BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA INSTALASI TIE BREAKER MCC EMERGENCY 380 VOLT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

220 VDC. Sistem DC PLTU Labuhan Angin. Pada PLTU LA sistem DC terdapat pada : Sistem DC unit 2. Sistem DC BOP Sistem DC Substation

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III KRONOLOGI & DAMPAK GANGGUAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

TES TERTULIS LEVEL : JUDUL UNIT : Memelihara Instalasi Listrik Tegangan Rendah (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN :

RANCANGAN BUS BAR PERANGKAT HUBUNG BAGI (PHB) LISTRIK BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci-prfn.

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

SIDANG FIELD PROJECT. Oleh : Rizki Bahtiar Triatmaja NRP

STUDI KELAYAKAN PERALATAN PADA INSTALASI PANEL KONTROL DI BENGKEL TEKNIK LISTRIK, POLITEKNIK NEGERI PADANG

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

BAB III DASAR TEORI.

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

UPS PLTU Labuhan Angin 2x115 MW

BAB III RENCANA SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

Uninterruptible Power Supply (UPS)

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan Dunia Industri dan Teknonogi yang semakin pesat, tenaga

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN GENSET

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

Session 11 Steam Turbine Protection

Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI SETTING PROTEKSI ARUS LEBIH DI JENE STATION PT. MEDCO E&P INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ETAP

CIRCUIT BREAKER (CB) ATAU PEMUTUS TENAGA LISTRIK (PMT)

BAB IV PEMBAHASAN.

RN 1200 RN 2000 UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY ICA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

37 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

ASSESMENT FIRE PROTECTION SYSTEM

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

BAB II LANDASAN TEORI

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

PERENCANAAN SINGLE LINE DIAGRAM SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG KAMPUS UNISKA BANJARMASIN

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III LANDASAN TEORI

PERANCANGAN UNIT INSTALASI GENSET DI PT AICHI TEX INDONESIA. DESIGN INSTALLATION UNIT OF GENSET AT PT AICHI TEX INDONESIA

Transkripsi:

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA INSTALASI TIE BREAKER MCC EMERGENCY 380 VOLT 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perencanaan tie breaker ini secara umum yang menjadi pertimbangan dalam perancangannya diantaranya : a. Menggunakan breaker sebagai tie yang harus diperhatikan adalah spesifikiasi setting breaker harus memenuhi syarat proteksi dari keseluruhan beban sehingga mampu dibebani yang tadinya hanya untuk mengamankan satu section menjadi dua section. b. Penghantar menggunakan kabel dan busbar dengan kemampuan hantar arus (KHA) yang disesuaikan dengan banyaknya pembebanan dari peralatan. c. Tie breaker dipasang dua buah yaitu tie breaker 20BMC03 dipasang antara MCC emergency section A unit 1 dengan MCC emergency section B unit 2, dan tie breaker 10BMC02 dipasang antara MCC emergency section B unit 1 dengan MCC emergency section A unit 2. d. Dengan mempertimbangkan keamanan peralatan, Tie breaker ini di rancang pada pengoprasian manual. 4.2 Menghitung Arus Nominal Untuk menentukan besarnya setting arus hubung singkat maupun kemampuan hantar arus (KHA) maka perlu diketahui arus nominal pada tiap beban masing-masing section. 4.2.1 Arus Nominal MCC Emergency 380 V Section A Unit 1 Untuk menghitung arus nominal menggunakan persamaan (3.1). Sebagai contoh untuk beban #1 jacking oil pump A memiliki data sebagai berikut: 35

P = 55 kw = 55000 W V = 380 V Cos φ = 0,85 Maka arus nominalnya adalah : P In = 3V Cos φ 55000 W In = = 98,43 Ampere 3 380V 0,85 Untuk mencari nilai arus nominal peralatan lain pada MCC emergency 380 V section A unit 1dapat dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan pada #1 jacking oil pump A. Selengkapnya hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 4.1. 4.2.2 Arus Nominal MCC Emergency 380 V Section B Unit 1 Untuk menghitung arus nominal menggunakan persamaan (3.1). Sebagai contoh untuk beban #1 jacking oil pump B memiliki data sebagai berikut: P = 55 kw = 55000 W V = 380 V Cos φ = 0,85 Maka arus nominalnya adalah : P In = 3V Cos φ 55000 W In = = 98,43 Ampere 3 380V 0,85 Untuk mencari nilai arus nominal peralatan lain pada MCC emergency 380 V section A unit 1dapat dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan pada #1 jacking oil pump A. Selengkapnya hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 4.1. 36

4.2.3 Arus Nominal MCC Emergency 380 V Section A Unit 2 Untuk menghitung arus nominal menggunakan persamaan (3.1). Sebagai contoh untuk beban #2 MOP A memiliki data sebagai berikut: P = 30 kw = 30000 W V = 380 V Cos φ = 0,85 Maka arus nominalnya adalah : P In = 3V Cos φ 30000 W In = = 53,69 Ampere 3 380V 0,85 Untuk mencari nilai arus nominal peralatan lain pada MCC emergency 380 V section A unit 1dapat dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan pada #1 jacking oil pump A. Selengkapnya hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 4.3. 4.2.3 Arus Nominal MCC Emergency 380 V Section B Unit 2 Untuk menghitung arus nominal menggunakan persamaan (3.1). Sebagai contoh untuk beban #2 Auxuliary motor of GAP B memiliki data sebagai berikut: P = 14 kw = 14000 W V = 380 V Cos φ = 0,85 Maka arus nominalnya adalah : P In = 3V Cos φ 14000 W In = = 25,05 Ampere 3 380V 0,85 37

Untuk mencari nilai arus nominal peralatan lain pada MCC emergency 380 V section A unit 1dapat dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan pada #1 jacking oil pump A. Selengkapnya hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 4.4. Tabel 4.1 Data beban dan perhitungan arus nominal pada MCC Emergency Unit 1 Section A No. Peralatan Cos φ Daya In (KW) (A) 1 #1 Turbine jacking oil pump A 0.85 55 98.43 2 #1 Turbine B turning gear 0.85 22 39.37 3 #1 Turbine AC lube oil pump 0.85 45 80.53 4 #1 MOP A 0.85 30 53.69 5 #1 Circulating oil po. A 0.85 1,5 2.68 6 #1 BFP turbine AC lube oil pump A dan B 0.85 90 161.06 7 #1 BFP turbin A JOP 0.85 4 7.16 8 #1 Generator seal oil pump A 0.85 7.5 13.42 9 #1 Generator recirculating oil pump 0.85 5.5 9.84 10 #1 Generator seal vacuum oil pump 0.85 8.5 15.21 11 #1 No. Turbine power distribusi cabinet 0.85 50 89.48 12 #1 Auxuliary motor of GAP A 0.85 14 25.05 13 #1 Lube oil station motor of FDF 0.85 4.7 8.411 14 #1 Oil pump motor MSM B 0.85 44 78.74 15 #1 Flame canning cooling pump 0.85 10 17.89 16 Charger cubicle for unit power 0.85 55 98.43 17 Charger cubicle for unit control 0.85 18 32.21 18 Charger cubicle for coal handling DCS 12.52 0.85 7 system 19 #1 UPS bypass cubicle 0.85 100 178.96 20 #1 Lube oil of PAF A 0.85 14.2 25.51 21 #1 Lube oil of GAH 0.85 4.5 8.05 22 #1 Vibration monitoring 0.85 4 7.16 23 Power distribution box of fan in ventilating 0.85 11 19.69 24 MCC for unit 1emergency lighting 0.85 60 107.37 38

Tabel 4.2 Data beban dan perhitungan arus nominal pada MCC Emergency Unit 1 Section B No. Equipment Cos φ Daya (KW) In (A) 1 #1 Turbine jacking oil pump B 0.85 55 98.43 2 #1 MOP B 0.85 30 53,68 3 #1 Circulating oil po. B 0.85 1.5 2.68 4 #1 BFP turbine A/B AC lube oil pump B 0.85 90 161.06 5 #1 BFP turbin B JOP 0.85 4 7.16 6 #1 Generator seal oil pump B 0.85 7.5 13.42 7 #1 No.2 Turbine power distribusi cabinet 0.85 35 62.63 8 #1 Auxuliary motor of GAP B 0.85 14 25.05 9 #1 Lube oil station motor of FDF B 0.85 4.7 8.41 10 #1 Oil pump motor MSM E 0.85 66 118.11 11 #1 Boiler power distribution cabinet 0.85 75 134.21 12 #1 Flame canning cooling fan 0.85 10 17.89 13 No1 pwr. Source #1 GAH intrvl. Control cabinet 0.85 7 12.53 14 Power distribution for common of unit 0.85 5 8.95 15 #1 GAH fire detection contr. Cab. 0.85 5 8.95 16 #1 elevator boiler house 0.85 11 19.68 17 No 1 & 2 comn. Utility charger cub. Unit pwr. 0.85 55 98.42 18 #1 No. 2 Charger cubicle for unit control 0.85 36 64.42 19 Pwr. Distr. Cab. Conden. Polishing treat. Sys. 0.85 3 5.37 20 #1 diesel load of one self 0.85 5 8.95 21 #1 UPS bypass cubicle 0.85 100 178.95 22 Fire alarm control panel 0.85 5 8.94 23 FF Jokey pump 0.85 15 26.84 24 #1 Lube oil of PAF B 0.85 14.2 25.41 25 #1 Lube oil of GAH B 0.85 4.5 8.05 26 Sea water desal/make up WTP contr. Panel 0.85 10 17.89 27 Ash hadl. & slag handling contr. Pwr. 0.85 7 12.52 28 Fire alarm control panel for coal handling system 0.85 3 5.37 29 Fire alarm control panel for ESP system 0.85 3 5.37 30 Power source for main house comunication 0.85 15 26.84 31 Power distribution box of fan in diesel 0.85 0.24 0.43 32 Power source of elevator in administration 0.85 7 12.53 39

Tabel 4.3 Data beban dan perhitungan arus nominal pada MCC Emergency Unit 2 Section A No. Peralatan Cos φ Daya In (KW) (A) 1 #2 Turbine jacking oil pump A 0.85 55 98.43 2 #2 Turbine B turning gear 0.85 22 39.37 3 #2 Turbine AC lube oil pump 0.85 45 80.53 4 #2 MOP A 0.85 30 53.69 5 #2 Circulating oil po. A 0.85 1,5 2.68 6 #2 BFP turbine AC lube oil pump A dan B 0.85 90 161.06 7 #2 BFP turbin A JOP 0.85 4 7.16 8 #2 Generator seal oil pump A 0.85 7.5 13.42 9 #2 Generator recirculating oil pump 0.85 5.5 9.84 10 #2 Generator seal vacuum oil pump 0.85 8.5 15.21 11 #2 No. Turbine power distribusi cabinet 0.85 50 89.48 12 #2 Auxuliary motor of GAP A 0.85 14 25.05 13 #2 Lube oil station motor of FDF 0.85 4.7 8.41 14 #2 Oil pump motor MSM B 0.85 44 78.74 15 #2 Flame canning cooling pump 0.85 10 17.89 16 Charger cubicle for unit power 0.85 55 98.42 17 Charger cubicle for unit control 0.85 18 32.21 19 #2 UPS bypass cubicle 0.85 100 178.96 20 #2 Lube oil of PAF A 0.85 14.2 25.41 21 #2 Lube oil of GAH 0.85 4.5 8.05 22 150 kv substation emergency MCC 0.85 35 62.63 22 #2 Vibration monitoring 0.85 4 7.16 23 MCC for unit 2emergency lighting 0.85 45 80.53 40

Tabel 4.4 Data Beban dan perhitungan arus nominal pada MCC Emergency Unit 2 Section B No. Peralatan Cos φ Daya In (KW) (A) 1 #2 Turbine jacking oil pump B 0.85 55 98.43 2 #2 MOP B 0.85 30 53.69 3 #2 Circulating oil po. B 0.85 1.5 2.68 4 #2 BFP turbine A/B AC lube oil pump B 0.85 90 161.06 5 #2 BFP turbin B JOP 0.85 4 7.16 6 #2 Generator seal oil pump B 0.85 7.5 13.42 7 #2 No.2 Turbine power distribusi cabinet 0.85 35 62.64 8 #2 Auxuliary motor of GAP B 0.85 14 25.05 9 #2 Lube oil station motor of FDF B 0.85 4.7 8.4 10 #2 Oil pump motor MSM E 0.85 66 118.11 11 #2 Boiler power distribution cabinet 0.85 75 134.21 12 #2 Flame canning cooling fan 0.85 10 17.89 13 No1 pwr. Source #2 GAH intrvl. Control 12.53 0.85 7 cabinet 15 #2 GAH fire detection contr. Cab. 0.85 5 8.94 16 #2 elevator boiler house 0.85 11 19.68 17 No 1 & 2 comn. Utility charger cub. Unit 98.42 0.85 55 pwr. 18 #2 No. 2 Charger cubicle for unit control 0.85 36 64.42 19 #2 diesel load of one self 0.85 5 8.95 20 #2 UPS bypass cubicle 0.85 100 178.96 21 Fire alarm control panel 0.85 5 8.95 22 FF Jokey pump 0.85 15 26.84 23 #2 Lube oil of PAF B 0.85 14.2 25.41 24 #2 Lube oil of GAH B 0.85 4.5 8.05 25 Fire alarm control panel for coal handling 5.37 0.85 3 system 26 Fire alarm control panel for ESP system 0.85 3 5.37 27 Power source for main house comunication 0.85 15 26.84 41

4.3 Menentukan Nilai Pemutus Sirkit Untuk menentukan proteksi hubung pendek atau lebih yang mana nilai proteksinya tidak boleh lebih dari nilai pengenal setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi di tambah jumlah arus beban penuh semua motor lain yang terdapat pada sirkuit tersebut. 4.3.1 Setting Arus Tie Breaker 20BMC03 Untuk menentukan settingan arus breaker antara MCC emergency section A unit 1 dan section B unit 2 karena merupakan sirkit cabang maka dapat menggunakan persamaan (3.8) berdasarkan data pada tabel 4.1 dan 4.4. a. Setting Arus MCC Emergency Section A Unit 1 Setting arus pemutus sirkit saluran utama MCC Emergency section A unit 1 berdasarkan data pada tabel 4.1 menggunakan persamaan 3.7 dan 3.8. Karena jenis motor yang digunakan pada MCC emergency section A rata-rata menggunakan motor sangkar atau serempak dengan pengasutan bintang segitiga, sehingga untuk perhitungan setting arus pemutus sirkit berdasarkan tabel 3.4 sebesar 250% dari arus nominalnya dan untuk setting arus pemutus sirkit cabang bisa ditentukan sebagai acuan setting arus tertingginya yaitu arus nominal tertinggi pada section tersebut. Dari tabel 4.1 dapat dilihat arus nominal yang tertinggi adalah 178,96 Ampere, Sehingga untuk setting arus sirkit cabang dapat dihitung sebagai berikut: Iset = (250%x178,96)+(98,43+39,37+80,53+53,69+2,68+161,06+7,16+ 13,42+9,14+15,21+84,48+25,05+8,41+78,74+17,84+48,43+32,21+ 12,52+25,51+8,05+7,16+19,69+107,37) = 1462,22 A b. Setting Arus MCC Emergency Section B Unit 2 Setting arus pemutus sirkit saluran utama MCC Emergency section B unit 2 berdasarkan data pada tabel 4.4 menggunakan persamaan 3.7 dan 3.8. Karena jenis motor yang digunakan pada MCC emergency section A 42

rata-rata menggunakan motor sangkar atau serempak dengan pengasutan bintang segitiga, sehingga untuk perhitungan setting arus pemutus sirkit berdasarkan tabel 3.4 sebesar 250% dari arus nominalnya dan untuk setting arus pemutus sirkit cabang bisa ditentukan sebagai acuan setting tertingginya yaitu arus nominal tertinggi pada section tersebut. Dari tabel 4.4 dapat dilihat arus nominal yang tertinggi adalah 178,96 Ampere, Sehingga untuk setting arus sirkit cabang dapat dihitung sebagai berikut: Iset = (250%x178,96)+(98,43+53,09+2,08+161,06+7,16+13,42+62,64+ 25,05+8,4+118,11+134,21+17,89+12,53+8,94+12,53+8,94+19,68+ 98,42+64,42+8,95+26,84+25,11+8,05+5,37+5,37+26,84) = 1469,96 A Dari hasil perhitungan diatas didapat setting pemutus sirkit untuk masingmasing section yaitu 1462,22 Ampere dan 1469,96 Ampere. Untuk penggunaan tie breaker digunakan pemutus yang memiliki setting pengaman arus sebesar 1600 A. Nilai tersebut diambil berdasarkan nilai yang mendekati setting pengaman hasil perhitungan antara 1462,22 A dan 1469,96 A. Dengan setting arus sebesar 1600 A telah memenuhi kemampuan pengaman arus maksimum kedua section tersebut. Pengaman yang digunakan adalah air circuit breaker (ACB), karena ACB dapat mengamankan peralatan terhadap gangguan arus beban lebih dan arus hubung singkat. Rating kerja arus ACB lebih tinggi dari pada MCB/MCCB dan dapat di setting menurut kebutuhan. 4.3.2 Setting Arus Tie Breaker 10BMC02 Untuk menentukan settingan arus breaker antara MCC emergency section B unit 1dan section A unit 2 maka kita dapat menggunakan data pada tabel 4.2 dan 4.3. 43

a. Setting Arus MCC Emergency Section B Unit 1 Setting arus pemutus sirkit saluran utama MCC Emergency section B unit 1 berdasarkan data pada tabel 4.2 menggunakan persamaan 3.7 dan 3.8. Karena jenis motor yang digunakan pada MCC emergency section A rata-rata menggunakan motor sangkar atau serempak dengan pengasutan bintang segitiga, sehingga untuk perhitungan setting arus pemutus sirkit berdasarkan tabel 3.4 sebesar 250% dari arus nominalnya dan untuk setting arus pemutus sirkit cabang bisa ditentukan sebagai acuan setting arus tertingginya yaitu arus nominal tertinggi dari section tersebut. Dari tabel 4.2 dapat dilihat arus nominal yang tertinggi adalah 178,96 Ampere, Sehingga untuk setting arus sirkit cabang dapat dihitung sebagai berikut: Iset=(250%x178,96)+(98,43+53,09+2,08+161,06+7,16+13,42+62,64+ 25,05+8,4+118,11+134,21+17,89+12,53+8,94+12,53+8,95+8,95+ 19,68+98,42+64,42+5,37+8,95+8,95+26,84+25,41+17,84+12,52+ 8,05+5,37+5,37+26,84+0,43+12,53) = 1527,66 A b. Setting Arus MCC Emergency Section A Unit 2 Setting arus pemutus sirkit saluran utama MCC Emergency section A unit 2 berdasarkan data pada tabel 4.3 menggunakan persamaan 3.7 dan 3.8. Karena jenis motor yang digunakan pada MCC emergency section A rata-rata menggunakan motor sangkar atau serempak dengan pengasutan bintang segitiga, sehingga untuk perhitungan setting arus pemutus sirkit berdasarkan tabel 3.4 sebesar 250% dari arus nominalnya dan untuk setting arus pemutus sirkit cabang bisa ditentukan sebagai acuan setting arus tertingginya yaitu arus nominal tertinggi dari section tersebut. Dari tabel 4.3 dapat dilihat arus nominal yang tertinggi adalah 178,96 Ampere, Sehingga untuk setting arus sirkit cabang dapat dihitung sebagai berikut: 44

Iset=(250%x178,96)+(98,43+39,37+80,53+53,69+2,68+161,06+7,16+ 13,42+9,14+15,21+84,48+25,05+8,41+78,74+17,84+48,43+32,21+ 25,51+8,05+62,63+7,16+80,53) = 1462,8 A Dari hasil perhitungan diatas didapat setting pemutus sirkit untuk masingmasing section yaitu 1527,66 Ampere dan 1462,8 Ampere. Untuk penggunaan tie breaker digunakan pemutus yang memiliki setting pengaman arus sebesar 1600 A. Nilai tersebut diambil berdasarkan nilai yang mendekati setting pengaman hasil perhitungan antara 1527,66 A dan 1462,8 A. Dengan setting arus sebesar 1600 A telah memenuhi kemampuan pengaman arus maksimum kedua section tersebut. Pengaman yang digunakan adalah air circuit breaker (ACB), karena ACB dapat mengamankan peralatan terhadap gangguan arus beban lebih dan arus hubung singkat. Rating kerja arus ACB lebih tinggi dari pada MCB/MCCB dan dapat di setting menurut kebutuhan. 4.4 Menentukan Kapasitas Penghantar Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Sedangkan untuk penghantar sirkuit cabang mempunyai KHA jumlah arus beban penuh tiap motor ditambah dengan 125 % dari arus beban penuh motor yang terbesar dalam kelompok tersebut. Sehingga untuk menentukan KHA tiap section menggunakan persamaan 3.6. a. KHA MCC Emergency Section A Unit 1 KHA saluran utama MCC Emergency section A unit 1 berdasarkan tabel 4.1 KHA = (125% x In tertinggi) + In lainnya KHA=(125%x178,96)+(98,43+39,37+80,53+53,69+2,68+161,06+7,16+ 13,42+9,14+15,21+84,48+25,05+8,41+78,74+17,84+48,43+32,21+ 12,52+25,51+8,05+7,16+19,69+107,37)= 1235,52 A 45

b. KHA MCC Emergency Section B Unit 1 KHA saluran utama MCC Emergency section B unit 1 berdasarkan tabel 4.2. KHA = (125% x In tertinggi) + In lainnya KHA=(125%x178,96)+(98,43+53,09+2,08+161,06+7,16+13,42+62,64+ 25,05+8,4+118,11+134,21+17,89+12,53+8,94+12,53+8,95+8,95+ 19,68+98,42+64,42+5,37+8,95+8,95+26,84+25,41+17,84+12,52+ 8,05+5,37+5,37+26,84+0,43+12,53)= 1303,96 A c. KHA MCC Emergency Section A Unit 2 KHA saluran utama MCC Emergency section A unit 2 berdasarkan tabel 4.4. KHA = (125% x In tertinggi) + In lainnya KHA=(125%x178,96)+(98,43+39,37+80,53+53,69+2,68+161,06+7,16+ 13,42+9,14+15,21+84,48+25,05+8,41+78,74+17,84+48,43+32,21+ 25,51+ 8,05+62,63+7,16+80,53) = 1239,11 A d. KHA MCC Emergency Section B unit 2 KHA saluran utama MCC Emergency section B unit 2 berdasarkan tabel 4.3. KHA = (125% x In tertinggi) + In lainnya KHA=(125%x178,96)+(98,43+53,09+2,08+161,06+7,16+13,42+62,64+ 25,05+8,4+118,11+134,21+17,89+12,53+8,94+12,53+8,94+19,6 8+98,42+64,42+8,95+26,84+25,11+8,05+5,37+5,37+26,84)= 1246,26 A Penghantar yang digunakan yaitu jenis pengahantar tembaga persegi (busbar) karena lebih mudah dalam instalasi interkoneksi antar panel/ MCC. Untuk menentukan ukuran penampang busbar berdasarkan PUIL 2000 pasal 6.6.4 dapat dilihat pada tabel 3.1. Berdasarkan perhitungan KHA pada tiap-tiap section, 46

diambil nilai KHA yang paling tinggi yaitu 1303,46 A, karena supaya mencakup keseluruhan yang mampu dibebani oleh tiap section. Jadi untuk penghantar busbar dengan KHA sebesar 1303,46 Ampere, dapat dilihat pada tabel 3.1 didapat ukuran busbar yang mendekati kemampuan arus tersebut yaitu sebesar 1310 A sehingga didapat penghantar jenis tembaga yang dilapisi lapisan konduktif dengan jumlah batang 1 yaitu 100 x 5 mm 2. pemilihan ukuran tersebut telah sesuai dengan PUIL 2000 sehingga aman untuk digunakan. 4.5 Rencana Perancangan 4.5.1 Penempatan Tie Breaker Untuk pemasangan tie breaker akan dipasang 2 buah dengan pemasangan silang antar section beda unit. a. Tie Breaker 20BMC03 Koneksi tie breaker diambil dari spare pada panel dengan kode 10BMB03 pada unit 1 dengan panel 20BMC03 pada unit 2. Tie breaker dipasang di panel 20BMC03. Gambar 4.1 Panel 10BMB03 Gambar 4.2 Panel 20BMC02 47

b. Tie Breaker 10BMC02 Koneksi tie breaker diambil dari spare pada panel dengan kode 20BMB03 pada unit 2 dengan panel 10BMC03 pada unit 1. Tie breaker dipasang di panel 10BMC02. Gambar 4.3 Panel 20BMB03-03B Gambar 4.4 Panel 10BMC03 Lay out MCC emergency 380 V dapat dilihat pada gambar 4.5, dimana dapat diliat MCC tiap section untuk tiap unit terletak sejajar antara section A dan B. Sementara MCC emergency section A unit 1 berhadapan dengan MCC emergency section B unit 2, begitupun sebaliknya. Gambar 4.5 Lay Out MCC Emergency 380 V unit 1 dan 2 48

4.5.2 Single Line Diagram Pada gambar 4.5 merupakan single line diagram dari pemasangan tie breaker, dapat dilihat bahwa tie breaker dipasang 2 buah yaitu tie 10BMC02 dan 20BMC03. Sebelumnya line tie tersebut tidak dipasang. Sehingga dengan dipasangnya line tersebut maka jika suplai utama dan cadangan gagal transfer tie bisa digunakan. 49

Gambar 4.6 Single line diagram tie breaker antar MCC emergency unit 1 dan 2 50

4.6 Pengoprasian 4.6.1 Prosedur Pengoprasian ON Tie Breaker a. Pastikan beban pada masing-masing section yang mengalami ngangguan dalam keadaan tanpa beban (posisi breaker OFF) b. Rack out breaker incoming 380/220 V unit PC section A c. Rack out breaker incoming 380/220 V unit PC section B d. Rack out breaker incoming dari genset e. Rack out tie bus breaker f. Rack out breaker to 150 kv substation emergency MCC (untuk unit 1) g. Posisikan ON tie breaker antar unit h. Masukan power pada masing-masing beban secara bertahap (breaker posisi ON). 4.6.2 Prosedur Pengoprasian OFF Tie Breaker a. OFF breaker masing-masing beban yang digunakan pada section MCC yang mengalami gangguan b. OFF tie breaker antar unit c. Rack in tie bus breaker d. Rack in breaker to 150 kv substation emergency MCC (untuk unit 1) e. Rack in breaker incoming dari genset f. Rack in Breaker incoming 380/220 V unit PC section A kemudian masukan power (ON Breaker) g. Rack in Breaker incoming 380/220 V unit PC section B kemudian masukan power (ON Breaker) h. Masukan power masing-masing beban (breaker on) secara bertahap 51