SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
Bahan Diskusi dengan Pemimpin Redaksi Harian Jawa Post, Surabaya, 19 Agustus 2004

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

Sambutan Kunci Seminar Penataan Sistem Agribisnis dalam Meningkatkan Pendapatan Petani

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Pangan Nasional Tahun

ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KINERJA MAKRO PEMBANGUNAN PERTANIAN 2005

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA SEMINAR MENYELAMATKAN EKONOMI BANGSA: PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

Tantangan dan Agenda Masa Depan Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Indonesia

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

LAPORAN AKHIR ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN PERIODE TAHUN

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

ARAH BARU PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL: PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

A. Definisi dan Tujuan Usaha Tani

REVITALISASI PERTANIAN

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

PROGRAM AKSI PEMBANGUNAN PERTANIAN SELAMA 100 HARI 1)

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

DINAMIKA INDIKATOR EKONOMI MAKRO SEKTOR PERTANIAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN OPINI VS FAKTA. 1. Pengantar

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

Bogor, April 2015 Frans B. M. Dabukke

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

Politik Pangan, Upaya Dalam Membentuk Sistem Ketahanan Pangan Nasional.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN : RESPON TERHADAP ISU AKTUAL

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PROGRES PELAKSANAAN REVITALISASI PERTANIAN

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

PIDATO KUNCI MENTERI PERTANIAN. Pada PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA DIES NATALIS KE 57 UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

Introduction to Agribusiness. Wisynu Ari Gutama

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

KEYNOTE SPEECH. Pada Seminar Nasional MENUJU PENDIRIAN BANK PERTANIAN (IPB International Convention Center, Bogor, 11 Mei 2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Transkripsi:

PIDATO MENTERI PERTANIAN Pada Pertemuan dengan Harian The Jakarta Post Tanggal 10 Agustus 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Yang saya hormati: Pemimpin Redaksi; Wartawan dan hadirin sekalian; Selamat siang, Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita sekalian, sehingga kita dapat hadir bersama pada pertemuan hari ini. Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menguraikan secara singkat Strategi dan Kinerja Sektor Pertanian Selama periode 2000-2003. Saya melihat inilah saat yang tepat bagi kita untuk bersama sama mengevaluasi apa yang sudah dicapai dalam empat tahun terakhir, tantangan yang akan dihadapi ke depan dan strategi serta program apa yang kita usulkan untuk pemerintah mendatang. Mungkin sudah banyak yang lupa bagaimana kondisi pertanian kita pada masa krisis multidimensi tahun 1998-1999. Pada waktu itu telah terjadi perubahan besar, mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit program pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF waktu itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dan lain-lain) juga dicabut dan tarif impor komoditi khususnya pertanian dihapus. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya irigasi banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan 231

tidak ada. Penyuluh pertanian juga kacau balau, karena terlalu mendadak didaerahkan. Tidak hanya itu, akibat kerusuhan, jaringan distribusi bahan pangan dan sarana produksi pertanian lumpuh, antrian beras dan minyak goreng terjadi di mana-mana. Itulah kondisi pertanian dan pangan yang kita hadapi saat itu. Dalam kondisi seperti itulah Kabinet Persatuan dan kemudian Kabinet Gorong Royong dibentuk. Tugas pertama kami adalah bagaimana memadamkan kebakaran, yakni menyelamatkan, memulihkan dan memantapkan kembali landasan pembangunan. Dengan memperhatikan kondisi dan perubahan yang terjadi pada waktu itu, Departemen Pertanian bersama stake holder pembangunan lainnya merumuskan dan mengimplementasikan paradigma baru pembangunan pertanian yakni pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Karena kondisi dan perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka strategi pemulihan maupun pembangunan kembali landasan pembangunan tidak boleh sepotong-sepotong, melainkan harus dilakukan secara sistem, yakni sistem agribisnis. Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut dalam 4 tahun terakhir ini kita implementasikan dengan kebijakan dasar yakni kebijakan proteksi dan promosi agribisnis (protection and promotion agribusiness policy). Prinsip kebijakan ini adalah pemerintah memfasilitasi dan membantu tumbuh kembangnya usaha agribisnis khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus melindungi agribisnis domestik dari praktek unfair-trade (dumping) dari negara lain. Kita setuju dengan semangat free trade yang diprakarsai WTO tapi harus fair trade (perdagangan yang adil). Kalau negara lain masih melakukan perlindungan pada agribisnisnya, maka wajar kita juga berhak melindungi agribisnis kita sesuai dengan prinsip-prinsip asas kesetaraan dan timbal balik WTO. Alasan kita naikkan tarif impor dan mengelola pasar beberapa komoditi agribisnis penting seperti gula dan beras selama tiga tahun terakhir adalah bagian dari kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut telah berhasil kita yakinkan kepada negara lain dalam forum-forum multilateral. Instrumen kebijakan promosi pembangunan agribisnis tersebut kita laksanakan baik melalui instrumen budgeter maupun non-budgeter. Instrumen budgeter dilakukan antara lain melalui alokasi anggaran pembangunan dekonsentrasi. APBN Departemen Pertanian langsung disalurkan ke provinsi dan kabupaten/kota, bantuan langsung ke kelompok tani, rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur pertanian-pedesaan, bantuan barang-barang modal, subsidi pupuk dan benih, bantuan pembinaan SDM dan 232

penyuluhan dan lain-lain. Sedangkan instrumen non-budgeter kita lakukan antara lain melalui deregulasi pupuk, pestisida, bibit, alat mesin pertanian, penghapusan PPn pertanian, penyediaan skim perkreditan bersubsidi seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP), asistensi pemerintah daerah dan pelaku agribisnis, dan sebagainya. Hadirin yang saya hormati, Setelah tiga tahun lebih kita mengimplementasikan paradigma baru dan kebijakan dasar tersebut, tanpa kita perkirakan semula, ternyata pertanian Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan. Semula target kita adalah memadamkan kebakaran, memulihkan dan meletakkan pondasi pembangunan agribisnis, ternyata kemajuan yang dicapai pertanian Indonesia melampaui apa yang pernah dicapai sepanjang sejarah Republik Indonesia. Keragaan sektor Pertanian dan Peternakan selama periode tahun 2000-2003 telah mengalami pemulihan menuju pertumbuhan berkelanjutan. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Pertanian dan Peternakan mencapai 1,83 persen, jauh lebih tinggi dibanding periode krisis (1998-1999) yang hanya mencapai 0,88 persen, bahkan dibanding periode tahun 1993-1997 (sebelum krisis ekonomi) yang mencapai 1,57 persen. Subsektor Tanaman Bahan Makanan menunjukkan kinerja yang semakin membaik, terlihat dari laju pertumbuhannya sebesar 0,58 persen, lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan selama periode sebelum krisis ekonomi yang hanya mencapai 0,13 persen. Hal yang sama juga terjadi pada subsektor Perkebunan yang tumbuh sebesar 5,02 persen, lebih tinggi dari periode sebelum krisis yang tumbuh sebesar 4,30 persen, sedangkan subsektor Peternakan walaupun telah tumbuh positif sebesar 3,13 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelum krisis yang mencapai 5,01 persen. Setelah mengalami sedikit kontraksi (tumbuh negatif 0,74%) pada tahun 1998, PDB sektor Pertanian dan Peternakan telah pulih, melampaui level sebelum krisis, pada tahun 1999. Sebagai perbandingan, pada tahun 1998, total perekonomian mengalami kontraksi luar biasa, tumbuh negatif 13,13 persen dan baru pulih ke level di atas sebelum krisis pada tahun 2003. Selain jauh lebih mampu bertahan, sektor Pertanian dan Peternakan juga mampu pulih jauh lebih cepat dari perekonomian secara umum. Namun demikian, pertumbuhan sektor Pertanian dan Peternakan pasca krisis masih belum sepenuhnya stabil. Dibanding sebelum krisis, selama periode 2000-2003, hampir semua produksi komoditas pertanian mengalami peningkatan, insiden kemiskinan di wilayah pedesaan 233

menurun konsisten, kesejahteraan petani meningkat, ketahanan pangan makin mantap, kesempatan kerja di sektor pertanian meningkat, dan sumbangan sektor Pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. Keragaan subsektor Tanaman Bahan Makanan selama periode tahun 2000-2003, relatif lebih baik dibanding selama periode sebelum krisis ekonomi (1993-1997). Ini semua tidak terlepas dari kebijakan Departemen Pertanian selama periode 2000-2003 yang memfokuskan pada upaya mewujudkan kemandirian pangan, khususnya pangan beras, bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa sektor Pertanian dan Peternakan telah terlepas dari perangkap spiral pertumbuhan rendah yang berlangsung selama periode tahun 1998 1999. Sektor Pertanian dan Peternakan telah melewati fase pertumbuhan rendah (1998 1999), dan kini (2003) tengah berada pada fase percepatan pertumbuhan (accelerating growth) sebagai masa transisi menuju pertumbuhan berkelanjutan (sustaining growth). Berdasarkan perkembangan indeks PDB terbukti bahwa sektor Pertanian dan Peternakan mampu pulih lebih awal dibanding sektor ekonomi secara keseluruhan. Walaupun telah pulih ke level sebelum krisis, laju pertumbuhan subsektor Perkebunan dan subsektor Peternakan, yang merupakan sumber pertumbuhan tinggi dalam sektor Pertanian, masih labil dan belum sepenuhnya pulih. Kedua subsektor ini amat tergantung pada kondisi perekonomian nasional maupun global. Dengan cepat teratasinya masalah flu burung dan kondisi iklim yang diperkirakan normal, maka pada tahun 2004 kinerja PDB sektor Pertanian dan Peternakan diperkirakan akan lebih baik lagi. Optimisme ini antara lain didukung oleh angka ramalan BPS bahwa pada tahun 2004 produksi padi diperkirakan meningkat 2,93 persen, jagung 1,59 persen, kedelai 2,41 persen, kacang tanah 5,52 persen dan ubikayu 3,92 persen, sehingga laju pertumbuhan subsektor Tanaman Bahan Makanan akan meningkat nyata. Semakin pulihnya perekonomian akan mendorong peningkatan laju pertumbuhan subsektor Peternakan dan Perkebunan secara nyata. Agenda jangka menengah-pendek (sekitar lima tahun ke depan) yang perlu segera kita rumuskan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang cukup menggembirakan tersebut. Disadari, potensi pertumbuhan yang ada saat ini sudah hampir termanfaatkan secara optimal. Setidaknya lima upaya yang harus dan segera dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan sektor Pertanian dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu : (a) merenovasi dan memperluas infra struktur fisik (hard infrastructure), utamanya sistem irigasi, sistem transportasi, sistem 234

telekomunikasi dan kelistrikan pedesaan; (b) revitalisasi sistem inovasi pertanian (penelitian dan pengembangan, diseminasi teknologi pertanian) ; (c) Pengembangan kelembagaan agribisnis (tata pemerintahan, organisasi pengusaha dan jejaring usaha) ; (d) rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan investasi ; (e) pengelolaan pasar input dan output. Semua ini hendaklah dirancang secara komprehensif dan terpadu. Ke depan, pengalaman krisis pahit multi-dimensi 1997-1998 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor Pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian nasional. Sektor Pertanian merupakan kunci untuk pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, pembangunan sektor Pertanian haruslah tetap dijadikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Inilah konsensus politik yang masih perlu diperjuangkan bersama. Saudara-saudara sekalian, Kinerja sektor Pertanian saat ini, yang sudah lebih baik dari masa krisis maupun masa orde baru, merupakan hasil sinergi dari seluruh stake holder pembangunan sistem agribisnis. Pertumbuhan produksi berbagai komoditas pertanian hanya mungkin terjadi karena adanya sinergi antara on-farm dengan sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), sinergi dengan sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) maupun sinergi dengan sub-sistem penyedia jasa (services for agribusiness). Pada level yang lebih mikro, prestasi pertanian tersebut merupakan hasil sinergi antara petani dengan para pengusaha/pedagang baik yang berada pada hulu, maupun hilir dan di sektor jasa. Sinergi antara modal alam, modal sosial, modal kapital, modal manusia dan teknologi. Sinergi antara teknologi biologis, teknologi kimiawi dan teknologi mekanis. Di balik semua level sinergi tersebut adalah sumberdaya manusia (SDM). Prestasi pertanian kita tersebut dimungkinkan oleh terjadinya sinergi antar tiga kelompok sumberdaya manusia yakni SDM pengusaha, SDM ilmuwan-teknokrat dan SDM pelayan publik (birokrat) di bidang agribisnis di seluruh daerah. Selama empat tahun terakhir ini anggaran pembangunan pertanian yang tersedia dari pemerintah lebih rendah dari pada masa sebelumnya, dan dari anggaran yang terbatas itu, sebagian besar telah di daerahkan, sehingga tidak terlalu berlebihan apabila dikatakan prestasi pertanian kita saat ini lebih banyak didorong oleh sinergi dan kreatifitas SDM pengusaha dan SDM ilmuwan/teknokrat yang ada di seluruh daerah. Dengan kata lain, pertumbuhan pertanian tersebut bukan hanya lebih tinggi tetapi juga makin berkualitas karena lebih 235

banyak dihela oleh sinergi dan kreatifitas masyarakat termasuk pengusaha dan teknokrat. Pertumbuhan agribisnis yang dihela oleh sinergi dan kreatifitas masyarakat pelaku agribisnis merupakan pondasi yang kuat untuk berkembang lebih lanjut ke depan. Karena itu, memperkuat dan merangsang makin intensifnya sinergi dan kreatifitas di masyarakat terus kita upayakan ke depan. Untuk itulah, saya melihat perlunya menjalin kerjasama yang lebih erat antara Departemen Pertanian dan masyarakat media cetak, khususnya dalam bidang penyebarluasan informasi teknologi dan umpan balik perkembangan agribisnis di masyarakat. Namun saya mengharapkan kepada masyarakat media massa, agar senantiasa menghadirkan informasi dan berita yang dapat merangsang dan memperkuat rasa optimisme dan positivisme masyarakat serta pengendalian sosial menuju tata pemerintahan yang baik (good governance). Dengan terbangunnya semangat optimisme dan positivisme masyarakat serta pemerintahan yang baik, saya yakin akan tercipta efek sinergi yang maksimal dalam pembangunan ekonomi nasional, termasuk agribisnis, sehingga hasil pembangunan yang dicapai akan lebih berkualitas lagi. Demikian paparan saya, atas perhatian Saudara-Saudara dan kesempatan yang diberikan, saya mengucapkan terima kasih. Terima kasih. Menteri Pertanian, Prof Dr Ir Bungaran Saragih, MEc. 236