FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN DAN UJI FOTOAKTIVITAS KOMPOSIT Ti02-BENTONIT UNTUK DEGRADASI SENYAWA PEWARNA METILEN BIRU

FOTODEGRADASI ZAT WARNA METHYL ORANGE MENGGUNAKAN Fe 2 O 3 -MONTMORILLONIT DAN SINAR ULTRAVIOLET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

IMPREGNASI ZEOLIT ALAM DENGAN TiO 2 UNTUK DEGRADASI JINGGA METIL SECARA FOTOKATALITIK

KIMIA FISIKA (Kode : C-01)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

4 Hasil dan Pembahasan

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PENGARUH KONSENTRASI TiO 2 DALAM ZEOLIT TERHADAP DEGRADASI METHYLENE BLUE SECARA FOTOKATALITIK ABSTRAK ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

KARAKTERISASI BENTONIT TERPILAR Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN

Pengaruh ph Awal dan Konsentrasi Awal Larutan Metilen Biru pada Degradasi Larutan Metilen Biru menggunakan Fotokatalis TiO 2 bentonit

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

PREPARASI Fe(III)-MONTMORILLONIT SEBAGAI FOTOKATALIS DEGRAGASI METIL JINGGA ABSTRACT

Angga Fahmi Rayendra, Sri Wardhani, Rachmat Triandi Tjahjanto ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI FOTOKATALIS ZnO PADA ZEOLIT

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

PILARISASI DAN KARAKTERISASI MONTMORILLONIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

Kajian Fotodegradasi Methyl Orange (Afid Aryanto dan Irwan Nugraha) KAJIAN FOTODEGRADASI METHYL ORANGE DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOSIT TiO2-MONTMORILLONIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

4 Hasil dan Pembahasan

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

PENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH MENGGUNAKAN ADSORBEN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

3 Metodologi Penelitian

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK

Transkripsi:

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV I Kadek Sumerta, Karna Wijaya, Iqmal Tahir Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Intisari Telah dilakukan sintesis TiO 2 -montmorilonit dan aplikasinya sebagai katalis untuk mendegradasi metilen biru. Montmorilonit terpilar TiO 2 disintesis dari montmorilonit alam dengan agen pemilar kompleks-ti. Larutan kompleks-ti dibuat dengan menambahkan TiCl 4 9,01 M ke dalam HCl 6 M kemudian diencerkan dengan air bebas ion hingga diperoleh konsentrasi Ti akhir 0,082 M. Selanjutnya melalui proses kalsinasi pada suhu 350 o C selama 12 jam akan terbentuk montmorilonit terpilar TiO 2. TiO 2 -montmorilonit yang terbentuk kemudian digunakan untuk mendegradasi senyawa pencemar metilen biru. Degradasi dilakukan dengan menambahkan 25 mg montmorilonit terpilar TiO 2 kedalam 25 ml larutan metilen biru 10-4 M kemudian disinari dengan sinar ultravoilet pada panjang gelombang 350 nm pada suhu kamar dengan variasi waktu 10, 20, 30,40, 50 dan 60 menit. Pengurangan metilen biru akibat fotodegradasi dianalisis dengan spektroskopi ultraviolet. Hasil analisis pada montmorilonit terpilar menunjukkan peningkatan basal spacing (d 001 ) sebesar 11,07 Å. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pilarisasi pada montmorilonit. Luas permukaan spesifik dari montmorilonit terpilar menunjukkan peningkatan sebesar 143,543 m 2 /g dari keadaan tidak terpilar. Volume total pori setelah terpilar juga menunjukkan peningkatan sebesar 1,139 x 10-1 ml/g. Penentuan kandungan Ti dalam montmorilonit, tertinggi diperoleh pada montmorilonit terpilar sebesar 18,17% (b/b) yang menunjukkan bahwa pemilaran dengan TiO 2 telah berhasil. Konsentrasi metilen biru berkurang setelah suspensi disinari dengan sinar UV dan dikatalisis dengan TiO 2 -montmorilonit, yang menunjukkan bahwa degradasi metilen biru sudah terjadi. Kajian kinetika menunjukkan reaksi degradasi metilen biru mengikuti orde satu dengan konstanta laju reaksi sebesar 0,354 detik -1. PENDAHULUAN Dewasa ini pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat pewarna telah cukup memprihatinkan sehingga diperlukan penanganan yang serius untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya penanganan secara konvensional seperti secara adsorpsi menggunakan karbon aktif atau zeolit telah banyak dilakukan, namun hasilnya sering kurang efektif. Dari sekian banyak bahan pencemar yang ada dan dikenal orang dewasa ini, maka dalam penelitian ini di gunakan zat pewarna metilen biru yang mudah dan murah didapat, senyawa ini juga merupakan zat warna yang cukup berbahaya. Montmorilonit terpilar yang berhasil disintesis selanjutnya diuji cobakan untuk mempelajari kinetika fotodegradasi metilen biru. Jika tingkat reaksi fotodegradasi metilen biru diketahui, maka akan dapat ditentukan waktu yang diperlukan untuk mendestruksi metilen biru dengan bantuan sinar UV. Kemampuan suatu semikonduktor fotokatalis oksida logam transisi dilaporkan dapat mengalami peningkatan apabila memiliki ukuran partikel dalam kisaran nanometer. Apabila terjadi penurunan dimensi partikel semikonduktor sampai ke daerah nanometer (1-10 nm) ternyata terjadi kenaikan energi band gap (Eg), sebagai ukuran kemampuan fotokatalis, seiring dengan semakin turunnya ukuran partikel. Degradasi senyawa organik sebagian besar mengikuti reaksi tingkat satu seperti yang dilaporkan oleh Modestov dkk. (1997). Laporan ini didukung penelitian yang Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta, 19 Oktober 2002

dilakukan oleh Nogueira dan Jardim (1993) yang mengamati fotodegradasi metilen biru oleh sinar matahari dengan menggunakan katalis TiO 2. Aktivitas TiO 2 untuk mendegradasi metilen biru dalam penelitian tersebut cukup baik, dimana sampel metilen biru dapat terdegradasi sampai 99% dalam waktu satu jam. Persentase tersebut termasuk kontribusi dari proses adsorbsi yang terjadi bersamaan dengan proses fotodegradasi oleh TiO 2. Penelitian ini bertujuan mengembangkan suatu metode tidak konvensional dengan melakukan pilarisasi ke dalam antarlapis silikat montmorilonit menggunakan bahan semikonduktor titanium dioksida (TiO 2 ), selanjutnya montmorilonit terpilar yang telah disintesis dicoba aplikasinya untuk mendegradasi suatu polutan organik dengan bantuan sinar UV. PROSEDUR PENELITIAN Preparasi montmorilonit alam Seratus gram lempung montmorilonit alam digerus sampai halus sehingga lolos penyaring 270 mesh. Montmorilonit halus tersebut kemudian dicuci dengan 2 L aqua bebas ion, diaduk selama 24 jam, kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada temperatur 110-120 o C. Setelah kering, montmorilonit digerus dan diayak menggunakan ayakan 270 mesh. Sintesis TiO 2 -montmorilonit Sebelum montmorilonit terpilar disintesis, maka terlebih dahulu dibuat larutan oligomer sebagai agen pemilar (pillaring agent). Larutan ini dibuat dengan menambahkan 20 ml TiCl 4 9,01 M sedikit demi sedikit kedalam 4 ml HCl 6,0 M. Endapan yang terbentuk kemudian diencerkan sampai volume 220 ml sehingga terbentuk larutan komplek Ti berwarna bening dengan konsentrasi Ti akhir sekitar 0,82 M. Larutan dibiarkan (aged) minimal 8 jam pada temperatur kamar sebelum digunakan. Untuk membuat TiO 2 -montmorilonit maka 18 g montmorilonit didispersikan ke dalam 1320 ml aquades sambil diaduk dengan pengaduk magnet selama 5 jam. Tahap selanjutnya adalah mencampurkan agen pemilar dengan suspensi montmorilonit dengan perbandingan 10 mmol Ti per gram lempung. Campuran yang terbentuk selanjutnya diaduk dengan kuat selama 18 jam. Hasil yang diperoleh kemudian dipisahkan dengan penyaring dan dicuci beberapa kali dengan air bebas ion sampai terbebas dari ion klorida. Pencucian dihentikan jika filtrat diuji dengan larutan AgNO 3 tidak membentuk endapan putih dari AgCl. Lempung montmorilonit yang telah terinterkalasi kompleks Ti dikeringkan dalam oven pada temperatur 110-120 o C. Hasilnya kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 270 mesh selanjutnya di kalsinasi pada temperatur 350 o C selama 12 jam. Fotodegradasi metilen biru menggunakan TiO 2 -montmorilonit sebagai fotokatalis Delapan gelas beker 50 ml masing-masing diisi dengan 25 ml larutan metilen biru dengan konsentrasi 10-4 M. Ke dalam tujuh gelas tersebut dimasukan 25 mg montmorilonit terpilar TiO 2 sehingga membentuk suspensi. Enam dari tujuh gelas tersebut dibungkus dengan plastik hitam sebelum diekspos sinar UV masing-masing selama 10, 20, 30, 40, 50, 60 menit (sampel berturut-turut diberi kode C 10, C 20, C 30, C 40, C 50, C 60 ) sedangkan suspensi sisanya yaitu TiO 2 -montmorilonit dalam metilen biru dibiarkan di tempat gelap sebagai pengontrol untuk menghitung hilangnya adsorbsi metilen biru pada TiO 2 -montmorilonit. Suspensi disaring dengan penyaring vakum menggunakan kertas saring Whatman 42. Larutan metilen biru yang dibuat kemudian di scanning panjang gelombang untuk mengetahui panjang gelombang maksimum. Filtrat kemudian dianalisis absorbansinya

dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Hasil pembacaan absorbansi dikonversi ke konsentrasi dengan bantuan larutan standar metilen biru. Sebagai pembanding maka dibuat juga larutan metilen biru yang ditambahkan dengan montmorilonit alam dan diberi perlakuan yang sama. Perhitungan persentase kehilangan metilen biru setelah penyinaran diringkas dalam tabel 1. Tabel 1. Persentase kehilangan metilen biru (MB) setelah penyinaran dan menggunakan katalis TiO 2 -montmorilonit. Kondisi C 0 (mm) C t (mm) Kehilangan (%) Larutan MB A1 B1 A1-B1/A1 x 100% Lart. MB + TiO 2 - montmorilonit (terang) A2 B2 A2-B2/A2 x 100% Lrt. MB + TiO 2 - montmorilonit (gelap) A3 B3 A3-B3/A3 x 100% C 0 = Konsentrasi awal (mm) C t = Konsentrasi setelah t menit diekspos sinar matahari (mm) Dari data tersebut di atas kemudian dibuat grafik ln C t /C o sebagai fungsi waktu. Dengan bantuan grafik tersebut maka diperoleh nilai konstanta laju reaksi (k) sebagai slope. HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi montmorilonit Lempung montmorilonit tidak sepenuhnya merupakan bahan inang yang homoionik, di dalam antarlapisnya terdapat pula ion-ion logam lain misalnya kalsium, magnesium dan lainnya. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa montmorilonit memiliki refleksi intensitas yang relatif ramping. Hal ini menunjukkan bahwa kristalinitas montmorilonit cukup homogen. Susunan atom tersebut kemungkinan terjadi akibat proses kalsinasi yang menyebabkan molekul air bebas pada ruang antarlapis mengalami penguapan sehingga kation terhidrat bisa tersusun lebih teratur. Dari difraktogram terlihat bahwa sampel mempunyai puncak pada 2θ = 5,9275 0 (d = 14,898 Å) dan 2θ = 19, 915 0 (d = 4,454 Å) yang merupakan daerah karakteristik mineral montmorilonit. Hasil XRD montmorilonit alam ditunjukkan pada gambar 1. Gambar 1. Difraktogram sinar-x montmorilonit alam Gambar 2. Spektra FTIR montmorilonit alam

Hasil analisis dengan FTIR seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 memperlihatkan adanya serapan yang merupakan vibrasi regang dan tekuk H 2 O yaitu pada bilangan gelombang 3444,6 cm -1 yang merupakan serapan dari OH oktahedral atau air yang terserap (O-H regang) dan pada 1637,5 cm -1 yang merupakan serapan dari H 2 O secara lengkung (O-H tekuk). Serapan gugus O-H yang cukup kuat menunjukkan kuatnya ikatan OH dengan kation-kation yang ada pada antarlapis lempung serta jumlah molekul air yang terserap. Ikatan yang kuat ini diasumsikan merupakan ikatan yang terjadi antara Ca 2+ dengan molekul air karena kation Ca 2+ mempunyai kemampuan mengikat molekul air relatif lebih kuat dari kation yang lainnya pada antarlapis lempung. Sintesis montmorilonit terpilar TiO 2 Montmorilonit terpilar titanium dioksida (TiO 2 -pillared clay) diperoleh dengan reaksi pertukaran kation Na + pada antarlapis lempung dengan Ti ion Keggin. Reaksi pertukaran kation Na + dengan Ti ion Keggin di dalam mineral montmorilonit dapat terjadi karena kation Na + yang berada diantara lapisan silikat lempung tidak terikat kuat sehingga mudah digeser atau ditukar oleh Ti Keggin ion. Hasil XRD (gambar 3) menunjukkan bahwa montmorilonit terpilar TiO 2 menyebabkan terjadinya pergeseran basal spacing (d 001 ) pada 2θ = 4,2 0 (tidak terdeteksi) sedangkan untuk montmorilonit tidak terpilar memiliki tebal lapis silika 9,6 Å (Yang dkk., 1992) sehingga terjadi peningkatan jarak antarlapis silikat 11,07 Å ( d 001 = 20,67 Å 9,6 Å). Gambar 3. Difraktogram sinar-x montmorilonit alam dan montmorilonit terpilar TiO 2 Peningkatan jarak antarlapis tersebut disebabkan oleh terbentuknya penyangga oksida TiO 2. Adanya TiO 2 yang terikat pada lempung terpilar ditunjukkan pada 2θ = 25,3 Å. Pilar TiO 2 pada antarlapis silikat montmorilonit berfungsi sebagai penghalang sekaligus pengikat antarlapis silikat montmorilonit. Hasil analisis dengan FTIR seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 memperlihatkan bahwa pemilaran montmorilonit dengan TiO 2 menyebabkan munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 920 cm -1. Pita serapan dari Si-O-Si (stretching) yang ditunjukkan oleh bilangan gelombang 1039,6 cm -1 pada montmorilonit alam tidak begitu tajam namun memiliki intensitas yang cukup tinggi, pada montmorilonit yang telah terpilar intensitasnya semakin tinggi dan tajam serta muncul pada bilangan gelombang 1051,1 cm -1 hal ini menunjukkan bahwa pembentukan pilar pada antarlapis silikat tidak menyebabkan kerusakan struktur Si-O-Si (stretching).

Gambar 4. Spektra FTIR montmorilonit alam dan TiO 2 -montmorilonit. Terbentuknya pilar TiO 2 pada antarlapis montmorilonit dapat diketahui dari hasil analisis APN yang dilakukan pada montmorilonit alam dan montmorilonit terpilar yang ditunjukkan tabel 2. Tabel 2. Hasil pengukuran kandungan Ti dengan metode APN dari montmorilonit dan montmorilonit terpilar TiO 2. No Nama sampel Kandungan Ti (%, b/b) 1 Montmorilonit alam 0,39 2 Montmorilonit terpilar TiO 2 18,17 Dari hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 5.2 di atas, terjadi peningkatan jumlah Ti dalam bentuk TiO 2 pada montmorilonit yang sudah terpilar. Hal ini juga menunjukkan efektivitas proses pemilaran yang dilakukan. Kadar Ti yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Simpen (2001), kandungan Ti yang diperoleh sebelumnya adalah 16,43 %, b/b sedang pada penelitian ini diperoleh 18,17 %, b/b. Hasil ini didukung oleh data pengukuran terhadap luas permukaan pori dimana terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada luas permukaan spesifik lempung yang telah dipilarkan TiO 2. Tabel 3. Data luas permukaan dengan metode BET Parameter Montmorilonit alam TiO 2 - montmorilonit Luas permukaan spesifik 74,701 m 2 /g 218,235 m 2 /g Volume total pori 50,876. 10-3 ml/g 164,867. 10-3 ml/g Data diatas menunjukkan bahwa pilarisasi montmorilonit dengan TiO 2 telah berhasil. Fotodegradasi metilen biru menggunakan TiO 2 -montmorilonit sebagai katalis Fotodegradasi metilen biru dengan menggunakan montmorilonit terpilar TiO 2 sebagai katalis dilakukan dengan bantuan sinar UV dengan panjang gelombang 350 nm. Reaksi yang terjadi pada degradasi metilen biru adalah reaksi redoks dimana terjadi pelepasan dan penangkapan elektron yang diakibatkan oleh energi foton hv. Dari hasil analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 665 nm menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi metilen biru setelah ditambah montmorilonit terpilar TiO 2 disertai penyinaran dengan sinar UV. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa secara umum semakin lama waktu penyinaran, maka pengurangan jumlah metilen biru semakin besar. Telah banyak dilaporkan bahwa sebagian besar degradasi senyawa organik mengikuti reaksi tingkat satu (Modestov dkk., 1997). Reaksi fotodegradasi metilen biru dapat dituliskan sebagai berikut (Nogueira & Jardim, 1993): C 16 H 18 N 3 SCl (teradsorp +terlarut) + 51 / 2 O 2 HCl + H 2 SO 4 + 3HNO 3 + 16CO 2 + 6H 2 O Data konsentrasi sisa metilen biru setelah penyinaran serta dengan penambahan montmorilonit alam dan montmorilonit terpilar TiO 2 disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil pengukuran konsentrasi metilen biru setelah penyinaran UV dengan katalis montmorilonit alam serta montmorilonit terpilar TiO 2. Waktu (min.) C mont. (mm) C Ti-mont. (mm) 0 1,316 x 10-2 1,2086 x 10-2 10 1,350 x 10-2 1,1208 x 10-2 20 1,327 x 10-2 1,0104 x 10-2 30 1,129 x 10-2 9,934 x 10-3 40 1,44 x 10-2 5,094 x 10-3 50 1,316 x 10-2 8,94 x 10-3 Keterangan : C mont = Konsentrasi metilen biru setelah ditambahkan montmorilonit. C Ti-mont. = Konsentrasi metilen biru setelah ditambahkan montmorilonit terpilar TiO 2. t = 0, menunjukkan ketika fotodegradasi dimulai Pada montmorilonit yang tidak terpilar terlihat bahwa variasi waktu tidak begitu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan konsentrasi metilen biru bahkan cenderung konstan. Namun pada montmorilonit yang terpilar TiO 2 terjadi penurunan konsentrasi secara teratur kecuali pada penyinaran selama 50 menit (t = 40) menunjukan penurunan yang cukup tajam, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak homogennya pemilaran pada lempung. Dari data diatas dapat dibuat kurva ln C/Co sebagai fungsi waktu penyinaran ultraviolet untuk mengetahui konstanta laju reaksi. Dari gambar 5 dapat ditentukan konstanta laju reaksi (k) untuk reaksi yang dikatalisis oleh TiO 2 -montmorilonit yang diperoleh dari perhitungan slope grafik tersebut. Data diatas memberikan hasil slope = 0,0059 menit -1, bila dikonversi menjadi detik berarti bahwa konstanta laju reaksinya (k) = 0,354 dt -1 dengan koefisien korelasi (r) = 0,978. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan Nogueira dan Jardim (1993) yang memperoleh k = 0,078 menit -1 untuk fotodegradasi menggunakan semikonduktor TiO 2. Penelitian yang dilakukan Matthews (1989) (Nogueira dan Jardim, 1993) memperoleh k = 0,070 menit -1 dengan menggunakan sinar UV buatan. Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan perbedaan jumlah katalis yang digunakan.

ln Ct/Co 0,2 0,1 0-0,1-0,2-0,3-0,4-0,5 R 2 = 0,1116 0 10 20 30 40 50 60 R 2 = 0,9575 Waktu (min) TiO2-m 2 -mont Mont. alam Gambar 5. Kurva ln C t /Co versus waktu penyinaran untuk fotodegradasi metilen biru dengan katalis TiO 2 -montmorilonit dan montmorilonit alam. Pada penelitian ini jumlah lempung terpilar Ti yang berupa TiO 2 seperti hasil analisis APN sebanyak 18,17 % b/b artinya jika menggunakan 25 mg TiO 2 - montmorilonit berarti jika distribusi Ti cukup merata maka yang digunakan untuk mendegradasi 25 ml 10-4 M metilen biru adalah 4,542 mg yaitu 18,17% dari yang digunakan oleh Nogueira dan Jardim serta Matthews. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian adalah kondisi lingkungan ketika melakukan penelitian serta luas permukaan katalis yang digunakan, hal ini menyebabkan perbedaan laju reaksi degradasi metilen biru. KESIMPULAN Pemilaran antarlapis silikat montmorilonit menggunakan titanium oksida, TiO 2, telah meningkatkan luas permukaan spesifik sebesar 143,54 m 2 /g, volume total pori sebesar 1,139 x 10-1 ml/g. Pemilaran dengan TiO 2 juga menyebabkan peningkatan basal spacing (d 001 ) montmorilonit sebesar 11,07 Å dengan kandungan titan terukur adalah 18,17 % (b/b). Dalam aplikasinya, montmorilonit terpilar TiO 2 memiliki kemampuan sebagai katalis reaksi fotodegradasi lebih baik daripada montmorilonit alam. Tinjauan kinetika reaksi menunjukkan degradasi metilen biru mengikuti order satu dengan konstanta laju reaksi 0,0059 menit -1. DAFTAR PUSTAKA Modestov, A., Glezer, V., Marjasin, I., and Lev, O. (1997). Photocatalytic Degradation of Chlorinated Phenoxyacetic Acids by A New Buoyant Titania-Exfoliated Graphite Composite Photocatalyst. J. Phys. Chem. B, 101, 4623-4629. Nogueira, R.F.P. dan Jardim, W.F., (1993). Photodegradation of Methylene Blue Using Solar Light and Semiconductor (TiO 2 ), J. Chem. Ed.. 70, 10, 861-862. Simpen, I N..(2001). Preparasi dan Karakterisasi Lempung Montmorillonit Teraktivasi Asam Terpilar TiO 2. Thesis S-2. UGM. Yogyakarta. Yang, R. T., Chem, J.P., Kikkinides, E. S. dan Cheng, L. S.. (1992). Pillared Clay as Superior Catalyst for Selective Catalytic reduction of NO with NH 3.Ind. Eng. Chem. Res., 31. 1440-1445.