SWAKELOLA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
PENGERTIAN 1. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. 2. Pekerjaan swakelola adalah pekerjaan yang dilaksanakan sendiri atau dikuasakan kepada instansi pemerintah bukan penanggung jawab anggaran/kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat
KEDUDUKAN UNIVERSITAS, YAYASAN, LEMBAGA ILMIAH PEMERINTAH BENTUK LEMBAGA PENYEDIA B/J PELAKSANA SWEKELOLA 1. UNIVERSITAS NEGERI: a. BHMN b. Non BHMN 2. YAYASAN : a. PTS b.lsm/yayasan lain 3. Lembaga Pemerintah 1) Badan Usaha (Kalau tenaga ahlinya PNS/Peg. BHMN maka dia harus cuti). 2) Konsultan perorangan (PNS/Peg. BHMN maka dia harus cuti). - Konsultan perorangan dan harus harus cuti. 1) Badan Usaha (Kalau tenaga ahlinya PNS/Pegawai BHMN maka dia harus cuti). 2) Konsultan perorangan (PNS/Pegawai BHMN maka dia harus cuti). 1) Badan usaha 2) Konsultan perorangan. Tidak dapat menjadi penyedia barang/jasa Universitas sebagai pelaksana swakelola Pelaksana swakelola tidak perlu cuti. Diberikan honor pelaksana swakelola bukan sebagai konsultan perorangan. Kalau sebagai konsultan perorangan harus cuti. Universitas sebagai pelaksana swakelola. Diberi honor pelaksana swakelola (Tidak ada profit). LSM/Yayasan sebagai pelaksana swakelola. Diberi honor pelaksana swakelola (tidak profit). Sebagai pelaksana swakelola.
KRITERIA PEKERJAAN YANG DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SWAKELOLA a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok; dan/atau b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau c. pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
KRITERIA PEKERJAAN YANG DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SWAKELOLA d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
KRITERIA PEKERJAAN YANG DAPAT DILAKSANAKAN SECARA SWAKELOLA e. pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah; f. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi yang bersangkutan.
JENIS SWAKELOLA a. Swakelola oleh Instansi Sendiri Murni dikerjakan sendiri oleh pegawai instansi/unit kerja yang bersangkutan Bekerjasama dengan instansi lain Sebagian pekerjaan dapat dilakukan melalui upah borongan harian/mingguan Sebagian pekerjaan dapat dibantu oleh tenaga ahli (konsultan) perorangan
Lanjutan Jenis Swakelola b. Swakelola oleh instansi pemerintah lain. Instansi vertikal di daerah Instansi pemerintah pusat pemerintah daerah Lembaga penelitian Lembaga pendidikan dan pelatihan Penyelenggaraan pendidikan gelar dan non gelar (beasiswa) c. Swakelola penerima/penyaluran hibah Pemerintah LSM/Ormas Pemerintah - Komite sekolah Pemberdayaan masyarakat Bantuan sarana peribadatan/sosial
PERENCANAAN KEGIATAN SWAKELOLA 1. PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA (TOR) a. Menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan b. Menyusun rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan. c. Perencanaan teknis dan kebutuhan bahan, tenaga ahli serta peralatan yg sesuai. 2. PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA (RAB) a. Sejak tahapan perencanaan (dituangkan dalam DIPA/DPA- SKPD), kegiatan tersebut direncanakan untuk dikerjakan secara swakelola.
2. PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA (Lanjutan) b. Mengikuti ketentuan standar biaya/harga satuan yang berlaku. c. Apabila dibutuhkan tenaga ahli / peralatan / bahan dapat dilakukan dengan kontrak/sewa dengan PIHAK KETIGA, sesuai dengan jenis belanja. d. Secara total anggaran tidak ada unsur keuntungan, kecuali bagi barang/jasa yang disediakan PIHAK KETIGA
PELAKSANAAN DAN PELAPORAN KEGIATAN SWAKELOLA 1. SWAKELOLA OLEH INSTANSI SENDIRI : a. Apabila membutuhkan bahan, alat, tenaga ahli yang tidak tersedia di Instansi Sendiri, maka proses pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan dalam Keppres 80/2003 jo Perpres 85/2006. b. Apabila dibutuhkan tenaga ahli yang akan membantu pekerjaan, jumlah tenaga ahli dari luar maksimal 50% dari total tenaga kegiatan swakelola. c. Apabila pekerjaan swakelola merupakan pekerjaan fisik, maka harus ada penanggung jawab teknis yang memiliki sertifikat keahlian (SKA) dan/atau sertifikat tenaga terampil (SKT).
Lanjutan Swakelola oleh Instansi Sendiri d. Apabila dibutuhkan tenaga tukang, pembayaran upah tenaga kerja dengan secara harian/upah borongan. e. Apabila mempekerjakan tenaga ahli dari luar instansi sendiri, pembayaran gaji tenaga ahli secara kontrak individual konsultan. f. Dilakukan pencatatan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan swakelola.
Lanjutan Swakelola oleh Instansi Sendiri g. Pengawasan pekerjaan fisik di lap dilakukan oleh pelaksana yang dtunjuk oleh Kepala SKPD. h. Laporan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana kepada Kepala SKPD setiap bulan. i. Kepala SKPD melaporkan kepada atasannya (Kepala Daerah atau pejabat yang disamakan).
2. SWAKELOLA OLEH INSTANSI PEMERINTAH LAIN YANG DITUNJUK : a. Apabila membutuhkan bahan, alat, tenaga ahli yang tidak tersedia di Instansi Pemerintah lain yang ditunjuk, maka proses pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan dalam Keppres 80/2003 jo Perpres 85/2006 b. Apabila dibutuhkan tenaga ahli yang akan membantu pekerjaan dari luar Instansi Pemerintah lain yang ditunjuk, jumlahnya maksimal 50% dari total tenaga yang terlibat dari Instansi Pemerintah lain yang bersangkutan c. Apabila pekerjaan swakelola merupakan pekerjaan fisik, maka harus ada penanggung jawab teknis yang memiliki sertifikat keahlian (SKA) dan/atau sertifikat tenaga terampil (SKT).
Lanjutan Swakelola oleh Instansi Lain d. Apabila dibutuhkan tenaga tukang, pembayaran upah tenaga kerja dengan secara harian/upah borongan. e. Apabila mempekerjakan tenaga ahli dari luar Instansi Pemerintah lain yang ditunjuk, pembayaran gaji tenaga ahli secara kontrak individual konsultan f. Dilakukan pencatatan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan swakelola.
Lanjutan Swakelola oleh Instansi Lain g. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh Instansi Pemerintah lain yang ditunjuk. h. Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Instansi Pemerintah lain yang ditunjuk i. Peng-SPJ-an (pertanggung jawaban) tetap dilakukan oleh Instansi Pemilik Pekerjaan (yang memiliki DPA-SKPD) j. Kepala SKPD melaporkan kepada atasannya (Kepala Daerah)
3. SAKELOLA OLEH PENERIMA HIBAH : a. Pengadaan bahan/alat/tenaga ahli dilakukan oleh penerima hibah. b. Apabila dibutuhkan tenaga ahli yang akan membantu pekerjaan dari luar organisasi penerima hibah, maka jumlah total tenaga ahli tersebut maksimal 50% dari total tenaga penerima hibah yang terlibat dalam kegiatan tersebut. c. Apabila pekerjaan swakelola merupakan pekerjaan fisik, maka harus ada penanggung jawab teknis yang memiliki sertifikat keahlian (SKA) dan/atau sertifikat tenaga terampil (SKT).
Lanjutan Swakelola oleh Penerima Hibah d. Penyaluran dana hibah secara bertahap : 50% organisasi pelaksanaan penerima hibah telah siap. 50% sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30%. e. Laporan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan secara berkala kepada Kepala SKPD yang menyalurkan hibah. f. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh penerima hibah.