Kajian Keterikatan Tempat di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan Semarang)

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

Konsep komunitas layak huni pada ruang publik perumahan Taman Setia Budi Indah, Medan

PERANAN KELEKATAN PADA JAMBAN TERHADAP PEMBENTUKAN IDENTITAS MASYARAKAT PINGGIRAN SUNGAI DI KELURAHAN KUIN SELATAN KOTA BANJARMASIN

Konsep Komunitas Layak Huni pada Ruang Publik Perumahan Taman Setia Budi Indah, Medan

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

Partisipasi Perajin Batik Dalam Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Di Kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta

POLA PENGEMBANGAN RUMAH DI KAMPUNG KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

Penataan Ruang. Winny Astuti Mk Tata Ruang Program Studi S2 Teknik Sipil

Kerangka Penelitian Place Attachment pada Tempat-tempat Bernilai Budaya

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama.

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Faktor-faktor yang Menentukan Eksistensi Kampung Pekojan sebagai Kampung Kota di Kota Semarang

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung

SISTIM DAN METODA PENGADAAN PERUMAHAN PADA PERMUKIMAN KAMPUNG KOTA DI SURABAYA

KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG. Mustawan Nurdin Husain Sri Rum Giyarsih

STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon)

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY

BAB I PENDAHULUAN. kawasan-kawasan strategis, perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

ABSTRAK Y = 3, ,092 0, ,140

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar

EMA SAFITRI

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN. ABSTRAK iii. ABSTRACT.. iv KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL.. xiv. 1.1 Latar Belakang Masalah..

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

TINGKAT KEINGINAN PENDUDUK UNTUK BERPINDAH DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR DESA SOKO KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

KUALITAS PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

Ruang Personal Pemustaka di Ruang Baca Perpustakaan Umum Kota Malang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Pengaruh Atribut Aksesibilitas dan Keakraban Fisik Ruang kepada Ikatan Tempat

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : partisipasi penyusunan anggaran, kinerja manajerial, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan. viii

INTERAKSI SOSIAL PERUSAHAAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN MASYARAKAT (Corporate Social Interaction With The Community Plant Oil Palm)

PENGELOMPOKKAN RUMAH BERDASARKAN JARAK KE AKSES FASILITAS UMUM House Clustering Based On Distance To Public Facilities

STA SIU N TR A N SIT SEBAGAI PUSAT KO M U NITAS

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI DAMPAK PEMBANGUNAN BANDARA KUALA NAMU TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI PENDUDUK SEKITAR BANDARA OLEH : PAHARUDDIN SIREGAR

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH ALOKASI WAKTU TERHADAP PERILAKU PERJALANAN RUMAH TANGGA PENGGUNA SEPEDA MOTOR DI PUSAT KOTA SEMARANG

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI

EVALUASI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN SELF CONFIDENCE CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN. Oleh :

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi merupakan gagasan kunci untuk psikologi sosial. Partisipasi

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP PEMILIHAN MEREK SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK NOMINAL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Bintarto. (1983). Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor Nirwana Residence.

Faktor-Faktor Yang Mendorong Eksistensi Angkutan Kota Line Di Kota Surabaya

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI KAUMAN KIDUL

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN. Rumah kost tidak sebatas rumah tinggal yang hanya melindungi

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI DARMAN NABABAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

ABSTRACT REBRANDING AND PROMOTION OF CASSAVA PRODUCTS MADE BY CIRENDEU TRADITIONAL VILLAGE. Sandra Suwarni Setiyadi

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG ABSTRACT

4.1 Pendekatan Penelitian Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian

Transkripsi:

214 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 1 (4): 466-475 Desember 214 Kajian Keterikatan Tempat di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan Semarang) Mustovia Azahro1 Diterima : 3 September 214 Disetujui : 18 September 214 ABSTRACT Place attachment is social-phsycological effect which is formed by interpreting the place. In urban area, place attachment fades away because there are many non-natives live in urban area. Even in uban kampong which its community has close-knit interaction, attachment to place fades because nonnatives have lower level of attachment to new dwelling place. However, natives ofurban kampong located in city center still have high level of attachment. Nonetheless, attachment to place of natives who live in city center is higher than natives who live in suburban. It provides an explanation that natives who live in suburban have lower level of dependence to their place. Natives wholive in city center with middle-low economy have high level of place attachment whereas with middle-high economy have lower attachment, and then natives who live in city center with middle-high economy have tendency to live in another more secure and comfortable dwelling place. Security and comfort is the most influence factor of place attachment in both natives who live in city center and suburban. This research is implemented in Kelurahan Gabahan as kampong in city center and Kelurahan Jabungan as kampong in suburban. Keywords: attachment, kampong, urban area ABSTRAK Keterikatan tempat merupakan efek sosial psikologis yang terbentuk karena proses pemaknaan pada tempat. Di daerah perkotaan, keterikatan tempat memudar diiringi dengan banyaknya pendatang yang tinggal di daerah perkotaan. Bahkan di permukiman kampung kota yang masih guyub pun keterikatan tempat pada penduduknya memudar karena adanya pendatang yang memiliki keterikatan tempat rendah pada tempat tinggal barunya. Namun, pada permukiman kampung kota di daerah pinggiran yang masih dihuni penduduk asli masih memiliki keterikatan tempat yang tinggi. Meskipun begitu, keterikatan tempat pada penduduk asli pusat kota lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk asli daerah pinggiran. Hal ini disebabkan karena tingkat ketergantungan penduduk asli daerah pinggiran terhadap lingkungannya lebih rendah. Pada penduduk asli pusat kota dengan perekonomian menengah ke bawah memiliki keterikatan tempat yang tinggi, sedangkan pada penduduk asli pusat kota dengan perekonomian menengah ke atas cenderung ingin pindah mencari tempat tinggal yang lebih aman dan nyaman. Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk asli baik yang tinggal di permukiman kampung pusat kota maupun pada penduduk asli yang tinggal di daerah pinggiran. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gabahan yang merupakan permukiman kampung pusat kota dan Kelurahan Jabungan yang merupakan permukiman kampung daerah pinggiran. Kata kunci: keterikatan, kampung, daerah perkotaan 1 Mahasiswa Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, Undip, Semarang, Jawa Tengah Kontak Penulis : azahro.mustovia@yahoo.com 214 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota

PENDAHULUAN Ruang merupakan wadah berlangsungnya kehidupan sehari-hari sehingga menjadi bermakna (place) (Stokowski dalam Kyle, 24), akibatnya mampu memberikan pengaruh berupa efek sosial psikologis yang disebut keterikatan tempat (place attachment) (Lewicka, 28). Namun, keterikatan tempat di perkotaan semakin memudar karena adanya pendatang (Williams dan Patterson, 1995) yang melakukan migrasi untuk mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja. Di Indonesia, kehidupan masyarakat yang masih memiliki interaksi yang guyub berada di kampung kota. Namun, karena banyaknya masyarakat yang berpindah keluar dan masuk, maka keterikatan tempat pada masyarakat di daerah perkotaan semakin memudar, salah satunya di Kelurahan Gabahan yang berada di pusat kota Semarang. Data BPS Kota Semarang (213) menunjukkan bahwa terdapat 9 pendatang masuk ke Kelurahan Gabahan tetapi terdapat sebanyak 195 penduduk asli yang pindah dari Kelurahan Gabahan. Apabila kecenderungan ini semakin meningkat maka dapat mengakibatkan semakin berkurangnya penduduk asli yang tinggal di Kelurahan Gabahan. Berbeda dengan di kampung kota Kelurahan Jabungan yang berada di daerah pinggiran, permukiman kampung yang berada di kelurahan ini masih dihuni oleh penduduk asli. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah memudarnya keterikatan tempat di perkotaan karena adanya pendatang dan perbedaan keterikatan tempat pada permukiman kampung pusat kota karena banyaknya pendatang serta daerah pinggiran yang masih dihuni penduduk asli. Untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana keterikatan tempat di perkotaan yaitu di Kelurahan Gabahan yang berlokasi di pusat kota dan Kelurahan Jabungan yang berlokasi di daerah pinggiran? Maka tujuan yang dirumuskan adalah untuk menganalisis keterikatan tempat di daerah perkotaan. METODE PENELITIAN Metode penelitian survey adalah metode yang dipilih untuk mendapatkan data di lapangan. Data di lapangan dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada 3 sampel penduduk asli Kelurahan Gabahan, 3 sampel pendatang Kelurahan Gabahan dan 3 sampel penduduk asli Kelurahan Jabungan. Wilayah di Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan yang dipilih merupakan permukiman kampung kota yang dibangun tanpa perencanaan. Wawancara dan observasi juga dilakukan guna memperkuat data hasil kuesioner. Sampel diambil berdasarkan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut: a. Kelompok penduduk asli dan pendatang berusia >2 tahun yang merupakan kelompok usia yang dianggap sudah mengalami pengalaman dalam lingkungan. b. Pendatang sudah tinggal sekurang-kurangnya 5 tahun yang dianggap sudah memiliki keterikatan tempat. Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah keterikatan tempat dan sepuluh faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat antara lain keterikatan tempat, identitas, lama tinggal, ikatan sosial masyarakat, karakteristik tempat, tingkat mengenal tempat, keinginan berpartisipasi, penggunaan ruang publik, kepemilikan rumah, keamanan dan kenyamanan, serta keinginan tinggal. 467

GAMBARAN UMUM Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan terletak di Kota Semarang. Kelurahan Gabahan terletak di pusat kota sedangkan kelurahan Jabungan berada di daerah pinggiran. Kelengkapan fasilitas di Kelurahan Gabahan menjadikan banyak pendatang tinggal di Kelurahan Gabahan. Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan sama-sama berfungsi sebagai permukiman perkotaan. Sumber: Bappeda Kota Semarang GAMBAR 1 KELURAHAN GABAHAN DAN KELURAHAN JABUNGAN Kelurahan Gabahan yang berada di pusat kota memiliki fasilitas lingkungan yang lengkap, sedangkan Kelurahan Jabungan tidak memiliki fasilitas selengkap di Kelurahan Gabahan. 468

Secara kependudukan, jumlah penduduk sebanyak 7.599 jiwa dan didominasi penduduk lulusan SD sebanyak 36,57%. Mayoritas penduduk Kelurahan Gabahan merupakan masyarakat berpenghasilan rendah karena sebanyak 51% penduduknya bekerja sebagai buruh. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Jabungan sebanyak 3.9 jiwa dan didominasi 26,98% penduduk tidak sekolah dan 27,19% penduduk tidak tamat SD. Penduduk Kelurahan Jabungan pun tergolong masyarakat berpenghasilan rendah karena 61% penduduknya bekerja sebagai buruh. KAJIAN KETERIKATAN TEMPAT DI DAERAH PERKOTAAN Keterikatan tempat merupakan suatu keterkaitan yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan yang mereka maknai (Hernandez, 27; Scannel dan Gifford dalam Halpenny, 212). Keterikatan tempat diikaitkan dengan ruang bermakna dimana apabila masyarakat memiliki pemaknaan tertinggi dalam dimensi tempat, maka akan mengakibatkan memiliki keterikatan terhadap lingkungan (Ujang, 21). Faktor yang mempengaruhi terbentuknya keterikatan tempat adalah lama tinggal, ikatan sosial masyarakat, karakteristik tempat (Lewicka, 28), identitas, tingkat mengenal tempat, keinginan berpartisipasi (Ujang, 21), penggunaan ruang publik secara bersama, kepemilikan rumah, keinginan tinggal (Hay dalam Hernandez, 27). Namun, keterikatan tempat pada penduduk daerah perkotaan semakin memudar karena adanya perubahan budaya akibat banyaknya pendatang (Williams dan Patterson, 1995). Bahkan di Permukiman kampung kota merupakan permukiman dengan ciri kehidupan sosial yang unik karena masih erat dan guyubnya interaksi antara masyarakatnya (Sihombing, 2). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERIKATAN TEMPAT (x) (Hay dalam Hernandez et.al., 27; Lewicka, 28;; Ujang, 21): Identitas(x1) Lama tinggal (x2) Ikatan sosial masyarakat (x3) Karakteristik tempat (x4) Tingkat mengenal tempat (x5) Penggunaan ruang publik (x6) Kepemilikan rumah (x7) Keinginan berpartisipasi (x8) Keamanan dan kenyamanan (x9) Keinginan tinggal (x1) Berpengaruh? KETERIKATAN TEMPAT (y) (Hernandez et.al, 27; Scannel dan Gifford dalam Halpenny, 212): Makna Tempat DAERAH PERKOTAAN (Colby dalam Yunus, 25) Permukiman kampung kota di pusat kota (penduduk asli dan pendatang) Permukiman kampung kota di daerah pinggiran (penduduk asli) Sumber: Hasil Analisis, 214 GAMBAR 2 KERANGKA LITERATUR PENELITIAN ANALISIS KETERIKATAN TEMPAT DI DAERAH PERKOTAAN Keterikatan Tempat di Daerah Perkotaan Kelurahan Gabahan yang berada di pusat kota, keterikatan tempat pada penduduk aslinya lebih tinggi dibandingkan pendatang karena penduduk asli sudah tinggal sejak lahir di dalam lingkungannya. Pada penduduk asli Kelurahan Gabahan sebesar 77,78% dan pada pendatang sebesar 52,22%. 469

Kelurahan Jabungan yang masih memiliki penduduk asli pun memiliki keterikatan tempat sebesar 73.33%. Namun, keterikatan tempat penduduk asli Kelurahan Jabungan masih lebih rendah dibandingkan penduduk asli Kelurahan Gabahan. Hal ini dikarenakan penduduk asli Kelurahan Jabungan memiliki ketergantungan rendah terhadap lingkungannya akibat mayoritas penduduknya bekerja di luar Kelurahan Jabungan, sedangkan penduduk asli Kelurahan Gabahan banyak yang bekerja di lingkungannya maupun dekat dengan lingkungannya. Sumber: Hasil Analisis, 214 GAMBAR 3 KETERIKATAN TEMPAT PENDUDUK KELURAHAN GABAHAN Faktor yang Mempengaruhi Keterikatan Tempat Berdasarkan literatur dari Hernandez, Ujang, dan Lewicka, keterikatan tempat dipengaruhi oleh identitas, lama tinggal, ikatan sosial masyarakat, karakteristik tempat, tingkat mengenal tempat, penggunaan ruang publik, kepemilikan rumah, keinginan berpartisipasi, keamanan dan kenyamanan serta keinginan tinggal. Dari kesepuluh faktor tersebut, besarnya faktor pada penduduk asli Kelurahan Gabahan sebesar lebih dari 75%. Namun,identitas dan lama tinggal tidak memberikan pengaruh pada rasa keterikatan tempat penduduk asli. Hal ini dikarenakan pada penduduk asli Kelurahab Gabahan, besar identitas dan lama tinggal adalah ideal sehingga bukan menjadi prediktor utama dalam keterikatan tempat. Berbeda dengan pendatang di Kelurahan Gabahan, kesepuluh faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat. TABEL 2 BESAR FAKTOR DAN BESAR PENGARUH FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERIKATAN TEMPAT DI KELURAHAN GABAHAN NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 47 FAKTOR PENGARUH Identitas Lama tinggal Ikatan sosial masyarakat Karakteristik tempat Tingkat mengenal tempat Penggunaan ruang publik Kepemilikan rumah Keinginan Pend.asli 1% 1% BESAR FAKTOR Pendatang Keseluruhan 93,33% 96,67% 84,44% 92,22% Pend.asli BESAR PENGARUH Pendatang Keseluruhan -,141 -,56,425,545 77,78% 74,44% 76,11%,184,77,65 78,89% 83,33% 81,11% -,14,24 -,5 91,11% 8% 85,56%,367,555,481 93,33% 8% 86,67% -,252 -,241 -,155 57,78% 55,56% 56,67%,128,21,144 93,33% 6% 76,64% -,164,22,87

NO. 9 1 FAKTOR PENGARUH berpartisipasi Keamanan & kenyamanan Keinginan tinggal Pend.asli BESAR FAKTOR Pendatang Keseluruhan Pend.asli BESAR PENGARUH Pendatang Keseluruhan 86,67% 8% 83,33%,397,211,339 93,33% 8% 86,67% -,16,126,64 Sumber : Hasil Analisis, 214 Keterangan: dvhyjyjnilai tertinggi Berdasarkan tabel di atas, faktor yang paling mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk asli Kelurahan Gabahan adalah keamanan dan kenyamanan sebesar,397, sedangkan faktor yang paling mempengaruhi keterikatan tempat pada pendatang adalah tingkat mengenal tempat sebesar,555. Secara keseluruhan, keterikatan tempat pada penduduk Kelurahan Gabahan yang sudah diwarnai pendatang paling dipengaruhi oleh keamanan dan kenyamanan sebesar,339 dan tingkat mengenal tempat sebesar,481. Dari kesepuluh faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk asli Kelurahan Gabahan, karakteristik tempat, penggunaan ruang publik, keinginan berpartisipasi dan keinginan tinggal berbanding terbalik dengan keterikatan tempatnya. Hal ini dikarenakan pada penduduk asli Kelurahan Gabahan terdapat kecenderungan menggunakan fasilitas lingkungan yang berada di luar Kelurahan Gabahan meskipun di Kelurahan Gabahan memiliki fasilitas lingkungan yang lengkap yang merupakan bagian dari karakteristik tempat. Sedangkan penggunaan ruang publik, pada penduduk asli Kelurahan Gabahan memiliki kecenderungan menggunakan ruang-ruang privat yang mereka maknai sebagai ruang publik. Serta terdapat kecenderungan keinginan berpartisipasi seperti kerja bakti yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat kampung kota semakin bergeser dan semakin jarang dilakukan. Pada penduduk asli yang memiliki perekonomian yang lebih baik juga memiliki keinginan tinggal di lingkungan yang lebih aman dan nyaman seperti di daerah pinggiran karena di Kelurahan Gabahan yang meskipun masih aman dan nyaman namun sudah tidak senyaman dulu. Hal tersebut yang pada akhirnya memberikan pengaruh negatif terhadap keterikatan tempat pada penduduk asli Kelurahan Gabahan. Sedangkan pada pendatang di Kelurahan Gabahan, identitas, karakteristik tempat dan penggunaan ruang publik berbanding terbalik dengan keterikatan tempatnya. Identitas pada pendatang memang tinggi namun masih memiliki identitas yang lebih kuat pada lingkungan tempat asalnya, sehingga tingginya identitas mereka mengindikan tingginya identitas terhadap tempat asalnya pula. Sedangkan pada karakteristik tempat menurut pendatang Kelurahan Gabahan, mereka memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas di luar Kelurahan Gabahan. Hal ini dikarenakan di Indonesia, kedekatan fasilitas bukan menjadi alasan untuk digunakan tetapi terkait dengan kualitas fasilitasnya. Sedangkan pada penggunaan ruang publik pun tidak jauh berbeda dengan penduduk aslinya, kecenderungan menggunakan ruang privat yang dimaknai sebagai ruang publik menjadikan berkurangnya penggunaan ruang publik yang sesungguhnya tetapi memanfaatkan ruang publik semu berupa ruang privat yang dimaknani sebagai ruang publik pada waktu tertentu. Ruang publik yang dimanfaatkan oleh penduduk asli dan pendatang Kelurahan Gabahan dapat dilihat pada gambar berikut. 471

Legenda: Tepi Kali Semarang sebagai ruang publik Jalan dan ruang antar bangunan sebagai ruang publik Sumber: Hasil Analisis, 214 GAMBAR 4 RUANG PUBLIK DI KELURAHAN GABAHAN Pada permukiman kampong di Kelurahan Jabungan yang masih dihuni penduduk asli, keterikatan tempatnya pun hanya dipengaruhi oleh ikatan sosial masyarakat, tingkat mengenal tempat, penggunaan ruang publik, serta keamanan dan kenyamanan. TABEL 3 BESAR FAKTOR DAN BESAR PENGARUH FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERIKATAN TEMPAT DI KELURAHAN JABUNGAN NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 FAKTOR PENGARUH Identitas Lama tinggal Ikatan sosial masyarakat Karakteristik tempat Tingkat mengenal tempat Penggunaan ruang publik Kepemilikan rumah Keinginan berpartisipasi Keamanan & kenyamanan Keinginan tinggal BESAR FAKTOR 1% 1% 65,56% 94,44% 88,89% 82,22% 1% 1% 75,56% 1% BESAR PENGARUH,17 -,16,136,11,527 Sumber : Hasil Analisis, 214 Keterangan: dvhyjyjnilai tertinggi Pada tabel di atas menunjukkan bahwa keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap keterikatan tempat. Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk asli Kelurahan Gabahan. Hal yang sama juga terjadi di Kelurahan Jabungan dimana permukiman kampungnya masih dihuni oleh penduduk asli. Faktor pengaruh yang berbanding terbalik dengan keterikatan tempat pada penduduk Kelurahan Jabungan adalah karakteristik tempat. Karakteristik tempat yang dikaitkan dengan fasilitas dalam lingkungan berbanding terbalik dengan keterikatan tempat karena kelengkapan fasilitas di kelurahan Jabungan kurang memadai. Terbatasnya kelengkapan fasilitas mengakibatkan mereka hanya bisa mengakses 472

fasilitas tertentu saja. Salah satu fasilitas lingkungan yang penting dan tidak ada di Kelurahan Jabungan adalah fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, karakteristik tempat pun memberikan pengaruh negatif karena seharusnya kelengkapan fasilitas minimal yang harus ada dalam lingkungan tidak semua ada di Kelurahan Jabungan. Pola Keterikatan Tempat di Daerah Perkotaan Keterikatan tempat penduduk asli Kelurahan Gabahan dan Kelurahan Jabungan memiliki keunikan dimana pada penduduk asli Kelurahan Gabahan memiliki ketergantungan tinggi dengan tempat tinggalnya karena bekerja di Kelurahan Gabahan maupun dekat dengan Kelurahan Gabahan, sedangkan pada penduduk asli Kelurahan Jabungan justru tingkat ketergantungan lingkungannya rendah karena bekerja di luar Kelurahan Jabungan. Perbedaan tingkat ketergantungan ini memberikan variasi pada keterikatan tempat. Menilik pendapat Williams dan Patterson (1995) bahwa keterikatan tempat di pusat kota semakin memudar karena pendatang, di Kelurahan Gabahan menunjukkan keterikatan tempatnya memudar karena pendatang dengan keterikatan tempat rendah terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Berbeda dengan di Kelurahan Jabungan yang belum diwarnai pendatang. Sumber: Hasil Analisis, 214 GAMBAR 5 POLA KETERIKATAN TEMPATDI KELURAHAN GABAHAN DAN KELURAHAN JABUNGAN Hidalgo dan Hernandez dalam Jelley (213) menyebutkan bahwa keterikatan tempat akan bervariasi di daerah perkotaan. Gambar di atas menunjukkan bahwa pada penduduk yang tinggal di pusat kota, keterikatan tempatnya lebih rendah dibandingkan penduduk yang tinggal di daerah pinggiran. Hal ini dikarenakan di pusat kota sudah diwarnai pendatang yang memiliki keterikatan rendah dengan tempat tinggalnya sekarang, sedangkan di daerah pinggiran khususnya permukiman kampung kota masih dihuni penduduk asli. Namun, pada penduduk asli yang tinggal di pusat kota, keterikatan tempatnya lebih tinggi dibandingkan yang tinggal di daerah pinggiran, karena ketergantungan dengan lingkungan pada penduduk asli yang tinggal di daerah pinggiran lebih rendah mengingat banyak penduduk daerah pinggiran yang bekerja di luar lingkungannya. Namun hanya terbatas pada penduduk yang memiliki perekonomian rendah. Hal ini mengacu pada pendapat John Turner bahwa pada penduduk yang sudah lama 473

tinggal di pusat kota dan memiliki perekonomian yang lebih baik cenderung menginginkan tinggal di lingkungan yang lebih aman dan nyaman yaitu di daerah pinggiran. Sehingga pola keterikatan tempat di atas hanya terjadi pada penduduk yang tinggal di pusat kota yang sudah diwarnai pendatang dan daerah pinggiran yang masih dihuni penduduk asli, ketergantungan terhadap lingkungan yang dia tinggali, serta karakteristik sosial ekonomi penduduk yang masih berpenghasilan menengah ke bawah. KESIMPULAN Penduduk yang tinggal di pusat kota terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Pusat kota yang sudah diwarnai pendatang, memiliki perbedaan keterikatan tempat antara penduduk asli dan pendatang. Keterikatan tempat pada penduduk asli lebih tinggi dibandingkan pada pendatang karena penduduk asli sudah sejak lahir tinggal sehingga memiliki pemahaman yang lebih banyak terhadap lingkungan. Berbeda dengan pendatang yang tidak sejak lahir tinggal di lingkungan, maka dibutuhkan adaptasi untuk memahami lingkungannya. Secara keseluruhan penduduk, keterikatan tempat penduduk yang tinggal di permukiman kampung pusat kota lebih rendah dibandingkan penduduk yang tinggal di permukiman kampung daerah pinggiran. Hal ini dikarenakan di daerah pinggiran, belum diwarnai oleh pendatang seperti di pusat kota. Akan tetapi, pada penduduk asli daerah pinggiran, justru memiliki keterikatan tempat yang lebih rendah dibandingkan dengan penduduk asli pusat kota. Hal ini terjadi karena banyak penduduk daerah pinggiran yang bekerja di luar lingkungannya sehingga ketergantungan dengan lingkungannya tidak terlalu tinggi. Namun, tingginya keterikatan tempat penduduk asli di pusat kota hanya terbatas pada penduduk dengan perekonomian menengah ke bawah. Penduduk asli yang tinggal di pusat kota dengan perekonomian menengah ke atas, cenderung mencari tempat tinggal yang lebih aman dan nyaman karena kemampuan ekonomi mereka yang mampu mengakses tempat tinggal yang lebih aman dan nyaman, mengingat keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk asli baik yang tinggal di pusat kota maupun yang tinggal di daerah pinggiran. DAFTAR PUSTAKA Halpenny, Elizabeth. 212. Place, Place Attachment, Recreation and Leisure. Paper presented in Alberta Park and Recreation Association Annual Meeting. Jasper, Alberta, 2 Oktober 212. Hernandez, Bernando. 27. Place Attachment and Place Identity in Natives and NonNatives. Jornal of Environmental Psychology. Vol.24, pp.31-319. Jelley, Sarah Elizabeth. 213. A Study of Place Attachment. UnpublisedMaster of Marketing Research, Thesis, School of Management and Marketing University of Wollongong. Kyle, Gerard. 24. Effects of Place Attachment on Users Perception of Social Environmental Condition in A Natural Setting. Journal of Environmental Psychology, Vol 24, pp.213-222. Lewicka, Maria. 28. Place Attachment, Place Identity and Place Memory: Restoring The Forgotten City Past. Journal of Environmental Psychology, Vol 28, pp.29-231. Sihombing, Antony. 22. Living in the Kampungs: A Firsthand Account of Experiences in Jakarta s Kampungs FORUM International Journal of Postgraduate Studies Architecture, Planning and Landscape University of Newcastle. Vol.7. No.1, pp.15-22. 474

Ujang, Norsidah. 21. Place Attachment and Continuity of Urban Place Identity. ProcediaSocial and Behavioral Sciences. Vol.49, pp.156-167. Williams, Daniels dan Michael E.Patterson. 1995. Measuring Place Attachment : More Preliminary Result.Paper presented in NRPA Leissure Research Symposium, San Antonio, Texas, 4-8 October 1995. 475