumsi Ubi Jalar... 13 a. Konsumsi Rumah Tangga... 13 b. Ketersediaan Ubi Jalar Untuk Konsumsi... 15 3.4. Perkembangan Harga Ubi Jalar... 16 3.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Ubi Jalar... 16 BAB IV. Keragaan Ubi Jalar Dunia... 19 4.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas... 19 4.2. Negara Sentra Produksi Ubi Jalar... 23 4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor... 24 4.4. Perkembangan Harga... 28 BAB V. Analisis Penawaran dan Permintaan... 31 5.1. Produksi Ubi Jalar di Indonesia, 2016-2020... 31 5.2. Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia, 2016-2020... 33 5.3. Neraca Ubi Jalar di Indonesia... 34 BAB VI. Kesimpulan... 37 viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan... 3 Tabel 3.1. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.4. Rta-rata Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Pertumbuhannya di Jawa dan Luar Jawa... 8 Hasil Proyeksi Produksi Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2014-2020... 32 Prediksi Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 2015-2020... 35 Hasil Proyeksi Surplus/Defisit Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2016-2020... 35 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Tahun1995-2016*)... 9 Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1995-2016*)... 9 Gambar 3. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1995-2016*)... 10 Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 2012-2016... 12 Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Rata-rata Produktivitas di Sepuluh Provinsi Sentra Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 13 Provinsi Sentra Produksi Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 14 Perkembangan Konsumsi Perkapita Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020... 15 Perkembangan Ketersedian Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020... 16 Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2002-2015... 17 Gambar 10. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016... 18 Gambar 11. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016... 19 Gambar 12. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar Dunia, 1980-2014... 21 Gambar 13. Negara Sentra Luas Panen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2010-2014... 22 Gambar 14. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014... 23 Gambar 15. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Tertinggi Dunia, Tahun 2010-2014... 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

Gambar 16. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014... 25 Gambar 17. Sepuluh Negara Sentra Produksi Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 26 Gambar 18. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1961-2014... 27 Gambar 19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014... 28 Gambar 20. Sepuluh Negara Importir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 29 Gambar 21. Sepuluh Negara Eksportir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 30 Gambar 22. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2007-2013... 31 xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Indonesia, Tahun 1995-2016... 45 Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar Indonesia, 1995-2016... 46 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Indonesia, Tahun 1995-2016... 47 Lampiran 4. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Indonesia, Tahun 1995-2016... 48 Lampiran 5. Provinsi Sentra Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 49 Lampiran 6. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar, 2012-2016... 49 Lampiran 7. Provinsi Sentra Produksi Ubi Jalar Terbesar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 50 Lampiran 8. Ketersediaan/Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020... 51 Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Ubi Jalar di Rumahtangga, Tahun 1993-2019,... 52 Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 2002-2015... 53 Lampiran 11. Perkembangan Ekspor Tujuan Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016... 54 Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Dunia, Tahun 1980-2014... 55 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

Lampiran 13. Sepuluh Negara Dengan Luas Panen Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 56 Lampiran 14. Sepuluh Negara Dengan Produktivitas Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 56 Lampiran 15. Sepuluh Negara Dengan Produksi Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014... 57 Lampiran 16. Perkembangan Ekspor Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2013... 58 Lampiran 17. Sepuluh Negara Importir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013... 59 Lampiran 18. Sepuluh Negara Eksportir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013... 59 Lampiran 19. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2107-2014... 60 xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

RINGKASAN EKSEKUTIF Melalui penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional. Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya sumber karbohidrat). Program diversifikasi pangan di canangkan pemerintah diarahkan pada konsumsi produk-produk berbahan baku tepung. Proses tersebut memang patut dicatat sebagai bagian dari proses diversifikasi pangan, ubi jalar sangat potensi pengunaan menjadi salah alternatif satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g kalium, 107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32 mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Seusai dimasak kandungan gizi berkurang yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg kalium, 3.345 SI vitamin A dan 5 mg vitamin C dalam tiap 100 gram (krisno, 2011) Pemenuhan produk ubi jalar di penuhi oleh peranan petani. Luas panen ubi jalar di Indonesia selama kurun waktu 1995-2016 berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan rata-rata yaitu turun sebesar 2,95% per tahun atau luas panen Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

sebesar 224,04 ribu hektar di tahun 1995 menjadi 124,426 ribu hektar di tahun 2016. Perkembangan luas panen selama lima tahun terakhir cenderung menurun lebih besar yaitu 11,14%. Produktivitas ubi jalar di Indonesia selama 1995-2016 cenderung mengalami peningkatan, pertumbuhan rata-rata selama periode tersebut sebesar 2,81% per tahun, dimana produktivitas tahun 1995 sebesar 95,00 ku/ha menjadi 168,18 ku/ha pada tahun 2016. Perkembangan produktivitas selama lima tahun terakhir meningkat sebesar 4,83%. Volume ekspor ubi jalar tahun 2003-2016 rata-rata meningkat sebesar 91,47% per tahun, demikian halnya dengan nilai ekspornya yang meningkat sebesar 108,35% per tahun. Ekspor ubi jalar Indonesia dalam bentuk ubi jalar beku dan ubi jalar selain beku di ekspor terutama ke Malaysia, Jepang, Korea dan dan Singapore. Perkembangan volume impor ubi jalar pada periode 2003-2016 sebesar 117,86% per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nilai impor ubi jalar yakni sebesar 108,59% per tahun. Impor ubi jalar Indonesia umumnya dalam bentuk pati ubi jalar beku dan selain beku terutama berasal dari Cina dan Singapore. Prediksi permintaan ubi jalar tahun 2016-2020 untuk konsumsi langsung atau konsumsi ubi jalr tingkat rumah tangga di perkirakan akan mengalami kenaikan dengan pertumbuhan 4,55/tahun, untuk itu perlu diimbangi dengan peningkatan produksi. Diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus ubi jalar sebesar 1,18 juta ton, pada 2017 diperkirakan surplus 1,44 juta ton, pada tahun 2018 surflus 1,47 juta ton tahun 2019 surflus 1,49 juta ton dan pada tahun 2020 di perkirakan surplus sekitar 1,54 juta ton. xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang di perlukan sehari-hari untuk memenuhi energi bagi tubuh manusia dalam pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi. Kehidupan manusia tidak mungkin tanpa adanya ketersediaan bahan sumber gizi. Jadi untuk mempertahankan kehidupan manusia, maka manusia harus makan secukupnya dan memenuhi gizi. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi atau kebutuhan pokok (basic need) Melalui penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional. Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya sumber karbohidrat). Program diversifikasi pangan dimunculkan lebih ditujukan untuk peningkatan konsumsi produk-produk tepung. Proses tersebut memang patut dicatat sebagai bagian dari proses diversifikasi pangan. Ubi jalar merupakan salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan. Sebagian besar serat ubi jalar warna merah merupakan serat laut, yang menyerap kelebihan lemak/kolesterol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali. Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g kalium, 107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32 mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Seusai dimasak kandungan gizi berkurang yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg kalium, 3.345 SI vitamin A dan 5 mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

1.2. Tujuan Tujuan penyusunan outlook komoditas ubi Jalar adalah melakukan analisis data series ubi Jalar dengan menggunakan model ekonometrik serta menyediakan bahan dan informasi hasil analisis data bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas tanaman pangan khususnya ubi Jalar dimasa yang akan datang. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup outlook komoditas ubi Jalar adalah melakukan pengolahan dan analisis data meliputi variabel-variabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas ubi Jalar. Variabel-variabel tersebut terdiri produksi, luas panen, produktivitas, harga produsen, impor, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2020, dengan terlebih dahulu melakukan proyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan ubi Jalar. 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

BAB II. METODOLOGI 2.1 Sumber Data dan Informasi Outlook ubi Jalar tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait dilingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Food Agriculture Organization (FAO). Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data 1 Produksi, Luas panen,produktivitas 1980-2015 BPS Nasional 2 Harga Produsen Nasional 2002-2015 BPS 3 Ekspor dan Impor Nasional 2003-2016 BPS 4 Konsumsi dan Ketersediaan bersumber survey susenas BPS 1993-2014 BPS, BKP 5 Produksi, Luas panen dan 1980-2014 FAO Produktivitas Dunia 6 Ekspor dan Impor Dunia 1980-2014 FAO 2.2 Metode Analisis 2.2.1. Analisis Deskriptif Cakupan analisis deskriptif meliputi analisis keragaan dan perkembangan produksi dan konsumsi komoditas ubi Jalar data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor, serta harga ditingkat produsen dengan analisis deskriptif. Selain itu dilakukan paparan keragaan perkembangan ubi jalar dalam negeri maupun gobal. Analisis deskriptif dilengkapi dengan grafik dan tabel yang disajikan sesuai dengan data yang tersedia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

2.2.2. Analisis Proyeksi Penawaran suatu komoditas dicerminkan oleh respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar. Proyeksi penawaran direpresentasikan berdasarkan variabel produksi yang merupakan hasil perkalian dari variabel luas panen dan produktivitas. Pendugaan penawaran dilakukan berdasarkan pendugaan ke dua variabel tersebut. Analisis penawaran ubi Jalar dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah : Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j n dimana : Y = Variabel respons/tak bebas X n = Variabel penjelas/bebas n = 1,2, b 0 = nilai konstanta b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk variabel x n = sisaan Produksi, yang merupakan representasi dari penawaran komoditas, merupakan hasil perkalian luas panen dengan produktivitas. QS 1 = A t * B t dimana : QS 1 = produksi/penawaran komoditas pada tahun t A t = luas panen komoditas pada tahun t B t = produktivitas komoditas pada tahun t 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Variabel-variabel bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan time series. Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, harga di tingkat produsen, harga komoditas pesaingnya di tingkat produsen, pengaruh inflasi, dan pengaruh krisis moneter. Pendugaan variabel luas panen menggunakan metode yang paling sesuai yaitu Regresi Berganda (Multivariate Regression). Regresi Berganda merupakan metode yang digunakan untuk mengukur pengaruh beberapa variabel/variabel terhadap suatu variabel. Namun demikian jika analisis Regresi Berganda tidak menunjukkan hasil yang signifikan maka dipergunakan analisis time series, mengingat data luas panen ubi Jalar memiliki series yang cukup panjang. 2.2.3. Analisis Konsumsi Sumber data untuk menghitung permintaan ubi Jalar diuji coba dengan dua sumber data konsumsi yang berbeda. Pertama menggunakan data konsumsi SUSENAS yang mencakup permintaan langsung masyarakat terhadap ubi Jalar yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen, baik konsumsi dalam rumah tangga maupun luar rumah tangga. Kelemahan dari data ini adalah tidak mencakup permintaan ubi Jalar oleh sektor lain seperti restoran, industri, dan penggunaan lain yang menggunakan bahan dasar ubi Jalar. Kedua, permintaan ubi jalar dihitung mengunakan data ketersediaan per kapita ubi Jalar pada Neraca Bahan Makanan (NBM). Dari NBM dapat ditelusuri penggunaan ubi Jalar untuk olahan (industri), pakan ternak maupun tercecer. Neraca surplus defisit dihitung dari permintaan yang lebih cocok dengan kondisi saat ini di Indonesia. Karena keterbatasan ketersediaan data, maka analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan model time series ARIMA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

2.2.4. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari variable tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel variabel tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 dimana : SS Regresi SS Total SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total Model deret waktu baik analisis trend maupun pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE (meanabsolute percentage error) atau kesalahan persentase absolute rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut: Dimana : :adalah data actual :adalah nilai ramalan Semakin kecil nilai MAPE maka model deret waktu yang diperoleh semakin baik. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

BAB III. KERAGAAN UBI JALAR NASIONAL 3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Secara umum pola perkembangan luas panen ubi Jalar di Indonesia selama kurun waktu 1995-2016 berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan (Gambar 1). Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan rata-rata yaitu turun sebesar 2,95% per tahundan luas panen sebesar 224,04 ribu hektar tahun 1995 menjadi 124,43 ribu hektar tahun 2016. Bila dilihat periode yang lebih pendek selama 5 tahun terakhir menunjukan luas panen ubi Jalar mengalami penurunan sebesar 11,14% pertahun. Penurunan luas panen cukup signifikan terjadi pada tahun 1996 sebesar 22,51% dan tahun 2016 sebesar 20,63%. Sebaliknya luas panen ubi Jalar cukup signifikan terjadi tahun 1997 yaitu sebesar 10,35% sebagai akibat peningkatan luas panen di wilayah Pulau Jawa sebesar 74,06%. Pada tahun 2003 juga terjadi peningkatan sebesar 11,38% akibat peningkatan luas panen di luar Pulau Jawa sebesar 21,09%. Prediksi luas panen ubi Jalar tahun 2017 diperkirakan naik. (Lampiran 1 dan lampiran 2). Luas panen ubi Jalar di Indonesia cenderung turun hal ini dapat di lihat dari rata-rata luas panen tahun 1980-2016, dimana share di luar pulau Jawa masih cukup signifikan yaitu sebesar 66,11% sementara pulau Jawa sebesar 33,89%. Demikian pula dilihat dari share rata-rata luas panen lima tahun terakhir, luas panen ubi Jalar di Jawa lebih kecil yaitu 32,77% sedangkan Luar Jawa lebih besar yaitu 67,23%. Dilihat dari share rata-rata produksi tahun 1980-2016 terlihat di luar pulau Jawa sebesar 41,40% sementara pulau Jawa sebesar 58,89%, share rata-rata produksi lima tahun terakhir menunjukkan, produksi ubi Jalar di Jawa lebih kecil yaitu hanya 44,37 sedang Luar Jawa lebih besar yaitu 55,63% (Lampiran 1 dan Tabel 3.1). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

Tabel 3.1. Rata-rata Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Rata-rata Pertumbuhannya di Jawa dan Luar Jawa Wilayah Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas Pertumb.(%) Pertumb.(%) (Ha) (Ton) (Ku/Ha) Pertumb.(%) Jawa Luar Jawa Indonesia 1995-2016 1995-2016 1995-2016 60.376 117.768 178.143-1,85-2,13-2,95 832.665 1.184.341 2.011.148 1,03-0,06 0,11 143,89 101,66 114,18 5,87 1,96 2,81 2012-2016 2012-2016 2012-2016 50.110 102.781 152.891-8,79-11,45-11,14 1.033.214 1.295.397 2.328.612-0,24-6,80-4,14 207,66 126,95 153,49 3,73 4,04 4,83 Kontribusi Terhadap Indonesia 1995-2016 (%) Jawa 33,89 41,40 L.uar Jawa 66,11 58,89 Kontribusi Terhadap Indonesia 2012-2016 (%) Jawa 32,77 44,37 L.uar Jawa 67,23 55,63 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Tahun1995-2016*) Pertumbuhan produktivitas ubi Jalar Indonesia menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan dengan luas panen, Produktivitas ubi jalar cenderung 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*) Outlook Ubi Jalar 2016 meningkat sejak tahun 1995 hingga 2016 dengan pertumbuhan sebesar 2,81% (Gambar 2). (Ku/Ha) 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1995-2016*) Peningkatan produktivitas ubi jalar yang terjadi selama 1995-2016 perkembangan sebagai akibat peningkatan produktivitas di Pulau Jawa sebesar 5,87%, begitu juga peningkatan produktivitas di Luar Pulau Jawa walaupun lebih rendah hanya sebesar 1,96% per tahun (Lampiran 3). Peningkatan produktivitas ubi Jalar pada periode tersebut di picu oleh peningkatan pertumbuhan produktivitas tahun 2011 sampai tahun 2016 dengan kisaran kenaikan produkstivitas antara 5,87% sampai 12,98%. Peningkatan produktivitas ubi Jalar lima tahun terakhir terlihat lebih tinggi, di Jawa mencapai 3,73% dan di Luar Jawa 4,04%. (Lampiran 3). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*) Outlook Ubi Jalar 2016 ( Ton) 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1995-2016*) Pada sisi produksi, Selama periode 1995-2016 perkembangan produksi ubi jalar berfluktuasi dan mengalami peningkatan (Gambar3). Perkembangan produksi ubi Jalar pada periode 1995-2016 meningkat rata-rata sebesar 0,11% per tahun, sementara itu pada periode tahun 2012 hingga tahun 2016, perkembangan produksi ubi Jalar mengalami penurunan rata-rata 4,14% per tahun (Lampiran 4.). Peningkatan pertumbuhan produksi di pulau Jawaperiode 1995-2016 naik sebesar 1,03 sementara di luar pulau Jawa mengalami penurunan sebesar 0,06% per tahun. Selama lima tahun terakhir, yaitu antara tahun 2012 hingga 2016, pola perkembangan ubi Jalar di Luar Pulau Jawa turun rata-rata sebesar 0,24% per tahun, Pulau Jawa turun cukup tajam sebesar 6,80% per tahun. Meskipun secara umum perkembangan produksi ubi Jalar di luar pulau Jawa lebih kecil peningkatannya selama periode 1995 2016, namun share ratarata produksi ubi Jalar di wilayah luar Jawa cukup besar yaitu 58,89%, sementara itu produksi di Pulau Jawa hanya berkontribusi 41,40 %. Demikian pula jika dilihat share produksi selama lima tahun terakhir memiliki pola yang sama, share produksi di Pulau Jawa lebih kecil dibanding Luar Jawa yaitu 44,37% dibanding 55,63% Luar Jawa (Tabel 3.1). 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

3.2. Sentra Luas Panen, Produktivitas Tertinggi dan Sentra Produksi Rata-rata luas panen ubi Jalar tahun 2012-2016 memperlihatkan, ada 10 (sepuluh) provinsi sentra ubi Jalar dengan kontribusi luas panen sebesar 77,71% atau rata-rata luas penen sebesar 118,81 ribu hektar. Luas panen di Provinsi Papua rata-rata sebesar 32,19 ribu hektar paling besar di bandingkan provinsi lainnya.dengan share mencapai 21,05%, selanjutnya Provinsi Jawa Barat memberikan berkontribusi terhadap luas panen ubi Jalar nasional sebesar 16,43%, atau mencapai rata-rata luas panen sebesar 25,11 hektar. Share pada luas panen di Provinsi lampung menduduki posisi ke 10 dengan share rata-rata sebesar 2,51% atau mencapai rata-rata luas panen sebesar 3.831 hektar. Tujuh provinsi sentra lainnya dengan kisaran share luas panen antara 2,72% hingga kurang dari 10% adalah Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat masing-masing berkontribusi sebesar 9,32%; 7,14%; 6,57%; 5,48; 3,38; 3,11 dan 2,72%. (Lampiran 5, Gambar 4). Gambar 4. Provinsi Sentra Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 2012-2016 Rata rata-rata produktivitas ubi Jalar di 10 provinsi selama 5 tahun terakhir tersaji pada Lampiran 6 dan Gambar 5. Dari 10 provinsi tersebut, empat provinsi bukan merupakan provinsi sentra produksi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

Barat, Banten, Maluku dan Kalimantan Selatan. Rata-rata hasil per hektar ubi Jalar tertinggi terdapat di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 299,14 kuintal per hektar, disusul Provinsi Jambi di posisi kedua dengan rata-rata produktivitas ubi Jalar sebesar 273,66 kuintal per hektar. Provinsi Jawa Timur berada di posisi ketiga dengan rata-rata produktivitas mencapai 255,02 kuintal per hektar, Sementara itu produktivitas terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 134,06 kuintal per hektar (Lampiran 6 dan Gambar 5). Gambar 5. Rata-rata Produktivitas di Sepuluh Provinsi Sentra Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 Seperti halnya luas panen, produksi ubi Jalar di Indonesia terkonsentrasi di 10 (delapan) provinsi dengan kontribusi produksi sebesar 83,55% atau produksi rata-rata mencapai 194,57 ribu ton. Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata produksi mencapai 471,93 ribu ton berada di urutan pertama dengan share produksi mencapai 20,27%, Selanjutnya kedua adalah Provinsi Papua yang memberi kontribusi terhadap produksi ubi Jalar nasional sebesar 16,78% atau mencapai rata-rata produksi 390,85 ribu ton, Berikutnya Provinsi Jawa Timur dengan share sebesar 15,35% atau mencapai produksi rata-rata 357,40 ribu ton. Enam provinsi sentra lainnya dengan kisaran share produksi antara 2,96% hingga kurang dari 10% adalah Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Jambi masing-masing sebesar berkontribusi 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

sebesar 7,40%; 6,12%; 5,71%; 3,59%, 3,29% dan 2,96%. Sementara itu Provinsi Bali menduduki posisi terendah dengan share sebesar 2,10% atau mencapai ratarata produksi sebesar 48,90 ribu ton (Lampiran 7 dan Gambar 6). Gambar 6. Provinsi Sentra Produksi Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 3.3. Konsumsi Ubi Jalar a. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi ubi Jalar di Indonesia dihitung berdasarkan perhitungan ketersediaan untuk konsumsi ubi Jalar per kapita dikalikan dengan jumlah penduduk. Data ketesediaan per kapita didapatkan dari data NBM. Pendekatan ini dilakukan karena pendekatan data konsumsi dari data SUSENAS yang dilakukan oleh BPS, hasilnya sangat rendah (under estimate). Hal ini disebabkan karena konsumsi perkapita hasil SUSENAS (BPS) adalah konsumsi ubi Jalar hanya di tingkat rumah tangga, sementara konsumsi ubi Jalar di tingkat luar rumah tangga tidak di cakup dalam survei tersebut. Selain itu pada saat survei responden hanya mengingat bahwa yang dikonsumsi adalah ubi Jalar segar. Jadi masih perlu ditambahkan konsumsi ubi Jalar yang diolah untuk bahan makanan dan industri ubi Jalar yang diolah menjadi non makanan ( Lampiran 8) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*) 2017*) 2018*) 2019*) 2020*) (Kg/Kapita/Th) Outlook Ubi Jalar 2016 Perkembangan konsumsi per kapita ubi Jalar tingkat rumah tangga di Indonesia antara tahun 1993 hingga 2020 hasil SUSENAS diprediksi akan mengalami penurunan rata-rata 0,39% atau mencapai konsumsi rata-rata 3,09 kilogram per kapita per tahun yaitu sebesar 5,58 kilogram per kapita di tahun 1993 dan diprediksi hanya sebesar 3,11 kilogram per kapita di tahun 2020. Prediksi konsumsi perkapita ubi Jalar untuk tahun 2016-2020 diperkirakan akan sedikit mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,88% atau mencapai angka konsumsi perkapita 2,90 kilogram per kapita per tahun (lampiran 9). Jika dilihat laju pertumbuhan konsumsi pada periode tersebut, rata-rata konsumsi ubi Jalar tingkat rumah tangga cenderung menurun kecuali tahun 2003, 2004, 2008, 2010, 2011, 2014 dan 2015 yang meningkat sebesar 19,23%, 64,25%, 10,87%, 2,33%, 25,0%, 11,11% dan 30,68%. Sementara itu prediksi konsumsi ubi jalar dari tahun 2016-2020 akan naik dengan pertumbuhan 4,88% atau dengan kisara antara 2,12 sampai 8,64 kg perkapita pertahun. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ubi Jalar tertinggi diprediksi terjadi di tahun 2017 yaitu sebesar 8,64% atau mencapai 2,80 kilogram/kapita/tahun. Secara absolut konsumsi perkapita ubi Jalar mencapai angka tertinggi di tahun 1993 yaitu sebesar 5,58 kilogram per tahun dan terendah terjadi di tahun 2009 yaitu sebesar 2,24 kilogram per kapita per tahun (Lampiran 9 dan Gambar7). 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 Gambar 7. Perkembangan Konsumsi Perkapita Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020 Keterangan : 2016-2020 Angka Prediksi Pusdatin. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*) 2015**) 2016 **) 2017 **) 2018 **) 2019 **) 2020 **) Kg/Kapita/thn Outlook Ubi Jalar 2016 b. Ketersediaan Ubi Jalar Untuk Konsumsi Perkembangan ketersedian per kapita ubi Jalar di Indonesia antara tahun 1993 hingga 2020 berdasarkan data Neraca Bahan Makanan (NBM) dan prediksinya, cukup berfluktuasi namun cenderung menurun (Gambar 8). Ketersediaan per kapita ubi Jalar antara tahun 1993 hingga tahun 2020 turun rata-rata 0,06% per tahun atau ketersediaan ubi Jalar rata-rata sebesar 8,17 kg/kapita/tahun (Lampiran 8). Peningkatan ketersediaan ubi Jalar Indonesia tertinggi terjadi tahun 1995 yaitu sebesar 15,88% atau mencapai 9,85 kg/kapita/tahun setelah itu mengalami fluktuasi dan cenderung turun hingga tahun 2011. Prediksi ketersediaan ubi jalar selama tahun 2015 hingga tahun 2020, diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 1,60% atau mencapai rata-rata ketersedian perkapita ubi jalar 8,65 kg/kapita/tahun (Lampiran 8.dan Gambar 8). 11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 Gambar 8. Perkembangan Ketersedian Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020 Keterangan : *) Angka sementara, BKP **) Estimasi Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

(Rp/100 kg) Outlook Ubi Jalar 2016 3.4. Perkembangan Harga Ubi Jalar Perkembangan harga produsen ubi Jalar di Indonesia tahun 2002-2015 cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 17,06% per tahun. Keragaan harga produsen tahun 2002 sebesar Rp. 61.019 per 100 kg dan terus mengalami kenaikan hingga Rp 378.048 per 100 kg di tahun 2015 (Lampiran 10 dan Gambar 10). Selama kurun waktu tersebut terjadi peningkatan pertumbuhan harga yang cukup tinggi pada tahun 2007 sebesar 34,31% menjadi Rp 100.175 dan kenaikan tertinggi 2008 sebesar 97,32% menjadi Rp 197.666. 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Harga Produsen (Rp/100 kg) Gambar 9. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2002-2015 3.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Ubi Jalar Perkembangan volume ekspor total ubi Jalar Indonesia tahun 2013-2016 merupakan penjumlahan ekspor dalam bentuk ubi Jalar segar dan ubi Jalar olahan. (Gambar 11). Rata-rata pertumbuhan volume ekspor ubi Jalar meningkat sebesar 91,47% per tahun, demikian halnya dengan nilai ekspornya yang meningkat sebesar 108,35% per tahun. Peningkatan volume ekspor ubi Jalar cukup drastis terjadi tahun 2004 yaitu sebesar 1242,83% atau ekspor ubi Jalar mencapai 11,82 juta ton. Rata rata perkembangan volume ekspor selama lima tahun terakhir yaitu 2012-2016 pertumbuhannya turun 7,93% dan nilai impor juga turun sebesar 6,59% (Lampiran 11). 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Bila dilihat dari sisi impor, perkembangan volume impor ubi Jalar Indonesia pada periode yang sama juga cukup berfluktuasi (Gambar 12). Volume impor ubi Jalar Indonesia rata-rata meningkat 117,86% per tahun atau rata-rata sebesar 28.198 ton per tahun. Sebaliknya pertumbuhan volume impor selama 5 tahun terakhir yaitu antara 2012-2016 menurun sebesar -28,24% hingga 53,98% atau mencapai volume impor tertinggi di tahun 2013 yaitu sebesar 31.877 ton. Hasil secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 11. Gambar10. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016 Jika dilihat pertumbuhan nilai ekspor ubi Jalar, peningkatan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu mencapai 1384,64% atau mencapai nilai ekspor 5,21 juta ton. Peningkatan nilai ekspor tersebut sejalan dengan peningkatan volume ekspor komoditas tersebut pada tahun yang sama yaitu sebesar 1242,83% atau 11,82 juta ton yang terdiri dari ekspor dalam bentuk beku dan non beku. Ekspor ubi Jalar Indonesia dalam bentuk segar terutama ke negara Jepang, Hongkong, Korea, Singapore dan Malaysia Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (000 US$) (000 US$) Outlook Ubi Jalar 2016 140.000 120.000 100.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 80.000 60.000 40.000 20.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 0 Nilai Impor (000 US$) Nilai Ekspor (000 US$) Gambar 11. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016 Perkembangan nilai impor ubi Jalar pada periode 2003-2016 sebesar 108,59% per tahun, lebih rendah dari pertumbuhan volume impor ubi Jalar yakni sebesar 117,86% per tahun. Total peningkatan pertumbuhan nilai impor ubi Jalar Indonesia tertinggi di tahun 2009 yaitu mencapai 582,46% atau sebesar US$ 49,649 ribu dari sebesar US$ 7,275 ribu di tahun 2008 (Lampiran 11). Impor ubi Jalar Indonesia umumnya dalam bentuk ubi jalar segar terutama berasal dari China dan Singapore. 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 (Ha) Outlook Ubi Jalar 2016 BAB IV. KERAGAAN UBI JALAR DUNIA 4.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Keragaan luas panen ubi Jalar dunia antara tahun 1980 hingga 2014 menunjukkan trend menurun dan berfluktuasi di beberapa titik (Lampiran 12 dan Gambar 13). Penurunan yang sangat singnifikan terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 13,50% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode tahun 1980-2014, perkembangan luas panen ubi Jalar masih mengalami penurunan sebesar 0,46% per tahun atau luas panen rata-rata sebesar 13,93 juta hektar. 21.000.000 19.000.000 17.000.000 15.000.000 13.000.000 11.000.000 9.000.000 Gambar 12. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar Dunia, 1980-2014 Perkembangan luas panen ubi Jalar dunia selama lima terakhir 2010-2014 memperlihatkan adanya penurunan sebesar 1,14% per tahun atau mencapai luas panen rata-rata sebesar 11,54 juta hektar, sebagai akibat adanya penurunan luas panen cukup signifikan di tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2013 dan tahun 2014, luas panen ubi Jalar dunia sedikit mengalami penngkatan masing-masing sebesar 1,91% dan 0,16% atau mencapai luas rata-rata 11,39 juta ton dan 11,41 juta ton umbi basah (Lampiran 13). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

Keragaan data luas panen 10 negara produsen ubi Jalar dunia, tersaji pada Lampiran 15 dan Gambar 14. Dari gambar 14 perkembangan luas panen ubi Jalar antara tahun 2010 hingga 2014 rata-rata sebesar 9,91 juta hektar atau mencapai 85,86% dari total luas panen ubi Jalar dunia seluas 11,54 juta hektar. Dari sepuluh negara produsen ubi Jalar tersebut, China menjadi negara dengan rata-rata luas panen terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 29,73% atau mencapai luas rata-rata sebesar 3,43 juta hektar. Republik China daratan berada di urutan kedua dengan rata-rata luas panen sebesar 3,42 juta hektar atau mencapai share sebesar 29,65%. Nigeria diurutan ke tiga dengan share sebesar 9,84% atau rata-rata luas panen sebesar 1,14 juta hektar, sementara Indonesia berada di tempat ke enam dengan rata-rata luas sebesar 171,30 ribu hektar atau berkontribusi sebesar 4,35% dari total produksi ubi Jalar di dunia. Negara ke sepuluh adalah Papua New Guinea, dengan penguasaan pangsa luas panen ubi Jalar sebesar 1,05% atau luas rata-rata 120,84 ribu hektari. Gambar 13. Negara Sentra Luas Panen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2010-2014 Periode tahun 2010 hingga 2014, luas panen ubi jalar mengalami penurunan antara 7,20% hingga 1,21% per tahun. Kecuali di negara Tanzania, Angola Madagaskar dan papua nuginimengalami peningkatan luas rata-rata 0,46% hingga 5,87% per tahun. Peningkatan luas panen paling tinggi terjadi Tanzania 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 (Ton/Ha) Outlook Ubi Jalar 2016 yaitu sebesar 5,87% per tahun dan terendah di Papua New Guinea dengan laju peningkatan luas hanya mencapai 0,46% per tahun (lampiran 15). Begitu juga pertumbuhan produktivitas ubi Jalar dunia antara tahun 1980 hingga 2014 menurun dengan laju penurunan sebesar 2,44% per tahun atau produktivitas rata-rata mencapai 27,369 ribu kuintal per hektar. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada tahun 1990 yaitu sebesar 99,85% atau menjadi 147,10 Ku/ha dari tahun sebelumnya yaitu 99,57 ku/ha sementara terjadi penurunan yang cukup singnifikan di tahun 1997 sebesar 147,69 ku/ha atau 14,76% dari tahun sebelumnya. (Gambar 15). Sebaliknya pada periode 5 tahun terakhir, pertumbuhan produktivias ubi Jalar dunia mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yaitu rata-rata 0,88% per tahun atau mencapai hasil rata-rata per hektar 153,83 kuintal per hektar. Secara rinci perkembangan produktivitas ubi Jalar dunia tersaji pada Lampiran 12. 180,00 170,00 160,00 150,00 140,00 130,00 120,00 Gambar 14. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014 Negara dengan produktivitas ubi Jalar terbesar di dunia justru bukan merupakan negara dengan luas panen terbesar di dunia, seperti tersaji pada Lampiran14 dan Gambar 15. Berdasarkan keragaan data produktivias antara tahun 2010 hingga 2014, Reunion (negara bagian Perancis) menjadi negara dengan rata-rata hasil ubi Jalar per hektar paling tinggi di dunia yaitu sebesar 32,27 ton Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

per hektar dan menjadikan negara tersebut masuk sebagai negara produsen ubi Jalar kesepuluh terbesar, meskipun dari sisi luas relatif tidak potensi. Indonesia hanya berada di posisi ke 35 dengan rata-rata hasil per hektar sebesar 13,51 ton per hektar. Beberapa negara penghasil ubi Jalar terbesar dunia seperti China, China Daratan, Negeria berada diposisi 15, 16 dan 20 dengan kisaran rata-rata produktivitas ubi Jalar antara 20,19 ton per hektar hingga 21,16 ton per hektar. Negara Egypt dan Senegal menempati urutan ke dua dan ke tiga sebagai negara dengan produktivitas ubi Jalar terbesar dengan rata-rata hasil mencapai 32,16 ton per hektar dan 26,81 ton per hektar. Data lebih rinci tersaji pada Lampiran 14. (Ton/ha) 35,00 32,27 32,16 30,00 25,00 20,00 26,81 26,08 24,89 24,79 24,54 24,51 23,98 23,74 15,00 13,51 10,00 5,00 - Indonesia (Ke 35) U S A Mali Occupied Palestinian Australia Ethiopia Cook Islands Israel Senegal Egypt Réunion Gambar 15. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Tertinggi Dunia, Tahun 2010-2014 Perkembangan produksi ubi Jalar dunia antara tahun 1980 hingga tahun 2014 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan produksi yang cukup tajam terjadi pada tahun 1990 sebesar 48,92% atau sebesar 227,67 juta ton dari tahun sebelumya 152,88 juta ton. Pada periode 1980-2014, pertumbuhan produksi ubi Jalar dunia meningkat rata-rata sebesar 1,47% per tahun dari sebesar 124,14 juta ton pada tahun 1980 menjadi 175,42 juta ton pada tahun 2014. Namun pertumbuhan produksi ubi Jalar lima tahun terakhir cenderung menurun dengan 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 (000 Ton) Outlook Ubi Jalar 2016 laju penurunan produksi rata-rata sebesar 0,30% per tahun atau produksi ratarata mencapai 176,26 juta ton umbi basah (Lampiran 12.). 290.000.000 270.000.000 250.000.000 230.000.000 210.000.000 190.000.000 170.000.000 150.000.000 Gambar 16. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014 4.2. Negara Sentra Produksi Ubi Jalar Komposisi negara produsen ubi Jalar tujuh besar dunia secara umum merupakan negara dengan luas panen terbesar, kecuali vietnam yang secara luas panen berada di posisi kesembilan mencapai 141,03 ribu hektar atau share sebesar 1,22%, Namun produksi berada di urutan ke-delapan. Produksi ubi Jalar di China merupakan tertinggi di dunia dengan share mancapai 41,20% atau ratarata produksi mencapai 72,61 juta ton. Selanjutnya Negeria hingga Urganda mempunyai pangsa pasar di bawah 2% atau 1,24% sampai 1,92% dengan rata- rata produksi 2,18 juta ton - 3,39 juta ton. Sementara itu negara dengan urutan ke tujuh hingga ke sepuluh mempunyai pangsa pasar di bawah 1% atau 0,68 hingga 0,82% dengan rata-rata produksi antara 1,19 juta ton hingga 1,44 juta ton pangsa produksi ubi Jalar dunia. Data secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 15. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

Share (%) China; 41,20 China, mainland; 41,07 Nigeria; 1,92 Lainnya; 8,42 U S A; 0,68 Ethiopia; 0,77 Viet Nam; 0,78 Mozambique; 0,82 United Rep of Tanzania; 1,80 Indonesia; 1,30 Uganda; 1,24 Gambar 17. Sepuluh Negara Sentra Produksi Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014 Hampir seluruh negara produsen ubi Jalar mengalami peningkatan produksi periode lima tahun terakhir dengan kisaran peningkatan produksi antara 1,33% hingga 64,68%. Kecuali China, China Daratan dan Urganda yang secara ratarata mengalami penurunan produksi sebesar 1,13%; 1,14% dan 9,21% per tahun, hal ini sebagai akibat penurunan produksi cukup signifikan di tahun 2011 yaitu di China sebesar 5,49%, di China Mainland 5,53% dan di Urganda terjadi penurunan di tahun 2011 hingga 2012 sebesar 27,49% dan 2,27%. Peningkatan produksi paling tinggi di Mozambique yaitu sebesar 208,74% per tahun di tahun 2011 dikarenakan di tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 6,52% dan di Indonesia terjadi kenaikan rata-rata selama lima tahun sebesar 4,02% per tahun. 4.3. Perkembangan Ekspor Impor Ubi Jalar di dunia diperdagangkan dalam beberapa bentuk yaitu ubi Jalar segar dan ubi Jalar beku. Perkembangan volume ekspor dan impor ubi Jalar dunia sejak tahun 1980-2014 menunjukkan trend meningkat. Perdagangan ubi Jalar hingga awal tahun 1990-an berfluktuasi dan mencapai puncak perdagangan dunia di akhir tahun 1991 dan menunjukkan trend menurun hingga awal tahun 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1961 1963 1965 1967 1969 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 (Ton) Outlook Ubi Jalar 2016 1995 selanjutnya berfluktuasi dengan kecenderungan cukup konstan hingga tahun 2014 (lampiran 16). 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 - Volume Impor Volume Ekspor Gambar 18. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1961-2014 Pertumbuhan volume ekspor ubi Jalar dunia pada periode 1980-2013 meningkat rata-rata 5,16% per tahun atau volume ekspor ubi Jalar rata-rata sebesar 356,65 ribu ton, demikian juga volume impornya cenderung meningkat sebesar 14,73% per tahun atau volume impor ubi Jalar rata-rata sebesar 258,26 juta ton per tahun. Pada periode lima tahun terakhir trend perdagangan menaik baik volume ekspor maupun impor dengan rata-rata kenaikan untuk volume ekspor sebesar 6,04% pertahun atau mencapai total ekspor rata-rata 250,09 ribu ton dan volume impor niak sebesar 8,16% per tahun atau rata-rata 264,41 ribu ton per tahun. Tabel perkembangan volume ekspor impor ubi Jalar secara lebih rinci tersaji pada Lampiran 16. Perkembangan nilai ekspor dan impor ubi Jalar dunia memiliki tren yang sama dengan volume ekspor impornya, seperti tersaji pada Gambar 20. Pada periode 1980-2013 pertumbuhan nilai ekspor ubi Jalar dunia tumbuh sebesar 9,33% per tahun, Sedangkan nilai impor sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 15,81% per tahun. Sementara itu pada periode lima tahun terakhir, nilai perdagangan ubi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

1961 1963 1965 1967 1969 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 (000 US$) Outlook Ubi Jalar 2016 Jalar berbanding lurus dengan keragaan volume ekspor-impornya yaitu mengalami peningkatan rata-rata 13,23% per tahun untuk nilai ekspor dan 14,25% per tahun untuk nilai impor ubi Jalar. Secara rinci perkembangan nilai ekspor impor ubi Jalar dunia tersaji pada Lampiran 16. 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 - Nilai Impor Nilai Ekspor Gambar 19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2014. Pada tahun 2009 hingga 2013, terdapat 10 (sepuluh) negara pengimpor ubi Jalar utama di dunia dengan pangsa impor mencapai 77,78% volume impor ubi Jalar dunia atau sebesar 264,41 ribu ton. Dari sepuluh negara importir ubi Jalar tersebut, Canada menjadi negara importir terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor mencapai 50,75 ribu ton atau menguasai 19,19% impor ubi Jalar di dunia. Peringkat ke dua di duduki negara United Kingdom dengan dengan ratarata volume impor mencapai 49,02 ribu ton. Delapan negara lainnya memiliki konribusi impor antara 2,57% hingga dibawah 10%, seperti tersaji pada Gambar 21. Sementara itu volume impor ubi Jalar di Indonesia cukup kecil yaitu rata-rata sebesar 30 ton atau menduduki urutan ke 84 dunia dengan share sebesar 0,01%. 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Share (%) Singapore; 2,57 Lainnya; 22,24 Malaysia; 2,75 Canada; 19,19 France; 4,18 U S A; 4,41 Thailand; 4,64 Italy; 5,05 Japan; 6,79 Netherlands; 9,64 United Kingdom; 18,54 Gambar 20. Sepuluh Negara Importir Ubi Jalar Dunia, Ratarata Tahun 2010-2014 Negara pengekspor ubi Jalar dunia disajikan pada pada Gambar 22. Terdapat 10 negara pengekspor utama ubi Jalar di dunia dengan pangsa ekspor mencapai 83,16% dari total ekspor ubi Jalar dunia atau mencapai volume ekspor 207,97 ribu ton. Negara produsen ubi Jalar terbesar ke sepuluh dunia dengan rata-rata produksi mencapai 1,19 juta ton yaitu U.S.A yang mampu menguasai pangsa ekspor ubi Jalar dunia dengan pangsa ekspor rata-rata mencapai 40,27% atau volume ekspor rata-rata sebesar 100,71 ribu ton dari total volume ekspor ubi Jalar dunia sebesar 250,10 ribu ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

Share (%) Italy; 1,98 Spain; 1,82 Lainnya; 16,84 Honduras; 2,35 Indonesia; 3,27 USA; 40,27 Dominican Republic; 3,97 Netherlands; 4,81 Egypt; 5,28 China, mainlan d; 9,65 China; 9,76 Gambar 21. Sepuluh Negara Eksportir Ubi Jalar Dunia, Ratarata Tahun 2010-2014 Negara produsen ubi Jalar lainnya yaitu China dengan rata-rata produksi sebesar 72,61 juta ton mempunyai pangsa ekspor sebesar 9,76% atau sebesar 24,41 ribu ton. Kemudian China Daratan dengan rata-rata produksi 72,40 juta ton mempunyai pangsa ekspor sebesar 9,65% atau 24,12 ribu ton Indonesia sebagai negara produsen ubi Jalar dengan rata-rata produksi mencapai 2,30 juta ton, hanya mampu mengekspor ubi Jalar rata-rata 8,18 ribu ton atau hanya menguasai pangsa ekspor ubi Jalar dunia sebesar 3,27% (Lampiran 18). 4.4. Perkembangan Harga Perkembangan harga produsen ubi Jalar di 10 negara tahun 2010 hingga 2014, tertinggi mencapai 2.139 US$ per ton yaitu di Japan di urutan ke dua tertinggi adalah Barbados sebesar 2.039 US$ per ton dan terendah di Costa Rica sebesar 700 US$ per ton (Lampiran 19, Gambar 23). Harga produsen ubi Jalar di Indonesia relatif rendah yaitu sebesar 287 US$ per ton atau berada di posisi 36 dunia. Sementara harga ubi Jalar tingkat produsen di beberapa negara penghasil ubi Jalar terbesar di dunia yang di bawah 2000 US$ per ton dan di atas 1000 US$ 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Japan Barbados Cabo Verde Maldives Grenada Israel Australia Jamaica Suriname Costa Rica (US$/ton) Outlook Ubi Jalar 2016 per ton adalah Cabo Verde, Maldives, Grenada dan Israel, sementara Australia, Jamaica, Suriname masih di bawah 1000 US$ per ton. 2.500 2.000 2.139 2.039 1.796 1.500 1.567 1.544 1.413 1.273 1.000 938 857 700 500 - Gambar 22. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2007-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI 5.1. Penawaran Ubi Jalar di Indonesia, 2016-2020 Neraca produksi dan konsumsi ubi Jalar di Indonesia didekati dengan perhitungan antara besaran ketersediaan ubi Jalar dan besaran produksi ubi Jalar untuk konsumsi. Ketersediaan ubi Jalar Indonesia dihitung berdasarkan perhitungan input produksi dikurangi penggunaan dalam negeri yaitu pemakaian ubi Jalar untuk pakan, pamakaian ubi Jalar sebagai bahan dasar industry makanan dan bahan dasar industri non makanan maupun yang tercecer atau yang hilang saat panen dan penanganan pasca panen. Proyeksi produksi ubi Jalar diperoleh dari prediksi luas panen dikalikan prediksi produktivitasnya. Prediksi luas panen menggunakan metode time series ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average), dengan model ARIMA (2.1.2). Proyeksi produktivitas menggunakan model ARIMA (1.1.1). Hasil pemodelan statistik luas panen dan produktivitas disajikan secara lengkap pada Tabel 5.1. 1. Model Proyeksi Luas Panen Ubi Jalar ARIMA Model: (2.1.2) Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef T P AR 1-1,24730 0,1338-9,32 0,000 AR 2-0,94460 0,1203-7,85 0,000 MA 1-1,22990 1,2352-5,23 0,000 MA 2-0,49480 0,2436-2,03 0,058 Tahun Prediksi Luas Panen 2017 133.892 2018 132.834 2019 125.178 2020 135.812 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

2. Model Proyeksi Produktivitas ubi jalar ARIMA Model: (1.1.1.) Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef T P AR 1 1,00180 0,126 7,95 0,000 MA 1 0,60950 0,2847 2,14 0,045 Tahun Prediksi Produktivitas 2017 177,00 2018 186,31 2019 196,12 2020 206,46 Proyeksi produksi ubi Jalar merupakan perkalian proyeksi luas panen kali proyeksi produktivitas. Disajikan pada tabel 5.2. Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2014-2020 Tahun Luas Panen (Hektar) Pertumb. (%) Produktivitas (Ku/Ha) Pertumb. (%) Produksi (Ton) Pertumb. (%) 2014 156.758 152,00 2.382.658 2015 143.125-8,70 160,53 5,61 2.297.634-3,57 2016*) 124.426-13,06 168,18 4,77 2.092.596-8,92 2017**) 139.359 12,00 177,00 5,25 2.466.698 17,88 2018**) 137.802-1,12 186,31 5,26 2.567.334 4,08 2019**) 134.043-2,73 196,12 5,27 2.628.807 2,39 2020**) 131.541-1,87 206,46 5,28 2.715.825 3,31 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2014-2020 -2,58 5,24 2,53 Sumber : BPS diolah Pusdatin *) Aram II **) proyeksi Pusdatin 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Proyeksi produksi ubi Jalar untuk 5 tahun kedepan diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,53% per tahun. Peningkatan ini di tunjang dari kenaikan produktivitas, dengan rata-rata perkembangan sebesar 5,24%. Perkembangan luas panen di perkirakan akan kenaikan di tahun 2017, namun kemudian turun kembali hingga tahun 2020. Peningkatan produksi tahun 2017 dipicu oleh kenaikan produktivitas sebesar 5,25% dan kenaikan luas panen sebesar 12,00%. Produksi tahun 2018 di perkirakan akan naik sebesar 2,57 juta ton atau naik 4,08%, walaupun luas panennya mengalami penurunan sebesar 1,12%, demikian pula untuk tahun 2019-2020 produksi di prediksi akan naik. Tabel 5.1). 5.2. Konsumsi Ubi Jalar Di Indonesia, 2016-2020 Permintaan ubi kayu di Indonesia dihitung dengan pendekatan mengalikan besaran ketersediaan per kapita untuk konsumsi dengan jumlah penduduk, ditambah tercecer ditambah penggunaan untuk pakan dan untuk diolah menjadi bahan makanan (industry) di Neraca Bahan Makanan Berdasarkan perhitungan Model yang digunakan untuk proyeksi permintaan ubi Jalar adalah ARIMA dengan model : 1.0.1, proyeksi permintaan ubi jalar tahun 2015-2016 diperkirakan akan mengalami penurunan hal ini karena konsumsi perkapita tahun 2015 turun dari 3,41 kg/kapita/tahun menjadi 2,58 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan nasional menjadi kecil yaitu sekitar 666.204 ton yang akan berdampak turunnya jumlah pengunaan konsumsi sebesar 917,316 ribu ton. Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, proyeksi pemintaan ubi Jalar tahun 2017-2020 diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar sebesar 4,55% per tahun (Tabel 5.2.) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

Tabel 5.2.Prediksi Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 2015-2020 Tahun Konsumsi Rumah Tangga (Ton) Pakan (Ton) Tercecer (Ton) Jumlah Penggunaan/ Konsumsi (Ton) 2014 657.430 47.653 238.266 943.349 Pertumb. (%) 2015*) 870.394 45.953 229.763 1.146.110 21,49 2016**) 666.204 41.852 209.260 917.316-19,96 2017**) 732.692 49.814 249.070 1.031.576 12,46 2018**) 781.313 51.974 259.870 1.093.157 5,97 2019**) 816.635 53.345 266.724 1.136.703 3,98 2020**) 843.530 55.236 276.181 1.174.947 3,36 Ket. : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi 5.3. Neraca Ubi Jalar di Indonesia, 2016-2020 Berdasarkan selisih hasil perhitungan antara prediksi produksi dengan penggunaan ubi Jalar untuk konsumsi, maka neraca ubi Jalar di Indonesia tahun 2015 diperkirakan akan mencapai surplus 1,15 juta ton, dan diperkirakan surplus ubi Jalar terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Pada tahun 2016 diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus ubi Jalar sebesar 1,17 juta ton, tahun 2017 diperkirakan surplus 1,44 juta ton, tahun 2018 surplus 1,47 juta ton, 2019 dan 2020 diperkirakan surplus lebih besar lagi yaitu masing-masing sebesar 1,49 juta ton dan 1,54 juta ton (Tabel 5.3). 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Surplus/Defisit Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2016-2020 Tahun Produksi (Ton) Pertumb. (%) Jumlah Penggunaan/ Konsumsi (Ton) Pertumb. (%) Surplus/ Defisit (Ton) 2014*) 2.382.658 943.349 1.439.309 2015**) 2.297.634-3,57 1.146.110 21,49 1.151.524 2016**) 2.092.596-8,92 917.316-19,96 1.175.281 2017**) 2.466.698 17,88 1.031.576 12,46 1.435.122 2018**) 2.567.334 4,08 1.093.157 5,97 1.474.177 2019**) 2.628.807 2,39 1.136.703 3,98 1.492.103 2020**) 2.715.825 3,31 1.174.947 3,36 1.540.878 Ket : *) Angka Sementara **) Angka prediksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

BAB VI. KESIMPULAN Surplus produksi ubi Jalar yang diperkirakan terus meningkat memberi peluang ekspor yang besar. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh naiknya produktivitas. Model yang disusun menunjukkan bahwa produktivitas ubi Jalar dipengaruhi oleh produktivitas ubi Jalar tahun sebelumnya dan teknologi. Artinya jika teknologi dilipatgandakan maka kenaikan produktivitas ubi Jalar akan semakin tinggi, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi, sehingga surplus makin besar yang berarti bahwa peluang ekspor makin besar. Konsumsi ubi Jalar juga menunjukkan peningkatan semakin tinggi, tetapi masih bisa diimbangi perkembangan produksi yang lebih tinggi, sehingga surplus ubi Jalar semakin tinggi. Surplus ubi jalan akan menjadi peluang usaha di bidang pangan dengan mensosialisasikan ubi jalan sebagai penganti makanan pokok yang diharapkan akan semakin berkembang industri pengolahan berbahan ubi Jalar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA BKP Kementerian Pertanian. 2015. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2007-2014. Jakarta. BPS. 2015. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2014. Jakarta. Departemen Pertanian. 2004. Rencana Strategis Pembangunan Tanaman Pangan Tahun 2005-2009. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Jakarta. Eddie Oczkowski. May 2003. Two-Stage Least Squares (2SLS) and Structural Equation Models (SEM). Iwan Setiaji Anugrah. Juli 2003.Asean Free Trade Area (AFTA), Otonomi Daerah dan Daya Saing Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Sembiring RK. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung. Statsoft. 2008. Time Series Analysis. [terhubung berkala]. http://www. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009]. Statsoft. 2008. Regression. [terhubung berkala]. http://www. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009]. http://tipspetani.blogspot.co.id/2011/04/prospek-dan-potensi-ubi-jalar.html https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/06/08/ubi-jalar-sebagai-bahanpangan-alternatif-dan-diversifikasi-sumber-karbohidrat/ Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN) 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Indonesia,Tahun1995-2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar Indonesia, Tahun1995-2016 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Indonesia, Tahun 1995-2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

Lampiran 4. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Indonesia, Tahun 1995-2016 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 5. No. Provinsi Provinsi Sentra Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016*) Rat-rata (Ha ) Share ( % ) Komulatif Share (%) 1 Papua 33.071 30.980 33.041 36.091 27.741 32.185 21,05 21,05 2 Jawa Barat 26.531 26.635 25.641 23.514 23.244 25.113 16,43 37,48 3 Jawa Timur 14.264 19.139 13.483 12.782 11.599 14.253 9,32 46,80 4 Nusa Tenggara Timur 18.604 9.992 8.177 8.701 9.070 10.909 7,14 53,93 5 Sumatera Utara 14.595 9.101 11.130 8.952 6.466 10.049 6,57 60,51 6 Jawa Tengah 8.000 10.011 9.053 7.076 7.745 8.377 5,48 65,99 7 Sulawesi Selatan 6.774 4.809 5.082 4.717 4.463 5.169 3,38 69,37 8 Sumatera Barat 4.372 4.530 5.394 5.127 4.372 4.759 3,11 72,48 9 Bali 5.619 5.119 4.378 3.141 2.550 4.161 2,72 75,20 10 Lampung 4.849 4.630 4.309 2.958 2.408 3.831 2,51 77,71 Lainnya 41.616 36.904 37.070 30.066 24.768 34.085 22,29 100,00 Indonesia 178.295 161.850 156.758 143.125 124.426 152.891 100,00 Sumber : BPS diolah Pusdatin 118.806 78 Lampiran 6. Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar, 2012-2016 No. Provinsi Tahun 2012 2013 2014 2015 2016*) Rat-rata (Ku/Ha ) 1 Sumatera Barat 285,64 296,81 296,38 313,87 303,00 299,14 2 Jambi 260,26 255,38 267,15 316,18 269,34 273,66 3 Jawa Timur 288,81 205,44 231,71 274,23 274,93 255,02 4 Jawa Tengah 208,72 183,49 198,16 213,84 232,30 207,30 5 Jawa Barat 164,55 182,12 183,98 194,00 219,46 188,82 6 Nusa Tenggara Barat 120,29 130,89 175,74 169,86 157,88 150,93 7 Sulawesi Selatan 139,47 147,16 154,02 151,96 150,79 148,68 8 Banten 127,75 131,63 135,64 132,30 151,09 135,68 9 Maluku 97,94 109,14 135,83 177,14 157,04 135,42 10 Kalimantan Selatan 119,27 123,76 129,68 142,51 155,06 134,06 Sumber Indonesia 139,29 147,47 152,00 160,53 168,18 153,49 : Badan Pusat Statistik Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

Lampiran 7. Provinsi Sentra Produksi Ubi Jalar Terbesar di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 Provinsi Tahun 2012 2013 2014 2015 2016*) Rat-rata (Ton) Share (%) Jawa Barat 436.577 485.065 471.737 456.176 510.110 471.933 20,27 20,27 Papua 345.095 405.520 411.893 446.925 344.805 390.848 16,78 37,05 Jawa Timur 411.957 393.199 312.421 350.516 318.896 357.398 15,35 52,40 Jawa Tengah 166.978 183.694 179.393 151.312 179.918 172.259 7,40 59,80 Sumatera Barat 124.881 134.453 159.865 160.922 132.470 142.518 6,12 65,92 Sumatera Utara 186.583 116.671 146.622 122.362 92.406 132.929 5,71 71,63 Nusa Tenggara Timur 151.864 78.944 60.032 60.746 65.900 83.497 3,59 75,21 Sulawesi Selatan 94.474 70.767 78.275 71.681 67.296 76.499 3,29 78,50 Jambi 80.057 68.187 78.677 79.393 38.031 68.869 2,96 81,45 Bali 62.352 60.755 54.395 36.655 30.365 48.904 2,10 83,55 Lainnya 422.642 389.474 429.348 360.946 312.380 382.958 16,45 100,00 Indonesia 2.483.460 2.386.729 2.382.658 2.297.634 2.092.577 2.328.612 100,00 ber : BPS diolah Pusdatin 194.565 100,00 Komulatif Share (%) 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 8. Ketersediaan/Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia, Tahun 1993-2020 Tahun Ketersediaan/ Konsumsi perkapita (Kg/Kapita/Th) Pertumb. (%) Konsumsi Nasional ( Ton ) Pertumb. (%) 1993 9,76 1.830.869 1994 8,50-12,91 1.620.746-11,48 1995 9,85 15,88 1.905.837 17,59 1996 9,01-8,53 1.773.231-6,96 1997 8,09-10,21 1.616.681-8,83 1998 8,36 3,34 1.696.018 4,91 1999 7,20-13,88 1.482.588-12,58 2000 7,81 8,47 1.602.081 8,06 2001 7,35-5,89 1.528.267-4,61 2002 7,17-2,45 1.510.979-1,13 2003 7,98 11,30 1.704.133 12,78 2004 7,52-5,76 1.627.190-4,52 2005 7,33-2,53 1.606.770-1,25 2006 7,26-0,95 1.612.092 0,33 2007 7,31 0,69 1.644.055 1,98 2008 7,21-1,37 1.642.287-0,11 2009 7,80 8,18 1.798.935 9,54 2010 7,45-4,49 1.776.965-1,22 2011 7,96 6,85 1.926.246 8,40 2012 8,87 11,43 2.176.922 13,01 2013 8,41-5,19 2.092.560-3,88 2014*) 8,28-1,55 2.087.925-0,22 2015**) 8,96 8,24 2.137.725 2,39 2016 **) 8,37-6,63 2.025.112-5,27 2017 **) 8,61 2,87 2.112.735 4,33 2018 **) 8,95 4,01 2.227.874 5,45 2019 **) 8,45-5,67 2.129.897-4,40 2020 **) 8,88 5,18 2.269.589 6,56 Rata-rata/ tahun 1993-2020 8,17-0,06 1827368,20 1,07 2016-2020 8,65 1,60 2153041,38 2,98 Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka estimasi Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Ubi Jalar di Rumahtangga, Tahun 1993-2019 Tahun Konsumsi perkapita (Kg/Kapita/Th) Pertumb. (%) 1993 5,58 1994 4,52-18,94 1995 3,67-18,94 1996 2,97-18,94 1997 2,92-1,79 1998 2,87-1,79 1999 2,82-1,79 2000 2,78-1,25 2001 2,75-1,25 2002 2,71-1,25 2003 3,23 19,23 2004 5,32 64,52 2005 3,81-28,43 2006 3,02-20,55 2007 2,40-20,69 2008 2,66 10,87 2009 2,24-15,69 2010 2,29 2,33 2011 2,87 25,00 2012 2,35-18,18 2013 2,35 0,00 2014 2,61 11,11 2015 3,41 30,68 2016*) 2,58-24,42 2017*) 2,80 8,64 2018*) 2,95 5,38 2019*) 3,05 3,37 2020*) 3,11 2,12 Rata-rata 1993-2020 3,09-0,39 2016-2020 2,90 4,88 Sumber : SUSENAS, BPS Keterangan : *) Prediksi oleh Pusdatin 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2002-2015 di Tahun Harga Produsen Pertumbuhan ( Rp/100 Kg ) ( % ) 2002 61.019 2003 64.743 6,10 2004 63.767-1,51 2005 69.150 8,44 2006 74.583 7,86 2007 100.175 34,31 2008 197.666 97,32 2009 248.167 25,55 2010 261.174 5,24 2011 278.633 6,68 2012 297.260 6,68 2013 317.131 6,68 2014 340.332 7,32 2015 378.048 11,08 Rata-rata 2002-2015 196.561 17,06 2011-20145 322.281 7,94 Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

Lampiran 11. Perkembangan Ekspor Tujuan Ubi Jalar Indonesia, Tahun 2003-2016 Tahun Volume (Ton) Pertumb. ( % ) Nilai (000 US$) Pertumb. ( % ) Volume (Ton) Pertumb. ( % ) Nilai (000 US$) 2003 880.351 350.850 0 0 Pertumb. ( % ) 2004 11.821.582 1242,83 5.208.844 1384,64 3108 0,00 2.732 0,00 2005 11.113.460-5,99 4.580.913-12,06 13840 345,30 16.372 499,27 2006 11.215.834 0,92 6.259.034 36,63 74724 439,91 98.493 501,59 2007 8.388.721-25,21 6.197.464-0,98 95135 27,32 123.249 25,13 2008 8.442.670 0,64 6.593.920 6,40 4725-95,03 7.275-94,10 2009 7.343.583-13,02 6.052.634-8,21 50731 973,67 49.649 582,46 2010 7.083.483-3,54 5.317.067-12,15 32524-35,89 44.734-9,90 2011 7.172.817 1,26 6.341.377 19,26 25270-22,30 44.844 0,25 2012 8.803.249 22,73 7.693.489 21,32 20702-18,08 31.809-29,07 2013 9.796.844 11,29 8.410.419 9,32 31877 53,98 21.085-33,71 2014 9.592.658-2,08 8.371.094-0,47 22876-28,24 40.336 91,30 2015 11.873.189 23,77 11.483.174 37,18 15625-31,70 22.952-43,10 2016*) 4.221.377-64,45 3.170.684-72,39 3633-76,75 4.949-78,44 2003-2016 8.410.701 91,47 6.145.069 108,35 28.198 117,86 36.320 108,59 2012-2016 8.857.463-7,87 7.825.772-6,59 18.943-20,68 24.226-15,99 Sumber : BPS diolah Pusdatin Ekspor Rata-rata Pertumbuhan Import (Ton) 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Dunia, Tahun 1980-2014 Tahun Luas Panen (Ha) Pertumbuhan (%) Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan (%) Produksi (ton) 1980 13.601.254 91.267 124.135.066 Pertumbuhan (%) 1981 13.772.712 1,26 92.584 1,44 127.513.877 2,72 1982 13.981.153 1,51 92.159 (0,46) 128.849.568 1,05 1983 13.599.652 (2,73) 93.301 1,24 126.886.287 (1,52) 1984 14.131.803 3,91 94.284 1,05 133.239.818 5,01 1985 13.833.337 (2,11) 98.207 4,16 135.852.865 1,96 1986 13.939.934 0,77 96.290 (1,95) 134.228.164 (1,20) 1987 14.179.075 1,72 97.422 1,18 138.134.704 2,91 1988 14.652.164 3,34 98.878 1,49 144.878.275 4,88 1989 15.354.632 4,79 99.570 0,70 152.885.746 5,53 1990 15.477.596 0,80 147,10 (99,85) 227.670.237 48,92 1991 15.306.905 (1,10) 149,85 1,87 229.377.011 0,75 1992 15.472.396 1,08 147,33 (1,69) 227.949.782 (0,62) 1993 15.427.514 (0,29) 158,78 7,77 244.956.043 7,46 1994 15.037.381 (2,53) 155,09 (2,32) 233.221.204 (4,79) 1995 15.376.664 2,26 164,84 6,29 253.472.848 8,68 1996 15.355.043 (0,14) 173,26 5,11 266.039.051 4,96 1997 15.167.626 (1,22) 147,69 (14,76) 224.014.265 (15,80) 1998 15.185.315 0,12 164,88 11,64 250.376.860 11,77 1999 15.695.660 3,36 174,13 5,61 273.305.995 9,16 2000 15.647.517 (0,31) 164,45 (5,56) 257.329.063 (5,85) 2001 15.216.757 (2,75) 164,28 (0,10) 249.984.729 (2,85) 2002 14.670.278 (3,59) 170,46 3,76 250.063.518 0,03 2003 14.495.716 (1,19) 164,70 (3,38) 238.742.711 (4,53) 2004 14.238.009 (1,78) 166,25 0,94 236.701.322 (0,86) 2005 13.631.014 (4,26) 169,20 1,78 230.634.186 (2,56) 2006 11.791.143 (13,50) 159,49 (5,74) 188.058.738 (18,46) 2007 11.821.678 0,26 149,80 (6,08) 177.082.828 (5,84) 2008 11.754.450 (0,57) 155,69 3,94 183.007.722 3,35 2009 11.925.567 1,46 151,71 (2,56) 180.921.236 (1,14) 2010 11.961.783 0,30 148,54 (2,09) 177.681.573 (1,79) 2011 11.734.315 (1,90) 154,20 3,81 180.939.827 1,83 2012 11.180.722 (4,72) 155,49 0,84 173.845.369 (3,92) 2013 11.394.193 1,91 152,22 (2,10) 173.439.054 (0,23) 2014 11.412.796 0,16 153,70 0,98 175.417.596 1,14 Rata-rata 1980-2014 13.926.393 (0,46) 27.369,29 (2,44) 195.738.204 1,47 2010-2014 11.536.762 (1,14) 152,83 0,88 176.264.684 (0,30) Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

Lampiran 13. No Sepuluh Negara Dengan Luas Panen Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014 Tahun Rata-rata Luas Negara Share (%) Panen (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 1 China 3.554.271 3.490.913 3.363.505 3.358.323 3.382.932 3.429.989 29,73 29,73-1,21 2 China, mainland 3.544.690 3.481.820 3.353.940 3.348.660 3.372.800 3.420.382 29,65 59,38-1,22 3 Nigeria 1.100.000 1.100.000 1.115.000 1.120.000 1.241.810 1.135.362 9,84 69,22 3,17 4 United Republic of Tanzania 576.220 699.073 651.216 788.603 693.190 681.660 5,91 75,13 5,87 5 Uganda 620.000 531.790 452.000 452.000 454.000 501.958 4,35 79,48-7,20 6 Indonesia 181.073 178.121 178.295 161.850 156.677 171.203 1,48 80,96-3,49 7 Angola 156.594 159.528 121.776 163.433 168.700 154.006 1,33 82,30 3,91 8 Madagascar 129.000 154.000 154.000 155.000 155.000 149.400 1,29 83,59 5,01 9 Viet Nam 150.800 146.821 141.521 135.489 130.537 141.034 1,22 84,82-3,54 10 Papua New Guinea 120.000 120.000 120.000 122.000 122.220 120.844 1,05 85,86 0,46 Lainnya 1.829.135 1.672.249 1.529.469 1.588.835 1.534.930 1.630.924 14,14 100,00 Dunia 11.961.783 11.734.315 11.180.722 11.394.193 11.412.796 11.536.762 Sumber : FAO, diolah oleh Pusdatin Rata-rata Komulatif Pertumbuh Share (%) an (%) Lampiran 14. Sepuluh Negara Dengan Produktivitas Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Rata-rata Tahun 2010-2014 No Negara 2010 2011 2012 2013 2014 1 Réunion 31,72 30,65 32,67 32,67 33,67 32,27 2 Egypt 30,61 31,82 32,35 33,68 32,34 32,16 3 Senegal 33,33 26,40 25,00 24,67 24,67 26,81 4 Israel 33,48 32,60 7,06 44,36 12,89 26,08 5 Cook Islands 25,78 25,63 26,00 24,04 23,00 24,89 6 Ethiopia 9,01 7,60 28,46 33,40 45,48 24,79 7 Australia 24,73 24,55 24,71 24,57 24,14 24,54 8 Occupied Palestinian Terr 21,43 22,60 23,00 33,00 22,50 24,51 9 Mali 18,80 23,33 26,50 25,51 25,73 23,98 10 U S A 22,86 23,30 23,45 24,54 24,53 23,74 11 Indonesia (Ke 35) 11,33 12,33 13,93 14,75 15,21 13,51 Dunia 10,01 10,47 10,64 10,96 10,79 10,57 FAOSTAT FAO Statistics Division 2013 30 September 2013 Tahun Rata-rata Produktivitas (Ton/Ha) 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 15. Sepuluh Negara Dengan Produksi Ubi Jalar Terbesar di Dunia, Ratarata Tahun 2010-2014 No Negara 2010 2011 2012 2013 2014 1 China 74.381.745 75.567.929 71.415.579 70.741.161 70.963.630 72.614.009 41,20 41,20-1,13 2 China, mainland 74.172.496 75.362.000 71.195.000 70.526.000 70.731.680 72.397.435 41,07 82,27-1,14 3 Nigeria 3.300.000 3.300.000 3.400.000 3.450.000 3.478.270 3.385.654 1,92 84,19 1,33 4 United Rep of Tanzania 2.424.200 3.573.302 3.018.175 3.470.304 3.345.170 3.166.230 1,80 85,99 10,81 5 Indonesia 2.051.046 2.196.033 2.483.467 2.386.729 2.382.658 2.299.987 1,30 87,29 4,02 6 Uganda 2.838.000 2.554.000 1.852.000 1.810.000 1.863.000 2.183.400 1,24 88,53-9,21 7 Mozambique 920.000 860.000 2.655.191 1.468.575 1.313.380 1.443.429 0,82 89,35 36,74 8 Viet Nam 1.318.500 1.362.195 1.427.242 1.358.175 1.401.055 1.373.433 0,78 90,13 1,60 9 Ethiopia 736.349 390.135 1.185.050 1.782.725 2.701.599 1.359.172 0,77 90,90 64,68 10 U S A 1.081.592 1.223.068 1.201.200 1.124.230 1.341.910 1.194.400 0,68 91,58 6,06 Lainnya 14.457.645 14.551.165 14.012.465 15.321.155 15.895.244 14.847.535 8,42 100,00 Dunia 177.681.573 180.939.827 173.845.369 173.439.054 175.417.596 176.264.684 100 Sumber : FAO, diolah oleh Pusdatin Tahun Rata-rata Produksi (Ton) Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertmbhn (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

Lampiran 16. Perkembangan Ekspor Impor Ubi Jalar Dunia, Tahun 1980-2013 Tahun Import Quantity (tonnes) Pertumbuhan (%) Import Value (1000 $) Pertumbuhan (%) Export Quantity (tonnes) Pertumbu han (%) Export Value (1000 $) Pertumbuhan (%) 1990 250.419 53.939 701.855 99.088 1991 1.062.964 324,47 195.015 261,55 1.554.291 121,45 209.711 111,64 1992 769.116-27,64 147.647-24,29 1.217.055-21,70 171.508-18,22 1993 484.477-37,01 83.707-43,31 874.636-28,14 107.038-37,59 1994 680.752 40,51 100.389 19,93 1.276.621 45,96 142.130 32,78 1995 147.272-78,37 40.530-59,63 170.744-86,63 42.520-70,08 1996 64.507-56,20 31.147-23,15 71.581-58,08 28.177-33,73 1997 59.625-7,57 32.133 3,17 66.050-7,73 28.966 2,80 1998 76.972 29,09 37.487 16,66 71.413 8,12 36.001 24,29 1999 81.691 6,13 40.251 7,37 83.492 16,91 38.483 6,89 2000 91.855 12,44 40.049-0,50 96.506 15,59 45.462 18,14 2001 83.743-8,83 41.462 3,53 100.377 4,01 46.866 3,09 2002 104.667 24,99 48.638 17,31 101.464 1,08 50.787 8,37 2003 96.259-8,03 62.156 27,79 108.074 6,51 62.903 23,86 2004 120.010 24,67 85.604 37,72 139.928 29,47 80.449 27,89 2005 146.750 22,28 100.995 17,98 155.268 10,96 89.262 10,95 2006 158.560 8,05 122.628 21,42 157.610 1,51 95.196 6,65 2007 182.549 15,13 142.750 16,41 167.358 6,18 109.004 14,50 2008 213.929 17,19 149.626 4,82 194.720 16,35 127.011 16,52 2009 224.002 4,71 152.302 1,79 219.207 12,58 143.298 12,82 2010 246.684 10,13 175.521 15,25 233.445 6,50 159.487 11,30 2011 269.010 9,05 212.638 21,15 255.789 9,57 194.003 21,64 2012 276.285 2,70 212.512-0,06 265.184 3,67 185.852-4,20 2013 306.056 10,78 256.455 20,68 276.858 4,40 230.778 24,17 Rata-rata 1990-2013 258.256 14,73 106.899 15,81 356.647 5,16 105.166 9,33 2004-2014 264.407 8,16 201.886 14,25 250.097 6,04 182.684 13,23 Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 17. Sepuluh Negara Importir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013 No Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Canada 35.777 52.871 60.664 53.795 50.619 50.745 19,19 19,19 11,32 2 United Kingdom 38.974 42.617 45.299 52.090 66.128 49.022 18,54 37,73 14,40 3 Netherlands 20.433 20.242 26.806 27.856 32.096 25.487 9,64 47,37 12,66 4 Japan 14.903 16.248 17.300 19.585 21.710 17.949 6,79 54,16 9,89 5 Italy 13.445 15.265 10.884 12.914 14.274 13.356 5,05 59,21 3,50 6 Thailand 10.626 9.353 10.542 15.567 15.301 12.278 4,64 63,85 11,67 7 U S A 10.627 9.825 10.544 12.109 15.220 11.665 4,41 68,27 10,08 8 France 8.367 9.027 10.131 13.468 14.208 11.040 4,18 72,44 14,64 9 Malaysia 5.577 6.247 7.102 7.670 9.809 7.281 2,75 75,20 15,40 10 Singapore 7.133 6.384 6.064 6.948 7.428 6.791 2,57 77,76 1,49 11 Indonesia (ke 84) 51 33 25 21 21 30 0,01 77,78-18,88 Share (%) Lainnya 58.140 58.605 63.674 54.283 59.263 58.793 22,24 Dunia 224.002 246.684 269.010 276.285 306.056 264.407 100 Sumber : FAO, diolah oleh Pusdatin Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) Lampiran 18. Sepuluh Negara Eksportir Ubi Jalar Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013 Tahun No Negara Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 Share (%) Komulatif Share (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 U S A 67.194 91.375 104.761 111.976 128.231 100.707 40,27 40,27 18,01 2 China 26.293 25.819 24.926 25.148 19.870 24.411 9,76 50,03 (6,34) 3 China, mainland 26.090 25.589 24.690 24.801 19.443 24.123 9,65 59,67 (6,65) 4 Egypt 9.380 11.725 14.608 14.700 15.651 13.213 5,28 64,96 14,17 5 Netherlands 7.350 7.662 15.657 14.178 15.348 12.039 4,81 69,77 26,85 6 Dominican Republic 11.588 8.231 10.059 11.149 8.556 9.917 3,97 73,74 (4,80) 7 Indonesia 7.185 7.083 7.173 9.649 9.797 8.177 3,27 77,01 8,98 8 Honduras 4.796 4.191 5.735 7.451 7.181 5.871 2,35 79,35 12,63 9 Italy 5.877 6.799 3.416 4.107 4.566 4.953 1,98 81,33 (0,67) 10 Spain 532 1.452 4.686 6.902 9.246 4.564 1,82 83,16 119,23 Lainnya 52.922 43.519 40.078 35.123 38.969 42.122 16,84 Dunia 219.207 233.445 255.789 265.184 276.858 250.097 Sumber : FAO, diolah oleh Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

Lampiran 19. Perkembangan Harga Produsen Ubi Jalar Dunia, Tahun 2107-2014 Negara Harga Produsen 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata (US$/ton) Japan 2.268 2.699 2.228 1.652 1.846 2.139 Barbados 2.359 1.301 2.194 1.962 2.381 2.039 Cabo Verde 1.369 1.449 1.939 2.051 2.174 1.796 Maldives 1.719 1.447 1.432 1.497 1.742 1.567 Grenada 1.429 1.633 1.429 1.429 1.798 1.544 Israel 1.345 1.302 1.660 1.445 1.314 1.413 Australia 1.117 1.280 1.472 1.532 965 1.273 Jamaica 973 981 908 924 904 938 Suriname 940 902 779 897 765 857 Costa Rica 720 710 676 742 651 700 Sumber : FAO, diolah oleh Pusdatin 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian