UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer

Penggunaan Limbah Kopi Sebagai Bahan Penyusun Ransum Itik Peking dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

KUALITAS FISIK, KADAR AIR, DAN SEBARAN JAMUR PADA WAFER LIMBAH PERTANIAN DENGAN LAMA SIMPAN BERBEDA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Daya Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi Pedet

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

Uji Daya Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi Pedet

PEMANFAATAN KLOBOT JAGUNG SEBAGAI WAFER RANSUM KOMPLIT UNTUK DOMBA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

MATERI DAN METODE. Materi

UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

MATERI DAN METODE. Materi

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PENAMBAHAN BENTONIT DAN AIR PANAS PADA SIFAT FISIK RANSUM BENTUK PELET SKRIPSI EDO JENDRA ESA ROZY

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG SKRIPSI FAUZAN LATIEF

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

Persentase Karkas Itik Peking yang Diberi Pakan dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit Mengandung Limbah Kopi

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI. Lokasi dan Waktu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

UJI EKSPERIMENTAL GAYA TEKAN WAFER PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRESS PANAS. Abstract

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK KONSENTRAT DOMBA SELAMA PENYIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

Lampiran 1. Susunan Perlakuan Saat Pelaksanan Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1) : 18-24 (2013) ISSN : 2337-9294 UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO The Physical Characteristic and Storage Capacity of Wafer Complete Ration Based on Cocoa Pods Muhammad Daud 1, Zahrul Fuadi 2, dan Azwis 2 1 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. 2 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama, Lampoeh Keude, Aceh Besar e-mail: daewood_vt@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan sifat fisik wafer ransum komplit berbasis limbah buah kakao yang dibuat dengan berbagai formulasi dan lama penyimpanan yang berbeda serta interaksi antara level penggunaan kulit buah kakao dengan lama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (4 x 4) dengan 2 Faktor. Faktor A: level penggunaan kulit buah kakao (0, 10, 15, and 20%) dan faktor B: lama penyimpanan (2, 4, 6 dan 8 minggu). Peubah yang diamati: kerapatan, tekstur, dan lama penyimpanan. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata diuji lebih lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level penggunaan kulit kakao secara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap kerapatan ransum komplit dan lama penyimpanan nyata (P<0,05) menurunkan kerapatan wafer. Interaksi antara faktor A dan faktor B nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap nilai kerapatan wafer, tekstur dan perubahan warna wafer ransum komplit pada minggu ke delapan. Dapat disimpulkan bahwa wafer ransum komplit berbasis limbah kulit kakao mempunyai kualitas fisik yang baik, awet, serta mempunyai daya simpan yang baik selama enam minggu. Kata kunci : wafer ransum komplit, kulit kakao, sifat fisik, daya simpan ABSTRACT This research was conducted to study physical characteristics of cocoa pods based wafer complete ration which were preserved in various different storage periods and the interaction on wafer physical characteristics. The experiment used the factorial completely randomizes design with 2 factors and 4 replications. Factor A was the levels of cocoa pods used in wafer complete ration (0, 10, 15, and 20%). Factor B was storage periods (2, 4, 6 and 8 weeks). The Variables were texture, density, and storage capacity. Data collected was analized with ANOVA and Duncan Range Test would be used if the result was significantly different. The levels of cocoa pods was very significant (P<0.05) on density of wafer. The storage period was very significantly (P<0.05) decreasing wafer density. There was very significant interaction (P>0.05) between levels of cocoa pods and storage period on density of wafer. It is concluded that cocoa pods based wafer complete ration has high quality in terms of physical and has storage capacity to keep in good condition for six weeks. Keywords: wafer complete ration, cocoa pods, physical characteristics. 18 PENDAHULUAN Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir ini semakain terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan baku pakan, karena semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan untuk keperluan pangan, dan tempat pemukiman serta pembangunan industri. Oleh karena itu, perlu dicari sumber daya baru yang mampu menggantikan sebagian atau seluruh hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan bahan konsentrat yang sudah lazim digunakan. Bahan tersebut seyogyanya tersedia pada suatu tempat dalam jumlah banyak, sehingga untuk memperolehnya tidak membutuhkan biaya besar. Berbagai hasil ikutan pertanian dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pakan, misalnya limbah pertanian dan industri pertanian. Namun demikian limbah pertanian maupun limbah industri pertanian mempunyai keterbatasan, antara lain bersifat amba (bulky) dan kadar air tinggi. Oleh karana itu perlu dilakukan pengolahan ataupun perlakuan dan pengawetan terhadap limbah tersebut, agar dapat dikonsumsi atau dijadikan pakan ternak yang potensial.

Salah satu cara pengawetan tersebut adalah melalui pembuatan pakan dalam bentuk wafer ransum komplit. Wafer ransum komplit merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam penanganan dan transportasi, disamping itu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, dan menggunakan teknologi yang relatif sederhana sehingga mudah diterapkan (Trisyulianti et al., 2003). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan suatu kajian tentang pemanfaatan limbah kakao (kulit buah kakao) sebagai bahan pakan ternak dalam bentuk wafer ransum komplit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sifat fisik dan daya simpan wafer ransum komplit berbasis kulit buah kakao yang dibuat pada berbagai formulasi dengan waktu penyimpanan yang berbeda serta interaksinya terhadap sifat fisik wafer ransum komplit. MATERI DAN METODE Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah mesin kempa wafer (suhu 150 o C, tekanan 200-300 kg/cm 2 selama 5-10 menit), wadah tempat mencampur ransum, timbangan, plastik dan karung tempat penyimpanan wafer, serta mesin jahit karung. Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas: kulit buah kakao, bungkil kelapa, jagung, sagu, dedak padi, molases, vitamin, dan mineral. Kulit buah kakao diperoleh dari Kabupaten Bener Meriah, sedangkan bahan baku pakan lainnya diperoleh dari Kota Banda Aceh dan Aceh Besar-Provinsi Aceh. Formulasi Wafer Ransum Komplit Formulasi wafer ransum komplit disusun dengan menggunakan metode trial and error (Sutardi, 1980) yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi sapi bakalan umur 2-3 tahun. Perlakuan wafer ransum komplit terdiri atas: W0 = Wafer ransum komplit tanpa kulit buah kakao (kontrol), W1= Wafer ransum komplit 10% kulit buah kakao, W2 = Wafer ransum komplit 15% kulit buah kakao, W3 = Wafer ransum komplit 20% kulit buah kakao. Susunan bahan pakan dan formulasi wafer ransum komplit dari masing-masing perlakuan terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan bahan pakan dan formulasi wafer ransum komplit Bahan makanan W0 W1 W2 W3...(%)... Kulit buah kakao 0 10 15 20 Dedak padi 30 28 27 25 Sagu 26 25 23 22 Bungkil kelapa 25 21 21 19 Jagung 13 10 8 8 Molases 5 5 5 5 Vitamin 0,5 0,5 0,5 0,5 Mineral 0,5 0,5 0,5 0,5 Jumlah 100 100 100 100 19

Zat makanan Bahan kering (%) 85,03 87,02 86,04 86,01 Kadar air (%) 14,97 12,98 13,96 13,99 Abu (%) 5,34 4,53 5,25 5,03 Protein kasar (%) 14,88 15,19 15,03 15,43 Serat kasar (%) 13,33 12,99 12,27 13,67 Lemak kasar (%) 4,70 5,73 6,02 6,93 Beta-N (%) 59,66 60,60 60,98 61,34 TDN (%) 69,97 70,98 71,56 71,06 Keterangan : W0 = Wafer ransum komplit tanpa kulit buah kakao (kontrol), W1 = Wafer ransum komplit 10% kulit buah kakao, W2 = Wafer ransum komplit 15% kulit buah kakao, W3 = Wafer ransum komplit 20% kulit buah kakao. Prosedur Pembuatan Wafer Prosedur pembuatan wafer ransum komplit dari masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: (a) semua bahan baku konsentrat digiling menggunakan hammer mill hingga berukuran mash, (b) semua bahan baku pakan dicampur dengan bahan perekat molasses sampai rata, hingga menjadi ransum komplit (c) ransum komplit dimasukkan ke dalam cetakan wafer berbentuk empat persegi berukuran 20 cm x 20 cm x 5 cm. Setelah itu dilakukan pengempaan panas pada suhu 150 o C dengan tekanan 200-300 kg/cm 2 selama 5-10 menit, (d) selanjutnya pendinginan lembaran wafer dilakukan dengan menempatkan wafer di udara terbuka selama minimal 24 jam sampai kadar air dan bobotnya konstan, (e) kemudian wafer dimasukkan ke dalam karung untuk dilakukan uji daya simpan. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (4 x 4) dengan 2 Faktor (faktor A: level penggunaan kulit buah kakao dan faktor B: lama penyimpanan). Peubah yang diamati Peubah yang diamati pada pengujian sifat fisik dan daya simpan wafer ransum komplit terdiri atas: kerapatan, tekstur, warna dan lama penyimpanan (2, 4, 6, dan 8 minggu). Setiap perlakuan penyimpanan wafer ransum komplit dimasukkan ke dalam karung yang berbeda. Selama penyimpanan berlangsung dicatat suhu dan kelembabannya pada pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Wafer Ransum Komplit Kerapatan wafer adalah suatu ukuran kekompakan ukuran partikel dalam lembaran dan sangat tergantung pada kerapatan bahan baku yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran wafer. Kerapatan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya, satuannya g/m 3. Secara sistematik kerapatan wafer ransum komplit merupakan suatu ukuran berat pesatuan luas, selain itu juga mengefisienkan ruang penyimpanan dan memudahkan dalam transportasi (Trisyulianti, et al., 2003). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor A yaitu wafer ransum komplit secara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap kerapatan, dan faktor B (lama penyimpanan) nyata (P<0,05) menurunkan kerapatan wafer. Interaksi antara faktor A dan faktor B nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap nilai kerapatan wafer. Rataan nilai kerapatan wafer berkisar antara 0,49±0,04 0,79±0,21 g/cm 3. Berdasarkan uji lanjut Duncan diperoleh nilai rataan tertinggi kerapatan wafer berdasarkan perlakuan wafer ransum komplit (faktor A) adalah pada perlakuan wafer W3 (20% kulit buah kakao) sebesar 0,73±0,57 sedangkan nilai rataan terendah 20

adalah pada perlakuan wafer W0 (0% kulit buah kakao) sebesar 0,53±0,03 A. Nilai rataan tertinggi kerapatan wafer ransum komplit berdasarkan lama penyimpanan (faktor B) adalah pada minggu 2 yaitu sebesar 0,70±0,09 g/cm 3, nilai kerapatan ini tidak berbeda nyata dengan minggu 4 sedangkan nilai kerapatan terendah adalah pada minggu 8 sebesar 0,59±0,07 g/cm 3 (Tabel 2). Tabel 2. Rataan pengaruh perlakuan wafer ransum komplit dan lama penyimpanan terhadap kerapatan wafer (g/cm 3 ) Lama penyimpanan Perlakuan Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Rataan W0 0,58±0,03 a 0,54±0,03 a 0,52±0,01 a 0,49±0,04 a 0,53±0,03 A W1 0,69±0,05 b 0,65±0,09 b 0,60±0,07 b 0,58±0,03 b 0,63±0,04 B W2 0,75±0,07 c 0,73±0,01 c 0,69±0,07 c 0,65±0,07 c 0,70±0,04 C W3 0,79±0,21 c 0,76±0,06 c 0,71±0,09 c 0,66±0,01 c 0,73±0,57 C Rataan 0,70±0,09 B 0,67±0,09 B 0,63±0,08 A 0,59±0,07 A Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). W0 = Wafer ransum komplit tanpa kulit buah kakao (kontrol), W1 = Wafer ransum komplit 10% kulit buah kakao, W2 = Wafer ransum komplit 15% kulit buah kakao, dan W3 = Wafer ransum komplit 20% kulit buah kakao. Interaksi Antara Lama Penyimpanan Terhadap Kerapatan Wafer Ransum Komplit Interaksi faktor A (level kulit buah kakao) terhadap faktor B (lama penyimpanan) secara nyata (P<0,05) mempengaruhi nilai kerapatan wafer. Kerapatan tertinggi terdapat pada perlakuan W3 yaitu 0,73±0,5 g/cm 3 berbeda nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan perlakuan W0 (kontrol) yaitu sebesar 0,53±0,03 g/cm 3. Nilai kerapatan wafer selama 2 minggu penyimpanan menunjukkan nilai yang terbaik dan kemudian menurun seiring bertambahnya waktu penyimpanan, hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kadar air wafer penelitian menyebabkan ruangan yang diisi air lebih banyak sehingga kerapatan wafer menurun. Djalal (1984) melaporkan bahwa dengan meningkatnya kadar air suatu bahan maka kerapatannya juga akan semakin berkurang. Kerapatan wafer yang tinggi secara fisik memudahkan dalam penanganan baik penyimpanan maupun goncangan pada saat transportasi dan diperkirakan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan karena bentuk fisiknya yang padat dan keras. Sebaliknya, kerapatan wafer yang rendah akan memperlikatkan bentuk fisik yang tidak terlalu padat, sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi udara dalam tumpukan selama penyimpanan dan diperkirakan hanya dapat bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja. Walaupun wafer penelitian kerapatannya menurun dikarenakan kadar air yang meningkat, wafer ini masih bisa bertahan pada penyimpanan sampai 8 minggu tanpa ditumbuhi jamur. Wirakartakusumah et al. (1992) berpendapat bahwa penyerapan kadar air yang tinggi akan menyebabkan peningkatan sifat kohesive atau gaya tarik menarik partikel semakin besar, sehingga semakin tinggi kadar air maka akan semakin tinggi pula nilai kerapatannya, sehingga nilai kerapatan yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya kadar air dalam ransum. Johanson (1994) menambahkan bahwa kerapatan wafer akan meningkat dengan semakin tingginya kadar air dan partikel halus. Nilai kerapatan wafer ransum komplit yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Wirakartakusumah et al. (1992) yaitu pada perlakuan W1 mempunyai kadar air rendah (12,98), sehingga nilai 21

kerapatan wafer juga rendah (Tabel 1). Nilai kerapatan wafer pada perlakuan W2 dan W3 lebih tinggi daripada nilai kerapatan pada perlakuan W0 dan W1, hal ini dimungkinkan karena kadar air yang tinggi pada perlakuan W2 dan W3. Wafer pakan yang mempunyai kerapatan tinggi akan memberikan tekstur yang padat dan keras sehingga mudah dalam penanganan baik penyimpanan maupun goncangan pada saat transportasi dan diperkirakan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan (Trisyulianti et al., 2003). Kerapatan wafer menentukan stabilitas dimensi dan penampilan fisik wafer pakan komplit (Jayusmar et al., 2002). Kerapatan wafer bisa juga dipengaruhi oleh nilai ukuran partikel bahan penyusun wafer ransum komplit. Johanson (1994) berpendapat bahwa kerapatan akan semakin meningkat dengan semakin banyak jumlah partikel halus dalam suatu ransum. Nilai kerapatan W2 dan W3 yang tinggi juga disebabkan ukuran partikel yang kecil, sedangkan ukuran partikel yang besar pada perlakuan W0 menyebabkan nilai kerapatan wafer menurun. Kerapatan wafer memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat tertentu, misalnya pengisian silo, elevator dan ketelitian penakaran secara otomatis (Khalil, 1999). Kerapatan wafer juga berpengaruh terhadap daya simpan dan penanganan serta goncangan pada saat transportasi. Tekstur dan Warna Wafer Ransum Komplit Wafer yang dihasilkan pada penelitian ini secara umum memiliki tekstur yang padat, hal ini dikarenakan bahan penyusun wafer ransum komplit pada semua perlakuan memiliki bahan yang sama kecuali penggunaan kulit buah kakao yang berbeda. Bentuk fisik wafer ransum komplit yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu kepadatan yang kompak. Wafer dengan kepadatan kompak memiliki penampilan fisik yang padat, kokoh, serta keras. Tingkat kepadatan wafer yang kompak sangat menguntungkan karena mempermudah dalam penyimpanan dan penanganan, khususnya pada saat penyimpanan pada gudang maupun pada saat transportasi dan penanganan pemberian ke ternak sehingga dapat meningkatkan tingkat konsumsi. Tekstur dan warna fisik wafer ransum komplit berbasis kulit buah kakao dari ke eampat perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. W0 W1 22

W2 Gambar 1. Wafer ransum komplit W3 Wafer yang dihasilkan pada penelitian ini rata-rata berwarna kecoklatan, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan komposisi jumlah penggunaan kulit buah kakao sebagai bahan penyusun wafer ransum komplit, semakin tinggi komposisi pemakaian kulit buah kakao maka warna yang dihasilkan juga akan semakin kecoklatan khususnya pada wafer yang mengandung komposisi 20% kulit buah kakao. Warna kecoklatan pada wafer yang dihasilkan berasal dari reaksi browning (reaksi maillard) non enzimatik yaitu reaksireaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat (Winarno, 1997). Pada Tabel 3 dapat dilihat perbandingan warna wafer ransum komplit berdasarkan lama penyimpanan dari ke empat perlakuan. Tabel 3. Warna wafer ransum komplit berdasarkan lama penyimpanan Warna Perlakuan 2 minggu 4 minggu 6 minggu 8 minggu W0 Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Agak gelap W1 Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan W2 Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan W3 Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Keterangan : W0 = Wafer ransum komplit tanpa kulit buah kakao (kontrol), W1 = Wafer ransum komplit 10% kulit buah kakao, W2 = Wafer ransum komplit 15% kulit buah kakao, W3 = Wafer ransum komplit 20% kulit buah kakao. KESIMPULAN Wafer ransum komplit dengan formulasi 20% kulit buah kakao mempunyai nilai kerapatan, dan daya simpan yang baik. Kualitas fisik wafer ransum komplit berbasis kulit buah kakao masih dapat dipertahankan hingga penyimpanan minggu ke-6 masih dalam kondisi baik. DAFTAR PUSTAKA Djalal, M. 1984. Peranan kerapatan kayu dan kerapatan lembaran dalam usaha perbaikan sifat-sifat mekanik dan stabilitas dimensi papan partikel dari beberapa jenis kayu dan campurannya. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertania Bogor, Bogor. Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media Peternakan. 22 : 1-11. Jayusmar, E. Trisyulianti & J. Jachja. 2002. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fi sik wafer ransum dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Med. Pet. 24: 76-80. Johnson, J.R. 1994. The realities of bulk solid properties testing. Bulk Solid handling. 14(1): 129-134. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan 23

Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Trisyulianti, E., Suryahadi & V. N. Rakhma. 2003. Pengaruh Penggunaan Molases dan Tepung Gaplek Sebagai Bahan Perekat Terhadap Sifat Fisik Wafer Ransum Komplit. Media Peternakan. 26: 35-40. Winarno, F G. 1997. Kimia Pangan Gizi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wirakartakusumah, M. A., K. Abdullah & A. M. Syarif. 1992. Sifat Fisik Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 24