BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

ANALISA SETING ARUS DAN WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN.

KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS. A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III. Transformator

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

atau pengaman pada pelanggan.

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat

MODEL SISTEM.

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

TRAFO. Induksi Timbal Balik

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB II LANDASAN TEORI

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB II LANDASAN TEORI

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

Konstruksi Rangka Batang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kv DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II TRANSFORMATOR

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI RANGKAIAN. Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

Praktikum SISTEM PROTEKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

Transkripsi:

BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian yang lain melalui gandengan magnet erdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Kerja Transformator yang erdasarkan induksi elektromagnet, menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini erupa inti esi tempat melakukan fluks ersama. Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam tipe transformator yaitu tipe core (inti) dan tipe shell (cangkang). Gamar 2.1 Tipe Transformator : (a) tipe core (inti), () tipe shell (cangkang) 5

6 Transformator daya digunakan untuk meruah tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah egitupun sealiknya agar didapatkan penyaluran daya yang efisien. Kemampuan transformator untuk meruah tegangan ini diperoleh karena dua macam lilitan yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder, sehingga perandingan jumlah lilitan dengan langsung menetapkan perandingan tegangan dan dengan teralik menetapkan perandingan arusnya. Pada transformator inti jenis core dengan huungan Y N Y n dimungkinkan adanya elitan ketiga delta virtual, dikarenakan apaila terjadi gangguan huung singkat fasa ke tanah terdapat flux urutan nol yang keluar melalui udara. Besarnya impedansi dari elitan ketiga delta virtual (elitan tersier) terseut ervariasi antara 8x sampai dengan 23x nilai impedansi trafonya tergantung dari kapasitas trafonya. Transformator daya erfungsi sangat penting dalam penyaluran daya listrik, oleh karena itu trafo harus diamankan untuk mencegah kerusakan akiat gangguan, aik gangguan yang terjadi di dalam trafo itu sendri maupun gangguan yang terjadi di luar trafo yang dapat mengakiatkan kerusakan pada trafo terseut. 2.2. Gangguan Pada Transformator Daya Dan Penyulang Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat digolongkan menjadi dua agian yaitu gangguan yang ersifat tetap (permanen) dan gangguan yang ersifat sementara (temporer). Gangguan yang ersifat permanen adalah gangguan yang dapat mengakiatkan kerusakan secara permanen, misalnya huung singkat pada kael atau elitan trafo karena temusnya isolasi. Disini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang

7 terganggu terseut isa dioperasikan kemali setelah agian yang rusak diperaiki atau diganti. Penyea gangguan permanen antara lain penuaan isolasi, kerusakan mekanis isolasi, tegangan leih ds. Gangguan yang ersifat sementara adalah gangguan yang tidak mempunyai kerusakan secara permanen di titik gangguan, misalnya flashover antara penghantar fasa dan tanah/tiang karena samaran petir, dahan pohon yang menyamar konduktor karena tertiup angin, atau urung/inatang lain yang terang/merayap mendekati konduktor fasa ds. Gangguan Huung singkat yang terjadi antar fasa (dua fasa atau tiga fasa) atau antara satu fasa ke tanah, dapat ersifat sementara atau permanen. 2.3 Relai Arus Leih Seagai Pengaman Gangguan Antar Fasa Dan 1 Fasa Ke Tanah Gangguan di dalam trafo dapat erupa gangguan satu fasa ke tanah, gangguan antar fasa, gangguan antar elitan, gangguan sadapan, gangguan ushing ds. Gangguan yang teranyak adalah gangguan satu fasa ke tanah, sedangkan gangguan antar fasa relatif sedikit karena kedudukan elitan setiap fasanya terpisah. Gangguan terseut kemungkinan akan menimulkan kerusakan yang esar, disamping itu mempunyai resiko terjadinya keakaran, sehingga gangguan terseut harus dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat. Samungan dari trafo daya dan sistem pemumiannya memegang peranan penting yang menentukan esar arus gangguan yang akan mengerjakan relai.

8 Untuk mengatasi gangguan fasa ke tanah dapat digunakan relai arus leih yang terletak di sirkit sekunder trafo arus dari ketiga fasanya. Jadi arus yang diukur adalah arus penjumlahan dari arus ketiga fasanya. Arus ini diseut arus sisa (residual current), atau arus urutan nol yang memang aru muncul ketika ada gangguan fasa ke tanah. Karena relai ini mendeteksi arus urutan nol maka relai gangguan tanah tidak dilalui arus ean aik yang seimang ataupun yang tidak seimang, juga tidak dialiri arus gangguan huung singkat antar fasa, dua fasa atau tiga fasa, karena penjumlahan arus-arus itu dititik pertemuan ketiga fasanya sama dengan nol. Jadi relai gangguan tanah tidak sensitif terhadap arus ean maupun arus huung singkat antar fasa. Arus gangguan satu fasa tanah hampir selalu leih kecil daripada arus huung singkat tiga fasa, ahkan leih kecil dari arus ean nominalnya, oleh karena itu nilai settingnya isa leih kecil dari pada arus ean. Nilai setting yang kecil ini isa diseakan karena : Gangguan satu fasa ke tanah hampir selalu melewati tahanan gangguan. Titik netral sistem mungkin diumikan melalui tahanan. Arus gangguan satu fasa ke tanah pada sistem dengan pemumian langsung pada umumnya juga sedikit leih kecil dari pada arus huung singkat tiga fasa sea impedansi urutan nol saluran pada umumnya leih esar daripada impedansi urutan positifnya, kecuali jika lokasi gangguannya dekat dengan pusat pemangkit.

9 Gamar 2.2 Relai Arus Leih Relai huung singkat yang settingnya diatas arus ean maksimum, kurang atau tidak sensitif terhadap gangguan fasa ke tanah, karena nilai arus gangguan tanah yang relatif kecil sedangkan nilai setting relai arus huung singkat diatas arus ean. Relai gangguan tanah juga isa salah kerja akiat arus huung singkat yang esar jika nilai settingnya terlalu kecil karena kesalahan trafo arus diketiga fasanya. Oleh karena itu diperlukan relai gangguan gangguan tanah yang sangat sensitif dengan nilai setting arus yang sangat kecil, agar didapatkan kepekaan yang sangat tinggi ila terjadi gangguan yang jauh pada sistem distriusi. 2.4 Teori Komponen Simetris Teori komponen simetris merupakan metode yang sangat penting dan merupakan pokok peruahan eragai artikel dan penyelidikan uji coa gangguan tak simetris pada sistem transmisi, yang terjadi karena huung singkat, impedansi

10 antar saluran, impedansi dari satu atau dua saluran ke tanah, atau penghantar yang teruka. Persoalan pada sistem tenaga listrik tiga fasa yang seimang dapat diselesaikan dengan menguah semua sistem menjadi satu fasa. Dua fasa lainnya sama dengan fasa pertama dengan pergeseran sudut fasa ± 120º. Metoda komponen simetris mencoa menyelesaikan sistem tiga fasa yang tidak seimang menjadi sistem satu fasa dengan antuan fasor tak seimang. Fasor tiga fasa tidak seimang diuraikan menjadi dua fasor fasa seimang yang masing-masing diseut komponen urutan positif dan komponen urutan negatif dan satu fasor yang diseut komponen urutan nol. Suatu sistem tak seimang yang terdiri dari n fasor yang erhuungan dapat diuraikan menjadi n uah sistem dengan fasor yang dinamakan komponenkomponen simetris (symmetrical components) dari fasor aslinya, n uah fasor pada setiap himpunan komponennya adalah sama panjang dan sudut diantara fasor yang erseelahan dalam himpunan itu sama esarnya. Tiga fasor tak seimang dari sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimang. Himpunan seimang komponen itu adalah : 1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama esarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa seesar 120º dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya. 2. Komponen urutan negatif, terdiri dari tiga fasor yang sama esarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa seesar 120º dan mempunyai urutan fasa yang erlawanan seperti fasor aslinya.

11 3. Komponen urutan nol, terdiri dari tiga fasor yang sama esarnya dan dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain. Pada umumya, ketika memecahkan permasalahan dengan menggunakan komponen simetris ahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan seagai a, dan c. Dengan cara demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah a c, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah a c. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan terseut dapat dinyatakan dengan suskrip tamahan 1 untuk urutan positif, 2 untuk komponen urutan negatif dan 0 untuk komponen urutan nol. Karena setiap fasor tak seimang yang asli adalah jumlah komponen fasor asli yang dinyatakan dalam suku-suku komponennya adalah : V a = V a1 + V a2 + V a0... (2.1) V = V 1 + V 2 + V 0... (2.2) V c = V c1 + V c2 + V c0... (2.3)

12 V a0 V 0 V c0 Gamar 2.3. Tiga Himpunan Fasor Seimang Yang Merupakan Komponen Simetris Dari Tiga Fasor Tak Seimang 2.5 Sistem Per-Unit (p.u) Dalam sistem per-unit terdapat empat esaran dasar yaitu esaran dasar daya dalam kilovolt-ampere (kva) atau megavolt-ampere (MVA), esaran dasar tegangan dalam volt (V) atau kilovolt (kv), esaran dasar impedansi dalam ohm (Ω) dan esaran arus dalam ampere (A). Huungan antara esaran dasar, esaran per-unit dan esaran seenarnya adalah : Besaran per-unit = esaran seenarnya esaran dasar Besaran seenarnya = esaran per-unit esaran dasar Pada umumnya esaran daya dipilih pertama, lalu salah satu tegangan dipilih seagai tegangan dasar, tegangan sistem yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan referensi dari rating primer dan sekunder trafo. Tegangan dasar iasanya menggunakan tegangan fasa-fasa dalam kilovolt. Formula untuk menghitung esaran dasar adalah :

13 I kva =... (2.4) 3 kv kv 1000 (kv ) 1000 (kv ) Z = 2 2 = =... (2.5) 3 I kva MVA dimana: I = esaran dasar arus (A) KV = esaran dasar tegangan (kv l-l ) kva = esaran dasar daya (kva) MVA = esaran dasar daya (MVA) Z = esaran dasar impedansi (Ω/fasa) Elemen impedansi iasanya dinyatakan dalam ohm atau milliohm atau dalam persen pada suatu peralatan. Impedansi kael secara umum dinyatakan dalam ohm dan impedansi trafo dalam persen dengan rating kva/mva. Seagai contoh 5% pada trafo 500 kva. Besaran impedansi seenarnya dapat diruah ke dalam esaran per-unit dengan rumus : Z pu Z kva e =... (2.6) 2 1000 kv Z pu Z kva 100 kva 2 % e =... (2.7) e kv kv Z pu Z kva 2 pu e e =... (2.8) kva e kv kv dimana : Z pu Z pu e = impedansi per-unit = impedansi per-unit pada rating kva dari elemen

14 Z e Z % = impedansi seenarnya dalam ohm = impedansi yang dinyatakan dalam persen kva e = daya seenarnya dalam kva kv e = tegangan seenarnya dalam kv Jika resistansi diaaikan maka rumus terseut menggunakan esaran reaktansi (X) seagai pengganti dari impedansi (Z). 2.6 Analisa Gangguan Pada Sistem Distriusi 20 kv Gangguan-gangguan yang terjadi pada penyulang sistem distriusi 20 kv dapat menyeakan kerusakan pada trafo yang erada diseelah hulunya, oleh karena itu gangguan terseut harus dapat diatasi agar tidak merusak peralatan. Gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik pada umumnya merupakan gangguan huung singkat yang tidak simetris, terutama gangguan satu fasa ke tanah. Pada umumnya gangguan tiga fasa akan menghasilkan arus gangguan yang paling esar, tetapi ada kalanya gangguan satu fasa tanah akan menghasilkan arus gangguan yang esar. Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat dikategorikan dengan : 1. Gangguan paralel (shunt faults) atau huung singkat 2. Gangguan simultan (simultaneous faults) atau mempunyai leih dari satu gangguan yang terjadi pada waktu yang ersamaan. 2.6.1 Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada umumnya gangguan satu fasa ke tanah terjadi karena satu penghantar fasanya terhuung singkat ke tanah aik secara langsung atau

15 terhuung dengan kawat tanah. Gamar 2.4 (a) erikut akan memperlihatkan gamaran umum dari gangguan satu fasa ke tanah pada titik F dengan impedansi gangguan Z f, gamar 2.4 () memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan. F a I af I f = 0 I cf = 0 c V af Z f (a) () Gamar 2.4 Gangguan Satu Fasa Ke Tanah : (a) Gamaran Umum () Rangkaian Ekivalen Jaringan Urutan Gangguan fasa ke tanah yang terjadi dimisalkan pada fasa a dengan V f adalah tegangan seelum terjadi gangguan (V f = 1.0 0º p.u). Dimana : I a0 o 1,0 0 = Ia1 = Ia2 =... (2.9) Z + Z + Z + 3Z 0 1 2 f Arus gangguan untuk fasa adalah I af = I a0 + I a1 + I a2... (2.10)

16 Atau I af = 3I a0 = 3I a1 = 3I a2... (2.11) 2.6.2 Gangguan Fasa Fasa langsung Pada umumnya, gangguan antar fasa pada sistem tenaga listrik ketika dua penghantar terhuung singkat. Gamar 2.5 (a) menunjukkan gamaran umum dari gangguan antar fasa pada titik gangguan F dengan impedansi gangguan Z f. Gamar 2.5 () menunjukan rangkaian ekivalen jaringan urutan, dengan V f adalah tegangan seelum terjadi gangguan (V f = 1,0 0º p.u). (a) () Gamar 2.5 Gangguan Fasa-Fasa : (a) Gamaran Umum () Rangkaian Ekivalen Jaringan Urutan

17 Dari gamar 2.5 (a) diperoleh I af = 0... (2.12) I f = - I cf... (2.13) V c = V V c = Z f I f... (2.14) Dari gamar 2.5 (), arus urutan dapat dirumuskan I a0 = 0... (2.15) I a1 o 1,0 0 = Ia2 =... (2.16) Z + Z + Z 1 2 f Dengan mensusitusikan persamaan (2.15) dan (2.16) maka diperoleh arus gangguan untuk fasa dan c adalah I f = - I cf = 3 I a1-90º... (2.17) 2.6.3 Gangguan 2 fasa Ke Tanah Pada umumnya, gangguan dua fasa ke tanah pada sistem transmisi terjadi ketika konduktor erhuungan langsung dengan netral dari sistem pentanahan tiga fasa. Gamar 2.6 (a) menunjukan gamaran umum dari gangguan dua fasa ke tanah pada titik gangguan F dengan impedansi gangguan Z f dan dengan impedansi dari saluran ke tanah Z g (yang mana nilainya sama dengan nol atau tak terhingga). Gamar 2.6 () menunjukan huungan dari rangkaian

ekivalen jaringan urutan resultan, dengan V f adalah tegangan seelum terjadi gangguan (V f = 1,0 0º p.u). 18 a F c I af = 0 I f I cf Z f Z f Z g I f + I cf (a) () Gamar 2.6 Gangguan Fasa-Fasa ke Tanah : (a) Gamaran Umum () Rangkaian ekivalen Jaringan Urutan Untuk analisa gangguan fasa-fasa ke tanah dimisalkan fasa yang terganggu adalah pada fasa dan c. I af = 0... (2.18) V f = (Z f + Z g )I f + Z g I cf... (2.19) V cf = (Z f + Z g )I cf + Z g I f... (2.20) Dari gamar 2.6 () arus urutan positif dapat digamarkan :

19 I a1 o 1,0 0 =... (2.21) (Z2 + Zf )(Z0 + Zf + 3Zg) (Z1 + Zf ) + Z + Z + 2Z + 3Z 0 2 f g Arus urutan negatif dan nol dapat terentuk dengan menggunakan aturan pemagian arus, yaitu : I a2 (Z + Z + 3Z ) 0 f g = Ia1... (2.22) (Z0 + Zf + 3Zg) + (Z2 + Zf ) I a0 (Z + Z ) 2 f = Ia1... (2.23) (Z2 + Zf ) + (Z0 + Zf + 3Zg) Arus gangguan untuk fasa dan c maka diperoleh : I f = I a0 + a 2 I a1 + a I a2... (2.24) Dan I cf = I a0 + a I a1 + a 2 I a2... (2.25) 2.6.4 Gangguan Tiga Fasa ke tanah Pada umumnya gangguan tiga fasa merupakan gangguan yang seimang (symmetrical), tetapi juga isa di analisa dengan menggunakan komponen simetris. Gamar 2.7 (a) memperlihatkan gamaran umum dari gangguan tiga fasa seimang pada gangguan di titik F dengan impedansi Z f dan Z g. Gamar 2.7 () memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan, dengan V f adalah tegangan seelum terjadi gangguan (V f = 1,0 0º p.u).

20 (a) () Gamar 2.7 Gangguan Tiga Fasa : (a) Gamaran Umum () Rangkaian Ekivalen Jaringan Urutan Arus urutan positif, negatif dan nol dapat digamarkan seperti : I a0 = 0... (2.26) I a2 = 0... (2.27) I a1 o 1,0 0 =... (2.28) Z + Z 1 f Dari persamaan diatas maka didapat rumus arus gangguan masing-masing fasa adalah seagai erikut: I af o 1,0 0 = Ia1 =... (2.29) Z + Z 1 f 1,0 240 o 2 f = a Ia1 =... (2.30) Z1 + Zf I

21 I cf o 1,0 120 = a Ia1 =... (2.31) Z + Z 1 f 2.7 Sistem Pemumian Transformator Daya Sistem pemumian pada trafo daya sangatlah penting, khususnya sejak gangguan yang sering terjadi adalah gangguan fasa ke tanah. Sehingga pengaman terhadap peralatan sangatlah diutuhkan. Tujuan dari pemumian adalah untuk memperkecil tegangan leih sementara, untuk pengamanan peralatan itu sendiri, mendeteksi gangguan dengan cepat dan untuk mengisolasi area yang terganggu. Sistem pemumian pada trafo diagi menjadi empat tipe yaitu : Trafo yang tidak diumikan. Trafo yang diumikan dengan tahanan tinggi. Trafo yang diumikan dengan tahanan rendah. Trafo yang diumikan langsung (solid grounding). antara lain: Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan metode pemumian Level tegangan sistem tenaga listrik Kemungkinan adanya tegangan leih sementara (transient overvoltage) Tipe dari peralatan yang ada dalam sistem tenaga listrik Kontinuitas dari pelayanan Keadaan tanah di lingkungan peralatan Biaya dari peralatan, termasuk alat proteksi dan pemeliharaannya

22 Keamanan Toleransi dari tingkat gangguan Beerapa tipe pemumian memiliki keuntungan dan kerugian masingmasing. Berikut ini akan diahas mengenai masing-masing tipe pemumian diatas. 2.7.1 Trafo Yang Tidak Diumikan Pada sistem erikut ini trafo tidak diumikan sama sekali, pemumiannya hanya oleh kapasitansi dari sistem ke tanah. Keuntungan dari sistem ini adalah apaila terjadi gangguan tanah maka arus gangguan tanahnya sangat kecil, sehingga kemungkinan kerusakan peralatan menjadi kecil dan tidak terlalu penting untuk memisahkan area yang terganggu. Sistem ini kadang-kadang digunakan di sistem pemangkitan industriindustri yang memutuhkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang tinggi dan sangat penting untuk memperkecil kerugian akiat kehilangan tenaga listrik. Selain keuntungan yang telah diseutkan diatas pada sistem yang tidak diumikan memiliki persoalan yang cukup penting, pada sisitem ini terdapat tegangan leih sementara yang ersifat merusak dan selalu memiliki potensial yang erahaya agi peralatan dan manusia. Gangguan fasa tanah pada sistem yang tidak diketanahkan memiliki peruahan dari segitiga tegangan normal yang seimang. Arus yang melalui impedansi fasa seri akan menyeakan sedikit peruahan pada segitiga tegangan.

Ketika terjadi gangguan satu fasa tanah, tegangan fasa tanah dari penghantar lainya naik seesar 3. 23 a c I G Gamar 2.8 Trafo Yang Tidak Diumikan 2.7.2 Trafo Yang Diumikan Dengan Tahanan Tinggi Sistem pemumian dengan tahanan tinggi dapat mematasi arus gangguan fasa tanah. Resistor pemumian dihuungkan pada netral trafo. Dengan tahanan tinggi kerusakan-kerusakan karena arus sangat erkurang. Pemumian ini dipilih untuk tujuan : Mencegah pemutusan yang tidak direncanakan Apaila sistem seelumnya dioperasikan tanpa pengetanahan dan tidak ada relai tanah yang terpasang Apaila pematasan kerusakan karena arus dan tegangan leih diinginkan, tetapi tidak diutuhkan relai tanah yang selektif. Dalam sistem ini trafo diumikan melalui resistor yang mempunyai nilai yang sama atau leih rendah dari total kapasitansi ke tanah. Dalam sistem ini arus gangguan yang terjadi kecil untuk memperkecil kerusakan, dengan demikian

24 dapat mematasi tegangan leih sementara sampai dengan 2,5 kali nilai tertinggi terhadap tanah. Resistor pemumian dihuungkan pada netral dari trafo huungan intang. Pemumian trafo dengan tahanan tinggi di Indonesia diterapkan di daerah Jawa Timur dengan resistor pemumian seesar 500 1000 Ω. Arus gangguan yang terjadi pada sistem ini sangat kecil sehingga apaila terjadi gangguan tidak terlalu erahaya. Gamar 2.9 Trafo Yang Diumikan Dengan Tahanan Tinggi 2.7.3 Trafo Yang Diumikan Dengan Tahanan Rendah Pada sistem ini pemumian ertujuan untuk mematasi arus gangguan satu fasa ke tanah yang diperkirakan 50 sampai 600 A di sisi primer. Sistem ini memiliki keuntungan dari segi isolasi peralatan karena tegangan dari fasa yang tidak terganggu tidak naik secara esar ila terjadi gangguan fasa tanah penghantar yang lainnya. Pada umumya tipe pemumian dengan tahanan rendah menggunakan reaktor atau resistor yang diletakkan di netral dari trafo. Sistem

pemumian ini seagian esar digunakan pada sistem yang ertegangan 2,4 13,8 kv yang pada umumnya menggunakan motor yang dihuungkan langsung. 25 Untuk sistem di Indonesia pemumian dengan tahanan rendah diterapkan di daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta dengan resistor pemumian seesar 12 Ω dan 40 Ω pada sistem yang ertegangan 20 kv. Sistem pemumian dengan resistor 12 Ω pada umumnya digunakan pada saluran kael (SKTM) dan sistem pemumian 40 Ω pada saluran udara (SUTM). Gamar 2.10 Trafo Yang Diumikan Dengan Tahanan Rendah 2.7.4 Trafo Yang Diumikan Langsung Sistem pemumian ini tidak menggunakan impedansi yang dihuungkan dengan tanah, jadi dalam sistem netral dari trafo tetap dihuungkan ke tanah tetapi tidak melalui impedansi. Pemumian ini diseut juga pemumian efektif dimana pada sistem ini memenuhi persamaan : X R 0 3 0 1... (2.32) X X 1 1

26 dimana X 0 dan R 0 adalah reaktansi dan resistansi urutan nol dan X 1 adalah reaktansi urutan positif dari sistem tenaga listrik. Pada sistem ini arus gangguan tanah yang terjadi sangat ervariasi dari arus yang sangat kecil sampai arus yang leih esar dari arus gangguan tiga fasa. Hal ini dapat terjadi tergantung dari konfigurasi dan esaran-esaran sistem tenaga listrik itu sendiri dan lokasi gangguannya. Dengan ervariasinya arus gangguan fasa tanah yang terjadi terhadap lokasi gangguan, maka sistem pemumian ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi gangguan dan mengisolasi area yang terganggu secara selektif dengan relai proteksi. Sistem pemumian langsung di Indonesia diterapkan pada sistem di Jawa Tengah dengan konsultan dari Amerika, sistem ini digunakan pada saluran udara (SUTM) tiga fasa empat kawat. Pada sistem ini arus gangguan yang terjdi sangat esar, tetapi memiliki keuntungan antara lain untuk ean yang tersear seperti di pedesaan sehingga tidak perlu menarik saluran tiga fasa cukup dengan satu fasa saja karena eannya cenderung jauh antara satu dengan yang lain. a c Z G I G Gamar 2.11 Trafo Yang Diumikan Langsung