BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata dengan keunikan berbagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA CIATER DI SUBANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

: Analisis Pengukuran Kinerja Trans Sarbagita dalam Metode Balanced Scorecard Nama : I Gde Eggy Prasutha Wiguna NIM :

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. panorama alam, keberadaan seniman, kebudayaan, adat-istiadat dan sifat religius

Perkembangan Pariwisata Bali

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. sektor andalan yang penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Setiap kali mendengar nama Pulau Bali, yang langsung terlintas di kepala

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro, 2004). Hal ini terbukti, menurut pemerintah dalam kurun waktu sepanjang tahun 2013, sektor pariwisata mampu menyumbangkan devisa sebesar US $ 10,054 juta (Kemenparekraf & BPS, 2015). Angka tersebut merupakan nilai yang besar dan menjadi pencapain yang baik, mengingat industri pariwisata di Indonesia masih berkembang dan belum merata ke seluruh daerah. Sektor pariwisata berada di urutan ke- 4 sebagai penyumbang devisa terbesar setelah sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong proses pertumbuhan kota menjadi lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Untuk itu, maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata (Masli, 2009). Selain menjadi penyumbang devisa yang besar pada sektor ekonomi, tidak kalah pentingnya bahwa pariwisata sebagai penggerak roda ekonomi nasional mampu menyerap banyak tenaga kerja. Sektor pariwisata mampu memberi banyak kesempatan kerja sehingga hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat tersebut tidak berhenti hanya pada hal tersebut, beberapa manfaat lain dari sektor pariwisata adalah meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan mempercepat pembangunan pada umumnya. 1

2 Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2009-2013 No Tahun Jumlah Persentase pertumbuhan (%) 1 2009 6.323.730-2 2010 7.002.944 9,70 3 2011 7.649.731 8,46 4 2012 8.044.462 4,91 5 2013 8.802.129 8,61 Sumber: Kemenparekraf & BPS, 2015 Perkembangan pariwisata di Indonesia dapat dilihat melalui jumlah kedatangan wisatawan, khususnya mancanegara yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan signifikan. Menurut tabel 1.1, Indonesia telah dikunjungi oleh hampir 9 juta wisatawan mancanegara pada kurun waktu sepanjang tahun 2013. Melihat data tersebut, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara mengalami peningkatan sekitar 8% tiap tahunnya. Namun, kunjungan wisatawan tersebut masih terpusat di beberapa daerah saja di Indonesia, khususnya di daerahdaerah dengan industri pariwisata yang sudah berkembang, salah satunya adalah Bali. Menurut Cooper, dkk. (1993) agar pariwisata dapat berkembang, haruslah terdapat beberapa komponen-komponen utama berupa atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (acces), dan pelayanan tambahan (ancillary service). Bali sudah memiliki keseluruhan komponen tersebut, maka dari itu pariwisata di Bali dapat berkembang dengan pesat dan dijadikan contoh pembangunan pariwisata oleh pemerintah di daerah-daerah lain di Indonesia. Selain itu, dari kesuluruhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, Bali dikunjungi oleh sekitar 40% dari jumlah total kunjungan tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Bali pada tabel 1.2.

3 Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Tahun 2010-2014 No Tahun Jumlah Persentase pertumbuhan (%) 1 2010 2.493.058-2 2011 2.756.579 9,56 3 2012 2.892.019 4,69 4 2013 3.278.598 11,8 Sumber: Dinas Pariwisata Prov. Bali, 2015 Dengan jumlah kunjungan wisatawan yang besar dan industri pariwisata yang sudah berkembang. Baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat sangat bergantung pada sektor pariwisata dalam segi ekonomi. Namun, selain membawa manfaat bagi perekonomian setempat, pariwisata juga berimplikasi pada segi sosial kehidupan masyarakat. Salah satu implikasi yang sampai saat ini belum menemukan solusi adalah masalah kemacetan. Beberapa titik kemacetan terparah yang ada di Bali diantaranya adalah di Kuta, Denpasar dan Ubud. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Bali sudah sangat memprihatinkan. Masalah ini menjadi pemandangan sehari-hari baik oleh wisatawan maupun masyarakat lokal. Menurut MKJI (1997) Kemacetan terjadi ketika arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Namun, tiap titik-titik kemacetan tersebut memiliki karakteristik kemacetan yang berbeda. Pada tabel 1.3, dapat dilihat sejumlah ruas jalan yang ada di berbagai kabupaten dan kota yang ada di Bali. Jumlah keseluruhan panjang jalan yang ada di Bali sampai tahun 2014 adalah 7.843,99 km. Apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kendaraan yang ada di Bali tahun sampai tahun 2014 yaitu

4 berjumlah 3.003.688 kendaraan maka dapat dikatakan bahwa jumlah jalan yang ada di Bali tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang ada. No Kota/Kab. Jalan Negara (km) Tabel 1.3 Data Ruas Jalan di Bali Tahun 2014 Status Jalan Jalan Jalan Provinsi Kota/Kab. (km) (km) Panjang Jalan (km) Jumlah Presentase (%) 1 Jembrana 71.92 28.87 941.02 1.041.81 13.28 2 Tabanan 65.38 130.78 860.95 1.057.11 13.48 3 Badung 46.28 103.58 628.74 778.61 9.93 4 Gianyar 40.66 111.11 555.54 707.31 9.02 5 Klungkung 29.37 17.39 492.92 539.68 6.88 6 Bangli - 149.84 733.27 883.11 11.26 7 Karangasem 62.80 170.22 794.49 1.027.51 13.10 8 Buleleng 168.24 105.90 878.19 1.152.33 14.69 9 Denpasar 50.58 42.84 563.10 656.52 8.37 Total 535.23 860.53 6.448.22 7.843.99 100 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015 Kemacetan lalu lintas terjadi karena beberapa faktor, seperti banyak pengguna jalan yang tidak tertib, pemakai jalan melawan arus, kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi, adanya mobil yang parkir di badan jalan dan permukaan jalan yang tidak rata (Boediningsih, 2011). Ubud sebagai salah satu daerah dengan kemacetan lalu lintas yang memprihatinkan memiliki kondisi jalan yang cukup sempit, ditambah dengan banyaknya jenis kendaraan yang diparkir di badan jalan. Jadi, ketika jumlah kendaraan wisatawan yang datang meningkat, ditambah dengan aktivitas dari masyarakat lokal sendiri akibatnya kemacetan tidak dapat terelakkan. Pada tabel 1.4, terlihat data jumlah kendaraan yang ada di Bali sampai tahun 2014. Jumlah kendaraan di Bali sudah mencapai angka tiga juta lebih kendaraan, belum termasuk data perhitungan terbaru pada tahun 2015. Dengan jumlah kendaraan sebanyak ini, mengingat jumlah penduduk di Bali yang berkisar

5 di angka lima juta penduduk menandakan bahwa hampir 50% lebih penduduk di Bali memiliki kendaraan. Tabel 1.4 Jumlah Kendaraan Bermotor di Bali Tahun 2014 No Nama Kota/Kab. Jumlah Kendaraan 1 Jembrana 147.484 2 Tabanan 305.838 3 Badung 381.122 4 Gianyar 314.527 5 Klungkung 88.008 6 Bangli 80.294 7 Karangasem 123.151 8 Buleleng 203.978 9 Denpasar 1.260.286 Total 3.003.688 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015 Menurut Wibawa (1996) terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi. Implikasi negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan transportasi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya permintaan terhadap sarana maupun prasarana transportasi. Kondisi tersebut memang seringkali terjadi di berbagai daerah tujuan wisata. Hal ini membuktikan bahwa roda perekonomian sedang bergerak. Bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan transportasi yang menjadi sarana pendukung kegiatan masyarakat, memiliki implikasi positif namun juga tidak lepas dari impikasi negatifnya. Salah satunya terlihat pada kondisi lalu lintas yang kurang baik serta terjadinya kemacetan. Masalah ini membutuhkan solusi secepatnya agar tidak semakin merugikan baik wisatawan yang berkunjung maupun masyarakat lokal setempat.

6 Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan suatu kota. Namun, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak hanya memberikan implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan, dan kecelakaan lalu lintas (Sari, 2011). Dalam hal ini, pembuat kebijakan perlu lebih mendalami dan memahami perlunya pengelolaan transportasi yang lebih baik. Ubud merupakan salah satu destinasi unggulan yang dimiliki Bali. Sebagai suatu desa yang sudah dikenal luas di mancanegara, bahkan dijuluki banyak kalangan sebagai desa internasional menjadikan Ubud suatu penggerak utama industri pariwisata di Bali. Ubud dikenal oleh banyak wisatawan karena keindahan alamnya seperti kontur alam persawahan, kawasan hutan yang diapit oleh jurang-jurang dengan sungai, dan juga seni dan budaya Bali yang masih sangat kental. Sebagai salah satu pusat kesenian dan budaya di Bali, menjadikan Ubud dipenuhi oleh berbagai galeri-galeri seni dan sanggar-sanggar tari. Banyak wisatawan yang mengunjungi Ubud tidak hanya untuk berbelanja barang kesenian, namun juga untuk belajar tentang seni dan budaya Bali. Mulai dari belajar tari Bali, membuat kerajinan seperti patung dan ukiran-ukiran serta ikut serta dalam berbagai jenis upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat Hindu Bali. Perekonomian masyarakat Ubud sangat bergantung terhadap kegiatan pariwisata. Ubud menjual keindahaan alamnya, keunikan budaya Bali dan kegiatan tambahan seperti yoga sebagai modal utama untuk menggerakkan

7 industri pariwisata. Maka dari itu, apabila ada permasalahan yang dapat merusak keseimbangan ini memungkinkan Ubud kehilangan daya tarik utamanya sebagai destinasi wisata di Bali dan pada akhirnya membuat kunjungan wisatawan menurun. Salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh Ubud adalah kemacetan lalu lintas. Meskipun Ubud memilki berbagai sarana dan prasarana yang baik di bidang pariwisata seperti atraksi dan fasilitas namun penting juga untuk memperhatikan komponen utama pariwisata yaitu aksesibilitas. Karakteristik wilayah Ubud yang memiliki jalan cukup sempit, namun dengan jumlah kendaraan yang banyak membuat terjadinya kemacetan lalu lintas. Hal ini diperparah dengan kurangnya prasarana tambahan seperti tempat parkir umum, jalan untuk pejalan kaki yang kurang luas serta garasi milik masyarakat lokal yang minim. Tabel 1.5 Jumlah Transportasi Publik Kabupaten Gianyar Tahun 2005 2013 Tahun Angkutan Pedesaan Angkutan Antar Kota Angkutan Wisata 2005 269-242 2006 169 166 320 2007 91 93 280 2008 131 463 594 2009 75 83 301 2010 79 97 252 2011 67 55 480 2012 65 55 955 2013 65-1399 Sumber: BPS Kab. Gianyar, 2015 Transportas publik merupakan salah solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Pada tabel 1.5, terlihat data transportasi publik yang masih aktif sampai tahun 2013. Angkutan pedesaan berjumlah 65 kendaraan, namun menurut Kepala Dinas Perhub, Infokom Kabupaten Gianyar sampai tahun 2015

8 terdapat 163 angkutan pedesaan. Angkutan pedesaan tersebut beroperasi salah satunya di Kelurahan Ubud. Kemacetan lalu lintas di Ubud harus cepat diselesaikan. Baik dari masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar perlu bersinergi untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Apabila masalah tersebut tidak kunjung mendapat solusi yang tepat, dikhawatirkan kemacetan lalu lintas akan menjadi lebih parah dan mengakibatkan wisatawan mencari tempat lain untuk berwisata. Hal ini sangat buruk, karena perekonomian masyarakat dapat terganggu. Dalam sistem pariwisata, masyarakat lokal sebagai pemilik modal pariwisata dan pemerintah daerah sebagai regulator dan fasilitator perlu bersinergi untuk mencari solusi atas masalah kemacetan tersebut. Proses integrasi yang terjadi antara keduanya dan berbagai pihak yang terkait melalui serangkaian interaksi dan koordinasi akan menghasilkan gabungan yang lebih besar dibandingkan jumlah dari pengaruh mereka secara individual. Pada dasarnya baik masyarakat lokal maupun pemerintah daerah terdiri atas sub-sub sistem, jadi apabila sub-sub sistem dapat digabungkan dan mampu untuk bekerjasama maka hasil yang diperoleh akan lebih efektif dibandingkan bekerja sendiri-sendiri. Hal itu terjadi karena mereka dapat melakukan tindakantindakan yang sinergis lebih baik. Kemacetan telah menimbulkan kerugian yang besar, baik dari segi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Masyarakat lokal dan wisatawan sama-sama dirugikan karena masalah ini mengakibatkan hilangnya waktu dan jam kerja produktif, pemborosan biaya operasional kendaraan, dan pemborosan bahan

9 bakar, serta mengganggu psikologi individu karena mengakibatkan stres dan cepat marah. 1.2 Rumusan Masalah Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud? 2. Bagaimana respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud? 3. Bagaimana masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar bersinergi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud. 2. Untuk mengetahui respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud. 3. Untuk mengetahui sinergitas masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

10 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik berupa manfaat akademis maupun manfaat praktis sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat akademis pada mahasiswa berupa wawasan dan pengetahuan dalam penerapan aplikasi Konsep Sinergi, serta tentang kehidupan sosial dalam suatu masyarakat dengan berbagai dinamika yang ada, sehingga dapat memperkaya khasanah wawasan khususnya dalam bidang sosiologi pariwisata. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan maupun sumbangan pemikiran bagi masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud. 1.5 Sistematika Penulisan Terdiri dari lima bab yaitu antara bab satu dengan bab lain merupakan suatu rangkaian satu kesatuan yang akan memberikan kemudahan dalam memahami dan mengerti dari isi laporan. Adapun sistematika laporan meliputi: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian yang dikaji. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS Berisi tentang studi pendahuluan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dasar konsep dan teori dalam penggunaan penelitian untuk

11 menjelaskan arah permasalahan serta kemungkinan dilanjutkannya penelitian atau tidak. BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang lokasi dilakukannya penelitian, ruang lingkup permasalahan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang gambaran secara umum lokasi penelitian, hasil penelitian yang berupa faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas, respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas dan tindakan sinergis yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan berupa uraian singkat dari penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dan saran yang membangun untuk dimanfaatkan sebagai pembenahan ke arah yang lebih baik.