BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas bukanlah masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin. memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

Gambaran Fertilitas Masyarakat Palu Yang Melakukan Pemeriksaan Analisa Kuantitatif Sperma di Laboratorium Kesehatan Palu

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

Infertilitas pada usia reproduksi dan penanganannya

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dasa warsa terakhir, angka keberhasilan teknik reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh. Mengontrol kehamilan secara rutin dan menjelaskan keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tahun berhubungan suami isteri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat tanpa memakai alat kontrasepsi tetapi tidak memperoleh kehamilan atau keturunan (Dohle et al., 2010). Di Indonesia, persoalan pasangan infertil ini sudah mulai mendapat perhatian yang lebih serius dalam ilmu kedokteran. Belum atau tidak mendapatkan keturunan merupakan masalah pasangan suami istri. Namun keadaan infertilitas tersebut, selain merupakan masalah suami dan istri, juga merupakan masalah sosial suatu bangsa. Infertilitas sering menimbulkan masalah kejiwaan. Gangguan kejiwaan, selain dapat merusak kebahagiaan rumah tangga, juga menurunkan produktivitas kerja yang bersangkutan. Karena itu, penanganan masalah infertilitas dari berbagai ilmu pengetahuan sangat diperlukan (Lackner et al., 2010). 1

Faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa mungkin terdapat pada pihak suami, istri, atau keduanya. Adapun faktor yang terlibat diantaranya adalah faktor genetik, umur, infeksi, autoantibodi, defisiensi testosteron, hipogonadisme, kanker, faktor lingkungan, efek samping pengobatan, ejakulasi retrogad, vasektomi, varikokel, dan sebab-sebab lain yang belum diketahui (Dohle et al., 2010). Menurut Zafar et al. (2001) pria berpengaruh 30-40% dalam menyebabkan kondisi infertilitas pada suatu pasangan. Walaupun demikian, di kalangan masyarakat masih terdapat anggapan bahwa pihak istri merupakan penanggung jawab terhadap adanya suatu keadaan infertilitas. Dalam kenyataannya, infetilitas yang disebabkan karena kelainan pihak pria tidak kalah banyaknya dari kelainan pihak wanita. Karena itu dalam meninjau masalah infertilitas penting sekali untuk memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh baik dari suami maupun istri. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab infertilitas pada pria, dapat dilakukan analisis sperma. 2

Menurut World Health Organization (2010), analisis sperma merupakan baku emas diagnosis infertilitas atau subfertilitas pada pria, sedangkan untuk parameter yang diukur meliputi volume sperma >1,5 ml, konsentrasi sperma >15 juta/ml, motilitas sperma progresif (kelas a+b) 32%, morfologi sperma >4 normal, ph sperma >7,2, dan jumlah leukosit <1.0 x 10⁶ per ml semen. Tujuan dari analisis sperma sendiri adalah untuk mengetahui kondisi dari sperma tersebut dimana hasilnya dapat menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil. Namun analisis sperma WHO ini umumnya dilakukan dengan memeriksa 100-200 spermatozoa menggunakan mikroskop cahaya dan analisisnya dapat terjadi bias yang berhubungan dengan subyektivitas yang disebabkan oleh variasi intra dan interlaboratorium. Sebagai konsekuensinya terjadi angka prediksi akurat yang rendah (Tandara et al., 2013) Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan fertilisasi oleh spermatozoa. Selain itu banyak pula penelitian yang mencari tahu tentang faktor apa saja yang berpengaruh pada kualitas sperma. Saat ini terdapat peningkatan data yang mengajukan hubungan antara kerusakan DNA sperma dan 3

infertilitas. Oleh karena itu disini penulis mengajukan untuk melakukan uji fragmentasi DNA serta mengetahui hubungan antara fragmentasi DNA dan kualitas sperma. Uji fragmentasi DNA merupakan pemeriksaan untuk menilai integritas nukleus DNA spermatozoa dan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Integritas DNA yang abnormal dapat juga menyebabkan gangguan pada perkembangan embrio namun tidak terlihat berhubungan dengan angka fertilisasi yang buruk (Agarwal et al., 2008). Menurut penelitian oleh Silva et al. (2006), pria dengan fragmentasi DNA makin tinggi (halo kecil/tidak ada) kemungkinan mengalami infertilitas menjadi semakin besar karena terjadinya fragmentasi DNA mungkin berhubungan dengan kualitas sperma yang salah satunya adalah morfologi sperma. Morfologi spermatozoa dapat menunjukan integritas DNA dan kualitas dari spermatozoa terutama pada bentuk kepala sperma. Dari hasil penelitian Agarwal et al. (2008) terdapat korelasi positif antara fragmentasi DNA terhadap morfologi sperma. 4

Fertilitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas sperma. Menurut Guyton & Hall (2007), orang yang memiliki jumlah sperma normal tetapi tetap infertil, dikaitkan dengan kelainan fisik atau struktural dari spermatozoa tersebut. Namun ada juga yang mengatakan bahwa sperma terlihat normal secara struktural, tetapi dengan alasan yang tidak dimengerti, sperma tersebut tidak dapat melakukan fertilisasi. Penjelasan ini menunjukan adanya peran penting spermatozoa terhadap keberhasilan implantasi (Brazil et al., 2010). I.2 Rumusan Masalah Angka infertilitas sperma dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain dari faktor internal adalah proses pembentukan spermatozoa, umur, dan penyakit yang diderita sedangkan untuk faktor eksternal yang berpengaruh adalah adanya paparan radiasi obat-obat tertentu yang berpengaruh pada spermatozoa, dan gaya hidup seseorang. Analisis sperma umumnya dilakukan untuk mengevaluasi kondisi dari spermatozoa, sesuai parameter yang telah ditentukan oleh WHO. Dimana 5

tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada spermatozoa. Namun, banyak kekurangan pada analisis sperma. Hal ini dikarenakan analisis sperma yang mengacu pada WHO ini hanya memeriksa parameter tertentu saja dari spermatozoa dan tidak menjelaskan tentang mekanisme terjadinya kerusakan tersebut. Saat ini banyak penelitian yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara indeks fragmentasi DNA dengan parameter sperma khususnya pada kepala spermatozoa dan meningkatkan kondisi infertil pada pria. Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fragmentasi DNA terhadap morfologi sperma terkait kasus infertilitas pada pria. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fragmentasi DNA sperma dan morfologi sperma terkait kasus infertilitas pada pria. 6

I.4 Keaslian Penelitian Cassuto et al. (2012) melakukan penelitian tentang hubungan antara fragmentasi DNA terhadap morfologi dan motilitas sperma. Studi ini dilakukan pada 26 populasi pria infertil di Prancis dengan masalah oligoastenoteratospermia dan kegagalan pada program bayi tabung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara fragmentasi DNA dan parameter sperma dengan metode tes Sperm Chromatin Dispersion (SCD). Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah meneliti hubungan antara fragmentasi DNA sperma dan paramater sperma terutama pada morfologi sperma. Subyek yang penulis teliti adalah sejumlah 28 orang pria yang mengeluhkan infertilitas dan pasien yang ingin menjalani program bayi tabung di klinik Permata Hati, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian terdahulu dengan yang akan penulis lakukan adalah jumlah sampel, ras, dan tempat penelitian. 7

I.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hubungan antara fragmentasi DNA dengan morfologi sperma terkait kasus infertilitas pada pria. 2. Mengetahui pengaruh variabel perancu yaitu jumlah leukosit terhadap fertilitas pria. I.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara fragmentasi DNA terhadap morfologi sperma pada kasus infertilitas pria. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pustaka untuk penelitian selanjutnya. 8