ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO Fendy 22210720 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Heru Suharjo, SE., MM
Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Tanpa adanya laba suatu perusahaan tidak akan mampu bertahan lama. Kemampuan untuk mencapai laba yang optimal dapat ditentukan oleh manajemen yang baik dalam perencanaan laba. Dengan menggunakan Break Even Point, perusahaan dapat mengetahui seberapa banyak produk yang harus dijual agar perusahaan berada dikondisi tidak rugi dan tidak untung. Dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil judul mengenai : ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO
Rumusan Masalah & Batasan Masalah Rumusan Masalah : 1. Berapakah kapasitas produk yang harus terjual agar perusahaan berada pada titik impas (Break Even Point)? 2. Berapakah maksimal volume penjualan yang boleh turun agar tidak mengalami kerugian (Margin of Safety)? 3. Berapakah volume penjualan yang harus dicapai perusahaan agar mencapai laba sasaran? Batasan Masalah : Untuk batasan masalah, penulis memfokuskan masalah hanya pada perhitungan Break Even Point (BEP), volume penjualan, biaya-biaya yang terjadi dalam pabrik tempe. Produk yang akan diteliti adalah tempe dan data yang digunakan adalah datadata selama bulan April 2013.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa perusahaan tersebut akan mencapai titik impas (Break Even Point). 2. Untuk mengetahui berapa batas aman perusahaan dalam melakukan penurunan volume penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian (Margin of Safety). 3. Untuk mengetahui berapa volume penjualan yang harus terjual agar sesuai dengan laba sasaran yang diharapkan perusahaan.
Pembahasan Volume Penjualan April 2013 Keterangan Jumlah Volume Penjualan 8000 unit Harga jual/unit Rp. 6.000 x Penjualan Rp. 48.000.000 Sumber : Pabrik Tempe Yanto
Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Tempe No. Jenis Bahan Baku Kuantitas Harga/Kg Total Biaya Bahan Baku 1 Kacang Kedelai 4000 7.500/Kg 30.000.000 2 Ragi Tempe 8 24.000/Kg 192.000 Biaya Bahan Penolong Tempe Sumber : Pabrik Tempe Yanto Jumlah Biaya Bahan Baku 30.192.000 No. Bahan Penolong Kuantitas Harga (satuan) Total Biaya 1 Tabung Gas 3 Kg 60 17.000 1.020.000 Biaya Pembungkus Tempe No. Pembungkus Kuantitas Harga/satuan Total 1 Daun Pisang 100 4.500/Ikat 450.000 2 Kantong Plastik 80 7.500/Kg 600.000 Biaya Listrik = Rp. 225.170 Jumlah Biaya Pembungkus Tempe 1.050.000
Biaya Variabel No. Keterangan Jumlah Biaya 1 Biaya Bahan Baku Rp. 30.192.000 2 Biaya Penolong Rp. 1.020.000 3 Biaya Pembungkus Tempe Rp. 1.050.000 4 Biaya Listrik Rp. 225.170 Jumlah Biaya Variabel Rp. 31.437.170 Biaya Variabel per unit = Jumlah biaya variabel Jumlah Produksi = Rp. 32.487.170 = Rp. 4.060,89625 8.000
Biaya Tetap Biaya Tenaga Kerja Langsung = 3 x Rp. 1.800.000 = Rp. 5.400.000 Biaya Depresiasi : Keterangan Harga Perolehan Nilai Sisa Umur Ekonomis Depresiasi Pertahun Depresiasi Perbulan Banyaknya Total Gedung 97.000.000 45.000.000 20 Tahun 2.600.000 216.700 1 Rp. 216.700 Mesin Giling 2.500.000 0 5 Tahun 500.000 41.700 2 Rp. 83.400 Drum Plastik 100.000 0 5 Tahun 20.000 1.700 4 Rp. 6.800 Drum Seng 100.000 0 2 Tahun 50.000 4.200 2 Rp. 8.400 Tatakan 30.000 0 5 Tahun 6.000 500 100 Rp. 50.000 Kompor 250.000 0 5 Tahun 50.000 4.200 2 Rp. 8.400 Jumlah Rp. 373.700 Biaya Abodemen listrik (Tetap) = Rp. 66.440 Jumlah Biaya Tetap = Rp. 5.840.140
Perhitungan Laba / Rugi April 2013 Keterangan Jumlah Tiap Satuan Total Penjualan Rp. 48.000.000 Rp. 6.000 Biaya Variabel Rp. 32.487.170 Rp. 4.060,89625 Margin Kontribusi Rp. 15.512.830 Rp. 1.939,10375 Biaya Tetap Rp. 5.840.140 Laba Bersih Rp. 9.672.690
Break Even Point Marjin Kontribusi / unit = harga jual/unit biaya variabel/unit = Rp. 6.000 Rp. 4.060,89625 = Rp. 1.939,10375 (Rp. 1939) Rasio Marjin Kontribusi = Marjin Kontribusi x 100% Penjualan = Rp. 15.512.830 x 100% Rp. 48.000.000 = 32,3183958 % (32,3 %) BEP (Q) = Biaya Tetap Margin Kontribusi / Unit = Rp. 5.840.140 Rp. 1.939,10375 = 3.011,772836 (3.012 unit) BEP (Rp) = Biaya Tetap Rasio Marjin Kontribusi = Rp. 5.840.140 32,3183958 % = Rp. 18.070.637,03
Grafik Grafik BEP dan Laba April 2013
Margin Of Safety Penjualan bulan April 2013 = Rp. 48.000.000 Penjualan pada titik impas = Rp. 18.070.637 Margin of Safety dalam Rupiah (Rp) = Anggaran penjualan BEP = Rp. 48.000.000 Rp. 18.070.637 = Rp. 29.929.363 Margin of Safety dalam persen (%) = MoS dalam rupiah Penjualan yang dianggarkan = Rp. 29.929.363 Rp. 48.000.000 = 0,623528395 = 62,4%
Perencanaan Laba Kenaikan laba yang diinginkan = 20% x Laba bersih bulan April 2013 = 20% x Rp. 9.672.690 = Rp. 1.934.538 Laba yang diinginkan = Kenaikan laba + Laba bersih April 2013 = Rp. 1.934.538 + Rp. 9.672.690 = Rp. 11.607.228 Volume Penjualan (Unit) = Rp. 5.840.140 + Rp. 11.607.228 Rp. 6.000 Rp. 4.060,89625 = Rp. 17.447.368 Rp. 1.939,10375 = 8.997,645433 (8.998 Unit) Volume Penjualan (Rp) = Rp. 5.840.140 + Rp. 11.607.228 32,3183958 % = Rp. 53.985.872,65
Kesimpulan & Saran Kesimpulan: 1. Perusahaan akan mengalami Break Even Point pada saat produk terjual sebanyak 3.012 unit atau sebesar Rp. 18.070.637,03. 2. Bila berdasarkan penjualan Bulan April 2013, Margin of Safety adalah Rp. 29.929.363 atau 62,4%. 3. Perusahaan menargetkan kenaikan laba sebesar Rp. 11.607.228. Untuk itu, perusahaan harus melakukan penjualan sebanyak 8.998 unit atau sebesar Rp. 53.985.872,65. Saran: Perusahaan sebaiknya menggunakan Break Even Point agar dapat mengetahui batas yang harus diproduksi dan dijual perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Perusahaan harus melakukan langkah-langkah atas strategi pemasaran yang baik guna menunjang realisasi laba yang diinginkan.