IFFATUZ ZUHDAH NIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB IV ANALISIS. Pada perancangan objek Sentral Wisata Kerajinan Rakyat memiliki fungsi

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. arsitektur di Indonesia adalah masuknya pola arsitektur modern yang diadopsi dari

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB I PENDAHULUAN. dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. dibutuhkan salah satu metode yang dapat memudahkan perancangan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab 5. Konsep. dan penggabungan dari beberapa alternatif dari suatu analisis. Konsep suatu objek

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PERANCANGAN

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

INTEGRASI KONSEP ISLAMI PADA PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN RISET DAN TEKNOLOGI BAMBU DI KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

PERANCANGAN MUSEUM AGRO-HISTORY SUROWONO KABUPATEN KEDIRI TEMA : HISTORICISM TUGAS AKHIR. Oleh: MIMIN AMINAH YUSUF NIM

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah melupakan sejarahnya. Islampun sering menyinggung tentang hal ini,

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

PERANCANGAN HOTEL RESORT WISATA ORGANIK DI KOTA BATU Tema : Sustainable Architecture TUGAS AKHIR FANBRIAN RACHMAT SEJATI NIM.

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB V KONSEP RANCANGAN. mulai dari konsep dasar, konsep tapak, konsep ruang, dan konsep bentuk.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mengandungi elemen, dari dan ke atau daripada dan kepada. Maka hijrah

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB I PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI SURAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Objek. Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah area ruang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB I PENDAHULUAN I.1

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

PENDEKATAN HISTORICISM DENGAN INTEGRASI KEISLAMAN Studi Kasus: Perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat Oleh: IFFATUZ ZUHDAH NIM. 10660044 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015

PENDEKATAN ARSITEKTUR HISTORICISM DENGAN INTEGRASI KEISLAMAN Studi Kasus: Perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat Iffatuz Zuhdah Teknik Arsitektur, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Indonesia Kerajinan yang merupakan suatu keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan dan pendidikan dalam mengenalkan budaya sehingga dapat memunculkan nilai-nilai budaya di lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan, proses pembelajaran salah satunya dengan mencontoh dan mengambil pelajaran dari para pendahulu, termasuk dalam kesejarahan yang menjadi awal mula perkembangan kebudayaan saat ini. Al-Qur an mengatakan pentingnya kisah sejarah agar dapat diambil pelajaran dan hikmah berharga darinya, hal tersebut juga berarti dalam agama Islam pun mengajarkan untuk tidak melupakan sejarah dan memerintahkan pemeluknya untuk berkaca dan belajar pada sejarah. Historicism menjadi salah satu pemilihan tema yang ditujukan untuk meyatukan sejarah dengan objek sentral wisata kerajinan rakyat. Sentral wisata dengan tujuan menggugah masyarakat akan peran kerajinan yang juga menjadi sarana berkembangnya sejarah dari zaman dahulu yaitu dengan menggunakan tema Historicism. Tema Historicism dengan mengambil pembabakan cerita sejarah Singosari menjadi landasan lokasi tapak yang berada di area wisata sejarah di Singosari sehingga dapat mengapresiasi kerajinan dan memunculkan kembali cuplikan sejarah yang ditampilkan pada objek rancangan. Kerajinan Rakyat merupakan keterampilan manusia dalam mengolah bahan untuk menghasilkan suatu benda pakai atau benda estetis. Proses dan pengerjaan kerajinan yang tradisional, bahkan yang berkembang dengan proses mesin atau fabrikasi tidak lepas dari awal mula munculnya kerajinan yang dilakukan secara turun temurun. Untuk mewadahi proses dan pengembangan kerajinan rakyat serta menjadi ruang bersama bagi para pengrajin, sentral ini dirancang agar dapat mengapresiasi keanekaragaman ketrampilan kerajinan. Zuhdah, Iffatuz. 2015. Perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat di Singosari. Dosen Pembimbing Luluk Maslucha, ST, MSc. dan Pudji Pratitis Wismantara, MT. Kata kunci: Perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat di Singosari, Historicism.

I. Latar Belakang Latar Belakang Objek Kebutuhan manusia akan benda pakai menjadi salah satu faktor pendorong manusia untuk menciptakan suatu bentuk karya untuk menunjang keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta bahan sederhana, dengan keterampilan seseorang dalam mengolah bahan baku sehingga menjadi suatu barang pakai penunjang kehidupan dan terbentuklah kerajinan. Kerajinan yang diproduksi secara tradisional, dalam artian keterlibatan manusia dalam pembuatannya masih sangat besar, bernilai cukup tinggi dikarenakan dalam pembuatannya dibutuhkan keterampilan seseorang yang ulet dan teliti. Disamping itu, masing-masing pengrajin memiliki masingmasing keahlian yang menciptakan keberagaman hasil kerajinan. Jika disimpulkan, dengan adanya suatu karya kerajinan menunjukkan bahwa manusia sebagai pengrajin secara produktif menciptakan sarana interaksi sosial dalam bermasyarakat. Selanjutnya, dengan adanya interaksi sosial akan membentuk suatu proses pembelajaran dan pelestarian budaya kerajinan agar dapat lebih berkembang. Dalam al-qur an, ayat yang menerangkan bahwa bersosial merupakan salah satu perintah Allah SWT dalam proses berkehidupan. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah: 11) Ayat tersebut menjelaskan tidak adanya batas ruang dalam menggali ilmu dan belajar yang dapat dipelajari dari para pendahulu. Kerajinan yang merupakan suatu keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan dan pendidikan dalam mengenalkan budaya sehingga dapat memunculkan nilai-nilai budaya di lingkungan masyarakat. Latar Belakang Tema Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema Arsitektur Historiscism, yang secara garis besar berarti kembali ke gaya sejarah dengan tujuan agar dapat memunculkan lagi nilai-nilai ketradisionalan dan latar belakang dari kerajinan yang peranannya tidak lepas dari kesejarahan dan tokoh-tokoh terdahulu yang ingin melestarikan kerajinannya sebagai kekhasan suatu daerah. Selain itu, kerajinan juga digunakan sebagai media yang menceritakan masa lalu. Salah satu bukti adanya peranan sejarah masa lalu yaitu dengan terdapatnya peninggalan puing-puing yang membawa cerita masing-masing sehingga kisah yang 1

berlangsung sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang menjadi peninggalan masa lalu sebagai identitas suatu daerah juga menjadi tujuan pariwisata seperti Candi Tumapel juga Arca Dwarapala yang terletak di Kecamatan Singosari menjadi landasan pemilihan lokasi Sentral Wisata Kerajinan Rakyat ini. Singosari yang terkenal dengan sejarah Ken Arok dan Ken Dedes yang nantinya pembabakan dari ceritanya akan menjadi acuan dalam perancangan dengan tema Historicism. Perancangan Sentral Wisata yang mengacu pada tema Historicism dengan mengambil tiga pembabakan sejarah Singosari yang akan dimunculkan dalam perancangan. II. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dari perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang di Singosari adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana rancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang yang apresiatif, edukatif, dan rekreatif? 2. Bagaimana rancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang dengan menerapkan tema historicism di dalamnya? III. Tujuan Tujuan dari perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang yaitu: 1. Untuk menghasilkan rancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang yang apresiatif, edukatif, dan rekreatif. 2. Untuk menghasilkan rancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat khas Malang dengan menggunakan pendekatan historicism arsitektur di dalamnya. IV. Tinjauan Pustaka Sentral Wisata kerajinan rakyat merupakan suatu tempat yang dikhususkan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kerajinan, mulai dari proses pengerjaan dan pameran, sampai dengan perdagangan kerajinan. Wisata tersebut ditujukan untuk mengapresiasikan keterampilan para pengrajin dalam mengembangkan dan memperkenalkan kerajinan kepada publik. Kata sentral dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan, kata sentral berarti pusat, yang dipusatkan, atau yang menjadi pusat (KBBI). Sementara itu, kata Wisata dalam KBBI diartikan sebagai bepergian dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb. Sedangkan wisata yang diterapkan pada judul perancangan ini ditujukan sebagai tetapan fungsi objek sebagai tempat yang dapat dijadikan tujuan untuk ber wisata. Selain itu lokasi yang ditetapkan berdekatan dengan objek wisata lain, sehingga wisata dapat pula diartikan sebagai rangkaian objek yang dapat dikunjungi secara berurutan dalam daerah tersebut. Tindakan berupa kegiatan yang dimulai dari berfikir, merancang hingga mewujudkan benda-benda bernilai, yang sebenarnya untuk memenuhi suatu kebutuhan sebagai hasil dari olah cipta, olah akal, olah rasa dan karsa. Setiap orang tentu ada keinginan untuk bisa 2

mengungkapkan tentang perasaan, gagasan, tanggapan, pendapat, sikap dan pengalamannya sebagai naluri yang sebenarnya telah diwarisi secara turuntemurun (Mulyadi, 2013). a. Pengertian Historicism Menurut Charles Jenks menerangkan bahwa adanya perkembangan arsitektur yang menyimpang dari fungsionalisme arsitektur modern. Enam aliran arsitektur post-modern menurut Jenks, antara lain : Historicism, Straight Revitalism, Neo Vernacular, Urbanist, Metaphor/metaphysic, Post Modern Space. Historicism dapat dilihat sebagai penutup dari arsitektur klasik. Karakteristik historicism adalah kesatuan. Aliran ini menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern, misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan bahan beton tetapi diberikan ornamen. Dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan Rakyat di Singosari, penerapan tema Historicism dengan penerapan pembabakan sejarah Singosari untuk memunculkan kesan kesejarahan awal mula Singosari. Simbolik sejarah Singosari yang sangat kentara dengan kondisi fisik yang dapat dijadikan acuan perancangan tema Historicism yaitu Candi Singosari. Ciri-ciri yang dapat diambil dari tema Historicism adalah: 1. Mengambil nilai sejarah 2. Pengambilan bentuk lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda 3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern 4. Mengambil bentukan khas dari negara N o 1. 2. 3. masing-masing (periode sejarah, tempat geografis dan budaya lokal). Periode Sejarah Era Konflik Era rekonsil iasi Era pemersa tuan Nusanta ra Aspek Sejarah Perebutan kekuasaan dengan latar belakang balas dendam Penyelesaian konflik antar penerus kerajaan dengan bekerjasama antara dua kubu untuk menstabilkan negeri Ekspedisi Pamalayu, memperkuat hubungan Singosari- Melayu Aspek Historicis m Nilai sejarah yang mencerita kan proses berdirinya Singosari Kompone n klasik, dengan penyelesa i-an modern. Bentukan khas dari Negara masingmasing b. Tinjauan Kajian Keislaman Aplikasi peranca ngan Menam pilkan karakter ragawi dan tanraga wi Menam pilkan keserasi an antara dua hal berbeda Menam pilkan karakter daerah Melayu dipaduk an dengan karakter khas Singosa ri Aspek Arsitektur al Bentuk dan warna saling kontras, menyesua ikan watak pelaku sejarah pada pembabak an konflik Meredaka n kontras dengan bentuk dan warna yang lebih ringan Perpadua n langgam dan ornament asi masingmasing daerah Kerajinan yang merupakan suatu keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan dan pendidikan dalam mengenalkan budaya sehingga dapat memunculkan nilai-nilai budaya di lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan, proses pembelajaran salah satunya dengan mencontoh dan mengambil pelajaran dari para pendahulu, 3

termasuk dalam kesejarahan yang menjadi awal mula perkembangan kebudayaan saat ini. Dalam menggali ilmu dan belajar yang dapat dipelajari dari banyak hal yang sudah terjadi sebelumnya. Dalam al-qur an pun dijelaskan pentingnya mempelajari contohcontoh dari orang-orang terdahulu, seperti pada Surat An-Nur ayat 34, Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayatayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orangorang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orangorang yang bertakwa. (QS An-Nur: 34) Sama halnya dengan Sejarah yang diterapkan, era konflik yang dijadikan acuan perancangan dimaksudkan untuk menunjukan bahwa perselisihan tidak membawa kebaikan apapun. Selanjutnya yang nantinya akan disampaikan sebagai pesan terutama bagi pengguna objek Wisata Kerajinan Rakyat. Ayat tersebut juga dijelaskan pada kitab tafsir Jalalain, Harun (2010:611) menjelaskan: Allah menerangkan ayat-ayat yang nyata, dan perumpamaanperumpamaan. Serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Dan pelajaran itu dikhususkan bagi orangorang yang bertakwa karena merekalah yang mau mengambil manfaatnya. Dalam penafsiran tersebut, tidaklah disebut sebagai seorang muslim jika seorang tersebut tidak mau belajar dalam segala hal apapun termasuk dari para pendahulunya. c. Kajian nilai-nilai Islam dalam Historicism Pengembangan untuk melestarikan dan mempertahankan usaha para pendahulu, salah satunya dalam hal kerajinan kreativitas dapat dimulai dengan mengenal dan mempelajari awal mula dan proses kerajinan. Untuk mengenal awal mula kesejarahan kerajinan yaitu dengan proses sosial dan interaksi. Kegiatan-kegiatan yang bersifat menghasilkan sesuatu seperti kerajinan pada umumnya dilakukan dengan bergotong royong dan saling membantu dalam proses pembuatannya, sehingga proses sosial antar manusia berlangsung dengan baik. Sedangkan untuk penerapan tema pada era konflik, diharapkan dapat menjadi contoh bahwa peselisihan tidak dapat mempertahankan sesuatu apapun. V. Pembahasan a. Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan sarana pengenalan proses produksi kerajinan kepada pengunjung secara langsung. Rancangan dengan tema Remodel Historic Keeps the Ambience Alive dengan penerapan prinsip-prinsip historicism, arsitektur, sejarah dan dasar keislaman yang menjadi bagian dari bangunan objek rancangan. b. Hasil Rancangan Tapak 4

Pola Tatanan Massa Rancangan sirkulasi pengunjung yang diarahkan pada setiap ruang yang ada sehingga hampir semua ruang-ruang yang ada dibentuk dan difungsikan menjadi ruang publik. Dari ruang publik yang ada, akan dibagi menjadi ruang publik yang bersifat literal dan ruang publik yang bersifat bersama. Ruang publik yang bersifat literal merupakan ruang publik dengan aktivitas publik namun aktivitas masih dapat dilakukan oleh pelaku tunggal, sedangkan ruang publik yang bersifat bersama merupakan ruang publik yang melibatkan pelaku aktivitas dengan jumlah lebih dari satu. Terdapat juga ruang produksi yang bersifat privat bagi pengrajin dan pengelola, pengunjung dapat melihat dan menyimak pada proses aktivitasnya namun tidak dapat terlibat di dalam proses produksi kerajinan. Rancangan Wisata ini membentuk suatu jalur koridor panjang yang dimaksudkan untuk memberikan suasana suatu perjalanan sesuai dengan pembabakan sejarah yang diambil. Dengan menjelajahi setiap ruang yang untuk mendapatkan makna yang terdapat pada setiap pembentukan ruang bangunan. Alur sirkulasi pengunjung yang linier menjadi salah satu ciri dari objek wisata ini, disamping itu tampilan dari objek wisata kerajinan rakyat menjadi bagian dari daya tarik pengunjung. Penzoningan c. Hasil Rancangan Bangunan Bentuk Bangunan Bentuk dasar bangunan yang mengadaptasi unsur ruang candi singosari dengan empat sisi bangunan yang menonjol, pada bagian ini bangunan dijadikan sebagai fungsi utama objek rancangan yaitu sebagai ruang produksi kerajinan. Bentuk tersebut berada pada zona konflik sehingga 5

menampilkan bentuk yang cukup distorsi dari bentuk candi yang diambil. pada garis merah. Alur zonase pada bangunan terarah Untuk zona selanjutnya yaitu zona rekonsiliasi yang bermakna peredaan konflik ditampilkan dengan bentuk yang sama dengan zona konflik tetapi dengan bentuk yang sedikit lebih teratur. Berlanjut ke bangunan pada zona pemersatuan nusantara, bentuk bangunan sedikit mengambil bentuk kemiringan atap dari atap Melayu, wilayah kerajaan yang bekerjasama dengan kerajaan Singosari pada sejarahnya. Bentuk bangunan yang lebih luas dengan atap yang menaungi beberapa aktivitas pada ruang bersama di bawahnya. Fasad Bangunan Adanya ornamentasi Melayu pada setiap selubung bangunan menjadi salah satu menerapan adanya unsul Melayu pada objek rancangan. Pada tampilan bangunan untuk mendukung suasana zonase pembabakan sejarah, ada beberapa bagian bangunan yang beralur. Pada zona konflik, fasad dari bangunan yang berbentuk distorsi dengan warna ornamentasi yang mencolok sehingga memunculkan suasana gertakan namun tetap menjadi daya tarik pengunjung menuju sentral wisata. Pada zona rekonsiliasi, menjadi zona peredaan konflik, ditampilkan dengan ornamentasi dengan warna yang tidak begitu mencolok namun masih kontras dengan bangunan secara keseluruhan. Suasana dalam bangunan juga menjadi pengarah yang berfungsi sebagai penghubung menuju zona selanjutnya. 6

pengrajin dan pengunjung pada area yang sama namun berada pada ruang yang berbeda. Zona pemersatuan nusantara dengan bentuk yang mengadaptasi kemiringan bentuk atap Melayu dengan warna ornamentasi yang lebih tenang pada tampilan fasad, bentuk bangunan yang tampak lebih menyatu pada selubung bangunan menaungi kegiatan dan aktivitas di dalamnya. Zona rekonsiliasi Penataan ruang pada zona rekonsiliasi berada di jembatan penghubung yang hanya sebagai jalur bagi pengunjung menuju zona selanjutnya. Tidak ada fungsi lain pada jembatan sehingga dapat memperkuat suasana perpindahan dari zona sebelumya menuju zona selanjutnya. d. Hasil Rancangan Ruang Zona Konflik Tatanan ruang pada zona konflik dengan fungsi produksi dan area pameran, fungsi ruang yang memiliki tingkat kebisingan tinggi untuk mendukung suasana konflik. Selain itu sirkulasi produksi yang utama pada zona konflik yaitu bada bagian depan bangunan berada pada lantai satu. Entrance pengunjung terletak pada zona konflik, pengunjung dapat menyimak proses kerajinan sebagai fungsi edukasi, dengan bembatas kaca sehingga suasana produksi dapat dirasakan pengunjung namun tetap tidak mengganggu proses produksi para pengrajin. Suasana konflik juga dapat muncul pada kondisi Suasana dengan ornamentasi yang cukup kontras dapat menjadi pengarah bagi pengunjung. Selain itu fungsi sirkulasi pada jembatan memberikan kondisi yang mulai tenang jika dibandingkan dengan zona konflik sebelumnya. Zona pemersatuan nusantara Zona nusantara menjadi bagian bangunan yang fungsinya mengharuskan 7

pengunjung menyatu dalam artian berinteraksi dengan pengrajin, pengelola dan/atau penjual. Pada zona ini pengunjung berinteraksi dengan pengrajin pada ruang workshop (lantai 1) jika pengunjung ingin mengikuti beberapa langkah produksi kerajinan. Pengunjung berinteraksi dengan penjual pada area jual-beli dan restoran (lantai 2) atau fungsi berjamaah yang bersifat kebersamaan pada musholla (lantai 3) sehingga zona pemersatuan nusantara menjadi area publik dengan sifat ruang bersama. Basyir, Dr. Hikmat. 2011. At-Tafsir al- Muyassar. Solo: Daar An-Naba Faisal, Gun dan Wihardyanto Dimas. 2013. SELEMBAYUNG SEBAGAI IDENTITAS KOTA PEKANBARU: KAJIAN LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU. Indonesian Journal of Conservation Harun, M. Yusuf.2010. Tafsir al-jalalain. Surabaya: Pustaka ELBA Kusno, Abidin. 2007. DI BALIK PASCAKOLONIAL : Arsitektur, Ruang Kota, dan Budaya Politik Indonesia. Airlangga University Press Mangunwijaya, Y.B. 2009. Wastu Citra. Jakarta: Gramedia Setiawan, Adi. 2012. (online). http://malang.indonetwork.co.id/comp/ Kerajinan_&_Sovenir/Kerajinan_Fibe r/0.html. [Oktober, 2013] Salah satu suasana kenusantaraan yang bersifat meluas dimunculkan pada restoran dengan tampilan yang dapat melihat area luar bangunan dengan memunculkan suasana lebih luas dari dalam bangunan. VI. Daftar Pustaka Abdullah, Dr. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Kairo: Muassasah Daar al-hilal Al-Jazairi, Syeikh Abu Bakar Jabir. 2008. Tafsir al-aisar. Jakarta: Darus Sunnah Press Antoniades, Anthony C. 1992. Poetics of Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold Suwardono. 2001. Candi Singosari. Malang Utomo, Agus Mulyadi. 2013. (online). http://goesmul.blogspot.com. [Oktober, 2013] Utomo, Yunanto Wiji. 2006. (online). http://www.yogyes.com/id/yogyakartatourism-object/market/gabusan. [Nopember, 2013] Wibowo, Agung Cahyo. 2011. (online). http://malangan.com/sejarah-topengmalangan. [Oktober, 2013] Wibowo, Budi Santoso. 2001. Sejarah Kerajaan Singosari (Berdirinya Hingga Runtuhnya. Malang Yuliana, Sri. 2012. (online). http://syiarchitecture.blogspot.com/2009/11/teo ri-ruang-lingkup-sejaraharsitektur_23.html. [Nopember, 2013] 8