I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENATAAN RUANG DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN (Studi Kasus Kabupaten Bandung) LIA WARLINA

III. METODE PENELITIAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENATAAN RUANG DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN (Studi Kasus Kabupaten Bandung) LIA WARLINA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

PENENTUAN TIPOLOGI PERKEMBANGAN KECAMATAN DI KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

PENDAHULUAN Latar belakang

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PEMAHAMAN PENINJUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN. Bab 2.1 KEDUDUKAN PENINJAUAN KEMBALI DALAM SISTEM PENATAAN RUANG

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU LOKASI INDUSTRI DI KOTA SEMARANG DAN DAERAH YANG BERBATASAN TUGAS AKHIR. Oleh: FAHRIAL FARID L2D

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN PERUBAHAN GUNA LAHAN (KASUS KABUPATEN MAJALENGKA)

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dunia terhadap kerusakan lingkungan baik global maupun regional akibat adanya pembangunan ditandai dengan diselenggarakannya Konferensi Stockholm tahun 1972, dengan tema hanya satu bumi. Sepuluh tahun kemudian digagas konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan ini merupakan konsep upaya pemenuhan kebutuhan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan sumberdaya tanpa mengurangi potensi generasi selanjutnya untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut (Grunkemeyer & Moss 1999). Pembangunan adalah mengelola sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejalan dengan perkembangan teknologi maka kebutuhan konsumsi untuk kebutuhan manusia meningkat. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Paul dan Holdren tahun 1972 (Gans & Jost 2005) yang mengemukakan IPAT model. Berdasarkan IPAT model ini maka Impact (dampak) merupakan perkalian dari Population (penduduk) dengan Affluence (kemakmuran) dan Technology (teknologi), atau IPAT = Population X Affluence X Technology (Chambers, Simmon & Wackernagel 2002). Menurut model ini, dampak lingkungan merupakan hasil perkalian dari jumlah penduduk atau konsumen, dengan tingkat konsumsi (affluence) dan tingkat teknologi. Lahan merupakan sumberdaya alam yang mendukung kehidupan, yang merupakan permukaan terluar dari bumi. Sifat biofisik lahan yang menggambarkan tujuan penggunaan lahan disebut land use atau guna lahan, atau penggunaan lahan (Briassoulis 2000). Penggunaan lahan disebut pula sebagai penggunaan tanah, yang menurut Sandy (1999) merupakan terminologi yang sama dengan penggunaan ruang atau tata ruang. Permasalahan tata ruang dan lahan atau pertanahan, seolah-olah merupakan dua hal yang berbeda. Permasalahan tata ruang Indonesia menghadapi masalah urbanisasi dan persebaran penduduk terkonsentrasi di kota-kota tertentu saja, khususnya - metropolitan utama, seperti Jabotabek dan Bandung Raya. Demikian pula dengan sebagian besar penduduk masih sangat terpusat di

Pulau Jawa. Perkembangan penduduk kota terjadi dengan laju dan jumlah yang lebih tinggi di pinggir kota-kota besar, daripada di pusatnya (core), yang berakibat pada lahan pertanian yang subur di pinggiran kota beralih fungsi menjadi kawasan perkotaan (Firman 2004). Sementara itu, permasalahan lahan di Indonesia, adalah terdapatnya konflik pertanahan antar pihak seperti antara lembaga pemerintah dan rakyat, antara rakyat dengan lembaga tertentu, antara rakyat dengan investor, diantara rakyat sendiri bahkan diantara lembaga pemerintah. Konflik terjadi di hampir semua sektor seperti industri, pariwisata, pertambangan, kehutanan dan sebagainya. Masalah kedua adalah, kepemilikan lahan terkonsentrasi pada sekelompok orang. Masalah ketiga adalah lemahnya jaminan perlindungan kepemilikan lahan, terutama pada golongan miskin (Solihin 2004). Perubahan penggunaan lahan di Indonesia cukup tinggi, yaitu 1.000.000 hektar per tahuan merupakan permasalahan yang berdampak pada kerusakan lingkungan (BKTRN 2003). Aspek penggunaan lahan atau tata ruang merupakan aspek yang penting, karena itu perlu dilakukan suatu studi atau penelitian yang mengkaji aspek tersebut agar dapat menentukan strategi atau langkah untuk mengantisipasi dampak-dampak yang mungkin terjadi. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi dalam skala global, nasional maupun lokal, mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung baik secara lokal, nasional maupun global. Penyebab dan dampak perubahan ruang berbedabeda di setiap bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga diperlukan suatu simulasi dan analisis. Masalah penggunaan lahan adalah masalah keruangan atau spasial, sehingga pendekatan analisisnya perlu dengan analisis spasial. Kegiatan penataan ruang merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan penataan ruang ini memerlukan analisis spasial dan analisis non spasial. Tahap perencanaan tata ruang dimulai dengan pengumpulan data sosial ekonomi, yang kemudian menentukan kebutuhan-kebutuhannya atas ruang berdasarkan kegiatan atau sektor. Dengan kata lain pendekatannya berdasarkan kebutuhan manusia (antropocentris). Sedangkan, sumberdaya alam (ruang atau lahan) memiliki kapasitas maksimal untuk digunakan agar tidak

melampaui daya dukungnya. Penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan kondisi sumberdaya alam (lahan) melalui pemodelan perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan dengan pemodelan yang digunakan, dilakukan perkiraan penggunaan lahan dimasa mendatang. Penggunaan lahan yang diduga tersebut berdasarkan pada gambaran penggunaan lahan di masa lalu dihubungkan dengan faktor penyebab terjadi perubahan penggunaan lahan. Perencanaan tata ruang bertujuan untuk mengalokasikan ruang guna memenuhi kebutuhan pembangunan di masa depan. Hasil pembangunan tersebut diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan yang diperoleh manusia adalah human development index (HDI) atau indeks pembangunan manusia (UNDP 2004). Tolok ukur ini, hanya berorientasi kepada manusia (antropocentris). Pada penelitian ini, pendekatan untuk melihat hasil pembangunan tidak hanya dilihat pada aspek manusia saja, tetapi aspek lingkungan (ekosistem). Karena itu, dicari pendekatan yang dapat menggambarkan keadaan tersebut. Otonomi yang diberikan kepada daeah (kabupaten dan kota) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan kepada kabupaten dan kota. Kewenangannya tersebut adalah dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan, serta menyusun perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang. Dampak positif dari kewenangan ini adalah kabupaten dan kota berlomba untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). PAD menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan yang berakibat pada adanya ketimpangan antara desa dan kota serta terjadi peningkatan (semakin intensif) eksploitasi sumberdaya alam. Salah satu yang cukup pesat perkembangannya adalah Bandung Raya yang meliputi Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kota Bandung dan Cimahi didominasi oleh kawasan perkotaan, sementara Kabupaten Bandung penggunaan lahannya tidak didominasi oleh kawasan perkotaan. Wilayah Kabupaten Bandung memiliki luas 307.370,08 hektar dengan jumlah penduduk 4017582 jiwa yang mempunyai rata-rata kepadatan penduduk 13 jiwa per hektar (BPS 2003). Permasalahan lingkungan Kabupaten Bandung berawal dari permasalahan spasial (keruangan). Masalah

spasial ini meliputi tidak efisiennya penggunaan lahan tertentu, penggunaan lahan tidak sesuai dengan peruntukkan serta tingginya konversi kawasan tidak terbangun menjadi terbangun. Permasalahan tata ruang ini berdampak pada permasalahan lingkungan seperti banjir, kekeringan, erosi, longsor dan turunnya muka air tanah. Bila permasalah lingkungan tersebut tidak dikaji secara menyeluruh maka kondisi Kabupaten Bandung akan semakin parah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian dengan judul Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam Kerangka Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah menganalisis secara spasial perubahan penggunaan lahan, melakukan simulasi perubahannya berdasarkan skenario yang telah ditetapkan. Hasil pemodelan ini digunakan sebagai masukan dalam pengembangan penataan ruang. Aspek non spasial dalam penataan ruang dilakukan dengan menganalisis keberlanjutan pembangunan. Pada bagian akhir penelitian, para stakeholder dilibatkan dalam menentukan faktor kunci dari faktor yang telah diperoleh pada penelitian awal (spasial dan non spasial), para stakeholder menambahkan pula faktor yang belum teridentifikasi. Hasil dari pertemuan dengan para stakeholder adalah faktor kunci yang memegang peranan penting dalam penelitian. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk membangun model perubahan penggunaan lahan untuk konsep penataan ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian di atas dapat dicapai melalui tujuan-tujuan antara yang meliputi: 1. Mengevaluasi kesenjangan rencana tata ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. 2. Membangun model perubahan penggunaan lahan Kabupaten Bandung dengan menggunakan beberapa skenario. 3. Menganalisis tingkat keberlanjutan pembangunan. 4. Menyusun skenario dan rekomendasi serta strategi untuk penataan ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan.

1.3. Kerangka Pemikiran Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Tata ruang dapat ditunjukan atau digambarkan dengan penggunaan lahan. Penggunaan lahan aktual merupakan informasi yang penting dalam pemodelan perubahan penggunaan lahan. Peta penggunaan lahan tahun-tahun sebelumnya bila dioverlay atau ditumpang susunkan dengan penggunaan lahan aktual, dapat memberikan informasi perubahan penggunaan lahan. Metode overlay ini menggunakan geographic information system (GIS). Informasi ini tidak dapat memprediksi dimana dan seberapa perubahan yang mungkin dimasa mendatang. Verburg et al. (2002) menggabungkan GIS dengan analisis sistem dinamis untuk memodelkan perubahan penggunaan lahan. Pemodelan ini menggunakan data sosial ekonomi serta biofisik yang telah dispasialkan dan dengan menggunakan skenario yang telah ditetapkan dapat diprediksi penggunaan lahan dimasa mendatang. Informasi atau data sosial ekonomi yang ada dapat menggambarkan pembangunan dengan menggunakan human development index (HDI) atau indeks pembangunan manusia (UNDP 2004). Bila informasi biogeofisik ini disandingkan dengan informasi pembangunan maka gambaran pembangunan menjadi lebih lengkap tidak hanya dari aspek manusia saja tetapi sudah melihat aspek lingkungan (Prescott-Allen 2001). Pembangunan berkelanjutan dianalisis dengan mempelajari aspek sosial ekonomi dan biogeofisik melalui analisis keberlanjutan. Hal ini dapat memberikan gambaran tingkat keberlanjutan pembangunan dari yang dianalisis. Informasi tingkat keberlanjutan pembangunan merupakan informasi penting dalam penataan ruang. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Produk dari penataan ruang adalah rencana tata ruang (RTRW). Dalam RTRW ini mengandung aspek spasial, yaitu alokasi ruang berdasarkan kegiatan atau sektor. Penggunaan lahan eksisting, dan hasil pendugaan (prediksi), akan dibandingkan untuk melihat kesenjangan diantara keduanya.

Model perubahan penggunaan lahan Penggunaan lahan aktual Sosek Biogeofisik Pembangunan yang berkelanjutan Analisis keberlanjutan (sustainability) Simulasi dengan skenario Penggunaan lahan mendatang Tingkat keberlanjutan pembangunan RTRW Penataan Ruang Gambar 1 Kerangka pemikiran penataan ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (Modifikasi dari Verburg et al. 2002, Presscott-Allen 2001, dan UU No. 24 tahun 1992) Kedua aspek spasial dan non spasial dalam penataan ruang akan dibahas bersama para stakeholder. Pembahasan meliputi faktor yang ditemukan dalam penelitian awal pada aspek spasial (perubahan penggunaan lahan) dan aspek non spasial (pembangunan, analisis keberlanjutan, regulasi tata ruang dan kelembagaan), akan menjadi faktor penting atau ada faktor lain yang belum termasuk. Keseluruh faktor yang teridentifikasi, dikaitkan dengan kegiatan penataan ruang untuk membangun konsep penataan ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Kerangka pemikiran tersebut diatas digambarkan dalam bentuk diagram (Gambar 1).

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah terhadap ilmu pengetahuan, para stakeholders dan pemerintah. Bagi ilmu pengetahuan agar dapat menambah khasanah ilmu bidang lingkungan terutama penataan ruang dan pembangunan berkelanjutan. Bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan pada penataan ruang dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan acuan untuk menetapkan suatu kebijakan. 1.5. Novelty (Kebaruan) Novelty atau kebaruan dari penelitian ini terdapat pada pendekatan (approach) yang digunakan dan objek penelitian. Pendekatan yang dilakukan adalah secara terpadu atau terintegrasi dalam mengkaji aspek tata ruang agar penataannya memenuhi konsep pembangunan berkelanjutan. Pemodelan spasial dilakukan untuk melihat perubahan penggunaan lahan di masa mendatang sebagai masukan dalam penataan ruang dengan menggunakan CLUE-S (Conversion of Land Use Change and its Effect at small regional extent). Aspek keberlanjutan (sustainability) yang didekati dengan metode Wellbeing Index sebagai indikator keberlanjutan pembangunan. Secara keseluruhan, pendekatan yang dilakukan berdasarkan aspek (spasial) yang digabungkan dengan aspek non spasial untuk menentukan penataan ruang dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan.