1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling penting peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar, sebagian besar pekerja dalam sektor ini adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, tidak berketrampilan, dan tidak mendapat pemerataan pendapatan (Mukhyi, 2007). Perlu adanya kebijakan pemerintah yang berkonsentrasi pada sektor pertanian agar terdapat keseimbangan antara kemampuan pekerja dan kemajuan teknologi. Todaro (2000) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh strategi pengumpulan modal, tingkat pertumbuhan penduduk serta kemajuan teknologi. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu daerah yang berlangsung cukup panjang. Perubahan iklim dapat mempengaruhi perubahan cuaca yang berdampak pada produksi pertanian. Suberjo (2009) mengatakan bahwa penurunan produksi pertanian yang disebabkan oleh perubahan cuaca dapat mencapai 5-20 persen. Perubahan iklim dapat juga berdampak secara sosioal ekonomi seperti penurunan GDP pada sektor pertanian, fluktuasi harga produk
2 pertanian, penurunan produksi dan produktivitas, perubahan distribusi geografis dari perdagangan, dan peningkatan jumlah penduduk berisiko kelaparan (Handoko, et al., 2008). Pada kenyataannya perubahan iklim juga disebabkan oleh pemanasan global (Global Warming). Pembahasan mengenai kadar emisi rumah kaca dan penanggulangan Global Warming telah dilakukan oleh negara-negara ASEAN dalam Kyoto Protocol. Jumlah emisi yang dihasilkan oleh negara-negara ASEAN tidak begitu tinggi, yaitu 7 persen lebih rendah dari negara-negara Eropa, dan 12 persen lebih rendah dari negara-negara di Amerika Utara (Glover dan Onn, 2008). Akan tetapi, tetap saja tidak cukup apabila hanya negara ASEAN saja yang berusaha mengurangi kadar emisinya. Selain itu, konferensi internasional UN Summit on Climate Change yang diadakan pada bulan Desember tahun 2008 di Bali telah membahas masalah risiko perubahan cuaca yang disebabkan oleh pemanasan global pada keberlangsungan kehidupan. Penurunan produksi pangan akibat dari perubahan iklim ini akan memicu ancaman banjir, kemarau panjang dan kekeringan, kenaikan suhu, serta penurunan kualitas lahan (Suberjo, 2009). Pemanasan global yang sulit ditanggulangi. Oleh karean itu, para produsen padi harus melakukan adaptasi agar tetap berproduksi. Bencana banjir dan kekeringan akibat dari pemanasan global yang melanda ratusan hektar sawah dapat mengakibatkan penurunan produksi pertanian atau bahkan
3 kegagalan panen (Irianto, 2010; Iskandar, 2007). Perubahan musim kemarau dan penghujan yang tidak dapat diprediksi membuat petani sering kali melakukan kesalahan dalam menentukan waktu tanam. Selain itu, penyimpangan cuaca serta suhu yang tidak tepat membuat tanaman tidak dapat berproduksi secara optimum sehingga menurunkan hasil produksi (Budiastuti, 2010). PP. Kerja adalah perusahaan yang memproduksi benih padi. Benih yang dihasilkan merupakan benih bermutu unggul dan bersertifikat. Produksi benih dilakukan secara kerjasama dengan petani mitra. Lahan yang ada bukan lahan pribadi, melainkan lahan mitra yang berada di Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo. Pada saat proses produksi oleh petani, lahan yang ditanami terdiri dari lahan-lahan milik beberapa petani mitra dalam satu area yang sama. Letak lahan-lahan tersebut harus berdampingan. Varietas yang ditanam harus satu jenis dan tidak bisa dicampur dengan jenis varietas lain atau tanaman lain. Benih padi yang ditanam petani mitra PP. Kerja merupakan benih padi unggul. PP. Kerja membeli hasil panennya untuk diolah kembali menjadi benih bersertifikat dan dijual kepada para produsen benih lainnya. Kini PP. Kerja merupakan perusahaan perorangan penghasil benih padi bersertifikat terbesar di Jawa Tengah. Terdapat beberapa petani nonmitra yang berpotensi untuk menjadi mitra PP. Kerja. Akan tetapi, letak lahan mereka terpisah cukup jauh
4 dengan area lahan petani mitra PP. Kerja sehingga mereka tidak dapat bergabung sebagai anggota petani mitra PP. Kerja. Tabel 1.1. Daftar Sepuluh Perusahaan Swasta Penghasil Benih Padi Terbesar di Jawa Tengah Tahun 2015 No. Produsen Produksi (Ton) (1) (2) (3) 1 PP. Kerja 5.781,442 2 PT. Saprotan Benih Utama 3.651,395 3 PB. Ellya Tani 2.378,675 4 CV. Putra Utama Perkasa 1.758,435 5 CV. Karya Mandiri 1.660,720 6 PB. Puti 1.657,860 7 PB. Tani Maju 1.628,500 8 PB. Usaha Tani 962,920 9 PT. Arindo Utama Perkasa 800,000 10 PB. Agro Makmur Wijaya 689,075 Sumber: BPSB Jawa Tengah, 2015 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah mencatat jumlah tonase lulus benih padi PP. Kerja menempati peringkat pertama dibandingkan produsen benih swasta lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa PP. Kerja memiliki kontribusi yang tinggi terhadap ketersediaan varietas benih padi unggul. Pemanfaatan tenaga kerja serta adaptasi terhadap perubahan iklim yang dilakukan oleh PP. Kerja sudah sangat baik. Jumlah
5 produksi tertinggi PP. Kerja berasal dari sawah mitra di Kabupaten Sragen. Akan tetapi, lahan mitra yang berada di wilayah Kabupaten Sragen merupakan lahan berpotensi banjir. Salah satu lahan mitra PP. Kerja yang paling berpotensi banjir berada di Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Oleh karena itu, para petani di Desa Tenggak baik petani mitra PP. Kerja maupun nonmitra melakukan adaptasi-adaptasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada lahan potensi banjir. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji perbedaan cara adaptasi petani yang bekerja sama dengan PP. Kerja dan petani yang tidak bekerja sama dengan perusahaan benih padi manapun dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, penulis membuat penelitian dengan judul ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM ANTARA PETANI MITRA PP. KERJA DENGAN PETANI NONMITRA TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI DI DESA TENGGAK KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2015. B. Batasan Masalah Perubahan iklim yang terjadi telah membawa dampak bagi sektor pertanian. Hal ini membuat para petani harus melakukan adaptasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Adaptasi perubahan iklim oleh petani
6 cenderung tergantung dari keanggotaan petani tersebut sebagai petani mitra atau nonmitra. Kecenderungan petani sebagai mitra PP. Kerja dan nonmitra dibedakan dari cara adaptasi perubahan iklim, input produksi, dan karakteristik individu petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggak untuk produksi tahun 2015. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ingin diselesaikan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perbedaan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh petani mitra PP. Kerja dan petani mitra untuk tetap berproduksi? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil produktivitas padi antara petani mitra PP. Kerja dengan petani nonmitra? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui perbedaan adaptasi yang dilakukan oleh petani mitra PP. Kerja dan petani nonmitra dalam mengatasi dampak perubahan iklim terhadap produksi padi. 2. Mengetahui perbedaan hasil produktivitas antara petani mitra PP. Kerja dan petani nonmitra.
7 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Guna dalam memenuhi persyaratan dalam menempuh jenjang pendidikan S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan. b. Sebagai kajian mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi padi serta perbedaan adaptasi yang dilakukan oleh petani mitra PP. Kerja dan petani nonmitra untuk tetap dapat berproduksi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi petani mitra PP. Kerja dan petani nonmitra, sebagai informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi padinya serta hasil yang diperoleh dari adaptasi yang telah dilakukan dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim. b. Bagi pemerintah untuk membuat kebijakan terkait dengan adaptasi petani mitra produsen benih padi dan petani nonmitra dalam menghadapi perubahan iklim.